Anda di halaman 1dari 19

1.

Cari contoh dari obat menurut bentuk sediaannya


2. Bagaimana perbedaan dari jamu, obat tradisional, dan fitofarmaka
3. Bagaimana Nomor Registrasi suatu obat? Beri contoh

Jawab :

1. Menurut bentuk sediaan obat di bagi :


A. Bentuk Padat
a. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung
pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
Macam-macam tablet :
a) Tablet Kempa : Paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk
serta penandaannya tergantung design cetakan.
b) Tablet Cetak : Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa
lembab dalam lubang cetakan.
c) Tablet Trikurat : Tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris.
Sudah jarang ditemukan
d) Tablet Hipodermik : Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut
sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik,
sekarang diberikan secara oral.
e) Tablet Sublingual : Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan
dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
f) Tablet Bukal : Digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan gusi.
g) Tablet Efervescen : Tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam wadah
tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket tertulis “tidak untuk
langsung ditelan”.
h) Tablet Kunyah : Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak
di rongga mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit, atau tidak
enak.
Bentuk tablet :
 Tablet berbentuk pipih
 Tablet Berbentuk bulat
 Tablet berbentuk persegi
 Tablet yang pakai tanda belahan (scoret tablet , memudahkan untuk membagi
tablet)
Keuntungan :
 Praktis :
 Waktu: peresepan dan pelayanan diapotek cepat
 Lebih mudah dibawa dan disimpan
 Mudah ditelan
Kekurangan:
 Menyulitkan terapi individual
 Sasaran kadar obat dalam plasma lebih sulit tercapai
b. Serbuk
Serbuk adalah campuran kering bahan obat atau bahan kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
Macam serbuk :
a) Serbuk terbagi (pulveres) merupakan bahan atau campuran yang homogen dari
bahan-bahan yang diserbukkan dan relatif kering.
b) Serbuk tak terbagi (pulvis) adalah serbuk yang dibuat untuk pemakaian dalam
maupun pemakaian luar.
Kelebihan sediaan serbuk :
 Dokter leluasa dalam memilih dosis sesuai keadaan pasien.
 Lebih stabil, terutama untuk obat yang rusak oleh air.
 Penyerapan lebih sempurna dibanding sediaan padat lain.
 Cocok untuk anak-anak dan dewasa yang sukar menelan kapsul atau tablet.
 Obat yang volumenya terlalu besar untuk dibuat tablet atau kapsul dapat
dibuat bentuk serbuk.
Kelemahan sediaan serbuk
 Rasa yang tidak enak tidak tertutup seperti rasa pahit, sepat, lengket di lidah
(dapat diatasi dengan corigen saporis).
 Pada penyimpanan bisa menjadi lembab.
c. Pil (Pilulae)
Pil merupakan sediaan yang berbentuk bulat seperti seperti kelereng yang
mengandung satu atau lebih bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral.
Keuntungan:
 Mudah digunakan atau ditelan
 Mampu menutupi rasa yang tidak enak
 Relatif stabil dibandingkan larutan
 Sangat baik untuk sediaan yang dikehendaki penyerapannya lambat
Kerugian:
 Kurang cocok untuk obat yang diharapkan memberi reaksi yang cepat
 Waktu absorbsi yang lama
d. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut.
Keuntungan:
 Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
 Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
 Lebih enak dipandang
 Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis), dengan
pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil kemudian
dimasukkan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih besar.
 Mudah ditelan.
Kekurangan :
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
 Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang
kapsul.
 Tidak dapat diberikan untuk balita
 Tidak bisa dibagi-bagi.
e. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada
suhu tubuh.
Kelebihan:
 Dapat digunakan untuk obat yang tidak bisa diberikan secara oral, karena
gangguan cerna, pingsan dan sebagainya.
 Dapat diberikan pada anak bayi, lansia yang susah menelan.
