Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap luka akut maupun luka kronik selalu melibatkan kulit dalam
berbagai hal, apakah itu melalui insisi pembedahan, skin graft, maupun
trauma. Mempertahankan integritas kulit merupakan suatu proses yang
kompleks, dan tanpa perlakuan yang tepat, serangan dari berbagai kondisi
luka seperti insisi pembedahan, injury/trauma, atau luka bakar.
Perawatan luka, manajemen luka dan perawatan kulit harus
berlandaskan pada pengetahuan dasar yang komprehensif tentang struktur
dan fungsi kulit. Dengan demikian sebagai seorang perawat atau petugas
kesehatan yang memberikan perawatan luka atau manajemen luka
seharusnya meneliti dengan seksama kondisi atau integritas kulit pasien
pada saat melakukan tindakan tersebut.
Maka dari itu dalam bab ini akan dibahas mengenai konsep
perawatan luka dan macam-macam luka.

B. Rumusan Masalah
1. Mengidentifikasi konsep perawatan luka
2. Mengidentifikasi macam-macam perawatan luka

C. Tujuan
1. Memahami konsep perawatan luka
2. Memahami macam-macam perawatan luka

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Perawatan Luka


Luka adalah keadaan hilangnya/terputusnya kontinuitas jaringan
(Mansjoer, 2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada
jaringan yang menggangu proses seluler normal, luka dapat juga
dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan
tubuh yang biasanya disertaidengan kehilangan substansi jaringan.

1. Tipe Penyembuhan Luka


Terdapat 3 penyembuhan luka, dimana pembagian ini dikarakteritikan
dengan jumlah jaringan yang hilang
a. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer)
Yaitu penyembuhan luka yang terjadi segera setelah diusahakan
bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan.
b. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder)
yaitu luka yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya
jaringan dalam jumlah yang besar. Proses penyumbahan terjadi
lebih kompleks dan lebihlama. Lluka jenis ini biasanya tetap
terbuka.
c. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tersier)
Yaitu luka yang dibiarkanterbuka selama beberapa hari setelah
tindakan debridement. Setelah diyakini bersih, tepi luka
dipertautkan (4-7 hari). Luka ini merupakan tipe penyembuhan
luka yang terakhir (Mansjoer, 2000:397; InETNA,2004:4).

2
2. Fase Penyembuhan Luka
Proses penyembuhan luka memiliki 3 fase yaitu fase inflamasi,
proliferasi,dan maturasi. Antara satu fase dengan fase yang lain
merupakan suatu kesinambungan yang tidak dapat dipisahkan.
a. Fase inflamasi
Tahap ini muncul segera setelah injuri dan dapat berlanjut
sampai 3 hari. Inflamasi berfungsi untuk mengontrol
perdarahan, mencegah invasi bakteri, menghilangkan debris dari
jaringan yang luka dan mempersiapkan proses penyembuhan
lanjutan.
b. Fase proliferasi
Tahap ini berlangsung dari hari ke 4 sampai dengan 3 minggu.
Fibroblast (sel jaringan penyambung) memiliki peranan yang
besar pada fase proliferasi.
c. Fase maturasi
Tahap ini berlangsung mulai pada hari ke 21 dan dapat
berlangsung sampai berbulan-bulan dan berakhir sampai tanda
radang sudah hilang. Dalam fase ini terdapat remodeling luka
yang merupakan hasil dari peningkatan jaringan kolagen,
pemecahan kolagen yang berlebihan dan regresi vaskularitas
luka (Mansjoer, 2000:397 ; InTENA, 2004:1).

vasokontriksi Platelet response inflamasi proliferasi maturasi

hemostatis Tissue repair

Skema penyembuhan luka

3
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan
dinamis karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia
yang terjadi saling berkesinambungan. Proses penyembuhan luka
tidak hanya terbatas pada proses regenerasi yang bersifat lokal saja
pada luka, namun dipengaruhi juga oleh faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik (InTENA, 2004:13).
a. Faktor Intrinsik adalah faktor dari penderita yang berpengaruh pada
proses penyembuhan meliputi: usia, status nutrisi dan hidrasi,
oksigenasi dan perfusi jaringan, status imunologi, dan penyakit
penyerta (hipertensi, DM, Arthereosclerosis)
b. Faktor Ekstrinsik adalah faktor yang didapat dari luar penderita
yang dapat berpengaruh dalam proses penyembuhan luka meliputi:
pengobatan, radiasi, stres psikologis, infeksi, iskemia dan trauma
jaringan (intena, 2004:6).

