Anda di halaman 1dari 170

BAHAN AJAR

FARMAKOLOGI DASAR
SEMESTER II

APT. WASHLIATY SIRAJUDDIN, M.SI.

APT. SHABRAN HADIQ, M.FARM


PENGGOLONGAN OBAT
APT. WASHLIATY SIRAJUDDIN,S.Si.,M.Si.
Obat adalah sediaan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan
untuk mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi
dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,
peningkatan kesehatan dan kontrasepsi
(Permenkes No. 917/Menkes/Per/X/1993).
Penggolongan obat berdasarkan jenisnya, Berdasarkan Permenkes RI Nomor
917/Menkes/X/1993 yang telah diperbarui oleh Permenkes RI No
949/Menkes/Per/VI/2000
OBAT BEBAS
Obat yang dapat dijual bebas dipasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter.
Contoh : paracetamol, bedak salivyl, multivitamin,dll.
Penandaan : Lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam.
OBAT BEBAS TERBATAS
Segolongan obat yang dalam jumlah tertentu aman dikonsumsi, namun jika
terlalu banyak dapat berbahaya.Obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter
di took obat berizin.
Obat bebas terbatas memiliki peringatan pada kemasannya seperti berikut :

Penandaan : Lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.


OBAT KERAS adalah obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter, dan
resep hanya dapat ditebus di Apotek atau diserahkan melalui Rumah Sakit,
Puskesmas, maupun Klinik.
Penandaan : Huruf K berwarna hitam dengan latar merah dalam lingkaran
berwarna hitam.
OBAT WAJIB APOTEK (OWA)
Obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter dalam batas
jumlah tertentu.
Contoh : Asam mefenamat, salbutamol, papaverin, dll.
PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika
yang berkhasita psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat
tyang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh obat : luminal/penobarbital, amfetamin, diazepam, dll.
Penandannya sama dengan obat keras
NARKOTIKA
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintesis maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan-golongan. (UU RI No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika).
Contoh obat : kodein, morfin, heroin
Penandaan : Logo obat narkotika adalah seperti tanda plus warna merah dalam
lingkaran warna putih dengan garis tepi warna merah.
OBAT HERBAL
1. JAMU
Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman empiris secara
turun temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya dari generasi ke
generasi. bentuk obat umumnya disediakan dalam berbagai bentuk serbuk,
minuman, pil, cairan dari berbagai tanaman.
Penandaan :

2. Obat Herbal Terstandar
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat secara
pra-klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun kronis,
terdiri dari bahan yang terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter
mutu), serta dibuat dengan cara higienis.
Penandaan :
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-
klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman
melalui uji toksisitas, bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis,
bermutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Penandaan :
 Jamu –> Obat tradisional terbukti berkhasiat dan aman berdasarkan bukti empiris
turun temurun.
 OHT –> Obat tradisional terbukti berkhasiat melalui uji pra-klinis dan teruji aman
melalui uji toksisitas, bahan terstandar dan diproduksi secara higienis.
 Fitofarmaka –> Obat tradisional terbukti berkhasiat melalui uji pra-klinis dan uji
klinis, teruji aman melalui uji toksisitas, bahan terstandar, dan diproduksi secara
higienis dan bermutu.
BENTUK SEDIAAN OBAT
Washliaty Sirajuddin, S.Si., M.Si., Apt.
PENDAHULUAN

 Obat mempunyai berbagai macam bentuk


 Semua bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri.
 Bahan aktif/obat agar dapat digunakan secara
aman,mudah, nyaman, efisien, dan atau memberikan efek yang
optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat(BSO)  SEDIAAN
FARMASI
 Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih
komponen bahan aktif
Manfaat bentuk sediaan obat

 Melindungi kerusakan bahan aktif


 Menutupi rasa pahit atau tidak enak bahan obat
 Menjaga stabilitas bahan obat
 Meningkatkan ketaatan penggunaan obat
 Memberikan kerja obat optimal dan aman
Macam bentuk sediaan obat

Berdasarkan bentuk fisik dibedakan padat, cair, dan setengah padat


Dikenal pula sediaan dalam bentuk khusus

 Bentuk padat : pulvis, pulveres, tablet, kapsul


 Bentuk cair : solutio, suspensi, emulsi
 Bentuk setengah padat : unguentum, cream, gel, pasta
 Bentuk khusus : injeksi, supositoria, ovula, inhaler aerosol, sediaan
transdermal
1. Pulvis (serbuk)

 Merupakan campuran kering bahan obat atau zat


kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian luar.
2. Pulveres

 Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang


lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas
yang cocok untuk sekali minum.
 Contohnya adalah puyer.
3. Tablet (compressi)

 Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara


kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler
kedua permukaan rata atau cembung mengandung
satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.
JENIS-JENIS TABLET :
1. Tablet kempa
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung desain cetakan.
2. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan
3. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air.
Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
4. Tablet lepas lambat
5. Tablet sublingual
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan
tablet di bawah lidah.
6. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
7. Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan“
8. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga
mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.
4. Kapsul
 Bahan obat berbentuk serbuk atau granul terbungkus cangkang
(lunak atau keras)
 Setelah cangkang terlarut dan bahan obat terlarut dalam saluran
cerna baru terjadi proses absorpsi obat
 Tersedia pula jenis salut enteric dan lepas lambat
 Dapat digunakan pula untuk puyer yang terasa pahit(dimasukkan
dalam kapsul) sehingga dapat meningkatkan ketaatan pasien
minum obat
 Bedakan dengan kaplet(tablet berbentuk lonjong)
5. Larutan/solutio

 Sediaan berbentuk larutan


 Obat-oral dapat langsung diabsorpsi disaluran cerna
 Obat harus bersifat stabil
 Sediaan oral diberikan dengan sendok( Cth&C) atau
ukuran volume
6. Suspensi
 Suspensi adalah bentuk sediaan obat cair yang merupakan
campuran bahan padat dan bahan cair yang tidak saling larut.
 Bahan obat berbentuk padat, halus tidak larut atau sebagian larut
dan terdispersi dalam cairan bahan pembawa
 Umumnya mengandung stabilisator.
 Manfaat stabilistor: agar cairan mudah homogeny dan bahan
padat tidak menjadi Caking  Cara penggunaan perlu gojog dulu
 Absorpsi obat-oral atau penetrasi obat-topical tergantung dari
ukuran partikel obat yang ter-dispersi
7. Emulsi

 Emulsi adalah bentuk sediaan obat cair yang terdiri dari campuran
bahan minyak dan bahan air yang homogen
 Dua bahan cair yang tak dapat bercampur (bahan berminyak dan
air)
 Memerlukan stabilisator  emulgator (p.g.a., tween,
ceraalba, trietanolamine, dll)
 Ada dua tipe :
• Air terdispersi dalam minyak( A/O )
• Minyak terdispersi dalam air( O/A )
 Kurang stabil dalam suasana panas, lingkungan asam
 Meningkatkan absorpsi obat–oral yang bersifat/seperti minyak
 Cara penggunaan perlu gojog dulu
8. Unguenta (ointment, salep)
 Sediaan setengah padat untuk topical dengan penggunaan
dioleskan pada kulit tipis-tipis
 Mengandung bahan obat dan bahan pembawa
 Bahan pembawa :
1. dasar salep hidrokarbon
2. dasar salep absorpsi
 Dapat digunakan sebagai pelumas dan cocok untuk dermatitis
kronik dan kering
 Bersifat oklusif, dapat mencegah penguapan di air permukaan kulit
9. Krim/Cream

