Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

VULNUS LACERATUM (VL)


DI RUANG IGD RST WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Early Exposure Mata Kuliah


Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Pengampu : Ns. Sri Suparti, M.Kep

Disusun Oleh :
Nama : Rizki Cahyani (1911020194)
Kelas : 6D Keperawatan S1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2021/2022
1. Definisi Vulnus Laceratum
Vulnus laceratum merupakan terjadinya gangguan kontinuitas
suatu jaringan sehingga terjadi pemisahan jaringan yang semula normal,
luka robek terjadi akibat kekerasan yang hebat sehingga memutuskan
jaringan.
Secara umum vulnus laceratum dapat dibagi menjadi dua yaitu
simple bila hanya melibatkan kulit, dan kompukatum, bila melibatkan
kulit dan jaringan dibawahnya. Trauma arteri umumnya dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam (50%) misalnya karena tembakan, luka-luka
tusuk, trauma kecelakaan kerja atau kecelakaan lalulintas (Robert, 2010).
Vulnus laseratum atau luka robek adalah luka dengan tepi yang
tidak beraturan atau compang camping biasanya karena tarikan atau
goresan benda tumpul. Luka ini dapat kita jumpai pada kejadian
kecelakaan lalu lintas dimana bentuk luka tidak beraturan dan kotor,
kedalaman luka bisa menembus lapisan mukosa hingga lapisan otot.
Vulnus laceratum adalah luka yang terjadi akibat trauma oleh
benda yang tidak tajam, misalnya tepi meja, terkena bagian dari kendaraan
bermotor dan sebagainya, tapi tidak rata (Sudjatmiko, 2007).
Vulnus laceratum adalah luka terbuka yang ditimbulkan oleh
goresan benda sedikit tumpul atau yang tidak terlalu tajam. Vulnus
laceratum dapat disebabkan oleh karena terjadi kekerasan, benda tumpul,
goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontinuitas jaringan terputus. Tepi
luka berbentuk garis tidak teratur dan jaringan kulit disekitar luka juga
mengalami kerusakan (Junaidi, 2011).

2. Etiologi
Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainaya
yang menyebabkan robeknya jaringan rusak yang dalam. Chada 1995
menyatakan Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal di
antaranya :
a. Alat yang tumpul.
b. Jatuh ke benda tajam dan keras.
c. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
d. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
e. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong,
terbentur dan terjepit.
f. Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
g. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
h. Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam
dan basa serta zat iritif dan berbagai korosif lainnya.

3. Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis menurut (American College of Surgeons, 2010):
1. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah) yang disebabkan
oleh kehilangan darah dan tanda-tanda awal shock hemoragik.
2. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
3. Respon stress simpatis.
4. Perdarahan dan pembekuan darah.
5. Kontaminasi bakteri dan kematian sel.
Apabila seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat
(lokal) dan gejala umum (mengenai seluruh tubuh)(Mansjoer, 2010):
a. Gejala Lokal :
1) Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas
atau derajat rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/luas
kerusakan ujung-ujung saraf dan lokasi luka
2) Perdarahan, hebatnya perdarahan tergantung pada lokasi luka,jenis
pembuluh darah yang rusak.
3) Diastase yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
4) Ganguan fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh
karena rasa nyeri atau kerusakan tendon.
b. Gejala umum :
Gejala/tanda umum pada perlukaan dapat terjadi akibat
penyulit/komplikasi yang terjadi seperti syok akibat nyeri dan atau
perdarahan yang hebat.

4. Patofosiologi
Menurut Price (2006), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan
benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan
terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan terjadi proses
peradangan atau inflamasi. Reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus. Dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi
yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh
mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu
sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasikan dengan baik yang
dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus
di mikrosekulasi fungsional.Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi
peradangan tak di temukan di tengah jaringan yang hidup dengan sirkulasi
yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup.
Pathways
Benturan atau kekerasan benda tumpul

Kerusakan integritas
Kontinuitas jaringan terputus Nyeri
jaringan
akut

Lesi yang dalam dan luas

Pendarahan Resiko Kekurangan


Volume Cairan

Respon tubuh terhadap trauma

Gangguan
Proses peradangan atau inflamasi
mobilitas fisik
Nekrosis Resiko infeksi

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan terutama jenis tes darah
lengkap untuk mengetahui terjadinya infeksi. Pemerksaan X-ray jika
terdapat fraktur atau dicurigai terdapat benda asing (Kartika, 2011):
a. Hitung darah lengkap
Peningkatan Hematokrit awal menunjukan hemokonsentrasi
sehubungan dengan perpindahan/kehilangna cairan. Selanjutnya
penurunan hematokrit dan sel darah merah dapat terjadi sehubungan
dengan kerusakan oleh panas tehadap endothelium pembuluh darah.

b. GDA (Gas Darah Arteri)