4. Penatalaksanaan/Perawatan Luka
Dalam menejemen perawatan luka ada beberapa tahap yang
dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan
luka,penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan luka, pemberian
antibiotik, dan pengangkatan jahitan.
a. Evaluasi luka meliputi anamnesa dan pemeriksaan fisik (lokasi dan
eksplorasi)
b. Tindakan antseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk
melakukan antiseptik seperti:
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2
menit)
2) Halogen dan senyawanya
3) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektruk
luas dandalam konsetrasi 2% membunuh spora dalamwaktu 2-3
jam.

4
4) Povidon yodium (betadine, septadinedan isodine), merupakan
kompleks yodium dengan polyvinylpirrolidone yang tidak
merangsang, mudah dicuci karena larut dalam air dan stabil
karena tidak menguap.
5) Yodoform, sudah jarang digunakan. Penggunaan biasanya untuk
antiseptik borok.
6) Klorhesidin (Hibiscrub, savlon, hibitane), merupakan senyawa
biguanid dengan sifat bakterisida dang fungisid, tidak berwarna,
mudah larut dalam air, tidak merangsang kulit dan mukosa, dan
baunya tidak menusuk hidung.
7) Oksidansia
- Kalium pemanganat, bersifat bakterisida dan fungisida agak
lemah berdasarkan sifat oksidator.
- Perhidrol (peroksida air, H2O2), berkhasiat untuk
mengeluarkan kotoran dari dalam luka dan membunuh
kuman anaerob.

8) Logam berat dan garamnya


- Merkuri klorida (sublimat), berkhasiat menghambat
pertumbuhan bakteri dan jamur
- Merkurokrom (obat merah) dalam larutan 5-10%.
Sifatnya bakteriostatik lemah, mempercepat keringnya
luka dengan cara merangsang timbulnya kerak (korts).
9) Asam borat, sebagai banterostatikk lemah (kosentrasi 3%.
Derivat fenol
- Trinitrofenol (asam pikrat), kegunaannya sebagai
antiseptik wajah dan genitalia eksternal sebelum operasi
dan luka bakar.
- Heksaklorofan (pHisohex), bermanfaat untuk mencuci
tangan.

5
- Basa amminonium kuartener, disebut juga etakridin
(rivanol), merupakan turunan dari aridin dan berupa
serbuk berwarna kuning dan konsentrasi 0,1%.
Kegunaannya sebagai antiseptik borok bernanah,
kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer
20014:390).

Dalam proses pencucian/pembersiha luka yang perlu diperhatikan


adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan
cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan
sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan.
Pemilihan cairan untuk pembersihan luka harus cairanyang efektif dan
aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan di atas
dan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu normal saline.
Normal saline atau disebut jua NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan
yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap
liternamempunyai komposisi natrium klorida 9,0 g dengan osmolaritas
308 mOsm/l setara dengan ion-ion Na+ 154 mEq/Ldan Cl- mEq/L
(InTENA, 2004:16 ; ISO Indonesia, 2000:18).

c. Pembersihan Luka
Tujuan dilakukan pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki
dan mempercepat proses penyembuhan luka, menghindari terjadinya
infeksi, membuang jaringan nekrosis dan debris (InTENA, 2004:16).
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan lukayaitu:
1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang
jaringan mati dan benda asing.
2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi jaringan yang mati.
3) Berikan antiseptik