 Sediaan setengah padat yang mengandung banyak


air
 Bahan pembawa: basis cream/emulsi tipe A/M & M/A
 Dapat sebagai pendingin dan pelembab
 Penetrasi obat sangat bagus
10. Pasta

 Mengandung bahan padat/serbuk 40 –60 %


 Bahan pembawa : bahan dasar berlemak dan bahan
dasar tak berlemak
 Dapat berfungsi sebagai pengering
11. Gel

 Kental dan lengket


 Bahan pembawa : bahan dasar tak berlemak dan larut dalam air
 Dapat berfungsi sebagai pendingin
 Transparan
12. Injeksi

 Injeksi adalah bentuk sediaan obat cair steril yang berupa larutan, emulsi,
atau suspensi dalam air atau pembawa lain yang sesuai.
 Sediaan injeksi digunakan dengan cara pemberian obat parenteral.
 Dosis bentuk sediaan obat injeksio harus diperhatikan, karena reaksi yang
dihasilkan lebih cepat dibandingkan dengan bentuk sediaan obat lainnya.
13. Suppositoria
 Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan
bentuk, yang diberikan melalui rektum, vagina, atau uretra;
umumnya meleleh, melunak, atau melarut pada suhu tubuh.
 Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan dan
pembawa zat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik.
 Berdasarkan penggunaannya, supositoria terbagi menjadi
supositoria rektal, supositoria vaginal (ovula), dan supositoria uretra
(bacilla, bougis).
14. Aerosol dan Inhaler

 Aerosol merupakan bentuk sediaan obat cair yang cara


pemakainnya dengan disemprotkan, sehingga terbentuk butir air
yang sangat kecil menyerupai kabut.
 Apabila bentuk sediaan obat aerosol dihisap melalui hidung atau
mulut, maka obat tersebut dapat disebut dengan inhalan.
pulveres

Inhaler

Vial Ampul
syrup
Suppositoria Sediaan injeksi
Sekian dan Terima kasih
FARMAKOKINETIK DAN
FARMAKODINAMIK
Washliaty Sirajuddin, S.Si.,M.Si., Apt.
FARMAKOKINETIK

 Proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.


 Ada empat proses yang farmakokinetik :
1. Absorpsi
2. Distribusi
3. Metabolisme dan Biotransformasi
4. Ekskresi / Eliminasi
1. Absorpsi
 Pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinal ke dalam cairan tubuh, melalui :
a. Absorpsi aktif, membutuhkan karier (pembawa) untuk
bergerak melawan gradient konsentrasi
b. Absorpsi pasif, umumnya terjadi melalaui difusi/tidak
membutuhkan karier
c. Pinositosis, membawa obat menembus membran dengan
menelan
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi :
- Aliran darah
- Rasa nyeri
- Stress
- Kelaparan
- Makanan dan pH
2. Distribusi
 Proses dimana obat menjadi berada dalam cairan tubuh
dan jaringan tubuh
 Distribusi obat dipengaruhi oleh :
1. Aliran darah
2. Afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan
3. Efek pengikatan terhadap protein
 Diazepam 98% berikatan dengan protein
 Aspirin 49% berikatan dengan protein

Bagian obat yang berikatan bersifat inaktif, dan selebihnya yang tidak berikatan
bersifat aktif dan menimbulkan respon farmakologi
3. Metabolisme
 Tempat metabolisme  hati
 Obat dimetabolisme di hati, diubah oleh enzim hati menjadi metabolit inaktif
atau zat larut air untuk diekskresi.
 Beberapa obat diubah menjadi metabolit aktif meningkatkan respon
farmakologik
 Penyakit-penyakit hati seperti sirosis, hepatitis mempengaruhi metabolesme
obat
 Waktu paruh (t1/2) obat adalah waktu yang dibutuhkan
untuk mengeliminasi separuh konsentrasi obat dalam
tubuh.
 Waktu paruh dipengaruhi oleh proses metabolisme obat
4. Ekskresi/Eliminasi

 Rute ekskresi obat :


1. Ginjal
2. Empedu
3. Feses
4. Paru-paru
5. Saliva
6. Keringat
7. ASI
FARMAKODINAMIK
 Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi
dan biokimia seluler dan mekanisme kerja obat
 Efek obat efek primer
efek sekunder
1. Mula, puncak dan lama kerja obat
 Mula Kerja obat, dimulai pada waktu obat memasuki
plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif
minimum (MEC = minumun effective concentration)
 Puncak kerja obat terjadi pada saat obat mencapai
konsentrasi tertinggi dalam plasma
 Lama kerja obat adalah lamanya obat mempunyai efek
farmakologis
Kategori kerja obat :
1. Perangsangan atau penekanan  meningkatkan kecepatan
aktivasi sel. Contoh diuretic.
2. Penggantian  insulin
3. Mencegah atau membunuh organisme  penisilin
4. Iritasi laksatif, mengiritasi dinding kolon bagian dalam
sehingga meningkatkan peristaltik
2. Efek terapetik, efek samping dan
efek toksik
 Efek terapetik = efek yang diinginkan
 Efek samping  efek fisiologis yang tidak berkaitan
dengan efek obat yang diinginkan
 Efek toksik atau toksitas suatu obat dapat diidentifikasi
melalui pemantauan batas terapetik obat tersebut dalam
plasma
TERIMA KASIH
RUANG LINGKUP
ILMU TOKSIKOLOGI
Apt. Washliaty Sirajuddin, S.Si., M.Si.
TOKSIKOLOGI
Ilmu yang mempelajari efek toksis berbagai bahan terhadap makhluk hidup
dan sistem biologi lainnya.

EFEK TOKSIK

Efek farmakodinamik suatu zat


yang berlebihan
JENIS TOKSIKOLOGI

OBAT LINGKUNGAN PESTISIDA PERANG

BAHAN
INDUSTRI KECELAKAAN PENYINARAN
MAKANAN
Toksisitas obat, Efek samping dari kombinasi obat, keracunan akut dan
OBAT kronis pada penggunaan berlebih

Mempelajari zat-zat yang berpotensi merusak lingkungan (air, udara,


LINGKUNGAN tanah).

