Anda di halaman 1dari 9

Sediaan Obat [Makalah]

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan dilaksanakan untuk meningkatkan kemauan, kesadaran dan
kemampuan masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri dan mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan ini tidak dapat dilepaskan dari
pembangunan sektor kefarmasian.
Peran aktif masyarakat membutuhkan ketersediaan informasi yang berkaitan dengan ilmu
kefarmasian. Informasi yang disampaikan harus menjaga nilai-nilai ilmiah yang berlaku dengan tetap
memperhatikan kemudahan dipahami oleh masyarakat. Mengingat akan pentingnya suatu kesehatan
bagi masyarakat maka diperlukan pengetahuan yang lebih luas lagi tentang kesehatan itu sendiri
terutama bagi kalangan mahasiswa dalam mempelajari dunia kefarmasian.
Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan
dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Bahan
aktif obat agar digunakan nyaman, aman, efisien dan optimal dikemas dalam bentuk sediaan obat
(BSO) atau disebut sediaan farmasi. Bentuk sediaan obat (BSO) dapat mengandung satu atau lebih
komponen bahan aktif. Formulasi BSO memerlukan bahan tambahan contohnya antara lain bahan
pelarut atau bahan pelicin. Macam bahan tambahan tergantung macam Bentuk Sedian Obat. Bahan
tambahan bersifat netral. Sehingga didapat Definisi BSO adalah sediaan obat yang mengandung satu
atau lebih bahan berkhasiat dan biasanya ditambah vehikulum(bahan pengisi atau bahan pelarut).
Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing dengan
industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan pangsa pasar dan
memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan
pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
pedoman bagi industri farmasi untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan CPOB
(cara pembuatan obat yang baik). Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang
kemudian lebih dikenal dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).

Produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri, tidak perlu
mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan menerapkan dan memahi dasar
– dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik
dapat meliputi peracikan obat atas permintaan tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan
pengemasan ulang sediaan obat dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia.
Sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan di
perhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan aman.
Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah preformulasi sediaan
farmasi.
Pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat – sifat fisika kimia zat aktif serta bahan
tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk
sediaan farmasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sediaan padat, semi padat dan cair?
2. Apa saja contoh dari sediaan padat, semi padat dan cari?
3. Bagaimana keseragaman bobot sediaan padat, semi padat dan cari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sediaan padat, semi padat dan cair
2. Untuk mengetahui contoh dari sediaan padat, semi padat dan cair
3. Untuk mengetahui keseragaman bobot sediaan padat, semi padat dan cair

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sediaan Padat, Semi Padat, dan Cair


1. Sediaan Padat
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak.
Bentuk ini paling banyak beredar di Indonesia disebabkan karena bentuk “tablet” adalah bentuk
obat yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakaiannya. Pembuatan tablet
ini selain diperlukan bahan obat juga diperlukan zat tambahan, yaitu :
- Zat pengisi untuk memperbesar volume tablet.
Misalnya : saccharum Lactis, Amylum Manihot, Calcii Phoshas, Calcii Carbonas dan zat lain yang
cocok.
- Zat pengikat ; dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat.
Biasanya digunakan mucilage Gummi Arabici 10-20 % (panas), Solution Methylcelloeum 5 %
- Zat penghancur, dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam perut.
Biasanya digunakan : Amylum Manihot kering, Gelatinum, Agar- agar, Natrium Alginat
- Zat pelicin, Dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Biasanya digunakan Talcum 5 %,
Magnesii Streras, Acidum Strearicum
Pengertian lainnya yaitu merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa bahan tambahan.
2. Sediaan Semi Padat
Adalah sediaan setengah padat yang bersifat topical dan penggunaannya untuk kulit bagian luar.
Bentuk sediaan semi padat memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan liquid, dapat
mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa (basis). Bentuk sediaan semi padat
biasanya digunakan secara topical, yaitu diaplikasikan pada permukaan kulit atau sleput mukosa.
Namun demikian sediaan topical tidak harus semi padat. Bentuk sediaan semi padat jika
dibandingkan dengan bentuk sediaan solid dan liquid, dalam pemakaian topical, memiliki keunggulan
dalam hal adhesivitas sediaan sehingga memberikan waktu tinggal yang relative lebih lama.Selain itu
fungsi perlindungan terhadap kulit lebih nampak pada penggunaan sediaan semi padat. Namun,
sediaan semi padat tidak umum diaplikasikan dalam area permukaan kulit yang luas, sebagaimana
halnya sediaan solid maupun liquid. Kemudahan pengeluaran dari kemasan primer juga menjadi
pertimbangan yang harus diantisipasi dalam desain sediaan semi padat, terutama semi padat steril
(contoh: salep mata), terkait dengan viskositas yang dimiliki oleh sediaan tersebut.
3. Sediaan Cair
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak
dimasukan dalam golongan produk lainnya. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topical.
Formula obat berbentuk cair tidak hanya mudah ditelan tapi juga bisa diberi tambahan rasa.
Kebanyakan formula obat untuk anak dibuat dalam bentuk ini. Beberapa jenis suplemen (seperti
vitamin E) juga dibuat dalam bentuk cair agar lebih mudah dipakai di kulit. Tetes mata atau obat batuk
merupakan jenis lain dari obat bentuk cair.

