Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT KEPOSITIFAN BTA DALAM SPUTUM DENGAN


GEJALA KLINIS TB PARU BTA (+) DI RSUD RADEN MATTAHER

Disusun oleh :
Agustina Dewi. S
G1A109015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
HUBUNGAN TINGKAT KEPOSITIFAN BTA DALAM SPUTUM DENGAN
GEJALA KLINIS TB PARU BTA (+) DI RSUD RADEN MATTAHER

Oleh :

Agustina Dewi. S, Ikalius, Saifullah Napu.


ABSTRAK

Tuberkulosis paru adalah penyakit yang disebabkan oleh M. tuberculosis. Pada tahun
2011 Indonesia menduduki peringkat ke-4 dunia untuk kasus tuberkulosis. Sumber infeksi
berasal dari penderita yang membatukkan dahaknya. Resiko penularan TB lebih tinggi pada
pasien dengan apusan dahak BTA (+) dibandingkan BTA (-). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui distribusi frekuensi gejala klinis tuberkulosis paru BTA (+) dan hubungan
tingkat kepositifan BTA dalam sputum dengan gejala klinis tuberkulosis paru BTA (+) di
bagian paru RSUD Raden Mattaher Jambi Periode Maret-Mei 2013. Penelitian ini
merupakan studi analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam pelaksanaannya
peneliti melakukan anamnesis terhadap pasien tuberkulosis paru BTA (+). Hasil uji
Kolmogorov smirnov yang dilakukan untuk melihat korelasi antara tingkat kepositifan
BTA dalam sputum dengan gejala batuk berdarah sesak napas, nyeri dada, dan demam
yaitu < 0,05. Sehingga diketahui bahwa ada hubungan antara kepositifan BTA dalam
sputum dengan gejala tersebut.

Kata Kunci : BTA (+); gejala tuberkulosis paru; tuberkulosis paru.

Pendahuluan Perhatian akvitis kesehatan sedunia

Tuberkulosis paru atau yang biasa telah dikejutkan oleh deklarasi

disebut TB paru adalah suatu penyakit “kedaruratan kesehatan global” (the

infeksi kronik yang disebabkan oleh global health emergency) tuberkulosis paru

mycobacterium tuberculosis (atau kadang- pada tahun 1993 dari WHO, munculnya

kadang oleh M. bovis dan africanum).2-5,8 deklarasi tersebut disebabkan oleh sebagian

Sebagian besar kuman TB menyerang paru, besar negara-negara di dunia tidak berhasil

namun juga dapat menyerang organ lain mengendalikan penyakit TB paru.2-4

seperti kelenjar getah bening, selaput otak, Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk

kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium

serta organ tubuh lainnya.4,9,10 tuberculosis. Pada tahun 1995 ada 9 juta
pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat
TB diseluruh dunia. Dimana 95% dari dengan cepat, sedangkan pada ruangan
kasus TB dan 98% kematian akibat TB di gelap dengan ventilasi yang tidak memadai
dunia tersebut terjadi pada negara-negara kuman dapat bertahan hidup.3,5
berkembang. Diantara mereka 75% berada Resiko penularan infeksi biasanya
pada usia produktif, yaitu 15-50 tahun.3,4 akan lebih tinggi pada pasien dengan
Berdasarkan laporan WHO Global apusan dahak BTA (+) dibandingkan BTA
Tuberculosis Control tahun 2012, diketahui (-).2,5 Setiap satu BTA (+) akan menularkan
bahwa pada tahun 2011 Indonesia pada 10-15 orang lainnya, sehingga
menduduki peringkat ke-4 dunia untuk kemungkinan setiap kontak untuk tertular
kasus TB. Lima negara dengan jumlah TB adalah 17%. Hasil studi lainnya
terbesar insiden tuberkulosis terbesar pada melaporkan bahwa kontak terdekat
tahun 2011 tersebut adalah India, China, (misalnya keluarga serumah) akan dua kali
Afrika Selatan, Indonesia, dan Pakistan.3,4 lebih beresiko dibandingkan kontak biasa
Tingginya prevalensi TB paru ini (tidak serumah).2 Oleh karenanya, penting
disebabkan oleh rendahnya angka untuk menemukan BTA atau
kesembuhan penderita yang berdampak M.tuberculosis dalam sputum seseorang
pada tingginya penularan.2-5 Penularan yang dicurigai mengalami TB paru, yaitu
penyakit yang disebabkan oleh orang-orang yang memperlihatkan gejala
mycobacterium tuberculosis ini biasanya seperti batuk berdahak 2-3 minggu dengan
terjadi melalui udara (airborne spreading) ataupun tanpa darah yang dapat disertai
2,3,5
dari droplet infeksi. Sumber infeksinya keluhan lain seperti sesak napas, nyeri
adalah penderita TB paru yang dada, demam, dan malaise.2,3
membatukkan dahaknya, terutama dari Gejala TB paru tersebut tidak lain
penderita yang pada pemeriksaan apusan muncul karena adanya invasi dari kuman
dahaknya ditemukan BTA positif.2-5 Sekali M.tuberculosis yang mencapai paru. Selain
seorang pasien TB paru BTA (+) batuk atau itu, pemeriksaan sputum pada tersangka
berbicara selama 5 menit dapat paru merupakan gold standart dalam
mengeluarkan sekitar 3000 droplet nuclei, menegakkan diagnosa TB paru.2-8
dimana 1 droplet nuclei mengandung 3 Pemeriksaan sputum dilakukan 3 kali, yaitu
basil tuberkulosis. Penularan tersebut sewaktu, pagi, sewaktu (SPS) dengan
umumnya terjadi pada lingkungan yang metoda Zeihl Neelson.2,6,7 Bila dari dua kali
pemukimannya sangat padat, serta dalam pemeriksaan didapatkan hasil BTA (+),
ruangan dengan ventilasi kurang. Sinar maka pasien tersebut dinyatakan positif
matahari diketahui dapat membunuh kuman mengidap TB paru.2-8 Sedangkan apabila
pada pemeriksaan hanya ditemukan satu yang dilakukan pemeriksaan sputum
kali BTA (+), maka harus dilakukan dengan hasil pemeriksaan BTA (+) yang
pemeriksaan foto thoraks atau SPS ulang berobat di bagian paru RSUD Raden
2,3,5
guna menegakkan diagnosisnya. Mattaher Jambi periode Maret-Mei 2013.
Karena berbagai latar belakang
Data pada penelitian ini didapat dari
diataslah peneliti tertarik untuk mengambil
wawancara dan pemeriksaan langsung
penelitian mengenai distribusi frekuensi
terhadap responden mengenai gejala TB
gejala klinis TB paru dan hubungan antara
paru yang dialaminya. Untuk memperolah
beberapa gejala TB paru dengan hasil
data ini, peneliti terjun langsung ke
pemeriksaan sputum BTA (+). Selain
lapangan guna mendapatkan data yang
karena prevalensinya yang tinggi, TB paru
akurat. Selain itu, juga digunakan data
merupakan penyakit yang sangat rentan
sekunder yang diperolah dari rekam medis,
untuk menular, serta tidak memandang
form TB 01, dan form TB 06 pasien TB
usia, jenis kelamin, ataupun pekerjaan
paru yang telah diperiksa sputumnya,
seseorang.5 Untuk menekan terjadinya
meliputi data mengenai karakteristik dan
penyakit ini, perlu kesadaran yang tinggi
hasil pemeriksaan sputum SPS.
dari penderitanya. Sebab tujuan dari
pencegahan dan pengobatannya adalah Hasil dan Pembahasan
memutus rantai penularan dan eradikasi
Berdasarkan hasil wawancara dengan
kuman mikobakterium TB.3,5,8
menggunakan checklist yang telah
dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru
Metode
BTA (+) di bagian paru RSUD Raden
Jenis penelitian ini adalah penelitian Mattaher Jambi Periode Maret-Mei Tahun
analitik dengan pendekatan cross sectional. 2013, maka diketahui ada sebanyak 36
Desain ini dipilih karena sesuai dengan pasien yang di diagnosa sebagai
tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tuberkulosis paru BTA (+).
hubungan tingkat kepositifan BTA dalam
sputum dengan gejala klinis TB paru BTA
(+) di bagian paru RSUD Raden Mattaher
Jambi periode Maret-Mei 2013.