Mempelajari efek beberapa zat pestisida yang berpotensi berbahaya jika


PESTISIDA digunakan berlebihan

Mempelajari toksikologi perang seperti Bom nuklir, senjata biologi


PERANG maupun kimia (NUBIKA/ABC), gas air mata, racun massal,dkk
BAHAN Bahan makanan yang berpotensi mengandung toksikan (Zat warna,
MAKANAN pengawet, dll)

Mempelajari jenis keracunan di Industri. Biasanya berupa penyelidikan


INDUSTRI penyakit pada kulit dan pernapasan. Ex : Silikosis, antrakosis,dll

Mempelajari zat-zat rumah tangga (yang mudah dijangkau) yang dapat menjadi
KECELAKAAN racun. Biasanya meliputi kasus bunuh diri, maupun kecerobohan.

Mempelajari bahaya penyinaran seperti radiasi nuklir, radioaktif, dll.


PENYINARAN
TOKSIKOLOGI KLINIK

Bidang ilmu toksikologi yang


mempelajari suatu penyakit yang
disebabkan suatu agen toksik
DEFINISI
• FARMASI > BAHASA YUNANI YAITU “PHARMACON” > RACUN ATAU OBAT.

• DALAM FARMAKOLOGI, MERUPAKAN ZAT KIMIA, BIASANYA STRUKTUS


KIMIANYA DIKETAHUI, YANG MENGHASILKAN EFEK BIOLOGIS BILA DIBERIKAN
KEPADA ORGANISME HIDUP.

• MENURUT KEMENKES, OBAT MERUPAKAN BAHAN ATAU PADUAN BAHAN,


TERMASUK PRODUK BIOLOGI YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMPENGARUHI
ATAU MENYELIDIKI SISTEM FISIOLOGI ATAU KEADAAN PATOLOGI DALAM
RANGKA PENETAPAN DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, PENYEMBUHAN, PEMUIHAN,
PENINGKATAN KESEHATAN DAN KONTRASEPSI UNTUK MANUSIA.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN OBAT
Berkembang menjadi rebusan,
Bahan Alam, pengetahuan Bentuk obat awalnya tanaman,
dianggap efek yang diberikan
empiris hewan atau mineral utuh
tidak seragam

Abad 20, Senyawa sintesis


ditemukan dan digunakan,
Ahli kimia mengisolasi zat aktif Bahan distandarisasi dan di
memungkinkan senyawa lebih
untuk mendapat senyawa murni ekstraksi
banyak, lebih stabil dan lebih
aktif.

Perkembangan monumental,
ditemukan penisilin (1940) dan
sulfanilamid (1953)
PENGGOLONGAN OBAT
• BERDASARKAN JENIS: OBAT BEBAS, OBAT BEBAS TERBATAS, OBAT KERAS,
OBAT PSIKOTROPIK, OBAT NARKOTIK DAN OBAT WAJIB APOTEK.
• BERDASARKAN CARA DAN LOKASI PEMAKAIAN: OBAT LUAR, OBAT DALAM.
• BERDASARKAN SUMBER ATAU ASALNYA: ALAMIAH (TANAMAN, HEWAN,
MINERAL) DAN SINTESIS.
• BERDASARKAN EFEK YANG DITIMBULKAN: OBAT DENGAN EFEK SISTEMIK,
OBAT DENGAN EFEK LOKAL
LANJ.
• BERDASARKAN BENTUK SEDIAAN: PADAT, CAIR, SEMIPADAT, GAS.
• BERDASARKAN PENAMAAN: OBAT GENERIK, OBAT GENERIK BERLOGO, OBAT
NAMA DAGANG.
• BERDASARKAN KEAMANAN PADA IBU HAMIL: KATEGORI A, KATEGORI B,
KATEGORI C, KATEGORI D, KATEGORI X.
• BERDASARKAN MEKANISME KERJA/KELAS TERAPI: ANALGETIK, ANTIPIRETIK,
ANTIINFLAMASI, AINS, ANTIPIRAI, ANESTETIK, ANTIALERGI, ANTIDOTUM,
VAKSIN, DLL.
BERDASARKAN JENIS OBAT

• OBAT BEBAS, OBAT YANG DIJUAL BEBAS DI PASARAN


DAN DAPAT DIBELI TANPA RESEP DOKTER. OBAT INI
TERGOLONG OBAT YANG PALING AMAN, DAPAT DIBELI
TANPA RESEP DI APOTIK DAN BAHKAN JUGA DIJUAL DI
WARUNG-WARUNG.
LANJ.
• OBAT BEBAS TERBATAS, SEGOLONGAN OBAT YANG
DALAM JUMLAH TERTENTU AMAN DIKONSUMSI
NAMUN JIKA TERLALU BANYAK AKAN MENIMBULKAN
EFEK YANG BERBAHAYA.
LANJ.
• OBAT KERAS, OBAT YANG BERBAHAYA
SEHINGGA PEMAKAIANNYA HARUS DI
BAWAH PENGAWASAN DOKTER DAN OBAT
HANYA DAPAT DIPEROLEH DARI APOTEK,
PUSKESMAS DAN FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN LAIN SEPERTI BALAI
PENGOBATAN DAN KLINIK DENGAN
MENGGUNAKAN RESEP DOKTER.
LANJ.
• OBAT PSIKOTROPIK, ZAT ATAU OBAT YANG
SECARA ALAMIAH ATAUPUN BUATAN YANG
BERKHASIAT UNTUK MEMBERIKAN
PENGARUH SECARA SELEKTIF PADA SISTEM
SYARAF PUSAT DAN MENYEBABKAN
PERUBAHAN PADA AKTIVITAS MENTAL DAN
PERILAKU.
LANJ.
• OBAT NARKOTIK, OBAT YANG BERASAL
DARI TANAMAN ATAU BUKAN TANAMAN
BAIK SINTESIS MAUPUN SEMI SINTESIS
YANG DAPAT MENYEBABKAN PERUBAHAN
KESADARAN DARI MULAI PENURUNAN
SAMPAI HILANGNYA KESADARAN,
MENGURANGI SAMPAI MENGHILANGKAN
RASA NYERI, DAN DAPAT MENIMBULKAN
KETERGANTUNGAN.
LANJ.

• OBAT WAJIB APOTEK, OBAT KERAS YANG DAPAT DISERAHKAN OLEH APOTEKER
PENGELOLA APOTEK TANPA RESEP DOKTER. OBAT WAJIB APOTEK DIBUAT
BERTUJUAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MASYARAKAT DALAM
MENOLONG DIRINYA SEHINGGA TERCIPTA BUDAYA PENGOBATAN SENDIRI
YANG TEPAT, AMAN, DAN RASIONAL.
BERDASARKA CARA DAN LOKASI
PEMAKAIAN

• OBAT DALAM, OBAT-OBATAN YANG DIKONSUMSI PERORAL (MELALUI MULUT).


CONTOH: TABLET ANTIBIOTIK, PARASETAMOL.

• OBAT LUAR, OBAT-OBATAN YANG DIPAKAI SECARA TOPIKAL/TUBUH BAGIAN


LUAR. CONTOH: SULFUR SALEP, CALADINE, DAN LAIN-LAIN.
BERDASARKAN SUMBER ASAL
• ALAMIAH, OBAT OBAT YANG BERASAL DARI ALAM (TUMBUHAN, HEWAN DAN
MINERAL) SEPERTI, JAMUR (ANTIBIOTIK), KINA (KININ), DIGITALIS (GLIKOSIDA
JANTUNG). DARI HEWAN: PLASENTA, OTAK MENGHASILKAN SERUM RABIES,
KOLAGEN. DARI MINERAL: AL HIDROKSIDA, MG TRISILAT, NA KARBONAT, DLL.