B. Macam-macam Sediaan Padat, Semi Padat, dan Cair


1. Sediaan Padat
Sediaan solid adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak. Macam-
macam sediaan solid pada obat antara lain: serbuk, tablet, kapsul, pil, suppositoria, ovula, dll.
a. Serbuk adalah campuran keringbahan obat atau zat kimia yang dihaluskan. Sediaan serbuk
diharapkan tidak higroskopis sehingga tidak mudah mencair ataupun menguap sehingga
penyimpanan serbuk obat harus terlindung dari lembab, udara, panas dan oksigen serta
memperhatikan homogenitas dalam pencampuran.
b. Granul yaitu Granulasi dilakukan untuk meningkatkan sifat aliran yang berarti uniformitas massa dari
sediaan, mencegah pemisahan komponen campuran, meningkatkan karakteristik dari campuran,
mengurangi bahaya lingkungan untuk pekerja karena pembentukan debu dari bahan toksik dan
meningkatkan penampilan produk.
c. Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Harus
merupakan produk menarik yang mempunyai identitas sendiri serta bebas dari serpihan, keretakan,
pemucatan, kontaminasi. Harus mempunyai permukaan yang halus, baik dalam penampilan dan
harus kompak sehingga tidak akan mengalami friabilitas, pengelupasan dalam wadah dan sanggup
menahan guncangan mekanik selama produksi dan pengepakan. Harus mempunyai stabilitas kimia
dan fisika untuk mempertahankan sediaan dari pengaruh lingkungan dan penurunan mutu zat
berkhasiat.
d. Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat
larut. Kapsul harus mudah ditelan dan tidak memiliki rasa dan bau yang tidak enak. Sifat penting dari
bahan aktif adalah ukuran partikel dan kelarutan, formulasi kandungan kapsul lunak, baik cairan,
larutan dan suspensi yang diisikan ke dalam kapsul harus homogen.
e. Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal,
vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria tidak
toksik dan tidak merangsang, dapat tercampur (kompatibel) dengan bahan obat, dapat melepas obat
dengan segera, mudah dituang ke dalam cetakan dan dapat dengan mudah dilepas dari cetakan,
stabil terhadap pemanasan di atas suhu lebur, stabil selama penyimpanan.

