DISUSUN
OLEH :
A. DEFINISI
Dari beberapa reverensi yang memuat tentang vulnus laceratum di antara reverensi
yang penulis temukan adalah:
1. Chada (1995) menyatakan “Vulnus (luka) adalah satu keadaan dimana terputusnya
kontinuitas jaringan tubuh”.
2. Mansjoer (2000) menyatakan “Vulnus Laceratum merupakan luka terbuka yang
terdiri dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit
atau otot”.
3. Vulnus Laceratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.
4. Vulnus laceratum adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan sehingga
terjadi pemisahan jaringan yang semula normal, luka robek terjadi akibat kekerasan
yang hebat sehingga memutuskan jaringan.
B. ETIOLOGI
Chada 1995 menyatakan Vulnus Laseratum dapat di sebabkan oleh beberapa hal
di antaranya :
1. Alat yang tumpul.
2. Jatuh ke benda tajam dan keras.
3. Kecelakaan lalu lintas dan kereta api.
4. Kecelakaan akibat kuku dan gigitan
C. MANIFESTASI KLINIS
Mansjoer (2000) menyatakan “Manifestasi klinis vulnus laceratum adalah:
1. Luka tidak teratur
2. Jaringan rusak
3. Bengkak
4. Pendarahan
5. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut
6. Tampak lecet atau memer di setiap luka”.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Price (2006), Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul,
goresan, jatuh, kecelakaan sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon
tubuh terhadap trauma akan terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan
akan terjadi apabila jaringan terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya
infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme
yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang
di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu untuk menimbulkan reaksi
peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi fungsional. Jika
jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah jaringan
yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Menurut Buyton & hal (1997)Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi
sehingga terjadi kerusakan jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia
sehingga akan menurunkan ambang stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan
hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat mengakibatkan gangguan rasa nyaman
nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan terjadi ketertiban gerak.
E. PATHWAY
Mekanik : benda tajam
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama darah lengkap. tujuanya untuk
mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2. Sel-sel darah putih leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada
lesi luka dan respon terhadap proses infeksi.
3. Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
5. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus melitus
H. KOMPLIKASI
1. Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada
yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang
terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan
parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah.
3. Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan.
4. Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan merupakan aspek legal bagi seorang perawat dalam
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Neurosensori
Gejala : vertigo, tinitus, baal pada ekstremitas, kesemutan, nyeri.
Tanda : sangat sensitif terhadap sentuhan dan gerakan, pusing, nyeri pada daerah
cidera , kemerah-merahan.
6. Nyeri / kenyamanan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tubuh yang tidak
adekuat.
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan diskontuinitas jaringan.
Diagnose keperawatan/ Rencaana keperawatan
masalah kolaborasi Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Nyeri Akut NOC NIC :
· Pain Level, Pain Management
Definisi : · Pain control 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
Sensori yang tidak · Comfort level termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
menyenangkan dan pengalaman dan faktor presipitasi
emosional yang muncul secara Kriteria Hasil : 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
aktual atau potensial kerusakan1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penye3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
jaringan atau menggambarkan bab nyeri, mampu menggunakan mengetahui pengalaman nyeri pasien
adanya kerusakan (Asosiasi tehnik nonfarmakologi untuk mengurang4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Studi Nyeri Internasional): i nyeri, mencari bantuan) 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
serangan mendadak atau pelan 2. Melaporkan bahwa nyeri 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tent
intensitasnya dari ringan sampai berkurang dengan menggunakan manaje ang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
berat yang dapat diantisipasi men nyeri 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
dengan akhir yang 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensi menemukan dukungan
dapat diprediksi dan dengan tas, frekuensi dan tanda nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
durasi kurang dari 6 bulan. 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
berkurang 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
Batasan karakteristik : 5. Tanda vital dalam rentang normal 10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
· Laporan secara verbal atau non farmakologi dan inter personal)
non verbal 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
· Fakta dari observasi 12. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
· Posisi antalgic untuk 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
menghindari nyeri 14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
· Gerakan melindungi 15. Tingkatkan istirahat
· Tingkah laku berhati-hati 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan ti
· Muka topeng ndakan nyeri tidak berhasil
· Gangguan tidur (mata sayu, 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
tampak capek, sulit atau Analgesic Administration
gerakan kacau, menyeringai) 1. Tentukan lokasi,
· Terfokus pada diri sendiri karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
· Fokus menyempit pemberian obat
(penurunan persepsi 2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis,
waktu, kerusakan proses dan frekuensi
berpikir, penurunan interaksi 3. Cek riwayat alergi
dengan orang dan lingkungan) 4. Pilih analgesik yang diperlukan atau
· Tingkah laku distraksi, contoh kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
: jalan-jalan, menemui orang satu
lain dan/atau aktivitas, aktivitas 5. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan berat
berulang-ulang) nya nyeri
· Respon autonom (seperti 6. Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan
diaphoresis, perubahan tekanan dosis optimal
darah, perubahan nafas, nadi 7. Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
dan dilatasi pupil) pengobatan nyeri secara teratur
· Perubahan autonomic dalam 8. Monitor vital
tonus otot (mungkin dalam sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
rentang dari lemah ke kaku) pertama kali
· Tingkah laku ekspresif 9. Berikan analgesik
(contoh : gelisah, merintih, tepat waktu terutama saat nyeri hebat
menangis, waspada, iritabel, 10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala
nafas panjang/berkeluh kesah) (efek samping)
· Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Faktor yang
berhubungan :
· Pengobatan
· Terapi pembatasan
gerak
· Kurang pengetahuan
tentang
kegunaan pergerakan
fisik
· Indeks massa tubuh
diatas 75
tahun percentil sesuai
dengan usia
· Kerusakan persepsi
sensori
· Tidak nyaman, nyeri
· Kerusakan
muskuloskeletal
dan neuromuskuler
· Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
· Depresi mood atau
cemas
· Kerusakan kognitif
· Penurunan kekuatan
otot, kontrol dan
atau masa
· Keengganan untuk
memulai gerak
· Gaya hidup yang
menetap, tidak
digunakan, decondition
ing
· Malnutrisi selektif
atau umum