 Bisa menghindari first fast efek dihati.
Kekurangan:
 Daerah absorpsinya lebih kecil
 Absorpsi hanya melalui difusi pasif
 Pemakaian kurang praktis
 Tidak dapat digunakan untuk zat yang rusak pada pH rectum
B. Bentuk Setengah Padat
a. Krim
Sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air, dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Digunakan pada daerah yang peka dan mudah dicuci. Krim cocok
untuk kondisi inflamasi kronis dan kurang merusak jaringan yang baru terbentuk.
Contoh : salep.
Ada 2 jenis tipe krim yaitu :
 Tipe emulsi minyak dalam air O/W: lebih sesuai untuk digunakan pada
daerah lipatan .
 Tipe emulsi air dalam minyak W/O: efek lubrikasi lebih baik.
Keuntungan:
 Aplikasi mudah
 Mendinginkan kulit
 Mudah dibersihkan
Kerugian:
 Tidak stabil terutama bila kena asam organik ( As salisilat, As Benzonat,
Asam tanat ) dan panas.
 Mudah mengering karena cairan menguap.
b. Pasta
Sediaan setengah padat berupa massa lembek (lebih kenyal dari salep) yang
dimaksudkan untuk pemakaian luar (dermatologi).
Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam
jumlah besar dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago atau sabun.
Keuntungan:
 Mengikat cairan sekret (eksudat)
 Tidak mempunyai daya penetrasi gatal dan terbuka. sehingga mengurangi rasa
gatal local.
 Lebih melekat pada kulit sehingga kontaknya dengan jaringan lebih lama.
Kekurangan:
 Lebih keras dari pada unguentum sehingga sukar dioleskan dan kadang nyeri.
 Sukar dibersihkan
Contoh : pasta lassari (anti septik), pasta dentrifrika (penyegar gigi)
c. Gel (Jelly)
Jernih & tembus cahaya yang mengandungzat-zat aktif dalam keadaan terlarut.
Lebih encer dari salep, mengandung sedikit atau tidak lilin. Digunakan pada
membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan
umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh
rendah. Dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi
sebagai basis. Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat
dari zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan. Adapun bahan – bahan yang
diformulasikan untuk membuat Gel (Lubicating Jelly) yaitu meliputi Methocel 90
H.C. 4000 , Carbopol 934 , Propylene Glycol , Methyl Paraben , Sodium
Hydroxide,qs ad , dan Purified Water.
Keuntungan :
 Efek pendinginan pada kulit saat digunakan
 Penampilan sediaan yang jernih dan elegan
 Elastis
 Daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori sehingga pernapasan pori tidak
terganggu
 Mudah dicuci dengan air
 Pelepasan obatnya baik
 Kemampuan penyebarannya pada kulit baik
Kekurangan :
 Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga gel tetap jernih
pada berbagai perubahan temperature.
 Gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat.
 Kandungan surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih
mahal.
C. Bentuk cair
a. Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel).
Dapat juga dikatakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang larut, misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral
(diminum) dan larutan topikal (kulit).
Keuntungan:
 Lebih mudah diserap sehingga dapat segera bekerja
 Karena zat aktif terlarut secara homogen maka konsentrasi obat yang
diinginkan dapat tepat
 Kurang stabil terutama pada penyimpanan
Kerugian :
 Bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk dibawa atau
diangkut dan disimpan, lebih berat.
 Stabilitas dalam bentuk cair kurang baik dibandingkan dalam bentuk sediaan
tablet, kapsul, pil, terutama apabila zat aktif atau bahan mudah terhidrolisis
 Larutan/air merupakan media ideal mikroorganisme untuk berkembang-biak
sehingga diperlukan penambahan pengawet yang lebih banyak dibanding
sediaan tablet, pil, krim, dan lain-lain
 Ketepatan dosis tergantung kemampuan pasien dalam menakar obat
 Rasa obat yang tidak menyenangkan akan terasa lebih tidak enak apabila
dalam bentuk larutan, terutama jika tidak dibantu dengan pemanis dan
pengaroma
b. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk
susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga
(telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.

Keuntungan :
 Baik digunakan untuk orang yang sulit mengkonsumsi tablet, pil, kapsul.
terutama untuk anak-anak
 Memiliki homogenitas yang cukup tinggi
 Lebih mudah di absorpsi daripada tablet, karna luas permukaan kontak dengan
permukaan saluran cerna tinggi
 Dapat menutupi rasa tidak enak atau pahit dari obat
 Dapat mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air

Kerugian :

 Memiliki kestabilan yang rendah


 Jika terbentuk caking maka akan sulit terdispersi kembali, sehingga
homogenisitasnya menjadi buruk
 Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sulit untuk dituang
 Ketepatan dosis lebih rendah dibandingkan sediaan larutan
 Suspensi harus dilakukan pengocokan sebelum digunakan
 Pada saat penyimpanan kemungkinan perubahan sistem dispersi akan
meningkat apabila terjadi perubahan temperatur pada tempat penyimpanan
c. Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi, dimaksudkan
untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan
menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan. Sediaan obat tetes dapat berupa
antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tetes mulut), Guttae Auriculares
(tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae Ophtalmicae (tetes mata).
Keuntungan:
 Larutan tetes memiliki kelebihan dalam hal kehomogenan, bioavalaibilitas dan
kemudahan penanganan.
 Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat
memperpanjang waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu
terdisolusinya oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan
efek terapinya.
Kekurangan:
 Kapasitas volume yang dapat ditampung oleh mata sangat terbatas, maka jika
terdapat larutan yang berlebih dapat masuk ke nasal cavitu lalu masuk ke
jalur-blok GI menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
d. Injection (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang
disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau
selaput lendir. Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.
Keuntungan :
 Dapat dicapai efek fisiologis segera, untuk kondisi penyakit tertentu (jantung
berhenti).
 Dapat diberikan untuk sediaan yang tidak efektif diberikan secara oral atau
obat yang dirusak oleh sekresi asam lambung.
 Baik untuk penderita yang tidak memungkinkan mengkonsumsi oral (sakit
jiwa atau tidak sadar).
 Pemberian parenteral memberikan kemungkinan bagi dokter untuk mengontrol
obat, karena pasien harus kembali melakukan pengobatan.
 Sediaan parenteral dapat menimbulkan efek lokal seperti pada kedokteran
gigi atau anastesiologi.
 Pengobatan parenteral merupakan salah satu cara untuk mengoreksi gangguan
serius cairan dan keseimbangan elektrolit.
Kerugian :
 Pemberian sediaan parenteral harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan
membutuhkan waktu pemberian yang lebih lama.
 Pemberian obat secara parenteral sangat berkaitan dengan ketentuan prosedur
aseptik dengan rasa nyeri pada lokasi penyuntikan yang tidak selalu dapat
dihindari.
 Bila obat telah diberikan secara parenteral, sukar sekali untuk menghilangkan
atau merubah efek fisiologisnya karena obat telah berada dalam sirkulasi
sistemik.
 Harganya relatif lebih mahal, karena persyaratan manufaktur dan pengemasan.
 Masalah lain dapat timbul pada pemberian obat secara parenteral seperti
septisema, infeksi jamur, inkompatibilias karena pencampuran sediaan
parenteral dan interaksi obat.
 Persyaratan sediaan parenteral tentang sterilitas, bebas dari partikulat, bebas
dari pirogen, dan stabilitas sediaan parenteral harus disadari oleh semua
personel yang terlibat.
e. Sirup
Merupakan sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa, kecuali
disebutkan lain kadar sakarosanya antara 64%r sampai 66%.
Kerugian :
 Tidak semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
 Sediaan sirup jarang yang isinya zat tungggal, pada umumnya campuran atau
kombinasi beberapa zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak
dibutuhkan pasien tersebut.
 Tidak sesuai bahan obat yang rasanya tidak enak misal sangat pahit
(sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet effervescent)
 Tidak bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspensi
atau eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung
alkohol, suspensi stabilitasnya lebih rendah tergantung formulasi dan
suspending egent yang digunakan.
 Tidak bisa untuk bahan obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk
emulsi yang mana stabilitas emulsi juga lebih rendah dan tergantung formulasi
serta emulsifying agent yang digunakan)
 Tidak sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya
dibuat sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul,
stabilitas setelah dilarutkan hanya beberapa hari).
 Harga relatif mahal karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang
khusus pula.
f. Infus
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
0
dengan air pada suhu 90 C selama 15 menit.
Keuntungan :
 Pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat
dibandingkan cara-cara pemberian lain dan tidak menyebabkan masalah
terhadap absorbsi obat.
Kerugian :
 Obat yang diberikan sekali lewat intravena maka obat tidak dapat dikeluarkan
dari sirkulasi seperti dapat dilakukan untuk obat bila diberikan per oral,
misalnya dengan cara dimuntahkan.
g. Eliksir
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
Keuntungan :
 Mudah ditelan dibandingkan tablet atau kapsul
 Rasanya enak
 Larutan jernih, tidak perlu dikocok lagi
Kekurangan :
 Tidak baik untuk kesehatan anak.
 Karena mengandung bahan yang mudah menguap. Harus disimpan dalam
botol bertutup kedap dan jauh dari sumber api
D. Bentuk gas
Terdiri dari :
a. Inhalasi
Yaitu obat yang digunakan dengan cara dihirup
Keuntungan :
 Penggunaan terapi inhalasi ini adalah cara kerjanya yang langsung ke organ
sasaran, dalam hal ini paru-paru
 Jangka waktu kerjanya lebih singkat/cepat
 Dosis obat yang digunakan lebih kecil sehingga dapat mengurangi efek
samping obat yang berlebihan
b. Aerosol
Yaitu terdispersi dalam gas
Keuntungan :
 Mudah digunakan & sedikit kontak dengan tangan
 Bahaya kontaminasi tidak ada (dimasuki udara & penguapan selama tidak
digunakan), karena wadah tertutup-kedap
 Efektif untuk penanganan gangguan pernapasan
 Takaran yang dikehendaki dapat diatur
 Bentuk semprotan dapat diatur
 Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi.