6
4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi lokal. Bila perlu dilakukan penutupan luka (Mansjoer, 2000:
398, 400).
d. Penjahitan Luka
Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang
dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi
berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh
persekunder tau pertertian.
e. Penutupan Luka
Adalah mengupayakan kondisi lingkungan yangbaikpada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.
f. Pembalutan Luka
Pertimbangan dalam penutup dan membalut luka sangat tergantung pada
penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap
penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka
dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang
mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.
g. Pemberian antibiotik
Prinsipnya pada luka bersih tidak diberikan antbiotik dan pada luka
terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.
h. Pengangkatan jahitan
Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu
pengangkatan jahitan tergantung dariberbagai faktor seperti: lokasi, jenis
pengangakatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi
(Mansjoer,2000:398; Walton, 1990:44).

B. Macam-Macam Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan / komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka
diklasifikasikan dengan berbagai macam cara. Masing-masing
pengklasifikasian tersebut, antara lain :

7
1. Berdasarkan kedalaman dan luasnya, luka dapat dibagi menjadi :
a. Luka superficial : terbatas pada lapisan dermis
b. Luka partial thickness : hilangnya jaringan kulit pada lapisan
epidermis dan lapisan bagian atas dermis.
c. Luka full thickness : jaringan kulit yang hilang pada lapisan
epidermis, dermis, dan fasia, tidak mengenai otot.
d. Luka mengenai otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.

2. Luka diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luasnya dengan


pembagian berdasarkan tingkat keparahannya, dapat dibagi menjadi :
a. Tingkat I : kemerahan (perubahan warna), teraba hangat, bengkak atau
teraba lebih hangat.
b. Tingkat II : luka lebih dalam melibatkan sebagian jaringan kulit.
c. Tingkat III : luka melibatkan seluruh jaringan kulit & bagian
dibawahnya termasuk lemak tetapi tidak menembus fascia.
d. Tingkat IV : luka lebih dalam melibatkan otot atau tulang dan jaringan
disekitarnya.

3. Terminologi luka yang dihubungkan dengan waktu penyembuhan/ waktu


kejadiannya, luka dapat dibagi menjadi luka akut dan luka kronik :
a. Luka Akut :
1) Luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai waktu yang
diperkirakan.
2) Luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep
penyembuhan yang telah disepakati.
3) Luka akut merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat
penanganan dan dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi
komplikasi.
Contoh : Luka sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury

8
4) Luka operasi dapat dianggap luka akut yang dibuat oleh ahli bedah.
Contoh : luka jahit, skin graft.
5) Dapat disimpulkan bahwa luka akut adalah luka yang mengalami
proses penyembuhan, yang terjadi akibat proses perbaikan integritas
fungsi dan anatomi secara terus-menerus, sesuai dengan tahap dan
waktu yang normal.

b. Luka Kronis :
1) Pengantar
a) Luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan,
dapat karena faktor eksogen atau endogen.
b) Luka gagal sembuh pada waktu yang diperkirakan, tidak
berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul
kemnali.
c) Luka yang berlangsung lama atau sering rekuren dimana terjadi
gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan
oleh masalah multifactor dari penderita.
d) Dapat disimpulkan bahwa luka kronik adalah luka yang gagal
melewati prosesnperbaikan untuk mengembalikan integritas
fungsi dan anatomi sesuai dengan tahap dan waktu yang normal.

2) Karakteristik Luka Kronik :


a) Luka kronik disebabkan inflamasi kronik yang ditandai dengan
siklus aktivitas sel yang tidak mendukung penyembuhan.
b) Aktivitas proteolitik dapat tidak adekuat (i.e. melampaui periode
bermanfaat) sehingga berperan dalam kronisitas luka.
c) Kadar matrix metalloproteinase dan protease serine meningkat
dibandingkan cairan luka akut.
d) Kadar laktat pada luka kronik semakin turun selama
penyembuhan.

