Anda di halaman 1dari 46

By: Endang Zulaicha S, S.

Kp
Obat atau medikasi adalah zat yang
digunakan dalam diagnosis, terapi,
penyembuhan, penurunan, atau
pencegahan penyakit.
KLASIFIKASI
 Klasifikasiobat mengindikasikan efek pada
sistem tubuh, gejala yang dihilangkan atau
efek yang diinginkan.
 Setiap golongan berisi obat yang
diprogramkan , untuk jenis masalah
kesehatan yang sama.
 Komposisi fisik dan kimia obat dalam satu
golongan tidak selalu sama.
 Sebuah obat dapat memiliki lebih dari satu
golongan
Contoh Aspirin mrp: Analgesik, antipiretik,
antiinflamasi.
 Perawat harus mengetahui karakteristik
umum obat dalam setiap golongan.
 Setiap golongan mempunyai implikasi
keperawatan untuk pemberian dan
pemantauan yang tepat.
Contoh. Diuretik --- implikasinya:
Memantau masukan dan pengeluaran cairan,
menimbang BB, mengkaji oedem,
memantau kadar elektrolit serum  perawat
diharapkan memberikan perawatan yang
aman dan efektif
 Obat tersedia dalam berbagai bentuk dan
preparat.
 Bentuk obat menentukan rute pemberian obat.
Contoh kapsul diberikan per- oral, larutan–
intravena.
 Komposisi obat dibuat untuk meningkatkan
absorbsi dan metabolisme di dalam tubuh.
 Ketika memberi obat, perawat harus yakin
bahwa ia memberikan obat dalam bentuk yang
benar.
BENTUK & DISKRIPSI OBAT
BENTUK DISKRIPSI
1 Kaplet Bentuk dosis padat , oral, spt kapsul dan
bersalut, mudah ditelan
2 Kapsul Bentuk dosis pemberian oral, dalam bentuk
bubuk, cairan, atau minyak dan dibungkus
selongsong gelatin, diwarnai untuk
identifikasi produk
3 Eliksir Cairan jernih berisi air /alkohol, oral
biasanya ditambah pemanis
4 Tablet Tablet pemberian oral, dilapisi bahan tidak
enterik larut dlm lambung, larut dalam usus
bersalut (tempat obt diabsorbsi)
...
BENTUK DISKRIPSI
5 Ekstrak Btk obat pekat dibuat dg
memindahkan bagian aktif obat dari
komponen lain obat tsb, cth: Ekstrak
cairan spt sayuran.
6 Gliserit Larutan obat yang dikombinasi dg
gliserin, minimal 50% gliserin
7 Obat Gosok Preparat yg mengandung, alkohol,
minyak, pelembut sabun yg dioles
pada kulit
8 Lotion Obat dlm cairan, suspensi yang
dioles pada kulit u melindunginya
..

9 Salep Semisolid (agak padat), preparat yg


dioles pd kulit biasanya mengandung
satu atau lebih obat.
10 Pasta Semisolid, lebih kental, lebih kaku
drpd salep, diabsorbsi mll kulit lebih
lambat drpd salep.
11 Pil Bentuk dosis padat berisi satu atau
lebih obat, dibentuk tetesan/lonjong/
bujur, pil sudah diganti dg tablet
12 Larutan Preparat cairan peroral/parenteral/scr
eksternal dpt jg dimasukkan dlm
organ atau rongga tubuh.
13.. Supo- Dosis padat dicampur gelatin, bentuk
sitoriapeluru, meleleh dan dpt diabsorbsi bl
dimasukkan
14 Suspensi Partikel obat yg dibelah sampai halus
dan larut dalam media cair, bl dibiarkan
partikel berkumpul di bagian bawah
15 Sirup Obat yang larut dalam larutan gula pekat
mengandung perasa lebih enak
16 Tablet Dosis bubuk yang dikompresi ke dlm
cakram /silinder yang keras,
mengandung obat utama,zat pengikat,
zat pemisah, lubrikan (mudah dibuat di
pabrik), zat pengisi (agar ukuran tablet
cocok)
.
17 Tingtura Alkohol atau larutan obat air alkohol
18 Tablet Dosis datar, budar, mengandung
isap obat, citarasa gula, bahan perekat
cair, larut dlm mulut u melepas obat
19 Cakram/ Obat berada dalam cakram (disk)/
lempeng membran semipermeabel yang
trans membuat obat dpt diabsorbsi
dermal perlahan- lahan mll kulit dalam
periode waktu yang lama
20 Cakram Bentuk oval, fleksibel, ukuran kecil,
intra tdr 2 lapisan lunak luar, yg dalam
Okular berisi obat, saat dilembabkan olh
cairan okuler (mata), cakram melepas
obat sampai 1 mgg
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yg
bermanfaat. Obat dapat melindungi sel dari agen,
kimia lain, meningkatkan fungsi sel/mempercepat /
memperlambat proses kerja sel.
1. Mekanisme kerja
Obat menghasilkan kerja dg mengubah cairan
tubuh atau membran sel atau dg tempat reseptor.
2. Farmakokinetika
Ilmu tentang cara obat masuk ke dalam tubuh,
mencapai tempat kerja, dimetabolisme, dan
keluar dari dalam tubuh.
3. Absorpsi
Cara molekul obat masuk ke dalam darah.
Faktor yang mempegaruhinya: rute, daya
larut, dan kondisi tempat.
4. Distribusi
Setelah diabsorbsi, obat didistribusikan ke
dalam tubuh ke jaringan dan organ tubuh dan
akhirnya ke tempat kerja obat tersebut. Laju
dan luas distribusi tergantung pd sifat fisik
dan kimia obat serta struktur fisiologis
individu yang menggunakannya.
5. Metabolisme
 Setelah mencapai tempat kerja  obat
dimetabolisme mjd tidak aktif, shg lebih mudah
diekskresi.
 Biotransformasi berlangsung di bawah pengaruh
enzim yang mendetoksifikasi, mengurai
(memecah), dan melepas zat kimia aktif scr
biologis.
 Biotranformasi berlangsung di dalam hati, meski
paru- paru, ginjal, darah, dan usus jg
memetabolisme obat.
 Hati mempunyai struktur yang khusus u/
mengoksidasi dan mengubah banyak zat toksik.
 Hati mengurai zat kimia berbahaya sblm
didistribusi ke jaringan.
6. Ekskresi