Kerugian :

 MDI ( Metered Dose Inhaler) biasanya mengandungbahan obat terdispersi &


masalah yang sering timbul berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
 Efikasi klinik biasanya tergantung kemampuan pasien menggunakan MDI
dengan baik & benar.
2. Perbedaan Jamu, OHT, dan Fitofarmaka
 Jamu

Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa simplisia sederhana,
seperti irisan rimpang, daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan keamanannya
baru terbukti setelah secara empiris berdasarkan pengalaman turun-temurun.
Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati 3 generasi.
Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika
bertahan minimal 180 tahun.

 OHT ( Obat Herbal Tersandar )

Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk
sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi.
Disamping itu herbal terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas
(keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan) dan teratogenik
(keamanan terhadap janin). Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Riset in vivo
dilakukan terhadap hewan uji seperti mencit, tikus ratus-ratus galur, kelinci atau
hewan uji lain. Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi,
kultur sel atau mikroba. Riset in vitro bersifat parsial, artinya baru diuji pada sebagian
organ atau pada cawan petri. Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat.
 Fitofarmaka

Pengertian Fitofarmaka merupakan status tertinggi dari bahan alami sebagai "obat
".Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah
melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan coba dikonversi ke dosis aman
bagi manusia. Dari uji itulah dapat diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan
manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji pada hewan coba, belum tentu ampuh
juga ketika dicobakan pada manusia. Uji klinis terdiri atas single center yang
dilakukan di laboratorium penelitian dan multicenter di berbagai lokasi agar lebih
obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya sebagai obat.
3. Registrasi Obat
Obat jadi yang akan diedarkan harus sudah didaftarkan diBadan POM, obat yang sudah
terdaftar akan memperoleh nomor registrasi

Cara membaca nomor registrasi obat modern

Nomor pendaftaran untuk obat modern terdiri dari 15 digit yaitu 3 digit pertama
berupa huruf dan 12 digit sisanya berupa angka. Berikut penjelasannya:

 Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan jenis atau kategori obat, yaitu:
D = Obat dengan merek dagang
G = Obat dengan nama generik
 Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan golongan obat, yaitu:
B= Golongan obat bebas
T = Golongan obat bebas terbatas
K= Golongan obat keras
P = Golongan obat Psikotropika
N= Golongan obat Narkotika
 Digit ke-3
Digit ke-3 menunjukkan lokasi obat tersebut diproduksi atau tujuan diproduksinya
obat tersebut, yaitu:
L= Obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi.
I = Obat diproduksi di luar negeri atau obat impor.
X=Obat yang dibuat dengan tujuan khusus atau program khusus, misalnya obat-obat
untuk program keluarga berencana.
 Digit ke-4 dan 5
Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun persetujuan obat tersebut oleh BPOM.
Contohnya:
09 = Obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2009
 Digit ke-6, 7, dan 8
Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik, dengan persyaratan nomor urut
pabrik harus lebih besar dari 100 dan lebih kecil dari 1000.
 Digit ke-9, 10, dan 11
Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing-
masing pabrik, dengan persyaratan nomor urut obat harus lebih besar dari 100 dan
lebih kecil dari 1000.

 Digit ke-12 dan 13


Digit ke-12 dan 13 menunjukkan bentuk sediaan obat. Beberapa contoh sediaan obat
antara lain:
01 = Kapsul
23 = Powder/Serbuk Oral
43 = Injeksi
02 = Kapsul Lunak
24 = Bedak/Talk
44 = Injeksi Suspensi Kering
04 = Kaplet
28 = Gel
09 = Kaplet Salut Film
29 = Krim, Krim Steril
46 = Tetes Mata
10 = Tablet
30 = Salep
47 = Tetes Hidung
11 = Tablet Effervescent
31 = Salep Mata
48 = Tetes Telinga
12 = Tablet Hisap
32 = Emulsi
49 = Infus
14 = Tablet Lepas Terkontrol
33 = Suspensi
53 = Supositoria, Ovula
34 = Elixir
56 = Nasal Spray
15 = Tablet Salut Enterik
36 = Drops
58 = Rectal Tube
16 = Pil
37 = Sirup/Larutan
62 = Inhalasi
17 = Tablet Salut Selaput
38 = Suspensi Kering
63 = Tablet Kunyah
22 = Granul
41 = Lotion/Solutio
81 = Tablet Dispersi
 Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat, misalnya:
A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
B menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
C menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga di setujui, dst.
 Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan, dan bentuk
sediaan obat (untuk satu nama, kekuatan, dan bentuk sediaan obat diperkirakan tidak
lebih dari 10 kemasan), misalnya:
1 menunjukkan kemasan utama
2 menunjukkan beda kemasan yang pertama
3 menunjukkan beda kemasan yang kedua, dst.

Cara membaca nomor registrasi obat tradisional

Nomor pendaftaran obat tradisional terdiri dari 11 digit yaitu 2 digit pertama berupa
huruf dan 9 digit kedua berupa angka. Berikut penjelasannya:

 Digit ke-1
Digit ke-1 menunjukkan obat tradisional, yaitu dilambangkan dengan huruf T.
 Digit ke-2
Digit ke-2 menunjukkan lokasi obat tradisional tersebut diproduksi, misalnya:
TR= Obat tradisional produksi dalam negeri
TL= Obat tradisional produksi dalam negeri dengan lisensi
TI= Obat tradisional produksi luar negeri atau impor
BTR= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi dalam negeri.
BTL= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produk dalam negeri dengan
lisensi.
BTI= Obat tradisional yang berbatasan dengan obat produksi luar negeri atau impor.
SD= Suplemen produksi dalam negeri
SI= Suplemen Impor
MD= Makanan produksi dalam negeri
ML= Makanan impor
CD= Kosmetik dalam negeri
CL= Kosmetik impor
CA= Kosmetik dengan tanda notifikasi
 Digit ke-3 dan 4
Digit ke-3 dan 4 merupakan tahun didaftarkannya obat tradisional tersebut ke
Kemenkes RI.
 Digit ke-5
Digit ke-5 merupakan bentuk usaha pembuat obat tradisional tersebut, yaitu:
1 menunjukkan pabrik farmasi
2 menunjukkan pabrik jamu
3 menunjukkan perusahaan jamu
 Digit ke-6
Digit ke-6 menunjukkan bentuk sediaan obat tradisional, di antaranya:
1 = bentuk rajangan
2 = bentuk serbuk
3 = bentuk kapsul
4 = bentuk pil, granul, boli, pastiles, jenang, tablet/kaplet
5 = bentuk dodol, majun
6 = bentuk cairan
7 = bentuk salep, krim
8 = bentuk plester/koyo
9 = bentuk lain seperti dupa, ratus, mangir, permen
 Digit ke-7, 8, 9, dan 10
Digit ke-7, 8, 9, dan 10 menunjukkan nomor urut jenis produk yang terdaftar.
 Digit ke-11
Digit ke-11 menunjukkan jenis atau macam kemasan (volume), yaitu:
1 = 15 ml
2 = 30 ml
3 = 45 ml

Contoh :

1. Duviral No.Reg. DKL1212426304A1, Berarti:


D= Obat dengan nama paten ( Duviral )
K= Obat keras ( harus dengan resep dokter )
L= Obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi
12= Obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2012
124= Nomor pabrik yang ke-124 yang ada diindonesia
263= Obat ke -263 yang disetujui dari pabrik tersebut
04= Macam bentuk sediaan obat tersebut 04=kaplet
A= Kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
1= Kemasan utama
2. Proris Forte No.Reg. DTL9921620633B1
D= Obat dengan nama paten ( Proris )
T= Obat bebas terbatas
L= Obat tersebut diproduksi di dalam negeri atau yang diproduksi dengan lisensi
99= Obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 1999
216= Nomor pabrik yang ke-216 yang ada diindonesia
206= Obat ke -206 yang disetujui dari pabrik tersebut
33= Suspensi
B= Kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
1= Kemasan utama
3. Trajenta No.Reg.DKI1152502817A1
D= Obat dengan nama paten ( Trajenta )
K= Obat keras ( harus dengan resep dokter )
I= Obat diproduksi di luar negeri atau obat impor
11= Obat tersebut telah disetujui pada periode tahun 2011
525= Nomor pabrik yang ke-525 yang ada diindonesia
028= Obat ke -028 yang disetujui dari pabrik tersebut
17= Tablet Salut Selaput
A= Kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
1= Kemasan utama
4. Batugin No.Reg.POM TR.142679461
TR= Obat tradisional produksi dalam negeri
14= Tahun pembuatan obat tahun 2014
2= Pabrik jamu
6= Bentuk cairan
7946= Nomor urut jenis produk yang terdaftar
1= 15 ml
5. Enkasari No.Reg.POM TR.142680781
TR= Obat tradisional produksi dalam negeri
14= Tahun pembuatan obat tahun 2014
2= Pabrik jamu
6= Bentuk cairan
8078= Nomor urut jenis produk yang terdaftar
1= 15 ml
6. Vermint No.Reg.POM TR.023317301
TR= Obat tradisional produksi dalam negeri
02= Tahun pembuatan obat tahun 2002
3= Perusahaan jamu
3= Bentuk kapsul
1730= Nomor urut jenis produk yang terdaftar
1= 15 ml

TUGAS KELOMPOK
DIYAH AYU LESTARI
LILIS PUJIYATI
USWATUN KHASANAH

Anda mungkin juga menyukai