Penelitian ini dilakukan di bagian


paru RSUD Raden Mattaher Jambi dengan
populasinya adalah semua pasien TB paru
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Gejala Klinis TB Paru BTA (+)

Gejala Klinis Jumlah ( Persentase


∑) (%)
GEJALA
RESPIRATORIK
 Batuk > 2-3
minggu
Ya 36 100
Tidak - -
 Batuk darah
Ya 19 52,8
Tidak 17 47,2
 Sesak Napas
Ya 28 77,8
Tidak 8 22,2

 Nyeri dada
Ya 13 36,1

Tidak 23 63,9

GEJALA SISTEMIK

 Demam
Ya 29 80,6
Tidak 7 19,4
 Anorexia
Ya 33 91,7
Tidak 3 8,3
 Penurunan BB
Ya 33 91,7
Tidak 3 8,3

 Berkeringat di
malam hari
Ya 20 55,6

Tidak 16 44,4
Tabel 2. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA dalam sputum dengan gejala Batuk
Darah

Tingkat Kepositifan BTA Total P Value


1-9 BTA +1 +2 +3
Batuk Ya - 1 4 14 19 0,007
Darah (5,3%) (21,0%) (73,7%) (100%)

Tidak - 7 7 3 17
(41,2%) (41,2%) (17,6%) (100%)

Total - 8 11 17 36
(22,2%) (30,6 %) (47,2%) (100%)

Berdasarkan uji bivariat pada tabel tuberkulosis aktif. Tetapi kebanyakan batuk
2 diketahui bahwa kelompok responden darah pada TB paru terjadi pada kavitas
dengan hasil sputum +3 berpeluang 73,7% ataupun dapat juga terjadi pada ulkus
untuk mengalami batuk darah, sedangkan dinding bronkus, dimana mereka yang
responden dengan hasil sputum +1 dan +2 mengalami batuk darah kebanyakan adalah
berpeluang 41,2% untuk tidak mengalami mereka yang hasil pemeriksaan sputumnya
batuk darah, dimana hasil uji kolmogorov- ditemukan lebih banyak kuman TB, yaitu
smirnov dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed) pada hasil pemeriksaan sputum +3. Hal ini
yaitu 0,007. Ini berarti P valuenya < 0,05 dapat diasumsikan bahwa semakin positif
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hasil pemeriksaan sputum pada seorang
hubungan antara kepositifan hasil sputum tersangka TB paru, maka akan semakin
BTA dengan timbulnya gejala batuk besar pula resiko untuk timbul gejala batuk
berdarah. berdarah.

Hal tersebut di atas sejalan dengan Namun demikian, penyebab lain


teori yang ada, dimana teori tersebut dari batuk darah juga perlu disingkirkan,
menyatakan bahwa setiap proses yang seperti karsinoma bronkogenik, infark paru,
mengganggu kesinambungan pembuluh bronkiektasis, dan abses paru. Kemudian
darah paru dapat mengakibatkan pecahnya jika darah atau sputum yang mengandung
pembuluh darah tersebut sehingga darah dibatukkan, maka perlu ditentukan
terjadilah perdarahan. Batuk darah juga apakah sumbernya memang benar-benar
merupakan suatu gejala yang serius dan berasal dari saluran napas bagian bawah
dapat sebagai manifestasi pertama dari dan bahkan berasal dari jantung ataupun
saluran cerna. Karena gejala batuk darah ini
bukan saja dikarenakan penyakit TB
semata. Untuk membedakan hal tersebut
maka perlu dicermati bahwa darah yang
berasal dari saluran cerna biasanya akan
berwarna merah gelap, dapatdisertai
dengan mual, muntah, dan anemia.
Sedangkan darah yang berasal dari saluran
napas bawah akan berwarna merah cerah,
berbusa, dan terdapat riwayat batuk dengan
atau tanpa gejala anemia.3-4,11,14

Tabel 3. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA dalam sputum dengan gejala Sesak
Napas

Tingkat Kepositifan BTA Total P value

1-9 BTA +1 +2 +3
Sesak Ya - 2 9 17 28 0,006
Napas (7,1%) (32,1%) (60,7%) (100%)

Tidak - 6 2 - 8
(75,0%) (25,0%) (100%)

Total - 8 11 17 36
(22,2%) (30,6 %) (47,2%) (100%)

Berdasarkan uji bivariat pada tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
3 diketahui bahwa kelompok responden hubungan antara kepositifan hasil sputum
dengan hasil sputum +3 berpeluang 60,7% BTA dengan timbulnya gejala sesak napas.
untuk mengalami sesak napas, responden
Sesak ini merupakan suatu keadaan
dengan hasil sputum +2 berpeluang 32,1%
sulit bernapas dan merupakan gejala utama
untuk mengalami sesak napas, sedangkan
dari penyakit kardiopulmonar. Orang yang
responden dengan hasil sputum +1
mengalami sesak napas biasanya akan
berpeluang 75% untuk tidak mengalami
mengeluh bahwa napasnya menjadi lebih
sesak napas, dimana hasil uji kolmogorov-
pendek atau merasa tercekik. Gejala sesak
smirnov dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed)
ini biasanya sudah terlihat ketika seorang
yaitu 0,006. Ini berarti P valuenya < 0,05
tersangka TB melakukan aktivitas ringan-
sedang. Biasanya sesak napas pada paru dengan penyebab lainnya seperti
penderita TB paru ditemukan pada keadaan aktivitas fisik yang berlebihan dan
penyakit yang sudah lanjut, yang beberapa penyakit lainnya. Penyakit lain
infiltratnya sudah meliputi setengah bagian yang biasanya juga ditandai dengan sesak
paru. Hal ini terbukti bahwa mereka yang napas ialah penyakit kardiovaskular, seperti
hasil sputumnya positif tinggi atau (+2) dan emboli paru, penyakit paru interstisial atau
(+3) kemungkinan infiltratnya sudah alveolar, gangguan dinding dada atau otot-
meliputi setengah bagian paru. Sehingga ototnya, penyakit paru obstruktif, atau
dapat disimpulkan bahwa semakin positif bahkan hanya suatu manifestasi dari
hasil pemeriksaan sputum yang dilakukan, kecemasan. Sesak napas juga merupakan
maka akan semakin pula resiko pasien gejala utama edem paru, gagal jantung
3-
tersebut untuk mengalami sesak napas. kongestif, ataupun penyakit katup jantung.
4,11,14
Emboli paru biasanya ditandai dengan
sesak napas yang mendadak. 3-4,11,14
Kemudian perlu juga dibedakan
antara sesak napas yang terjadi karena TB

Tabel 4. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA dalam sputum dengan gejala nyeri dada

Tingkat Kepositifan BTA Total P value


1-9 BTA +1 +2 +3
Nyeri Ya - - 1 12 13 0,001
Dada (7,7%) (92,3%) (100%)

Tidak - 8 10 5 23
(34,8%) (43,5%) (21,7 %) (100%)

Total - 8 11 17 36
(22,2%) (30,6 %) (47,2%) (100%)

Berdasarkan uji bivariat pada tabel +1 berpeluang 34,8% untuk tidak


4 diketahui bahwa kelompok responden mengalami nyeri dada, dimana hasil uji
dengan hasil sputum +3 berpeluang 92,3% kolmogorov-smirnov dengan nilai Asymp.
untuk mengalami nyeri dada, responden Sig (2-tailed) yaitu 0,001. Ini berarti P
dengan hasil sputum +2 berpeluang 43,5% valuenya < 0,05 sehingga dapat
untuk tidak mengalami nyeri dada, disimpulkan bahwa ada hubungan antara
sedangkan responden dengan hasil sputum
kepositifan hasil sputum BTA dengan nyeri akan diperberat dengan adanya batuk
timbulnya gejala nyeri dada. dan napas yang dalam, sehingga pasien
sering bernapas cepat dan dangkal, serta
Gejala ini agak jarang ditemukan,
menghindari gerakan yang tidak
walaupun pada uji bivariatnya
diperlukan. Selain itu, nyeri juga biasanya
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dapat sedikit diredakan dengan sedikit
tingkat kepositifan BTA dalam sputum
menekan daerah dada yang terkena
gejala nyeri dada, namun hubungan ini
peradangan tersebut. Dari penelitian yang
tidak terlalu signifikan, dan biasanya timbul
telah dilakukan juga diketahui bahwa
bila infiltrat radang sudah sampai ke pleura
keluhan nyeri dada ini lebih banyak dialami
sehingga menimbulkan pleuritis. Dimana
oleh mereka yang hasil pemeriksaan
ketika terjadi gesekan antara kedua pleura
sputumnya +3, hal ini menunjukkan bahwa
sewaktu pasien menarik/menghela napas
semakin positif hasil pemeriksaan
akan menimbulkan keluhan nyri pada
sputumnya maka akan semakin tinggi
bagian dada tersebut. Pleuritis biasanya
kerentanan untuk terjadi atau timbul
tidak terjadi secara langsung, namun terjadi 3-4,11,14
keluhan nyeri dada pada pasien.
secara bertahap. Nyeri yang dirasakan
biasanya terasa seperti teriris-iris dan tajam,

Tabel 5. Hubungan Tingkat Kepositifan BTA dalam sputum dengan gejala demam

Tingkat Kepositifan BTA Total P value


1-9 BTA +1 +2 +3
Demam Ya - 2 10 17 29 0,002
(6,9%) (34,5%) (58,6%) (100%)

Tidak - 6 1 - 7
(85,7%) (4,3%) (100%)

Total - 8 11 17 36
(22,2%) (30,6 %) (47,2%) (100%)

Berdasarkan uji bivariat pada tabel untuk mengalami demam, sedangkan


5 diketahui bahwa kelompok responden responden dengan hasil sputum +1
dengan hasil sputum +3 berpeluang 58,6% berpeluang 85,7% untuk tidak mengalami
untuk mengalami demam, responden nyeri dada, dimana hasil uji kolmogorov-
dengan hasil sputum +2 berpeluang 34,5% smirnov dengan nilai Asymp. Sig (2-tailed)
yaitu 0,002. Ini berarti P valuenya < 0,05 3.dr. Yuwono, M.Biomed, selaku Dekan
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
hubungan antara kepositifan hasil sputum Universitas Jambi.
BTA dengan timbulnya gejala demam. 4.dr. Nyimas Natasha AS, M.Med.Ed,
selaku ketua Program Studi Pendidikan
Demam biasanya subfebril
Dokter Universitas Jambi.
menyerupai influenza. Tetapi kadang panas
5.dr. Ikalius, Sp.P, sebagai dosen
badan bisa mencapai 40-41oC. serangan
pembimbing substansi atas segala
demam pertama dapat sembuh sebentar,
bimbingan, saran, dan motivasi yang
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Dari
telah diberikan selama penyusunan
hasil penelitian yang telah dilakukan,
proposal penelitian sampai penulisan
diketahui bahwa perbedaan kerentanan
laporan ini.
untuk terjadinya demam pada pasien TB
6.dr. Saifullah Napu, Sp.JP; FIHA, sebagai
paru berdasarkan hasil pemeriksaan sputum
dosen pembimbing metodologi yang telah
tidak terlalu signifikan, karena keadaan ini
banyak memberikan bimbingan, saran,
biasanya sangat dipengaruhi oleh daya
serta motivasi yang telah diberikan
tahan tubuh pasien dan berat ringannya
selama penyusunan proposal penelitian
infeksi kuman M.tuberkulosis. semakin
sampai penulisan laporan ini.
bagus daya tahan tubuh orang tersebut
7.dr. H. Mientje Oesmaini, MM, sebagai
maka semakin kecil pula resiko untuk
pembimbing akademik yang telah
mengalami demam, demikian pula
memberikan saran dan motivasi kepada
sebaliknya. 3-4,11,14
penulis.
Ucapan Terimakasih 8.Kepala beserta seluruh Staf Bagian Paru
dan Staf Bagian rekam Medik RSUD
Sehubungan dengan penulisan
Raden Mattaher Jambi yang telah
laporan praktik belajar riset ini, penulis
membantu dalam pengumpulan data,
ingin mengucapkan terimakasih kepada:
memfasilitasi pelaksanaan penelitian dan
1.Prof. DR. H. Aulia Tasman, M.Sc, selaku menyediakan data yang diperlukan.
Rektor Universitas Jambi. 9.Staf Dosen dan bagian Tata Usaha
2.dr. H. Abd. Hamid Syam, sebagai Program Studi Pendidikan Dokter
Sekretaris Eksekutif Program Studi Universitas Jambi yang telah banyak
Pendidikan Dokter Universitas Jambi. memberikan ilmunya kepada penulis.
10. Kedua orang tua, adik serta keluarga
yang selalu memberikan cinta, kasih,
dorongan, perhatian, ketulusan, 7. Rasmin, Menaldi. Diagnosis dan terapi.
pengertian dan semangat yang tidak akan Jakarta : Bagian pulmonology FKUI;
mungkin dapat diganti dengan apapun. 2007. hal. 99-100.
11. Teman-teman FKIK UNJA angkatan 8. Hudoyo, Ahmad. Tuberculosis mudah
2009, kakak-kakak senior dan adik-adik diobati. Jakarta : FKUI; 2008. hal. 10-
junior atas kerja sama yang baik dan 20.
kekompakkan selama ini. 9. Ditjen PP dan PL Kemenkes RI.
Laporan situasi terkini perkembangan
Daftar pustaka Tuberkulosis di Indonesia (online).
Jakarta : Kemenkes RI; 2011(diakses 19
1. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi
september 2012). Diunduh dari URL :
kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta :
http://www.Kemenkes-RI.go.id/
Rineka Cipta; 2007
10. Perkumpulan pemberantasan
2. Widoyono. Penyakit tropis,
tuberculosis di Indonesia (PPTI). Buku
epidemiologi, penularan, pencegahan,
saku PPTI (online). Jakarta : PPTI;2010
dan pemberantasannya. Jakarta : EMS;
(diakses 19 september 2012). Diunduh
2008. hal. 13-19.
dari URL : http://www.PPTI.info
3. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang,
11. Tim kelompok kerja tuberculosis,
Alwi Idrus, Simadibrata Marcellus K,
editor. Tuberkulosis- Pedoman
Setiati Siti. Buku ajar ilmu penyakit
diagnosis dan penatalaksanaan di
dalam, vol I. Edisi V. Jakarta : Internal
Indonesia. Jakarta : PDPI; 2011.
publishing FKUI; 2009.
12. Varaine F, Henkens M, Grouzard V,
4. Pedoman nasional penanggulangan
editor. Tuberculosis – practical guide
Tuberculosis. Edisi kedua. Jakarta :
for clinicans, nurses, lab technicians,
Depkes RI; 2008.
and medical auxiliaries (online). 5th
5. Wibisono, Jusuf, Winarni, Hariadi
revised ed. 2010 (diakses 19 september
Slamet. Buku ajar ilmu penyakit paru,
2012). Diunduh dari URL :
cetakan ketiga. Surabaya : Departemen
http://www.msf.org
ilmu penyakit paru FK UNAIR – RSUD
13. Jawetz, Melnick, and Adelberg.
dr. Soetomo; 2011. hal. 27-36.
Mikrobiologi kedokteran. Edisi ke-23.
6. Gandasoebrata, R. Penuntun
Jakarta : EGC; 2008.
laboratorium klinik. Cetakan ke-15.
14. Djojodibroto, Darmanto. Respirologi.
Jakarta : Dian Rakyat; 2009. hal.179.
Jakarta : EGC; 2009.
15. Danusanto, Halim. Buku Saku Ilmu 22. Jianzhao H, Susan V, Lin Xu, yubang
Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates. Q, Jinglong H, Marieke J. Risk factors
2000. hal. 93-143. for non-cure among new sputum smear
16. Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, positive tuberculosis patients treated in
Wilson JB, Kasper DI, et al., editors. tuberculosis dispensaries in Yunnan,
Harrison’s principle of Internal China (serial online) 2011(diakses 21
Medicine, 17th ed. New York : september 2012); (7 layar). Diunduh
McGarw-Hills, Health Professions dari URL :
Division; 2008. p. 1006-1020. http://www.biomedcentral.com
17. Todar, K. Mycobacterium tuberculosis 23. Mahoney A, weetjens BJ, Cox C,
dan tuberculosis (online). University of Beyene N,Reither K, Makingi J, et al.,
Wisconsin; 2009 (diakses 19 september Pouched rats detection of TB in human
2012). Diunduh dari URL : sputum : comparison to culturing and
http://www.textbookofbacteriology.net/ PCR (serial online) 2012 (diakses 25
Tb.html september 2012); 1 (716989): (5 layar).
18. Price. Sylvia A dan Wilson. Lorraine Diunduh dari URL :
M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – http://www.NEJM.org
Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2005. 24. Pajankar S, Khandekar R, Al Amri MA,
19. Alsagaff H, Amin M. Buku ajar ilmu Redha AL. Factors influencing sputum
penyakit paru. Jakarta : Bagian ilmu smear conversin at one and two months
penyakit paru FK UNAIR; 2009. of TB treatment (serial online) 2008
20. World Health Organisation. Quality (diakses 21 september 2012); 23 (4): (6
assurance of sputum microscopy in layar). Diunduh dari URL
DOTS programmes – regional http://www.Oman-Medjournal.org
guidelines for countries in the western 25. Michael D, Iseman MD, Leonid B.
pacific (online). United Nation Avenue Rapid detection of Tuberculosis and
: WHO; 2003 (diakses 20 september drugs-resistant tuberculosis (serial
2012). Diunduh dari URL : online) 2008 (diakses 18 september
http://www.wpro.who.int 2012); 335(15): (3 layar). Diunduh dari
21. Setiono, Aris. Uji Diagnostik URL : http://www.NEJM.org
Pemeriksaan ICT TB dibandingkan 26. World Health Organization. Stop tb
dengan Pemeriksaan Sputum BTA pada partnership retooling task force, stop tb
tersangka penderita TB Patu di RSUP partnership new diagnostics working
dr.Kariadi.Semarang : Undip; 2011 group, new laboratory diagnostic tools
for tuberculosis control (serial online) Edisi ke-4. Jakarta : Sagung Seto; 2011.
2009 (diakses 21 september 2012); (7 hal 146-165, 376
layar). Diunduh dari URL: 32. Chandra, Budiman. Metodologi
http://www.stoptb.org/retooling Penelitian Kesehatan. Jakarta : EGC;
27. Mulyadi, Mudatsir, Nurlina. Hubungan 2006. Hal 91-100
tingkat kepositifan pemeriksaan BTA 33. Dahlan, M. Sopiyudin. Besar Sampel
dengan gambaran luas lesi radiologi dan Cara Pengambilan Sampel, dalam
toraks pada penderita TB paru yang Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,
dirawat di SMF Pulmonologi RSUDZA Edisi ke-3. Jakarta: Salemba Medika;
Banda Aceh (serial online) 2011; 31(3); 2010. Hal 20, 140-142
(5 layar). Diunduh dari URL : 34. Reisa. Profil Penderita Tuberkulosis
http://www.Jrespirologiindo.com Paru di Poliklinik Paru RSUP Haji
28. Joshi YP, Mishra PN, Joshi DD. Adam Malik Medan pada bulan Maret -
Diagnosis of tuberculosis under directly September 2010 (Skripsi). Medan : FK
observed treatment for short-course USU; 2010.
(DOTS) : examination of two or three 35. Mulyadi, dkk. Profil Penderita
sputum specimens (serial online) 2007; Tuberkulosis paru di Pesisir Pantai
3(3); (3 layar). Diunduh dari URL : Aceh Barat Daya (Kajian di Puskesmas
http://www.scientificworld.org Blangpidie). Aceh : FK Universitas
29. WHO. Treatment of tuberculosis Syiah Kuala; 2011.
guidelines (serial online) 2009; 4(160 36. Enny Suswati. Karakteristik Penderita
layar). Diunduh dari URL : Tuberkulosis Paru di Kabupaten
http://www.wholibdoc.who.int/publicati Jember. Jember : Laboratorium
on Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
30. PPTI. Jurnal Tuberkulosis Indonesia Universitas Jember; 2007
(serial online) 2007; (7); (23 layar).
Diunduh dari URL :
http://www.ppti.info
31. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar –
dasar Metodologi Penelitian Klinis,

Anda mungkin juga menyukai