• SINTESIS, OBAT YANG DIPEROLEH DENGAN CARA MELAKUKAN REAKSI-REAKSI


KIMIA SEHINGGA DITEMUKAN SENYAWA BARU ATAU SENYAWA YANG MIRIP
DENGAN YANG ADA DI ALAM, CONTOHNYA MINYAK GANDAPURA DIHASILKAN
DENGAN MEREAKSIKAN METANOL DAN ASAM SALISILAT.
BERDASARKAN EFEK YANG
DITIMBULKAN

• EFEK SISTEMIK, OBAT ATAU ZAT AKTIF YANG MASUK KE DALAM PEREDARAN
DARAH.

• EFEK LOKAL, OBAT ATAU ZAT AKTIF YANG HANYA BEREFEK, MENYEBAR ATAU
MEMPENGARUHI BAGIAN TERTENTU TEMPAT OBAT TERSEBUT BERADA,
SEPERTI PADA HIDUNG, MATA, KULIT, DLL.
BERDASARKAN BENTUK SEDIAAN
• OBAT PADAT, OBAT DENGAN BENTUK SEDIAAN PADAT, SEPERTI TABLET, PIL,
SUPPOSITORIA, DLL.

• OBAT CAIR, OBAT DENGAN BENTUK SEDIAAN CAIR, SEPERTI SUSPENSI, EMULSI,
LARUTAN, ELIXIR, DLL.

• OBAT SEMI PADA, OBAT DENGAN BENTUK SEDIAAN SETENGAH PADAT, SEPERTI
KRIM, SALEP, PASTA, GEL.

• OBAT GAS, OBAT DENGAN BENTUK SEDIAAN BERUPA GAS, SEPERTI AEROSOL,
OKSIGEN, INHALER.
BERDASARKAN PENAMAAN
• OBAT GENERIK, OBAT DENGAN NAMA GENERIK SESUAI DENGAN PENAMAAN ZAT
AKTIF SEDIAAN YANG DITETAPKAN OLEH FARMAKOPE INDONESIA DAN INN
(INTERNATIONAL NON-PROPIETARY NAMES) DARI WHO, TIDAK MEMAKAI NAMA
DAGANG MAUPUN LOGO PRODUSEN. CONTOH AMOKSISILIN, METFORMIN DAN
LAIN-LAIN.

• OBAT GENERIK BERLOGO, OBAT GENERIK YANG MENCANTUMKAN LOGO PRODUSEN


(TAPI TIDAK MEMAKAI NAMA DAGANG), MISALKAN SEDIAANG OBAT GENERIK
DENGAN NAMA AMOKSISILIN (ADA LOGO PRODUSEN KIMIA FARMA).
LANJ.

• OBAT NAMA DAGANG, OBAT DENGAN NAMA SEDIAAN


YANG DITETAPKAN PABRIK PEMBUAT DAN TERDAFTAR DI
DEPARTEMEN KESEHATAN NEGARA YANG
BERSANGKUTAN, OBAT NAMA DAGANG DISEBUT JUGA
OBAT MEREK TERDAFTAR. CONTOH: AMOKSAN, DIAFAC,
PEHAMOXIL, DAN LAIN-LAIN.
BERDASARKAN KEAMANAN PADA IBU
HAMIL
????????

TUGAS YA... !!!!


RESUME, MEMUAT PENJELASAN DAN CONTOH OBATNYA.
OBAT DAN RACUN
• RACUN ADALAH SUATU ZAT YANG BEKERJA PADA TUBUH SECARA KIMIA DAN
FISIOLOGIS YANG DALAM DOSIS TOKSIK SELALU MENYEBABKAN GANGGUAN
FUNGSI DAN MENGAKIBATKAN PENYAKIT DAN KEMATIAN.

• PERBEDAAN DENGAN OBAT? WALAUPUN TERMASUK KEDALAM KATEGORI RACUN,


OBAT DALAM DOSIS YANG TEPAT, DAPAT MEMBERIKAN EFEK TERAPI.

• DOSIS OBAT MERUPAKAN TAKARAN JUMLAH OBAT YANG DAPAT MENGHASILKAN


EFEK TERAPI PADA FUNGSI TUBUH YANG TERKENA GANGGUAN.
KLASIFIKASI DOSIS
BERDASARKAN FUNGSINYA:

• DOSIS AWAL/LOADING DOSE, YAITU DOSIS AWAL YANG DIBUTUHKAN GUNA


TERCAPAINYA KONSENTRASI OBAT YANG DIINGINKAN DI DALAM DARAH DAN
KEMUDIAN UNTUK SELANJUTNYA DENGAN DOSIS PERAWATAN.

• DOSIS PENCEGAHAN, YAITU JUMLAH YANG DIBUTUHKAN UNTUK MELINDUNGI


AGAR PASIEN TIDAK TERKENA PENYAKIT.
LANJ.
• DOSIS TERAPI YAITU DOSIS OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK TERAPI JIKA PASIEN
SUDAH TERKENA PENYAKIT.

• DOSIS LAZIM, YAITU DOSIS YANG SECARA UMUM DIGUNAKAN UNTUK TERAPI.

• DOSIS MAKSIMAL, YAITU DOSIS OBAT MAKSIMAL YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK
PENGOBATAN PENYAKIT, YANG BILA DOSIS MAKSIMAL DILAMPAUI AKAN
MENIMBULKAN EFEK YANG TIDAK DIINGINKAN.

• DOSIS LETAAL YAITU DOSIS YANG MELEBIHI DOSIS TERAPI DAN MENGAKIBATKAN EFEK
YANG TIDAK DIINGINKAN YANG PADA AKHIRNYA DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN.
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH
DISIPLIN ILMU

• POSOLOGI > ILMU YANG MEMBAHAS TENTANG BENTUK SEDIAAN OBAT, CARA
DAN RUTE PEMBERIAN OBAT.

• ILMU POSOLOGI MEMBANTU AGAR DAPAT MENGETAHUI CARA PEMBERIAN


OBAT YANG RASIONAL.
BENTUK SEDIAAN OBAT
SEDIAAN PADAT
• PULVIS, CAMPURAN KERING BAHAN OBAT DAN ZAT KIMIA YANG DIHALUSKAN
UNTUK OBAT DALAM DAN LUAR.

• TABLET, SEDIAAN OBAT BERBENTUK BUNDAR ATAU PIPIH YANG TIDAK


SEPENUHNYA BERISI OBAT TETAPI JUGA DILENGKAPI ZAT
PELENGKAP/TAMBAHAN YANG BERGUNA UNTUK MENUNJANG AGAR OBAT
TEPAT SASARAN.
LANJ.