9
e) Pada luka kronik, kadar albumin, protein total, dan glukosa
semakin meningkat menuju penyembuhan.
f) Beberapa spesies bakteri bertahan dalam luka kronik yang
lembab sehingga menghambat penyembuhan luka.
Contoh : Leg ulcers/ulkus kaki, Pressure sores/luka
tekan.dekubitus, Diabetic ulcers/luka diabetes, malignant
ulcers/luka kanker, luka bakar yang terinfeksi.

4. Klasifikasi berdasarkan jenisnya, yang masing-masing dijelaskan sebagai


berikut:
a. Luka memar :
Luka yang terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteritikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan
bengkak
b. Luka abrasi/babras/lecet :
1) Luka permukaan meliputi luka potong atau lecet.
2) Merupakan luka yang tidak dalam (Superfisial)
3) Mengenai sebagian/seluruh kulit
4) Tidak sampai jaringan subkutis
5) Sangat nyeri karena ujung-ujung syaraf yang terluka
c. Luka robek/laserasi/vulnus laseratum (lacerated wound) :
1) Luka yang terjadi akibat benda yang tajam, seperti oleh kaca,
kawat, dan lain lain atau benda tumpul.
2) Bentuk luka karena benda tajam : tepi luka rata, teratur
3) Bentuk luka karena beda tumpul : tepi luka tidak rata dan tidak
teratur
4) Bentuk luka robek: lurus, lengkung, patah atau berbentuk (stelat)
5) Seringkali ,eliputi kerusakan jaringan yang berat, sering
menyebabkan perdarahan yang serius dan berakibat syok
hipovolemik.

10
d. Luka tusuk/puncture/vulnus punctum (Punctured Wound):
1) Penyebab : benda tajam dan runcing.
2) Luka yang terjadi akibat adanya benda, seperti paku, pisau atau
peluru masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil
3) Ciri luka: lebar luka lebih kecil dibandingkan dalamnya.
4) Walaupun perdarahan nyata sringkali sedikit, kerusakan jaringan
internal dan perdarahan dapat sangat luas.
5) Luka bisa mempunyai resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan
dengan adanya benda asing pada tubuh.
6) Mudah terjadi infeksi oleh bakteri an-aerob atau tetanus.
7) Perhatikan luka tusuk pada thoraks dan abdomen, apakah
mengenai organ dalamnya.
e. Luka tembak:
1) Luka yang menembus organ tubuh, biasanya pada bagian awal luka
masuk diameternya pada bagian awal luka masuk diameternya
kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
2) Penyebab : Peluru
3) Ciri luka: luka tembak masuk dan luka tembak keluar
4) Kadang-kadang hanya luka tembak masuk: luka steril karena
peluru panas.
5) Peluru bersarang: mengenai otot, tulang, organ-organ dalam
thoraks atau abdomen
6) Pemeriksaan rontgen: untuk mengetahui lokasi peluru
f. Luka Gigitan:
1) Luka gigitan: gigitan binatang berbisa atau tidak berbisa
2) Ciri luka: kecil tapi dalam
3) Gigitan luka berbisa: perlu serum anti bisa
4) Gigitan manusia: berbahaya, komplikasi infeksi berat.

11
g. Luka Avulsi:
1) Kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas, tapi sebagian masih ada
hubungan dengan tubuh.
2) Perlu penanganan khusus.
h. Luka Hancur:
1) Sulit digolongkan pada salah satu jenis luka
2) Jaringan hancur
3) Banyak jaringan non-vital
4) Sering amputasi

5. Klasifikasi berdasar tingkat kontaminasi terhadap luka:


a. Luka Bersih (Clean Wound)
1) Luka dianggap tidak ada kontaminasi kuman
2) Luka yang tidak mengandung organism pathogen
3) Luka sayat elektif
4) Luka bedah tak terinfeksi, yang mana tidak terjadi proses inflamasi
& infeksi pada system pernafasan, pencernaan, genital & urinaria
(tidak ada kontak dengan orofaring, saluran pernafasan,
pencernaan, genitalia dan urinaria)
5) Biasanya menghasilkan luka tertutup
6) Steril. Potensial terinfeksi
7) Kemungkinan terjadinya infeksi luka: 1% -

b. Luka Bersih Terkontaminasi (Clean-contaminated Wounds):


1) Luka dalam kondisi aseptic, tetapi melibatkan rongga tubuh yang
secara normal mengandung mikroorganisme.
2) Luka pembedahan/luka sayat elektif
3) Kontak dengan saluran orofaring, respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan.
4) Luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital
atau perkemihan dalam kondisi terkontrol.

