Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

DI RUANG IGD RSAD DR. R. ISMOYO

OLEH

JUMARIA

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau
otot”.
Vulnus Laseratum (luka robek) adalah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul, robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah.

B. Etiologi
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu :
1. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan
terjepit.
2. Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.
3. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.
4. Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat
iritif dan berbagai korosif lainnya.

C. Klasifikasi
Penyebab vulnus Laseratum dapat disebabkan oleh beberapa hal di antaranya :
1. Alat yang tumpul.
2. Jatuh ke benda tajam dankeras
3. Kecelakaan lalu lintas dan keretaapi
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan

D. Tanda dan Gejala


Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laseratum adalah :
a. Luka tidakteratur
b. Jaringan rusak
c. Bengkak
d. Pendarahan
e. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerahrambut
f. Tampak lecet atau memar di setiap luka
E. Patofisiologi
Vulnus laseratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma
akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila
jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat
hebat. Penyebabnya cepat yang disebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak
berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasikan
dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi peradangan maka
jaringan harus hidup dan harus dimikrosekulasi fungsional. Jika jaringan yang nekrosis
luas maka reaksi peradangan tak ditemukan di tengah jaringan yang hidup dengan
sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan hidup. Nyeri timbul
karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan.sek-sel yang
rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap
reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat
mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu
dan terjadi ketertiban gerak.
PATHWAY
Mekanik : Benda tajam

Kerusakan integritas kulit Traumatic jaringan

Rusaknya barier pertahanan primer Terputusnya kontinuitas jaringan

Terpapar lingkungan Kerusakan saraf perifer

Resiko tinggi infeksi Stimulasi neurotransmitter


(histamine, prostaglandin, bradikinin)

Nyeri akut Ansietas

Pergerakan terbatas

Gangguan mobilitas Gangguan pola tidur


fisik
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik yang perlu dilakukan terutama jenis darah lengkap.
Tujuanya untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi. Pemeriksaannya
melalui laboratorium.
b. Sel-sel darah putih. Leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan
sel pada lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
c. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
d. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
e. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit diabetes melitus
G. Komplikasi
a. Kerusakan Arteri : Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak
adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar,
dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi,
danpembedahan.
b. Kompartement Syndrom : Kompartement Syndrom merupakan komplikasi
serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan
yang menekan otot, saraf, dan pembuluhdarah.
c. Infeksi : System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma padajaringan.
d. Shock : Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
H. Pentalaksanaan
1. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa langkah
yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu:
a. Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati
c. Berikanantiseptic
d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesilocal
e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000:398;400)
2. Penjahitan luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan
atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau
pertertiam.
3. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
4. Pembalutan
Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada
kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan,
infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses
penyembuhan, sebagai fiksasi dan efekpenekanan yang mencegah berkumpulnya
rembesan darah yang menyebabkan hematom.
5. Pemberian Antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada
luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
6. Pengangkatan Jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi,
pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
Tindakan Pencegahan
1. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau
larutan antiseptic, misalnya alcohol, halogen, yodium, oksidansia, logam berat
dan asam berat.
2. Pembersihan luka, Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah
meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka,
menghindari terjadinya infeksi, membuang jaringan nekrosis dandebris.
3. Pembalutan luka, luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta
berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang
terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh
per sekundam atau pertertiam.
4. Penutupan luka, Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada
luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal.
5. Pemberian antibiotic, prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik
dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotic.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis.


(terjemahan)
Edisi 6. EGC: Jakarta
Mansjoer,A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika Auskulapius
FKUI:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai