Jawab :
Keuntungan :
Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul.
terutama untuk anak-anak
Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan
permukaan saluran cerna tinggi
Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat
Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Kerugian :
Kerugian :
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa simplisia sederhana,
seperti irisan rimpang, daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan keamanannya
baru terbukti setelah secara empiris berdasarkan pengalaman turun-temurun.
Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati 3 generasi.
Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika
bertahan minimal 180 tahun.
Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk
sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi.
Disamping itu herbal terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas
(keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan) dan teratogenik
(keamanan terhadap janin). Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Riset in vivo
dilakukan terhadap hewan uji seperti mencit, tikus ratus-ratus galur, kelinci atau
hewan uji lain. Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi,
kultur sel atau mikroba. Riset in vitro bersifat parsial, artinya baru diuji pada sebagian
organ atau pada cawan petri. Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat.
Fitofarmaka
Pengertian Fitofarmaka merupakan status tertinggi dari bahan alami sebagai "obat
".Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah
melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan coba dikonversi ke dosis aman
bagi manusia. Dari uji itulah dapat diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan
manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji pada hewan coba, belum tentu ampuh
juga ketika dicobakan pada manusia. Uji klinis terdiri atas single center yang
dilakukan di laboratorium penelitian dan multicenter di berbagai lokasi agar lebih
obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya sebagai obat.
3. Registrasi Obat
Obat jadi yang akan diedarkan harus sudah didaftarkan diBadan POM, obat yang sudah
terdaftar akan memperoleh nomor registrasi
Nomor pendaftaran untuk obat modern terdiri dari 15 digit yaitu 3 digit pertama
berupa huruf dan 12 digit sisanya berupa angka. Berikut penjelasannya:
Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat, yaitu:
D = Obat dengan merek dagang
G = Obat dengan nama generik
Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, yaitu:
B= Golongan obat bebas
T = Golongan obat bebas terbatas
K= Golongan obat keras
P = Golongan obat Psikotropika
N= Golongan obat Narkotika
Digit ke-3
Digit ke-3 menunjukkan lokasi obat tersebut diproduksi atau tujuan diproduksinya
obat tersebut, yaitu:
L= Obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi.
I = Obat diproduksi di luar negeri atau obat impor.
X=Obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus, misalnya obat-obat
untuk program keluarga berencana.
Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun persetujuan obat tersebut oleh BPOM.
Contohnya:
09 = Obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009
Digit ke-6, 7, dan 8
Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan nomor urut
pabrik harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.
Digit ke-9, 10, dan 11
Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing-
masing pabrik, dengan persyaratan nomor urut obat harus lebih besar dari 100 dan
lebih kecil dari 1000.
Nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 digit pertama berupa
huruf dan 9 digit kedua berupa angka. Berikut penjelasannya:
Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan obat tradisional, yaitu dilambangkan dengan huruf T.
Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi, misalnya:
TR= Obat tradisional produksi dalam negeri
TL= Obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi
TI= Obat tradisional produksi luar negeri atau impor
BTR= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi dalam negeri.
BTL= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produk dalam negeri dengan
lisensi.
BTI= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi luar negeri atau impor.
SD= Suplemen produksi dalam negeri
SI= Suplemen Impor
MD= Makanan produksi dalam negeri
ML= Makanan impor
CD= Kosmetik dalam negeri
CL= Kosmetik impor
CA= Kosmetik dengan tanda notifikasi
Digit ke-3 dan 4
Digit ke-3 dan 4 merupakan tahun didaftarkannya obat tradisional tersebut ke
Kemenkes RI.
Digit ke-5
Digit ke-5 merupakan bentuk usaha pembuat obat tradisional tersebut, yaitu:
1 menunjukkan pabrik farmasi
2 menunjukkan pabrik jamu
3 menunjukkan perusahaan jamu
Digit ke-6
Digit ke-6 menunjukkan bentuk sediaan obat tradisional, di antaranya:
1 = bentuk rajangan
2 = bentuk serbuk
3 = bentuk kapsul
4 = bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet
5 = bentuk dodol, majun
6 = bentuk cairan
7 = bentuk salep, krim
8 = bentuk plester/koyo
9 = bentuk lain seperti dupa, ratus, mangir, permen
Digit ke-7, 8, 9, dan 10
Digit ke-7, 8, 9, dan 10 menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar.
Digit ke-11
Digit ke-11 menunjukkan jenis atau macam kemasan (volume), yaitu:
1 = 15 ml
2 = 30 ml
3 = 45 ml
Contoh :
TUGAS KELOMPOK
DIYAH AYU LESTARI
LILIS PUJIYATI
USWATUN KHASANAH