Penurunan PaO2/peningkatan PaCo2 mungkin terjadi pada retensi
karbon monoksida. Asidosis dapat terjadi sehubungan dengan penurunana
ginjal dan kehilangan mekanisme kompensasi pernapasan.
c. Elektrolit serum
Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cidera
jaringan/kerusakan Sel Darah Merah dan penurunan fungsi ginjal,
hipokalemi dapat terjadi bila mulai dieresis, magnesium mungkin
menurun.
d. BUN (Blood Urea Nitrogen)/ keratin
Peninggian menunjukan penurunan perfusi ginjal, namun keratin
dapat meningkat karena cidera jaringan.
e. Urin
Adanya albumin, Hb, dan immunoglobulin menunjukan kerusakan
jaringan dalam dan kehilangan protein. Warna hitam kemerahan pada urin
sehubungan dengan mioglobulin.
f. Bronkoskopi
Berguna dalam diagnose luas cidera inhalasi, hasil dapat meliputi
edema, pendarahan, dan tukak pada saluran pernapasan.
g. EKG
Tanda iskemia miokardial/ disritmia dapat terjadi pada luka bakar listrik.

6. Komplikasi
a. Kerusakan arteri:
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah.
c. Infeksi
d. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya
oksigenasi.
e. Kontraktur
f. Hipertropi jaringan parut
Luka terbuka akan terjadi banyak pendarahan bila mengenai
pembuluh darah besar (arteri atau vena) bersiko menyebabkan syok
hipovolemik/hemoragik, infeksi bakteri (demam, radang, pembentukan
nanah) dan, amputasi (Margareta, 2012).

7. Diagnosa Keperawatan (SDKI+SLKI+SIKI)

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238)
berhubungan Setelah dilakukam tindakan Aktivitas-aktivitas :
dengan agen keperawatan selama 1x60 menit,
O:
pencedera fisik diharapkan :
(trauma) (D.0077) - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil A T S
durasi, frekuensi, kualitas,
Keluhan 2 5 3
nyeri intensitas nyeri
Meringis 2 5 3
- Identifikasi skala nyeri
Keterangan : - Identifikasi respon nyeri non
1 : Meningkat
verbal
2 : Cukup meningkat
3 : Sedang T:
4 : Cukup menurun
- Berikan teknik nonfarmakologis
5 : Menurun
untuk mengurangi rasa nyeri
Kriteria hasil A T S
( mis. hypnosis, teknik imajinasi
Frekuensi nadi 3 5 4
Pola napas 3 5 4 terbimbing)
Tekanan darah 3 5 4
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. suhu
Keterangan :
1 : Memburuk ruangan, pencahayaan,
2 : Cukup memburuk kebisingan)
3 : Sedang
4 : Cukup membaik E:
5 : Membaik - Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
K:
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Gangguan Integritas jaringan dan kulit Perawatan Luka (I. 14564)


integritas kulit dan (L.14125)
Aktivitas-aktivitas :
jaringan
berhubungan Setelah dilakukam tindakan O:
dengan faktor keperawatan selama 1x60 menit,
diharapkan : - Monitor karakteristik luka (mis.
mekanik (robekan,
gesekan) (D.0129) Kriteria hasil A T S drainase, warna, ukuran, bau)
Kerusakan 2 4 3
- Monitor tanda-tanda infeksi
jaringan
Kerusakan 2 4 3 T:
lapisan jaringan
- Bersihkan jaringan nekrotik
Perdarahan 2 4 3
- Pasang balutan sesuai jenis luka
Keterangan :
- Pertahankan teknik steril saat
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat melakukan perawatan luka
3 : Sedang
E:
4 : Cukup menurun
5 : Menurun - Jelaskan tanda dan gejala infeksi
K:
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu

Resiko infeksi Setelah dilakukam tindakan Perawatan Luka (I. 14564)


berhubungan keperawatan selama 1x60 menit,
Aktivitas-aktivitas :
dengan diharapkan :
ketidakadekuatan Kriteria hasil A T S O:
pertahanan tubuh Kerusakan 2 4 3 - Monitor karakteristik luka (mis.
primer (kerusakan jaringan
integritas kulit) (D. Kerusakan 2 4 3 drainase, warna, ukuran, bau)
0142) lapisan jaringan - Monitor tanda-tanda infeksi
Perdarahan 2 4 3
T:
Keterangan : - Bersihkan jaringan nekrotik
1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat - Pasang balutan sesuai jenis luka
3 : Sedang - Pertahankan teknik steril saat
4 : Cukup menurun
5 : Menurun melakukan perawatan luka
E:
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
K:
- Kolaborasi pemberian antibiotik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

A. Price, Sylvia. (2006). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC

American College of Surgeon Committee of Trauma.(2004). Advanced


Trauma

Life Support Seventh Edition.Indonesia: Ikabi.

Margareta,S.(2012). Buku Cerdas P3K: 101 Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan. Yogyakarta : Niaga Swadaya.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan

Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria

Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

https://www.scribd.com/doc/316542431/Asuhan-Keperawatan-Vulnus

Laceratum-KMB Diakses pada tanggal 14 Mei 2022 Pukul 21.30

http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-6076-BABI.pdf.

Diakses pada tanggal 15 Mei 2022 Pukul 08.40

https://repository.poltekkespalembang.ac.id/items/show/644 Diakses pada


tanggal 15 Mei 2022 pada Pukul 08.55

Anda mungkin juga menyukai