• KAPSUL, SEDIAAN OBAT PADAT DIKEMAS KE DALAM SEBUAH CANGKANG


BERBENTUK TABUNG KERAS MAUPUN LUNAK YANG DAPAT LARUT, BIASANYA
TERBUAT DARI GELATIN, PATI, DAN LAIN-LAIN.

• SUPPOSITORIA, SEDIAAN PADAT DALAM BERBAGAI BOBOT DAN BENTUK,


YANG DIBERIKAN MELALUI REKTAL, VAGINA ATAU URETRA, UMUMNYA
MELELEH, MELUNAK ATAU MELARUT PADA SUHU TUBUH
LANJ.
SEDIAAN CAIR
• LARUTAN, MERUPAKAN LARUTAN OBAT YANG MERUPAKAN CAMPURAN
HOMOGEN YANG TERDIRI DARI 2 ZAT KIMIA OBAT ATAU LEBIH.

• SIRUP, LARUTAN ZAT KIMIA OBAT YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN LARUTAN


GULA SEBAGAI PERASA MANIS YANG BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK OBAT
DAN SUPLEMEN ANAK-ANAK.
LANJ.

• ELIXIR, SUATU LARUTAN YANG MENGANDUNG ALKOHOL DAN DIBERI PEMANIS,


MENGANDUNG OBAT DAN DIBERI BAHAN PEMBAU.

• EMULSI, CAMPURAN DARI ZAT KIMIA YANG LARUT DALAM MINYAK DAN LARUT
DALAM AIR, DIBUTUHKAN ZAT PENGEMULSI ATAU YANG BIASA DISEBUT
DENGAN EMULGATOR AGAR SALAH SATU ZAT CAIR DAPAT TERDISPERSI
DALAM ZAT CAIR YANG LAIN.
LANJ.

• SUSPENSI, CAMPURAN OBAT BERUPA ZAT PADAT YANG KEMUDIAN


TERDISPERSI DALAM CAIRAN. BIASANYA PADA PETUNJUK PENGGUNAAN OBAT
TERDAPAT KETERANGAN: “DIKOCOK DAHULU”.

• INJEKSI, SEDIAAN STERIL BERUPA LARUTAN, EMULSI ATAU SUSPENSI ATAU


SERBUK YANG HARUS DILARUNTUKAN ATAU DISUSPENSIKAN LEBIH DAHULU
SEBELUM DIGUNAKAN.
LANJ.
SEDIAAN SEMIPADAT
• SALEP, SEDIAAN SETENGAH PADAT YANG MUDAH DIOLESKAN DAN DIGUNAKAN
SEBAGAI OBAT LUAR.

• KRIM, SEDIAAN SETENGAH PADAT BERUPA EMULSI MENGANDUNG AIR DAN


MINYAK, YANG DIMAKSUDKAN UNTUK OBAT LUAR DAN BIASANYA PADA
DAERAH YANG JARANG TERKENA AIR KARENA MUDAH TERCUCI.
LANJ.

• PASTA, SEDIAAN BERUPA MASSA LEMBEK YANG BIASANYA DIBUAT DARI


CAMPURAN SERBUK DENGAN BAHAN DASAR BASIS, BAIK YANG BERLEMAK
MAUPUN TIDAK BERLEMAK.

• GEL, SEDIAAN SUSPENSI SETENGAH PADAT DARI BAHAN ORGANIK ATAU


ANORGANIK, MENGANDUNG AIR DAN DIGUNAKAN PADA KULIT YANG PEKA
ATAU BERLENDIR (MUKOSA).
LANJ.
SEDIAAN GAS
• SEDIAAN GAS, BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK PENGOBATAN PENYAKIT
PERNAPASAN DAN CARA PEMAKAIANNYA DENGAN INHALASI.

• BENTUK SEDIAAN GAS/UAP DIBUAT AGAR PARTIKEL OBAT MENJADI KECIL


SEHINGGA LEBIH MUDAH DAN CEPAT DIABSORBSI MELALUI ALVEOLI DALAM
PARU-PARU DAN MEMBRAN MUKUS DALAM SALURAN PERNAPASAN.
CARA PEMBERIAN OBAT
PEMBERIAN OBAT YANG RASIONAL MENCAKUP 6 TEPAT, YAITU:
• TEPAT PASIEN
• TEPAT OBAT
• TEPAT WAKTU
• TEPAT DOSIS
• TEPAT RUTE
• TEPAT DOKUMENTASI
RUTE PEMBERIAN OBAT
• RUTE PEMBERIAN MENENTUKAN JUMLAH DAN KECEPATAN OBAT YANG MASUK KE
DALAM TUBUH, SEHINGGA RUTE PEMBERIAN DAPAT MENJADI PENENTU
KEBERHASILAN TERAPI ATAU KEMUNGKINAN TIMBULNYA EFEK YANG MERUGIKAN.

• SECARA GARIS BESAR, TERDAPAT MACAM-MACAM RUTE PEMBERIAN,


DIANTARANYA RUTE PEMBERIAN ORAL, RUTE PEMBERIAN PARENTERAL, DAN RUTE
PEMBERIAN TOPIKAL.
RUTE PEMBERIAN ORAL
• RUTE ORAL, MERUPAKAN SALAH SATU CARA PEMAKAIAN OBAT MELALUI MULUT
DAN AKAN MASUK KE DALAM TUBUH MELALUI SALURAN PENCERNAAN.
• BERTUJUAN UNTUK TERAPI DAN MEMBERIKAN EFEK SISTEMIK YANG
DIKEHENDAKI.
• KEUNTUNGAN: CARA KONSUMSI PALING MUDAH, MURAH SERTA UMUMNYA
PALING AMAN.
• KERUGIAN: BIOAVAILIBILITASNYA BANYAK DIPENGARUHI OLEH BEBERAPA
FAKTOR, IRITASI PADA SALURAN CERNA, PERLU KERJASAMA DENGAN PENDERITA,
EFEK LAMBAT, DLL.
MEKANISME KERJA

MELALUI 3 FASE:
• FARMASETIK (DISOLUSI)
• FARMAKOKNETIK (ADME)
• FARMAKODINAMIK (INTERAKSI RESEPTOR)
RUTE PARENTERAL
• MEMBERIKAN OBAT DENGAN MENINGINJEKSI KE DALAM JARINGAN TUBUH,
PEMBERIAANNYA TANPA MELALUI MULUT (TANPA MELALUI USUS/ SALURAN
PENCERNAAN) TETAPI LANGSUNG KE PEMBULUH DARAH.

• RUTE PARENTERAL BIASANYA DIGUNAKAN UNTUK OBAT YANG ABSORBSINYA


BURUK MELALUI SLAURAN CERNA. PEMBERIAN JUGA DIGUNAKAN UNTUK
PENGOBATAN PASIEN YANG TIDAK SADAR DAN DALAM KEADAAN YANG
MEMERLUKAN KERJA OBAT YANG CEPAT.
LANJ.