2. Sediaan Semi Padat


Sediaan semi solid meliputi satu kelompok produk yang diaplikasikan pada kulit atau pada membran
mukosa. Termasuk sediaan semisolid yaitu salep, krim, gel dan pasta.
a. Salep (ungueta) adalah sediaan semi solid yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lendir (menurut Farmakope Indonesia edisi IV). Tujuan Pembuatan Salep Pengobatan lokal
pada kulit, Melindungi kulit (pada luka agar tidak terinfeksi), Melembabkan kulit.
b. Krim (cream) adalah sediaan semi solid yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau
terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk
sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasikan sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat, melalui vaginal.
(Farmakope Indonesia edisi IV). Krim berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air,
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air/minyak (w/o) dan krim
minyak/air (o/w) umumnya disebut vanishing cream, mengandung air dalam persentase yang besar
dan asam stearat. Rata-rata jenis krim o/w lebih mudah dibersihkan daripada kebanyakan salep.\
c. Gel atau jelly merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik
yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Farmakope Indonesia
edisi IV). Gel dapat digolongkan baik dalam sistem 2 fase atau dalam sistem satu fase. Sistem 2 fase
sering disebut juga magma atau susu. Massa gel dapat terdiri dari gumpalan partikel-partikel kecil
dan bukan molekul-molekul besar seperti ditemukan pada gel aluminium hidroksida, magma bentonit
dan magma magnesium.
d. Pasta adalah sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk
pemakaian topikal. Konsistensi pasta seperti suspensi yang padat karena mengandung konsentrasi
bahan padat yang tinggi sekitar 30-70%. Pasta umumnya dibuat dengan mencampurkan zat padat
langsung ke dalam sistem yang dikentalkan dengan menggerus sebagai basis untuk membentuk
massa seperti pasta. Pasta sebagai sediaan memiliki perubahan bentuk plastis dengan suatu batas
mengalir. Pasta mengandung lebih banyak bahan padat dan oleh karena itu lebih kental dan kurang
meresap daripada salep. Pasta biasanya digunakan karena kerjanya yang melindungi dan
kemampuannya menyerap kotoran serum dari luka-luka di kulit.

3. Sediaan Cair
a. Sirup
b. Larutan, Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut Terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur.Contoh : sirup (±
60% gula)
c. Suspensi, Adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi
(tercampur) dalam fase cair.

d. Emulsi Adalah sediaan cair sistem dua fase (minyak dan air) yang salah satu cairannya terdispersi
(tercampur) dalam cairan lain, dalam bentuk tetesan kecil.
e. Ear Drops, Bentuk sediaan : larutan, suspensi, emulsi atau suspensi digunakan melalui telinga
dengan cara diteteskan
f. Injeksi, Sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui
kulit atau melalui selaput lendir. Memberikan efek sistemik (langsung melalui peredaran darah)
g. Eye Drops, Sediaan steril larutan atau suspensi mengandung satu atau lebih bahan obat digunakan
pada mata.
C. Keseragaman Bobot Sediaan Padat, Semi Padat, dan Cair
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau
belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian
suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur.
1. Keseragaman Bobot Sediaan Padat (Kapsul)
a. Untuk kapsul berisi obat kering
Timbang 20 kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul. Perbedaan dalam
bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan
kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom B.

Bobot rata-rata isi kapsul Perbedaan bobot isi kapsul (%)


A B
120 mg atau lebih ± 10% ± 10%
Lebih dari 120 mg ± 7,5% ± 15%

b. Untuk kapsul yang berisi bahan obat cair atau pasta


Timbang 10 kapsul. Timbang lagi satu persatu. Keluarkan isi semua kapsul, cuci cangkang kapsul
dengan eter P. Buang cairan cucian, dibiarkan hingga tidak berbau eter, timbang seluruh bagian
cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam %
bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul tidak lebih dari 7,5%.

2. Keseragaman Bobot Sediaan Semi Padat


Contoh Keseragaman bobot Salep
R/ STANDAR SALEP HYDROKORTISON:
Tiap 10 g mengandung :
Hydrocortinosum 100 mg
Adeps lanae 1g
Vaselinum album ad 10 g

Formula
Tiap 15 g mengandung :
Nama bahan Konsentrasi Standar
Hydrocortinosum 150 mg 100 mg/10 g
Adeps lanae 1,5 g 1g/10g
Propylenglikol 10 % < 15%
Vaselinum album ad 15 g