 Setelah dimetabolisme obat dikeluarkan lewat


ginjal, hati, usus, paru dan kelenjar eksokrin.
 Struktur kimia obat menentukaan organ yang
mengekresikannya.
 Senyawa gas, dan senyawa volatile mis. Eter,
dinitrogen monoksida dan alkohol lewat paru.
Nafas dalam dan batuk efektif pasca operasi
membantu mengeliminir gas anestesi dg cepat.
 Kelenjar eksokrin: mengekskresi obat larut lemak.
 Ginjal: Organ utama ekskresi obat. Beberapa obat
tdk mengalami metabolisme yang luas dan masuk
ke dalam urin dalam bentuk yang relatif sama.
7. Efek terapeutik

 Respon fisiologis obat yang diharapkan atau


yang diperkirakan timbul.
 Setiap obat yang diprogramkan memiliki efek
terapeutik yang diinginkan.
Contoh:
a. Kodein fosfat: efek analgesik
b. Teofilin: Dilatasi bronkhus
c. Aspirin: Analgesik, antipiretik, antiinflamasi,
menurunkan agregasi (gumpalan) trombosit
8. Efek samping

Obat diperkirakan akan menimbulkan efek sekunder


yang tidak diinginkan baik yang bahaya atau tidak
berbahaya. Efek samping mungkin tidak berbahaya
atau bahkan menimbulkan cidera.
Contoh:
a. Kodein Fosfat, efek samping konstipasi
b. Teofilin, efek samping: sakit kepala, pusing
c. Digoxin, efek samping: disritmia jantung.
9. Efek Toksik

Terjadi setelah klien meminum obat dosis tinggi


dalam jangka waktu lama atau setelah obat
terakumulasi lama dalam darah akibat kerusakan
metabolisme atau ekskresi.
Contoh:
Morfin: efek sampingnya: untuk analgesik nyeri
dg menekan syaraf pusat, kadar toksik morfen
menyebabkan depresi pernafasan yang berat dan
mematikan.
10. Reaksi Alergi

o Respon lain yang tidak dapat diperkirakan


terhadap obat.
o Seluruh reaksi obat, 5% dari 10 % merupakan
reaksi alergi.
o Obat sebagai antigen akan memicu pembentukan
antibodi sehingga tjd reaksi alergi.
.
Gejala Deskripsi

Urtikaria Erupsi kulit yang bentuknya tdk


beraturan, meninggi, ukuran dan bentuk
bervariasi, erupsi memiliki batas warna
merah dan bagian tengah pucat
Ruam Vesikel kecil dan meninggi yang biasanya
berwarna merah, seringkali tersebar di
seluruh tubuh
Pruritus Gatal- gatal pd kulit, kebanyakan timbul
bersama ruam
Rinitis Inflamasi lapisan membran mukosa
hidung, menimbulkan bengkak, dan
pengeluaran rabas encer dan berair
11. Reaksi Idiosinkratik

 Obat dapat menyebabkan timbulnya efek yang


tidak diperkirakan.
 Klien reaksi berlebihan, tidak bereaksi, atau
bereaksi tidak normal terhadap obat.
 Contoh: anak mendapat antihistamin (benadryl)
menjadi sangat gelisah atau sangat gembira
bukan mengantuk.
12. Toleransi terhadap obat