• KELEBIHAN:
1. BISA UNTUK PASIEN YANG TIDAK SADAR,
2. SERING MUNTAH DAN TIDAK KOOPERATIF,
3. TIDAK DAPAT UNTUK OBAT YANG MENGIRITASI LAMBUNG,
4. DAPAT MENGHINDARI KERUSAKAN OBAT DI SALURAN CERNA DAN HATI,
BEKERJA CEPAT DAN DOSIS EKONOMIS.
LANJ.

• KEKURANGAN:
1. KURANG AMAN KARENA JIKA SUDAH DISUNTIKAN KE DALAM TUBUH
TIDAK BISA DIKELUARKAN LAGI JIKA TERJADI KESALAHAN,
2. TIDAK DISUKAI PASIEN,
3. BERBAHAYA (SUNTIKAN-INFEKSI).
MEKANISME KERJA

• PADA UMUMNYA, RUTE PARENTERAL DIINJEKSIKAN DAN MASUK KEDALAM


LANGSUNG PEMBULUH DARAH MELALUI PEMBULUH VENA DAN MENGIKUTI
ALIRAN DARAH KE SELURUH TUBUH.
RUTE TOPIKAL
• PEMBERIAN OBAT SECARA TOPIKAL ADALAH PEMBERIAN OBAT SECARA LOKAL
DENGAN CARA MENGOLESKAN OBAT PADA PERMUKAAN KULIT ATAU MEMBRAN
AREA MATA, HIDUNG, LUBANG TELINGA, VAGINA DAN RECTUM.
• KEUNTUNGAN:
1. UNTUK EFEK LOKAL : EFEK SAMPING SISTEMIK MINIMAL, MENCEGAH FIRST
PASS EFECT
2. UNTUK SISTEMIK MENYERUPAI IV INFUS (ZERO ORDER)
• KERUGIAN: SECARA ESTETIKA KURANG MENARIK.
MEKANISME KERJA

• KERJA SISTEMIK
1. PENETRASI SECARA TRANSDERMAL
2. PENETRASI SECARA TRANSFOLIKULAR
• KERJA LOKAL
1. PERMUKAAN
2. JARINGAN
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH
z
Reaksi Alergi

apt. Shabran Hadiq, M.Farm.


z
Pendahuluan

 Salah satu reaksi tubuh terhadap obat adalah


timbulnya efak yang tidak diinginkan.

 Adverse drug reaction (ADR) atau efek yang tidak


diinginkan adalah keadaan/kondisi tidak sesuai
harapan/tujuan yang muncul setelah pemberian
obat dalam dosis yang sesuai dan cara yang sesuai
dengan tujuan pengobatan.

 Efek yang tidak diinginkan (ADR) ini dapat


disebabkan respon sistem kekebalan tubuh kita.
z
Tipe Hipersensitivitas

 Tipe I, yang diperantarai IgE yang menempel


kepada sel mast kemudian sel mast melepaskan
histamin dan bahan-bahan peradangan yang
menyebabkan gejala urtikaria, angioedema,
penyempitan saluran napas (bronkospasme), gatal-
gatal, muntah, diare, anafilaksis. Timbul dalam
jangka waktu menit-jam setelah pemaparan obat.
z
Lanj.

 Tipe II, sitotoksik; antibodi IgG dan IgM spesifik


menuju sel yang dilapisi oleh protein yang dianggap
alergen/benda asing untuk menghancurkannya;
yang memberikan gejala anemia, kekurangan kadar
sel darah putih dan kekurangan trombosit. Durasi
waktu bervariasi.
z
Lanj.

 Tipe III, kompleks imun; penumpukan kompleks


antibodi-obat yang merangsang pengaktifan
komplemen sehingga memicu reaksi peradangan.
Gejala yang timbul serum sickness, demam, ruam,
nyeri sendi, pembesaran kelenjar getah bening,
urtikaria, glomerulonefritis, peradangan pembuluh
darah (vaskulitis). Timbul 1-3 minggu setelah
paparan obat.
z
Lanj.

 Tipe IV, reaksi tipe lambat. Bagian obat dipaparkan


kepada sel T yang menyebabkan pelepasan bahan-
bahan peradangan. Bentuk berupa alergi dermatitis
kontak. Timbul 2-7 hari setelah paparan obat.
z
Reaksi Alergi

 Alergi adalah reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap sesuatu


yang dianggap berbahaya walaupun sebenarnya tidak
berbahaya, atau biasa disebut alergen.

 Alergen bisa berupa substansi yang masuk atau bersentuhan


dengan tubuh, yang hanya berdampak pada orang yang memiliki
alergi tersebut.

 Beberapa jenis alergen yang dapat menyebabkan reaksi alergi


meliputi gigitan serangga, tungau, debu, bulu hewan, obat-
obatan, makanan tertentu, serta serbuk sari.
z
Lanj.

 Saat tubuh pertama kali berpapasan dengan


sebuah alergen, tubuh akan memproduksi antibodi
karena menganggapnya sebagai sesuatu yang
berbahaya.

 Jika tubuh kembali kontak dengan alergen yang


sama, tubuh akan meningkatkan jumlah antibodi
terhadap jenis alergen tersebut.

 Hal inilah yang memicu pelepasan senyawa kimia


dalam tubuh (histamin) dan menyebabkan gejala-
gejala alergi.
z
z
Penyebab Alergi

 Alergi dapat disebabkan oleh makanan dan obat-


obatan.

 Makanan: zat protein tertentu seperti susu sapi,


putih telur, gandum, kedelai, udang, dll.

 Obat: penisilin dan turunannya, golongan barbiturat,


antikonvulsan, insulin dan anestesi lokal, vaksin,
obat hipertiroid, obat-obatan sulfa.
z
Gejala-Gejala Alergi

 Bersin-bersin, batuk-batuk, sesak napas, ruam


pada kulit, hidung beringus.

 Terjadi pembengkakan di bagian tubuh yang


berpapasan dengan alergen, misalnya wajah,
mulut, dan lidah.

 Gatal dan merah pada mata, mata merah dan


berair.

 Sakit perut, muntah-muntah, atau diare.


z
Gejala Alergi Obat

Alergi obat merupakan salah satu jenis yang


berbahaya (Adverse drug reaction). Gejala dari alergi
obatdiantaranya:

 Hives atau welts, ruam, blisters, atau masalah kulit


yang disebut eksim.

 Batuk, wheezing, hidung beringus, dan kesulitan


bernapas.

 Demam

 Kulit melepuh dan mengelupas.

 Anaphylaxis.
z
Lanj.
Tanda-tanda lain alergi:

 Adanya penonjolan kemerahan, seperti orang terkena cacar.

 Adanya biduran.

 Adanya kemerahan pada kulit yang disertai dengan sisik kulit.

 Adanya perdarahan dalam kulit, seperti kemerahan pada penderita


demam berdarah dengue.

 Adanya radang pada pembuluh darah (vaskulitis)

 Adanya rekasi kemerahan karena kontak dengan sinar matahari

 Adanya penonjolan bernanah seperti jerawat

 Kelainan lain gawat darurat, seperti kulit seperti terbakar yang


dalam istilah klinik disebut nekrolisis epidermal toksik.
z
Pengobatan

 Terapi Non-Farmakologi: sebisa mungkin menghindara segala


sesuati yang dapat memicu timbulnya alergi.