3. Keseragaman Bobot Sediaan Cair


Bahan yang diuji jika perlu, digiling menjadi serbuk kasar atau dimemarkan. Untuk
pembuatan serbuk, bahan setelah dikeringkan di atas kapur tohor sebaiknya digiling menggunakan
penggiling sederhana yang digerakan dengan tangan, supaya penggiling tidak menjadi panas.
Pememaran dikerjakan dalam sebuah mortir, kemudian mortir dibilas dengan cairan penyuling
Cara penetapan
Cara 1. Campur bahan yang diperiksa dalam labu dengan cairan penyuling, pasang alat, isi buret
dengan air hingga penuh. Panaskan dengan tangas udara, sehingga penyulingan berlangsung
dengan lambat tetapi teratur, setelah penyulingan selesai biarkan selama tidak kurang dari 15 menit,
catat volume minyak atsiri pada buret. Hitung kadar minyak atsiri dalam % v/b.
Cara II Dilakukan menurut cara yang tertera pada cara I. Sebelum buret diisi penuh dengan air,lebih
dahulu diisi dengan 0,2 ml Xilen P yang diukur seksama. Volume minyak atsiri dihitung denga
mengurangkan volume yang dibaca dengan volume xilen.

Cairan
Simplisia
penyuling Waktu
Cara penyulingan
Jumlah Jumlah (jam)
Keadaan Jenis
(g) (ml)

Adas Sowa 20 Utuh GA 300 I 3

Adas manis 10 Utuh GA 50 II 4

Bunga kamil 25 Utuh A 250 I 5

Dringo 10 Digiling A 100 I 5

Hanya biji,
Kapulaga 5 GA 25 I 5
digiling

Ketumbar 50 digiling GA 250 I 4

Diiris-iris
Kulit buah
20 15mm x Asam 300 I 3
jeruk
15mm

Lada hitam 10 dimemarkan GA 250 I 5

Lada putih 20 dimemarkan GA 250 I 5

Pala 5 digiling A 50 I 4

A adalah air. GA adalah campuran air gliserol P volume sama. Asam adalah campuran yang terdiri
dari 1 bagian volume asam klorida P dan 10 bagian volume air

D. Type Nomor Ayakan

Nomor Ayakan Lubang Ayakan


2 9,5 mm
3,5 5,6 mm
4 4,75 mm
8 2,36 mm
10 2,00 mm
20 850 µm
30 600 µm
40 425 µm
50 300 µm
60 250 µm
70 212 µm
80 180 µm
100 150 µm
120 125 µm
200 75 µm
230 63 µm
270 53
325 45
400 38

 Very Coarse powder ( serbuk sangat kasar atau nomor 8 ) semua partikel serbuk dapat melewati
lubang ayakan nomor 8 dan tidak lebih dari 20% melewati lubang ayakan No. 60.
 Coarse powder (serbuk kasar atau nomor 20 ) semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan
nomor 20 dan tidak lebih dari 40% yang melewati lubang ayakan nomor 60.
 Moderately Coarse ( serbuk cukup kasar atau nomor 40 ) semua partikel serbuk dapat melewati
lubang ayakan nomor 40 dan tidak lebih dari 40% melewati lubang ayakan nomor 80.
 Fine Powder (serbuk halus atau nomor 60 ) semua partikel serbuk dapat melewati lubang ayakan
nomor 60 dan tidak lebih dari 40% melewati ayakan nomor 100
 Very Fine powder ( serbuk sangat halus atau nomor 80) semua partikel serbuk dapat melewati
lubang ayakan nomor 80 dan tidak ada limitasi bagi yang lebih halus.
Penentuan ukuran partikel dan percobaan pembagian serbuk dapat dikerjakan dengan
pengayakan; yaitu melewati serbuk dengan goncangan mekanis menembus suatu susunan ayakan
yang diketahui ukurannya dan berurutan dari ukuran yang besar ke ukuran yang lebih kecil , serta
penentuan bagian serbuk yang melewati atau tertahan pada masing – masing ayakan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sediaan padat adalah sediaan yang mempunyai bentuk dan tekstur yang padat dan kompak.
Bentuk ini paling banyak beredar di Indonesia disebabkan karena bentuk “tablet” adalah bentuk obat
yang praktis dan ekonomis dalam produksi, penyimpanan dan pemakaiannya.
Adalah sediaan setengah padat yang bersifat topical dan penggunaannya untuk kulit bagian luar.
Bentuk sediaan semi padat memiliki konsistensi dan wujud antara solid dan liquid, dapat
mengandung zat aktif yang larut atau terdispersi dalam pembawa (basis).
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat larut, biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak
dimasukan dalam golongan produk lainnya. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topical.
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau
belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian
suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur.

B. Saran
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai