Anda di halaman 1dari 42

STUDIO KEBUMEN Ekonomi Kota

17/410107/TK/45464 17/413491/TK/45931
ASKIF AZIKRI RAHAYU SANOSO PUTRI

17/415088/TK/46377 17/413495/TK/45935
AGY ARIF AWALUDDIN RITA NOOR HIDAYANTI

17/413486/TK/45926 17/413494/TK/45934
MUTI’AH RIHUL JANNAH RISSA NADHIFAH A. R.

17/410128/TK/45485
SARI RATIH
Chapt 2
Why do Cities Exist?
Salah satu alasan terbentuknya kota-kota adalah karena keuntungan dari
pertukaran terpusat (kota perdagangan) dan produksi terpusat (kota industri dan
pabrik). Dalam suatu wilayah, terdapat dua kemungkinan, yaitu terbentuk kota dan
tidak terbentuk kota. Apabila di dalam suatu wilayah penduduknya dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri, maka tidak terjadi kota di dalamnya. Sebaliknya, jika suatu
daerah memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan produk tertentu
karena memiliki biaya peluang yang lebih rendah, maka terjadi kota di dalamnya.
Jenis-jenis kota dibedakan berdasarkan penyebabnya. Beberapa contoh jenis kota
dan penyebabnya adalah sebagai berikut.
1.Kota Perdagangan berkembang ketika keunggulan komparatif dikombinasikan
dengan skala ekonomi dalam pertukaran.
2.Kota Pabrik berkembang ketika ada skala ekonomi dalam produksi.
3.Kota Inovasi berkembang jika ada hasil yang relatif besar dari kolaborasi
inovasi.
4.Tidak terjadi kota karena sebagian besar produksi berada di rumah sendiri
untuk mencukupi kebutuhan sendiri.
Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembentukan kota
adalah sebagai berikut.
1.Revolusi Industri menyebabkan urbanisasi besar-besaran karena inovasi-
inovasinya di bidang pertanian, transportasi, dan produksi.
2.Perubahan teknologi energi mengubah keputusan lokasi perusahaan, dengan
pembangkit listrik tenaga air di sepanjang aliran sungai, pembangkit listrik tenaga
uap di sepanjang sungai dan rel kereta api, dan listrik membuat lebih banyak
footloose.
3.Persaingan spasial antar perusahaan menghasilkan area pasar untuk masing-
masing perusahaan dan sistem kota.