 Beberapa pasien menerima obat dalam waktu


lama memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk
memperoleh efek yang sama.
 Pasien yang menggunakan berbagai obat nyeri
dapat mengalami toleransi setelah jangka waktu
tertentu
 Pasien perlu meningkatkan dosis obat nyeri
untuk meredakan nyeri.
13. Interaksi Obat
 Suatu obat memodifikasi kerja obat lain, terjadi interaksi
obat. Hal ini terjadi pada pasien yang menggunakan
beberapa obat.
 Sebuah obat dapat menguatkan / menghilangkan kerja
obat lain dan dapat mengubah absorbsi, metabolisme,
atau pembuangan obat dari tubuh
 Dua obat yang diberikan secara bersamaan memberikan
efek sinergis
 Kerja fisiologis kombinasi kedua obat tsb lebih besar
daripada efek obat bila diberikan terpisah.
 Contoh: alkohol depresan susunan saraf pusat memiliki
efek sinergis pada antihistamin, antidepresan, barbiturat,
dan analgesik narkotik.
14. Respons Dosis Obat

 Obat setelah diekskresi membutuhklan waktu yang


lama untuk masuk kedalam aliran darah kecuali iv.
 Tujuan obat diprogramkan untuk mencapai kadar
darah yang konstan dalam rentang terapeutik aman.
 Dosis berulang u/ mencapai konsentrasi terapeutik
konstan suatu obat karena sebagian obat selalu
dibuang (ekskresi). Ketika absorbsi berhenti, hanya
metabolisme, ekskresi & distribusi yang berlanjut.
 Konsentrasi serum tertinggi obat sebelum obat
terakhir diabsorbsi, kmd turun secara bertahap.
Kalau lewat infus naik dan turunnya lebih cepat
Perawat harus mengikuti penjadwalan dosis &
Interval waktu pemberian dosis.
Perawat dapat mengantisipasi efek obat dengan cara:
1. Awitan kerja obat: waktu yang dibutuhkan obat
sampai respon muncul setelah obat diberikan
2. Kerja Puncak obat: waktu yang dibutuhkan obat
sampai konsentrasi efektif tertinggi dicapai
3. Durasi kerja obat: lama waktu obat terdapat
dalam konsentrasi yang cukup besar untuk
menghasilkan respon
4. Plateau: konsentrasi serum darah dicapai dan
dipertahankan setelah dosis obat yang sama
kembali diberikan
1. Perbedaan Genetik
Susunan genetik mempengaruhi biotrans-
formasi obat, pola metabolik keluarga sama
2. Variabel Fisiologis
 Perbedaan hormonal antara pria dan wanita
mengubah metabolisme obat tertentu
 Usia berdampak langsung pada kerja obat
 Status nutrisi
 Penyakit yang merusak fungsi organ yang
bertanggung jawab farmakokinetika normal
juga merusak kerja obat.
3. Kondisi Lingkungan
 Pajanan panas dan dingin dapat
mempengaruhi respon obat.
 Klien dengan isolasi akan mempunyai efek
peredaan nyeri o/ analgesik lebih kecil
dibanding ditempat lain.
4. Faktor Psikologis
Sikap seseorang terhadap obat
5. Diet
Interaksi obat dan nutrisi dapat pengaruhi
kerja obat
1. Rute Oral
a. Pemberian Per Oral: Rute paling mudah dan
umum, Obat melalui mulut dan ditelan. lebih
murah, awitan kerja obat oral lebih lambat
dan efeknya lebih lama.
b. Sub Lingual: di bawah lidah, larut, mudah
diabsorbsi, tidak boleh ditelan. Contoh:
Nitrogliserin
c. Pemberian Bukal: menempelkan obat padat di
membran mukosa pipi sampai obat larut,
ditempatkan scr bergantian kanan dan kiri spy
tdk iritasi, reaksi lokal di mukosa, tidak
mengunyah dan menelan obat atau minum air
bersama obat, ditelan reaksi sistemik.
2. Rute Parenteral
a. Subkutan (SC): Injeksi tepat di bawah lapisan
dermis kulit
b. Intradermal: Injeksi kedalam dermis tepat di
bawah epidermis
c. Intramuskular: Injeksi ke dalam otot tubuh
d. Intravena: Suntikan ke dalam vena
Obat yang di masukkan ke dalam rongga tubuh:
a. Epidural: dimasukkan di epidural via kateter
o/ perawat atau ahli anestesi.
b. Intratekal: dimasukkan ke dalam ruang sub
arracnoid/ventrikel otak
c. Intraoseosa: Obat kedalam sumsum tulang
d. Intraperitoneal: ke rongga peritoneal & diabsorbsi
ke sirkulasi. Biasanya Chemoterapi & antibiotika
e. Intra Pleura: Obat diberikan melalui dinding dada
dan langsung ke rongga pleura
f. Intra Arteri: Obat langsung masuk ke arteri.
Contoh: Agens penghancur bekuan melalui infus
kontinu
Metode lain: Intrakardial dan intraartikuler
 Melalui kulit dan membran mukosa. Pada
prinsipnya menimbulkan efek lokal.
 Mengoleskan daerah kulit, memasang balutan
yang lembab, merendam bagian tubuh dalam
larutan, menyediakan air mandi yang dicampur
dengan obat.
 Efek sistemik timbul karena kulit tipis dan
obat konsentrasi tinggi, obat bersentuhan
dengan kulit dlm jangka panjang
1. Pemberian cairan secara langsung (berkumur,
mengusap tenggorok)
2. Insersi obat ke dalam rongga tubuh
(suppositoria pd rektum dan vagina)
3. Instilasi: pemasukan lambat cairan ke dalam
rongga tubuh (tetes telinga, hidung, dan
rektum)
4. Irigasi: mencuci bersih rongga tubuh (contoh:
membilas mata, telinga, vagina, kandung
kemih, atau rektum dg obat cair)
5. Penyemprotan (contoh: memasukka obat ke
dalam hidung dan tenggorok)
1. Inhalasi Nasal: Obat diinhalasi melalui hidung
menggunakan sebuah alat yang meghantarkan
obat
Contoh: Ventolin, Fenilefrin
2. Inhalasi Oral: paling sering digunakan untuk
menghantarkan obat ke sel target atau
organisme di parenkim paru. Dipegang di
tangan diberikan menggunakan inhaler disebar
melalui sebuah semprot aerosol, uap, bubuk
3. Endotrakhea atau trakhea
Intra Okuler

Menginsersi obat berbentuk cakram, yang mirip


sebuah lensa kontak ke dalam mata klien.
Cakram dimasukkan ke dalam mata seperti lensa
kontak dan dapat tetap selama 1 minggu.
Contoh:
 Piulokarpin u glaukoma
 DHPG u jamur mata
DESKRIPSI
 Ranitidine HCL.
 Intramuskular (IM) : 50 mg/2 mL tiap 6-8 jam
tanpa pengenceran.
 Bolus / infus intermiten intravena (IV) : 50
mg/2 mL tiap 6-8 jam, diencerkan dengan
larutan yang sesuai.
 Kemasan:
Ampul 25
mg/mL, 1
ampul = 2
mL
 Serbuk - harus diencerkan
Terlebih dahulu agar bisa masuk pembuluh
darah  dioplos

CEFTRIAXONE 1 GR
DIOPLOS 5 CC

1 GR = 5 CC
1000 mg = 5 CC
1 cc = 200 mg
 KALMOXILLIN 1 Gram (serbuk)
Dioplos dengan 4 CC

1 Gram = 4 cc
1000 mg = 4 cc
1 cc = 250 mg
 Ny.X 45 tahun, mendapatkan terapi
Kalmoxillin 4 x 750 mg
Obat yang tersedia kemasan Kalmoxillin 1 gr
serbuk, dioplos 4 cc. Klien masuk pada jam
08.00
 NY.Z USIA 50 TAHUN, MENDAPATKAN TERAPI
INJEKSI KETOROLAC 3 x 30 mg. Masuk injeksi
pertama jam 9.00

 OBAT
YANG TERSEDIA ADALAH KEMASAN
AMPUL, CAIR, TERTULIS 15 mg/ml
 TN K, MENDAPATKAN INJEKSI CEFATOXIME
4X900 mg
Bila obat yang tersedia kemasan Cefatoxime
serbuk 1 gr, dioplos dengan 5 cc
 NN. Z MENDAPATKAN TERAPI RANITIDINE
4 X 19,5 mg, masuk pertama kali jam 10.00

BILA KEMASAN OBAT TERSEBUT TERTULIS 1AMPUL=


RANITIDINE INJEKSI 15 mg/ml, Netto 2 ml

1. Arti
2. Jam pemberian
3. Berapa cc setiap kali pemberian
4. Dalam sehari harus disediakan berapa ampul?
 RISADA,NIM: 60
 AHMAD KARIM, NIM : 45
 NAUFAL, NIM 56
.
 DINDA RIA, NIM 11 (2X)
 ANJANI, NIM 6
 NISRINA, NIM 5
 HEMI, NIM 17
 ROVICA, NIM: 22
 ELMA, NIM 82
 PRAMITA, NIM 105
 YESSY, NIM116
 ERVINA, NIM 109

Anda mungkin juga menyukai