12
5) Proses penyembuhan lebih lama
6) Kontaminasi tidak selalu terjadi
7) Potensial terinfeksi: spillage minimal, flora normal.
8) Kemungkinan timbulnya infebih lama
9) Kontaminasi tidak selalu terjadi
10) Potensial terinfeksi: spillage minimal, flora normal.
11) Kemungkinan timbulnya infeksi luka: 3% - 11%

c. Luka Terkontaminasi (Contaminated Wounds):


1) Luka berada pada kondisi yang mungkin mengandung
mikroorganisme.
2) Luka terdapat kuman tetapi belum berkembang baik.
3) Luka periode emas (golden periode) terjadi antara 6-8 jam
4) Termasuk luka trauma baru seperti laserasi, luka terbyka/fraktur
terbuka, luka penetrasi, luka akibat kecelakaan & operasi dengan
kerusakan besar dengan tehnik aseptic/kontaminasi dari saluran
cerna.
5) Termasuk juga insisi akut, inflamasi nonpurulent.
6) Kemungkinan infeksi luka: 10% - 17%

d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds): Terdapatnya


mikroorganisme pada luka:
1) Luka yang terjadi lebih dari 8 jam
2) Terdapatnya mikroorganisme pada luka (> 105)
3) Terdapat gejala radang/infeksi
4) Luka akibat proses pembedahan yang sangat terkontaminasi
5) Perforasi visera, abses, trauma lama.

13
6. Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya hubungan dengan luar/integritas
luka:
a. Luka tertutup (Vulnus occlusum):
1) Luka tidak melampaui tebal kulit
2) Luka tanpa robekan pada kulit
3) Contoh: Bagian tubuh yang terpukul benda benda tumpul,
terpelincir, keseleo, daya deselerasi kea rah tubuh (fraktur tulang,
robekan pada organ dalam), luka abrasi, kontusio atau memar.

b. Luka terbuka (Vulnus apertum):


1) Luka melampaui tebal kulit.
2) Terlihat robekan pada kulit atau membran mukosa, Contoh :
trauma oleh benda tajam atau tumpul (insisi bedah, pungsi vena,
luka tembak)
3) Robekan kulit memudahkan masuknya mikroorganisme, terjadi
kehilangan darah dan cairan tubuh melalui luka. Fungsi bagian
tubuh menurun.

C. Perawatan Luka
a. Pengertian
Perawatan luka merupakan tindakan keperawatan yaitu berupa
menggati balutan dan membersihkan luka baik pada luka yang bersih
maupun luka yang kotor.
b. Tujuan
a. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka.
b. Menekan dan imobilisasi luka.
c. Mencegah jaringan epitel baru dari cedera mekanis.
d. Mencegah luka dari kontaminasi atau infeksi.
e. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien.
f. Membantu penyembuhan luka.

14
c. Persiapan alat
Peralatan steril :
- Pinset anatomis (2 buah)
- Pinset chirurgis (2 buah)
- Handscoon steril
- Bak Instrument steril
- Kom steril (2 buah)
- Kassa steril secukupnya
- Duk bolong
- Gunting jaringan/ Gunting Up Hecting (jika diperlukan)
Peralatan tidak steril :
- Alat Pelindung Diri (APD)
Barascoot
Masker
Sarung tangan bersih
- Alas / Perlak
- Korentang
- Gunting Verband/plester
- Plester
- Kassa gulung
- Nierbekken/Bengkok (2 buah)
- Kapas Alkohol dalam tempatnya
- Larutan dalam botolnya (NaCL 0,9%)
- Betadine dalam tempatnya
- Larutan clorin
- Salep topical ( jika diperlukan)
- Lidi Kapas/Cotton bud
- Lembar catatan klien