Trading Cities
• Kota merupakan pusat perdagangan karena memiliki biaya peluang yang
lebih rendah sehingga memiliki keunggulan komparatif dalam
menghasilkan produk tertentu.
• Perusahaan perdagangan akan muncul jika ada skala ekonomi yang
terkait dengan pertukaran dan perdagangan.
• Muncul perusahaan dagang - mencari tempat paling efisien - konsentrasi
pekerja meninggikan harga tanah - penghematan lahan dengan
menempati tempat tinggal yang kecil - kepadatan penduduk relatif tinggi
- sebuah kota.
Factory Cities
• Kota merupakan pusat produksi dari suatu barang yang memiliki
opportunity cost yang lebih rendah dari produksi rumahan.
• Skala ekonomi akan memunculkan perbedaan hasil produksi karena alat-
alat canggih yang dipakai serta pengkhususan pekerjaan sehingga waktu
yang digunakan lebih efisien.
Aplikasi di Kota Fungsional Kebumen
Kota Kebumen sebagai penghasil Genteng Sokka menunjukkan fungsi kota
sebagai kota pabrik. Persebaran industri yang cukup banyak ditambah
dengan penggunaan alat-alat canggih menandakan bahwa industri genteng
ini tidak sekedar industri rumahan namun terpusat.
Innovation Cities
•Kota merupakan pusat inovasi karena fasilitas edukasi
yang tersebar
•Poin penting dalam innovation cities :
•Tingkat pendidikan para pekerja(meningkatkan populasi dengan
banyaknya sekolah-sekolah
•Adanya sumber pendapatan alternatif berdasarkan ide-ide innovator
yang dapat dijual hingga luar daerah
•Kolaborasi antar innovator baik formal maupun tidak formal
Aplikasi di Kota Fungsional Kebumen
Adanya inovasi hotel atau penginapan “Kampung Etnik” di Kecamatan Pejagoan
memiliki pesona dan daya tarik tersendiri serta sasaran pengunjung yang berasal
dari luar kota
Resource-Oriented Firms
•Adanya sumber daya bahan baku dapat memunculkan
firma-firma di sekitar sumber
•Poin penting dalam resource-oriented firms :
•Jumlah bahan baku produksi lebih banyak daripada hasil produksi
•Biaya untuk distribusi juga lebih lahal
•Dekat dengan sumber bahan baku dapat meminimalisir biaya angkut
bahan baku
Aplikasi di Kota Fungsional Kebumen
•Industri Genteng “Sokka” di Kecamatan Pejagoan. Berdasarkan
wawancara salah satu pemilik, distribusi penjualan genteng tersebar
di Kebumen, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Jakarta, bahkan
Singapore dan Malaysia. Banyaknya industri genteng menandakan
sumber daya alam untuk bahan baku pembuatan yang cukup banyak
•Terdapat penjual bambu yang mengantarkan pesanan di
sekitar Kebumen karena hanya menggunakan gerobak
Market-Oriented Firms
•Membutuhkan biaya yang tinggi untuk distribusi penjualan
•Bahan baku produksi yang dapat menghasilkan barang produksi lebih
banyak
•Aplikasi di Kota Kebumen : Penjualan Kecap Kentjana yang cukup murah
dengan harga Rp9.000 untuk ukuran sekitar 200ml
The Principle of Median Location
•Berasumsi bahwa hanya memiliki satu sumber produksi dan satu
pasar
•Aplikasi di Kota Kebumen : hanya terdapat 1 departemen store
yang tergolong cukup besar yaitu Rita Pasaraya Kebumen
Chapt 3
WHY DO FIRMS CLUSTER?

• Lokalisasi ekonomi terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam suatu industri dengan fokus
yang sejenis dan terletak berdekatan.
• Urbanisasi ekonomi adalah pada saat aglomerasi ekonomi yang ada berinteraksi lintas industry
dan dan menyebabkan berbagai industri yang berbeda untuk saling berdekatan. Sebagai
contohnya di kota kebumen. Kota kebumen sebagai pusat pemerintahan kabupaten kebumen
tentu saja menarik para perusahaan lain untuk membangun kantor pusatnya di kota kebumen
karena sudah ada beberapa kantor pusat dari berbagai industri yang terletak disana, dan juga
terletak berdekatan satu dengan lainnya.
Sharing Intermediate Inputs

• intermediate inputs adalah barang yang dihasilkan oleh suatu firma


dan akan digunakan kembali oleh firma lainnya sebagai salah satu
bahan produksi. Contohnya yaitu dalam Kota Kebumen, terdapat
produksi kecap yang mana kecap tersebut digunakan kembali
sebagai salah satu bahan baku produksi suatu makanan.

• a dalam grafik menunjukkan harga botol kecap yang dibeli oleh


suatu firma sedangkan f menunjukkan harga botol kecap yang dibeli
firma dalam satu cluster. Hal itu menunjukkan bahwa harga kecap
yang dijual kepada firma dalam satu cluster lebih murah karna
biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih murah.

Illustrasi rafik harga jual kecap per botol


Self-Reinforcing Effects Cause Industry Cluster

Profit gap = Profit in cluster – profit of isolated


firm
Terdapat kesenjangan keuntungan antara firma yang berdiri sendiri dengan firma di dalam suatu cluster.
• Firma yang berdiri sendiri tersebut dapat bergabung ke sebuah cluster atau membuat cluster asalkan profit yang ditawarkan positif dan
berlokasi strategis sehingga dapat menghasilkan profit yang didapatkan lebih dari yang sebelumnya.
• Aglomerasi ekonomi yang disebabkan oleh pemasok intermediate inputs imenghasilkan perubahan dalam segi self-reinforcing.
• Salah satu keuntungan dari memasuki suatu cluster contohnya yaitu di cluster
industri perfilman yang mana memungkinkan untuk menghemat biaya
produksi dengan cara berbagi property dengan rumah produksi lainnya yang
masih se-cluster. Mengingat upah pekerja meningkat oleh karna itu
diperlukannya menghemat dalam propertinya guna menghasilkan jumlah
produksi yang minimum.

Self-Reinforcing changes generate extreme outcomes


• Para pelaku usaha tidak membuat cluster semata-mata hanya untuk meminimalisir
upah kerja, tetapi untuk mewujudkan aglomerasi ekonomi.
• Apabila upah kerjanya turun akan berakibat kepada skala ekonominya yang berupa
biaya yang harus dikeluarkan karna berkurangnya kinerja pekerja.
Sharing Labor Pool
• Para pekerja di suatu firma yang berdiri sendiri, mereka akan tetap memiliki pekerjaannya bahkan disaat permintaan barang di firmanya
sedang sedikit tetapi upah yang dibayarkan menjadi berkurang pula.
• Dalam sistem cluster, para pekerja akan tetap mendapatkan upah yang sama tetapi mereka akan dipekerjakan ke firma lain. Contohnya
firma a sedang menerima pesanan sedikit oleh karna itu mereka hanya membutuhkan 3 (dari 10 pekerja yang ada) agar jumlah upah yang
diterima sama. Sedangkan 7 pekerja lainnya dipekerjakan ke firma lain agar jumlah upah yang didapat tetap sama.

Labor Matching
• Skill yang dipunyai oleh para pekerja kadang kali tidak sesuai dengan kriteria skill yang dibutuhkan oleh suatu firma.
• A Model of Labor Matching (Helsley and Strange, 1990)
Helsley dan Strange mengembangkan suatu model formula untuk mencari kesesuaian pekerja. Model ini biasa digunakan sebagai kunci
asumsi mengenai para pekerja dan firmanya.
• Variation in worker skills: skill yang dimiliki
setiap pekerja berbeda-beda.
• Firm entry: perusahaan masuk ke pasar bebas
dan menetapkan persyaratan bagi para
perekerjanya guna mendukung keberhasilan
produksi.
• Training costs: biaya yang harus dikeluarkan
untuk training para pekerjanya yang disebabkan
karna ketidaksesuaian skill yang dimiliki pekerja
dan yang diminta oleh perusahaan.
• Competition for worker: perusahaan membayar
upah yang sepadan bagi para pekerjanya karna
telah memenuhi kriteria pekerja perusahaannya.

Ilustration of model of labor matching


Aglomerasi ekonomi: more workers implies better matching
• Semakin tinggi jumlah pekerja yang ada, semakin sedikit pula ketidakcocokan skill antara yang dimiliki pekerja dan yang
diminta oleh perusahaan menjadikan harga untuk men-training para pekerjanya semakin sedikit. Dan semakin naik pula
profit yang didapatkan oleh suatu perusahaan.

Knowledge Spillovers
Ketika suatu industri telah menempati suatu tempat dan bertahan lama, maka industri yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang sama akan mengambil keuntungan dari hal tersebut. Kemudian akan mengeluarkan ide dan inovasi baru dan
di kombinasikan dengan ide ide lama dari industri lainnya sesuai dengan industri yang ada di daerah tersebut. Contoh dalam
Kota Kebumen adalah industri Genteng Soka dan Kecap Kentjana.

Evidence Of Localization Economies


Diharapkan dengan adanya ekonomi lokaslisasi dapat menghasilkan kelompok industri prudiktivitas yang lebih tinggi dan akan
menumbuhkan lapangan kerja yang lebih cepat dan meningkatkan output dari industri itu sendiri. Kota Kebumen memiliki dua
industri besar ternama yaitu Kecap Kentjana dan Genteng Soka. Kedua industri tersebut memiliki peran yang cukup besar dalam
meningkatkan lapangan kerja di Kota Kebumen. Kedua industri tersebut juga menjadi pelopor bagi banyak industri rumahan
lain sehingga menambah lapangan kerja.
Urbanization Economies
∙ Sharing, Pooling, and Matching
➢ Sharing
Saling bantu membantunya antar perusahaan, dengan cara memberi kebutuhan perusahaan lain.
➢ Pooling
Perkumpulan tenaga kerja yang memfasilitasi perpindan tenaga kerja dari satu industri ke industrilain.
➢ Matcing
Terdapat kecocokan antara kemampuan yang dibutuhkan perusahaan dan kemampuan yang dimiliki tenaga kerja

∙ Corporate Headquarters and Functional Specialization3


Perusahaan dengan corporate headquarters dan functional specialization akan menghasilkan biaya prodksi yang lebih rendah
dan efisien karena banyaknya tenaga ahli.

∙ Evidence of Urbanization Economies


Keragaman mendorong pertumbuhan lapangan kerja, terutama dalam hal baru dan inovatif. Dibuktikan dari banyaknya
industri jangka panjang.
Other Benefits Of Urban Size
∙ Joint Labor Supply
Kota besar menawarkan lapangan kerja yang beraneka ragam dan sangat luas.

∙ Learning Opportunities
Kemampuan, keterampilan dan pengalaman yang didapatkan dari bekerja di kota besar
dapat menghasilkan upah yang relatif tinggi.

∙ Social Opportunities
Interaksi sosial akan menimbulkan kecocokan dan kegiatan yang menarik di kota besar
Chapt 4
Utility and City Size
• Ukuran Kota mempengaruhi kegiatan dan sektor-sektor yang ada di
dalamnya
• “Kota yang lebih besar mempunyai persaingan yang tinggi, sehingga
produktivitas dan upah lebih tinggi”
• Kota Kebumen terkenal dengan industri genteng Soka, tetapi karena
Kota Kebumen termasuk kepada Kota Kecil, maka produktivitasnya
tidak terlalu tinggi, buktinya pemasaran genteng Soka hanya di sekitar
Kebumen dan Pulau Jawa
A System Of City
• “Kota yang lebih besar akan memberikan kesempatan interaksi sosial
yang lebih baik terhadap setiap jaringan yang nantinya akan mencapai
kepentingan yang ketat”
• Kota Kebumen merupakan Kota kecil, sehingga interaksi sosial pada
umumnya terjadi di alun-alun dan Pasar Tumenggungan.
• Dapat disimpulkan bahwa interaksi bersifat baik dan hanya terfokus
kepada ruang publik.
Eudience of Laboratory Cities
• 1. Firm / Perusahaan yang inovatif
Biasanya memiliki frekuensi yang tinggi, karena mencari biaya produksi
yang lebih rendah (Pertumbuhan kota)
ex : Percetakan, penerbitan, peralatan elektronik, dll
• 2. Firm / Perusahaan yang kurang inovatif
Biasanya memiliki frekuensi relokasi yang rendah.
ex : furniture, makanan, minuman, pakaian, dll
Difference in City Size
• 1. Beberapa firm / perusahaan memasarkan produknya ke luar kota atau
daerah, berkaitan dengan skala penjualan/pemasaran. Contohnya yaitu
Genteng Soka yang pemasarannya sudah mencapai Pulau Jawa sebagai
produk khas Kota Kebumen
• 2. Beberapa firm / perusahaan memasarkan produknya secara lokal.
Contohnya seperti makanan, pakaian, dan barang kebutuhan lain
Spezialized and Diverse Cities
• “Berbagai mendorong inovasi sementara kota –kota khusus
memfasilitasi produk yang efisien”
• Kota Kebumen dahulunya merupakan sektor pertanian karena terdapat
berbagai sawah, kemudian terspesialisasi menjadi Kota Industri (Kecap
Kentjana dan Genteng Soka, Kota Pendidikan (banyak terdapat sekolah
–sekolah) dan Kota Pemerintah (Pusat Pemerintah Daerah Kabupaten
Kebumen)
Model of Laboratory Cities
• Duranton dan Puga (2001) melakukan eksperimen terhadap
perusahaan / firm
• Hasil Eksperimen :
• 1. Perusahaan dapat mengamati perusahaan lain
• 2. Perusahaan dapat meniru perusahaan lain
Hal ini bertujuan untuk mencapai Proses yang ideal
Local Employment Amplifies Size
Difference
• “Kota besar memiliki basis konsumen yang lebih besar dan dapat
mendorong lebih banyak jenis produk”
• Seperti kurva permintaan dan penawaran, semakin besar suatu kota maka
semakin besar pula kebutuhan akan sebuatu produk
• Contoh Konkrit dalam hal ini terlihat pada permintaan Genteng Soka,
masyarakat Kebumen sendiri pada umumnya memakai genteng sebagai
atap rumah karena komuditi / produk Kebumen adalah genteng
Chapt 5
Urban Growth

• Dalam ekonomi kota ada 2 jenis pertumbuhan:


1. Pertumbuhan ekonomi: pendapatan perkapita suatu kota, upah rata-rata pekerja
disuatu kota
2. Pertumbuhan lapangan pekerjaan: peningkatan dan jumlah tenaga kerja.
Pertumbuhan Ekonomi

Aspek-aspek yang mempengaruhi:


1. Pendalaman Modal: peningkatan nilai modal tenaga pekerja dimana akan meningkatkan produktivitas termasuk
didalamnya hal-hal yang menunjang proses produksi seperti mesin, alat-alat, bangunan, dll.
2. Peningkatan SDM yang bermutu: pengetahuan dan skill yang mumpuni akan meningkatkan produktivitas dan
pendapatan
3. Kemajuan Teknologi: semakin berkembang suatu teknologi akan meningkatkan produktivitas, mendukung serta
meningkatkan pendapatan setiap pekerja
4. Aglomerasi Ekonomi: berkmpulnya aktivitas-aktivitas ekonomi di tempat yang sama untuk menghasilkan manfaat
ekonomi yang mendorong perusahaan untuk membentuk suatu cluster.
Inovasi dan Pendapatan Kota

Apabila suatu kota melakukan inovasi, perkembangan dan terjadi peningkatan


pendapatan, maka pekerja dari kota tersebut dan kota di sekitarnya akan merasakan
imbas keuntungannya.
Misalkan ada 2 kota yang memiliki nilai utilitas awal yang sama, dimana i adalah titik
keseimbangannya.
Salah satu kota mengalami perkembangan teknologi dan melakukan inovasi sehingga
produktivitas dan pemasukannya meningkat. Sehingga akan mengakibatkan perbedaan
nilai utilitas diantara 2 kota tersebut.
Maka akan terjadi migrasi pekerja dari kota satunya menuju kota yang inovatif. Jika
berdasarkan grafik, kota yang berinovasi akan mendapatkan tambahan pekerja 1 juta
sedangkan kota satunya akan kehilangan pekerja dengan jumlah yang sama. Migrasi ini
akan terus berlanjut hingga utilitasnya seimbang antara kedua kota.
SDM dan Pertumbuhan Ekonomi

Peningkatan pendidikan atau skill terhadap suatu pekerjaan tertentu akan meningkatkan produktivitas kerja dan inovasi
terhadap teknologi baru.
Beberapa dekade terakhir telah terjadi peningkatan jumlah lulusan sarjana yang signifikan sekitaran tahun 1990-2000.
Studi mengatakan, peningkatan 1% jumlah tenaga kerja berpendidikan akan meningkatkan jumlah upah dari pekerja tidak
lulus SMA sebesar1,4%, pekerja lulusan SMA sebesar 1,6%, dan pekerja lulusan universitas sebesar 0,4%.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi mengurangi ketimpangan pendapatan (Wheeter, 2004)
Pasar Tenaga Kerja
• Permintaan tenaga kerja yang berasal dari perusahaan-perusahaan di suatu kota, dimana tenaga kerja tersebut
berasal dari masyarakat.
• Yang mempengaruhi perubahan permintaan dan ketersediaan tenaga kerja adalah tingkat upah dan total
pekerjaan di suatu kota.
• Aglomerasi ekonomi memiliki keterlibatan terhadap pekerja di suatu kota, dimana melalui aglomerasi ekonomi
akan meningkatkan produktivitas serta membuka lapangan pekerjaan suatu kota
KEBIJAKAN PUBLIK DAN KETENAGAKERJAAN
EQUILIBRIUM
• Kebijakan publik dapat menggeser kurva penawaran tenaga kerja atau kurva permintaan tenaga kerja karena pemerintah
lokal dapat menggeser kurva berdasar pertimbangan local, layanan publik, infrastruktur bisnis dan pajak untuk menetapkan
lokasi perusahaan.

Pajak dan Lokasi Perusahaan


• Bartik (1991) membuktikan bahwa pajak daerah memberikan banyak dampak negatif terhadap pertumbuhan lapangan kerja.
Dengan analisis bahwa kota dengan pajak daerah yang tinggi akan tumbuh lebih lambat, dan sebaliknya.

• Elastisitas aktivitas bisnis terkait dengan kewajiban pajak didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam aktivitas bisnis
dibagi dengan persentase perubahan dalam kewajiban pajak.
• Keputusan lokasi antarkota. Elastisitasnya adalah antara −0.10 dan • Keputusan lokasi Intracity. Elastisitasnya antara −1.0 dan −3.0:
−0.60: Peningkatan pajak sebesar 10 persen di daerah metropolitan Jika masing-masing kotamadya meningkatkan pajaknya hingga 10
tertentu menurunkan aktivitas bisnis di daerah metropolitan hingga 1 persen, aktivitas bisnis di kotamadya menurun 10 persen menjadi 30
persen hingga 6 persen. Karena cenderung mengusir industry padaat persen.
modal dan mengundang industry padat karya.

Layanan Publik dan Keputusan Lokasi


Jika dua kota hanya dibedakan dari kualitas layanan publiknya, maka kota dengan layangan publik yang lebih baik akan berkembang lebih cepat.
Layanan publik yang sangat berpengaruh diantaranya pendidikan dan infrastruktur.

Bagaimana jika pajak dan layanan publik mempengaruhi pemilihan lokasi secara bersamaan?

Studi oleh Helms (1985) dan Munnel (1990). Efek kenaikan pajak tergantung pada bagaimana pendapatan pajak dihabiskan, jika digunakan untuk
pembangunan publik lokal seperti infrastruktur, pendidikan, atau keselamatan publik akan meningkatkan daya tarik relatif kota dan mendorong
pertumbuhan lapangan kerja. Namun, akan sebaliknya jika pengeluaran digunakan untuk program redistribusi masyarakat miskin.

Program Subsidi dan Insentif


Pemberian subsidi sebagai pemikat perusahaan, misalnya subsidi pajak property selama 10 tahun.
Kualitas Lingkungan dan Ketenagakerjaan
Adanya pajak polusi bagi industry mempengaruhi kedua sisi pasar
tenaga kerja perkotaan.

1. Pergeseran Kurva Permintaan


Karena meningkatnya harga produksi yang diteruskan dengan
meningkatnya harga baja, maka produksi baja akan berkurang diiringi
dengan pengurangan tenaga kerjanya juga.

2. Penurunan Polusi
Karena adanya pajak polusi, produsen akan menekan biaya dengan
mengeluakan polusi minimal sehingga lingkungan tetap aman

3. Pergeseran kurva Penawaran


Akibat penurunan polusi, akan meningkatkan daya Tarik relative kota,
sehingga orang yang peka akan kebersihan udara kota akan pindah ke
kota.
Perubahan Proyeksi Total Kerja
Perubahan yang diproyeksikan dalam pekerjaan total dihitung sebagai berikut:
Perubahan total pekerjaan = Perubahan pekerjaan ekspor • Ketenagakerjaan

Anda mungkin juga menyukai