Anda di halaman 1dari 5

Nama : Yayu Amba Mawarni

NPM : 049474207
UPBJJ : Banjarmasin

SOAL TUGAS 2 ESPA4221 TEORI EKONOMI MIKRO

1. Jelaskan model Cournot dalam teori ekonomi mikro. Gambarkan proses pengambilan
keputusan perusahaan dalam model ini, serta jelaskan bagaimana keseimbangan Cournot
dapat dicapai. Sertakan contoh konkret untuk mengilustrasikan aplikasi model Cournot
dalam dunia nyata. (Skor 50)
2. Bagaimana elastisitas permintaan faktor produksi memengaruhi alokasi sumber daya
dalam produksi? Jelaskan konsep elastisitas permintaan faktor produksi dan diskusikan
bagaimana elastisitas yang berbeda-beda dapat memengaruhi keputusan perusahaan dalam
mengalokasikan tenaga kerja dan modal. Sertakan contoh konkret untuk mengilustrasikan
pengaruh elastisitas permintaan faktor produksi dalam alokasi sumber daya. (Skor 30)
JAWABAN
1. Model Cournot dalam teori ekonomi mikro
Model Cournot adalah model oligopoli dimana perusahaan yang memproduksi produk
identik bersaing dalam jumlah. Inti dari model cournot ialah setiap perusahaan
memperhitungkan tingkat output dari kompetitornya yang seakan-akan sudah ditetapkan,
kemudian memutuskan berapa banyak tingkat output yang akan diproduksi.
Ada beberapa asumsi dalam model Cournot, antara lain :
a. Perusahaan bersifat rasional dan tujuannya adalah memaksimalkan keuntungan,
b. Perusahaan menghasilkan produk yang homogen,
c. Perusahaan bersaing dengan menetapkan kuantitas output,
d. Perusahaan mengambuk keputusan secara bersamaan,
e. Perusahaan memperlakukan keluaran pesaingnya sebagai keluaran tetap,
f. Tidak ada Kerjasama antar Perusahaan, dan
g. Perusahaan mempunyau kekuatan pasar uyang cukup sehingga output mereka dapat
mempengaruhi pasar.
Model duopoly Cournot dalam grafik dapat dijelaskan sebagai berikut. Asumsikan ada dua
Perusahaan, Perusahaan Yayu dan Perusahaan Amba dan mengasumsikan bahwa
produknya homogen. Kedua perusahaan akan memutuskan untuk menetapkan kuantitas
mereka secara bersamaan. Setiap perusahaan pertama-tama akan mempertimbangkan apa
yang akan dilakukan pesaingnya dan kemudian menetapkan outputnya sendiri untuk
memaksimalkan keuntungannya. Perusahaan Yayu telah membuat garis yang mewakili
berapa banyak output yang harus dihasilkan berdasarkan keputusan Perusahaan
Amba. Fungsi ini disebut fungsi reaksi Perusahaan Yayu dalam duopoli. Kemudian apabila
Perusahaan Amba menemukan fungsi reaksinya, maka kedua fungsi reaksi tersebut bisa
diplot dalam satu grafik

Fungsi reaksi
perusahaan Yayu

Fungsi reaksi
perusahaan Amba

Kedua kurva tersebut memiliki bentuk yang sama karena kedua perusahaan dalam contoh
kita adalah sama. Kurva reaksi terlihat berbeda karena menunjukkan output yang
memaksimalkan keuntungan suatu perusahaan dibandingkan dengan output perusahaan
lain. Perpotongan dua fungsi reaksi disebut kesetimbangan Cournot. Ini merupakan
keseimbangan karena, pada titik ini, tidak ada perusahaan yang mempunyai insentif untuk
menyimpang dari strateginya. Misalkan perusahaan pada awalnya mulai memproduksi
jumlah yang berbeda dari keseimbangan Cournot. Dalam hal ini, model tidak dapat
memprediksi dinamika penyesuaian kuantitas apa pun, yang merupakan keterbatasan
model ini.
100