 Terapi Farmakologi:

1. Antihistamin (CTM, cetrizin, loratadin)

2. Kostikosteroid (deksametason, Metilprednisolon,


Desoksimetason)

3. Dekongestan (Pseudoefedrin, Efedrin, Phenylephrin)

4. Leukotrin Blocker (zafirlukast, montelukast).


z

SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH
EFEK SAMPING DAN EFEK
TOKSIK

APT. SHABRAN HADIQ, M.FARM.


EFEK OBAT

• Efek obat merupakan reaksi atau perubahan yang terjadi


pada tubuh yang dihasilkan dari kerja obat atau respon obat
terhadap tubuh.

• Efek obat diantaranya efek terapi obat dan efek samping


obat.
EFEK TERAPI OBAT

• Efek terapi obat merupakan reaksi yang yang terjadi pada


tubuh yang dihasilakan dari kerja suatu obat, dimana reaksi
tersebut merupakan tujuan dari pengobatan yang bersifat
hilangkan penyebab penyakit, hilangkan gejala penyakit,
mencegah penyakit dan untuk menggantikan / menambah
zat yang hilang atau kurang.

• Efek terapi obat disebut juga dengan khasiat obat


EFEK SAMPING OBAT

• Merupakan reaksi yang timbul pada tubuh sesaat


menggunakan obat yang merugikan dan tidak diinginkan,
yang terjadi pada dosis yang biasanya digunakan pada
manusia untuk pencegahan, diagnosis, atau terapi penyakit.
• Masalah yang ditimbulkan dari ESO, diantaranya:
1. Morbiditas > penderitaan
2. Perawatan/perpanjangan
3. Kematian penderita
KLASIFIKASI ESO

Berdasarkan mekanisme terjadinya ESO:


• Reaksi akibat kelainan bawaan, misalnya muncul reaksi alergi
akibat mekanisme imunologi, adanya kelainan genetik, reaksi
akibat perubahan farmakokinetik obat dan perubahan
respon jarinyan.
• Kelainan yang didapat pada pasien, misalnya reaksi
disebabkan adanya penyakit yang memang telah ada pada
penderita
LANJ.

• Kelainan akibat bentuk dan cara pemberian obat, misalnya


reaksi akibat respon yang berlebihan, akibat perubahan
bioavailabilitas, akibat cara pemberian yang kurang tepat.
• Interaksi Obat, misal reaksi terjadi akibat interaksi lebih dari
satu macam obat yang diberikan secara bersamaan.
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ESO
• Faktor obat:
1. Efek obat sitostatik dalam dosis terapi
2. Obat dengan indeks terapi sempit
3. Perubahan formulasi dan fisik obat (ED)
• Faktor penderita:
1. Kelainan genetik
2. Keadaan khusus penderita
3. Penyakit yang menyertai
LANJ.

• Faktor pemberi obat:


1. Penggunaan yang berlebihan
2. Interaksi obat
• Faktor perusahaan obat:
Terkait informasi kekurangan/bahaya penggunaan obat
• Faktor regulasi:
Aturan yang kurang ketat dalam hal pengadaan, distribusi,
penyimpanan, penandaan dan penggunaan
OBAT OFF-LABEL

• Meruapakan obat yang digunkan bukan untuk tujuan efek terapinya,


tapi untuk memanfaatkan efek samping dari obat tersebut.
• Contoh:
1. CTM, digunakan agar dapat tidur nyenyak karena memiliki efek
kantuk.
2. Misoprostol, digunakan pada pasien obsterik untuk menginduksi
persalinan.
3. Mirtazapine, digunakan pada pasien anoreksia karena dapat
menyebabkan kenaikan berat badan.
EFEK TOKSIK

• Merupakan kondisi yang sangat berbahaya, yang bisa


mengancam kehidupan.

• Efek ini muncul ketika makhluk hidup terpapar zat kimia yang
dianggap asing oleh tubuh (xenobiotik) yang dapat
mempengaruhi fisiologi dan anatomi tubuh.

• Obat merupakan zat asing bagi tubuh yang dapat dikatakan


racun jika memberi efek toksik pada tubuh.
EFEK TOKSIK OBAT

• Efek Toksik Obat merupakan efek yang tidak diinginkan


dalam sistem biologis, dimana efek tersebut tidak akan
dihasilkan oleh obat kecuali mencapai tempat yang sesuai di
dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup
untuk menghasilkan manifestasi toksik.
KLASIFIKASI BAHAN TOKSIKAN
Bahan toksik dapat diklasifikasikan berdasarkan:
• Organ tujuan: ginjal, hati, sistem hematopoitik, dan lain-lain
• Penggunaan: peptisida, pelarut, food additive, dan lain-lain
• Sumber: tumbuhan dan hewan
• Efek yang ditimbulkan: kanker, mutasi, dan lain-lain
• Bentuk fisik: gas, cair, debu, dan lain-lain
• Label kegunaan: bahan peledak, oksidator, dan lain-lain
• Susunan kimia: amino aromatis, halogen, hidrokarbon, dan lain-lain
• Potensi racun: organofosfat, lebih toksik daripada karbamat
PERBEDAAN EFEK SAMPING DAN
EFEK TOKSIK
• Efek samping bisa terjadi pada dosis normal obat yang
timbul dari akibat efek farmakologi obat tersebut.

• Efek toksik terjadi jika dosis obat yang diberikan melebihi


batas dosis normal suatu obat.
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH
INTERAKSI OBAT

apt. Shabran Hadiq, M.Farm.


Pendahuluan
• Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses
hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari tubuh, meliputi,
absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi.

• Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat


diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu
interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat
makanan yang dikonsumsi bersamaan dengan obat.
Interaksi ObaT
• Interaksi Obat (IO) merupakan efek farmakoterapi yang timbul akibat
adanya reaksi yang terjadi antara obat dengan substansi lain, bisa
dengan obat lain, makanan, dll.
• Efek yang ditimbulkan ada 2, efek merugikan/kegagalan
farmakoterapi dan efek menguntungkan.
• Bila interaksi obat meningkatkan manfaat dari obat tanpa
meningkatkan efek samping, kedua obat dapat digabungkan untuk
meningkatkan kondisi pasien yang sedang dirawat.

• Sebagai contoh, obat-obatan yang mengurangi tekanan darah oleh


berbagai mekanisme yang berbeda dapat digabungkan, karena
efek menurunkan tekanan darah dicapai oleh kedua obat-obatan
mungkin akan lebih baik dibandingkan dengan hanya satu obat
sendiri.
Lanj.
• Sebaliknya, jika dua atau lebih obat yang diberikan bersamaan,
jika terjadi interaksi yang hanya akan menimbulkan efek yang
tidak diingankan, maka pemberian obat-obat tersebut harus
diberi jeda atau sebaiknya tidak diberikan bersama saja.