15
d. Persiapan pasien
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
- Perhatikan privacy pasien
- Mengatur posisi pasien

e. Prosedur Kerja
1. Dekatkan peralatan di samping tempat tidur.
2. Mencuci tangan
3. Pakai APD (Barascoot, Masker, dan Sarung tangan sekali pakai)
4. Siapkan plester untuk fiksasi (bila perlu)
5. Pasang alas/perlak
6. Dekatkan nierbekken
7. Buka set steril, lalu buka tutup bak instrumen menggunakan
korentang
8. Membuka balutan lama
- Basahi plester yang melekat dengan kapas alcohol/ alcohol swab.
- Ambil pinset anatomis, dan lepaskan plester menggunakan pinset
dengan melepaskan ujungnya dan menarik secara perlahan,
sejajar dengan kulit ke arah balutan.
- Kemudian buang balutan ke nierbekken.
- Simpan pinset on steril ke nierbekken yang sudah terisi larutan
chlorin 0,5%
9. Kaji Luka:
Jenis, tipe luka, luas/kedalaman luka, grade luka, warna dasar luka,
fase proses penyembuhan, tanda-tanda infeksi perhatikan
kondisinya, letak drain, kondisi jahitan, bila perlu palpasi luka
dengan tangan non dominan untuk mengkaji ada tidaknya pus.
10. Membersihkan luka:
- Larutan NaCl 0,9% /normal salin (NS) di tuang ke kom kecil
- Lepaskan sarung tangan, buang ke dalam bengkok
- Gunakan sarung tangan steril

16
- Ambil pinset, tangan kanan memegang pinset chirurgis dan
tangan kiri memegang pinset anatomis
- Membuat kassa lembab secukupnya untuk membersihkan luka
(dengan cara memasukkan kapas/kassa ke dalam kom berisi
NaCL 0,9% dan memerasnya dengan menggunakan pinset)
- Lalu mengambil kapas basah dengan pinset anatomis dan
dipindahkan ke pinset chirurgis
- Luka dibersihkan menggunakan kasa lembab dengan kassa
terpisah untuk sekali usapan. Gunakan teknik dari arah atas ke
bawah dan dari dalam keluar yaitu area kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi.
11. Menutup Luka
- Bila sudah bersih, luka dikeringkan dengan kassa steril kering
yang diambil dengan pinset anatomis kemudian dipindahkan ke
pinset chirurgis di tangan kanan.
- Beri topikal therapy bila diperlukan/sesuai indikasi
- Kompres dengan kasa lembab (bila kondisi luka basah) atau
langsung ditutup dengan kassa kering steril (kurang lebih 2 lapis)
12. Tutup dengan verban gulung, fiksasi dengan plester
13. Rapikan alat
14. Rapikan pasien
15. Lepaskan sarung tangan steril ,dan buang ke dalam bengkok
16. Buka sampiran
17. Cuci tangan

f. Dokumentasi
1. Hasil observasi luka
2. Balutan dan atau drainase
3. Waktu melakukan penggantian balutan
4. Respon klien.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Luka adalah keadaan hilangnya/terputusnya kontinuitas jaringan


(Mansjoer, 2000:396). Menurut InETNA, luka adalah sebuah injuri pada
jaringan yang menggangu proses seluler normal, luka dapat juga
dijabarkan dengan adanya kerusakan pada kuntinuitas/kesatuan jaringan
tubuh yang biasanya disertaidengan kehilagan substansi jaringan.
Fase penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase proliferasi
dan fase maturasi.

B. Saran
Luka merupakan keadaan jaringan tubuh yang tidak utuh sehingga
banyak kemungkinan kontaminasi pada jaringan yang terbuka oleh sebab
itu perlu adanya perawatan luka yang memadai dari segi kompetensi
maupun peralatan perawatan luka sehingga tidak terjadi kemungkinan-
kemungkinan luka semakin menjadi parah.

18

Anda mungkin juga menyukai