Fungsi reaksi
perusahaan Yayu

50

Fungsi reaksi
perusahaan Amba

75 100

Misalnya, perusahaan Amba menganggap bahwa perusahaan Yayu akan memproduksi


sebanyak 75 unit. Maka dari itu, kurva permintaan perusahaan Amba merupakan kurva
permintaan pasar yang bergeser ke kiri sejauh 75 unit. Yang diwakili oleh D1(75), dan
hubungan pendapatan marginal diwakili oleh MR1(75). Output maksimisasi profit
perusahaan Amba sekarang adalah 12,5 unit, titik ketika MR1(75) = MC1. Misalnya,
perusahaan Amba menganggap bahwa perusahaan Yayu akan memproduksi sebanyak 100
unit. Maka dari itu, kurva permintaan perusahaan Amba dan kurva pendapatan marginal
akan berpotongan dengan kurva biaya marginalnya pada sumbu vertikal. Jika perusahaan
Amba menganggap bahwa perusahaan Yayu akan memproduksi sebanyak 100 unit atau
lebih, perusahaan Amba seharusnya tidak memproduksi.
Jika perusahaan 1 beranggapan bahwa perusahaan 2 tidak akan memproduksi apa pun,
perusahaan 1 akan memproduksi sebanyak 50 unit; jika perusahaan 1 beranggapan bahwa
perusahaan 2 akan memproduksi sebanyak 50 unit, perusahaan 1 akan memproduksi
sebanyak 25; jika perusahaan 1 beranggapan bahwa perusahaan 2 akan memproduksi
sebanyak 75 unit, perusahaan 1 akan memproduksi sebanyak 12,5; dan jika perusahaan 1
beranggapan bahwa perusahaan 2 akan memproduksi sebanyak 100 unit, perusahaan 1
tidak akan memproduksi apa pun. Output maksimisasi profit perusahaan 1 merupakan
penurunan rencana dari anggapan Perusahaan 1 mengenai berapa banyak perusahaan 2
akan memproduksi.
2. Faktor elastisitas permintaan tenaga kerja
Elastisitas permintaan tenaga kerja biasanya tergantung pada tiga faktor utama :
a. Biaya tenaga kerja sebagai persentase total biaya suatu perusahaan: hal ini
biasanya terjadi pada industri padat karya atau industri berbasis jasa seperti hotel,
dimana upah merupakan bagian besar dari pengeluaran perusahaan. Permintaan tenaga
kerja di sini elastis. Jika kita berasumsi bahwa tingkat upah meningkat dan kita
mengetahui bahwa upah menyumbang sebagian besar pengeluaran perusahaan, maka
biaya operasional perusahaan akan meningkat. Respons perusahaan, dalam hal ini,
adalah mengurangi permintaan tenaga kerja karena biaya yang tinggi tidak dapat
dipertahankan. Singkatnya, ketika biaya tenaga kerja merupakan persentase besar dari
total biaya perusahaan, maka permintaan tenaga kerja akan relatif elastis .
b. Kemudahan dan biaya substitusi faktor: efek substitusi input modal juga dapat
mempengaruhi hal ini permintaan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja di sini pada
dasarnya akan bersifat elastis hanya karena adanya kemudahan dalam melakukan
substitusi tenaga kerja. Misalnya, sebuah perusahaan dapat memanfaatkan arus kasnya
untuk berinvestasi pada kamera keamanan demi keamanan yang lebih baik daripada
memiliki personel keamanan. Harga kamera keamanan lebih murah dan personel
keamanan mudah diganti, sehingga permintaan tenaga kerja akan elastis. Hal ini tidak
berlaku pada situasi lain seperti ketika suatu tugas melibatkan tenaga kerja terampil dan
berpengalaman, seperti insinyur perangkat lunak. Mengganti pekerja terampil jauh
lebih sulit dan bahkan lebih mahal dibandingkan pekerja non-terampil.
c. Elastisitas permintaan untuk barang atau jasa akhir: elastisitas produk akhir yang
diproduksi juga berdampak pada elastisitas permintaan untuk tenaga kerja. Jika
elastisitas permintaan terhadap produk akhir rendah, maka elastisitas permintaan tenaga
kerja juga akan rendah. Hal ini biasanya terjadi ketika permintaan terhadap produk
akhir bersifat inelastis, ketika perubahan harga mempunyai dampak yang kecil terhadap
permintaan terhadap produk tersebut. Hal ini memungkinkan perusahaan
membebankan biaya tenaga kerja kepada konsumen, yang akan menurunkan elastisitas
permintaan produk.
Elastisitas yang berbeda-beda akan memengaruhi keputusan perusahaan dalam
mengalokasikan faktor produksi. Jika elastisitas permintaan faktor produksi tinggi,
maka perusahaan akan lebih peka terhadap perubahan harga dari faktor produksi
tersebut. Sebaliknya, jika elastisitas permintaan faktor produksi rendah, maka
perubahan harga faktor produksi tidak akan berdampak signifikan terhadap jumlah
yang diminta oleh perusahaan.
Contoh konkret untuk mengilustrasikan pengaruh elastisitas permintaan faktor produksi
dalam alokasi sumber daya adalah pada sektor konstruksi. Jika permintaan tenaga kerja
konstruksi sangat elastis dan harga pekerja meningkat, maka sektor konstruksi mungkin
akan mengurangi penggunaan tenaga kerja. Sebaliknya, jika elastisitas permintaan
tenaga kerja rendah, sektor konstruksi akan mempertahankan jumlah pekerja yang lebih
tinggi meskipun harga pekerja naik.

Sumber :
BMP ESPA 4221
https://www.studysmarter.co.uk/explanations/microeconomics/labour-market/elasticity-
of-demand-for-labour/

Anda mungkin juga menyukai