• Sebagai contoh, beberapa obat yang jika diberi bersamaan


dengan obat lain akan menurunkan efektivitas salah satu dari
obat tersebut sehingga terapi menjadi tidak berhasil.
Faktor Risiko IO
• Resiko tinggi pada pasien:
1. Pediatri
2. Geriatri
3. tingkat penyakit yang tinggi
4. komorbid atau komplikasi, dll.

• Resiko tinggi pada obat:


1. Indeks terapi sempit
2. inhibisi atau induksi obat yang diketahui.
Pasien Risiko IO
• Pasien lanjut usia;
• pasien yang minum lebih dari satu macam obat;
• pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati;
• pasien dengan penyakit akut;
• pasien dengan penyakit yang tidak stabil;
• pasien yang memiliki karakteristik metabolisme tertentu; dan
• pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.
Obat Indeks Terapi Sempit
• Obat dengan indeksi terapi sempit merupakan obat-obat
dengan batas keamanan yang sempit, dimana perubahan
sejumlah kecil dosis obat dapat menyebabkan efek samping
yang tidak diinginkan atau bahkan efek toksik sehingga
memerlukan pengawasan pada kadar obat dalam plasma
dan penyesuaian dosis untuk mencegah timbulnya efek
toksik.

• Beberapa obat dengan indeks terapi sempit diantaranya:


Lithium, Carbamazepin, Phenytoin, Theofilin/Aminofilin,
Digoksin, Cyclosporin, Phenobarbital, Warfarin
Klasifikasi IO
• Interaksi kelas 1 (Mayor), sebaiknya kombinasi ini dihindari,
karena lebih banyak risikonya dibandingkan
keuntungannya.
• Interaksi kelas 2 (Moderat), biasanya kombinasi ini
dihindari, sebaiknya penggunaan kombinasi tersebut
hanya pada keadaan khusus.
• Interaksi kelas 3 (Minor), interaksi ini risikonya minimal, untuk
itu perlu diambil tindakan yang dibutuhkan untuk
mengurangi risiko.
Interaksi Obat - Obat
Secara garis besar, Interaksi obat dengan obat dapat terjadi pada
tiga mekanisme tersebut:

• Interaksi farmasetik
• Interaksi farmakokinetik
• Interaksi farmakodinamik
Interaksi Farmasetik
• Interaksi yang terjadi diluar tubuh antara obat dengan obat yang
tidak tercampurkan (Incompatible)

• Contoh: Diazepam dan fenitoin dengan cairan infus, terjadi


pengendapan. Gentamicin dengan hidrkortison, inaktivasi
gentamisin.
Interaksi Farmakokinetik
• Interaksi yang terjadi dalam proses ADME, yang dapat
meningkatkan atau menurunkan kadar plasma darah.

Absopsi Distribusi Metabolisme Ekskresi


IO Proses Absorpsi
• Interaksi dalam absorbsi pada saluran cerna dapat
disebabkan karena interaksi langsung, perubahan pH, dan
motilitas saluran cerna.

• Interaksi langsung, terjadi pembentukan senyawa kompleks


yang mengakibatkan salah satu atau semua obat
mengalami penurunan kecepatan absorpsi.

• Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al3+


yang menyebabkan baik jumlah absorpsi tetrasiklin maupun
ketiga ion tersebut turun.
Lanj.
• Perubahan pH, interaksi dapat terjadi akibat perubahan pH oleh
obat pertama, sehingga menaikkan atau menurukan absorpsi obat
kedua.

• Contoh: pemberian antasida bersama penisilin G dapat


meningkatkan jumlah absorpsi penisilin G menurun.

• Motilitas saluran cerna, pemberian obat-obat yang dapat


mempengaruhi motilitas saluran cerna dapat mempengaruhi
absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.

• Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan


parasetamol dapat memperlambat absorpsi parsetamol.
IO Proses Distribusi
• Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein
plasma.

• Jika dua obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan
bersaing untuk berikatan dengan protein plasma, sehingga
proses distribusi terganggu karena terjadi peningkatan
distribusi salah satu obat ke jaringan.

• Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan


meningkatkan distribusi klorpropamid.
IO Proses Metabolisme
• Interaksi pada proses metabolisme obat dapat
menimbulkan hambatan metabolisme dan munculnya
induktor enzim.
• Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain
yang memiliki enzim pemetabolisme yang sama dapat
mengakibatkan terjadi gangguan metabolisme yang
dapat menaikkan atau menurunkan kadar salah satu
obat dalam plasma, sehingga meningkatkan efeknya
atau toksisitasnya.
Lanj.
Contoh

• Pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat


menyebabkan meningkatnya kadar S-warfarin dan terjadi
pendarahan.

• Pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan


menyebabkan kadar estradiol menurun sehingga menyebabkan
efektifitas kontrasepsi oral estradiol menurun.
IO Proses Ekskresi
• Interaksi obat yang terjadi pada proses eliminasi
dapat menimbulkan gangguan ekskresi dan
kompetisi sekresi oleh tubulus pada organ ginjal
serta penurunan pH urine. Contoh:

• Digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang


dapat merusak ginjal seperti aminoglikosida atau
siklosporin akan mengakibatkan kadar digoksin
naik sehingga timbul efek toksik.
Interaksi Farmakodinamik
• Obat yang bekerja pada reseptor, tempat kerja atau sistem
fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergik,
atau antagonis, tanpa ada perubahan kadar plasma ataupun
profil farmakokinetik lainnya.
Interaksi Obat - Makanan
• Interaksi antara obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan
yang kita makan mempengaruhi obat yang sedang kita gunakan,
sehingga mempengaruhi efek obat tersebut.

• Interaksi ini dapat menyebakan efek yang berbeda-beda, dari mulai


peningkatan atau penurunan efektifitas obat sampai efek samping.
Lanj.
Beberapa contoh diantaranya:

• Jus jeruk yang diminum bersamaan obat AINS dapat memicu rasa
panas dan peningkatan kadar asam dilambung.

• Makanan yang mengandung kalsium dapat mengurangi penyerapan


antibiotika tetrasiklin.

• Makanan kaya vitamin jika diberi bersama warvarin dapat


mengurangi efektifitasnya dan meningkatkan risiko trombosis atau
pembekuan darah.
Interaksi Obat – Tembakau/Rokok
• Interaksi estrogen dengan tembakau. Wanita yang sedang
mengkonsumsi pil KB sebaiknya menghindari merokok atau asap
rokok karena dapat mengurangi kada estrogen dalam darah.

• Interaksi Teofilin dengan tembakau. Rokok merangsang


metabolisme teofilin dan mengakibatkan peningkatan klirens
teofilin, sehigga t 1/2 menjadi lebih singkat dan kadar dalam
darah lebih rendah.
Lanj.
• Obat-obat yang dapat dipengaruhi oleh asap rokok,
diantaranya:
Penatalaksanaan IO
• Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi
• Menyesuaikan dosis.
• Memantau pasien.
• Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya.
SEKIAN

DAN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai