Anda di halaman 1dari 25

Macam-macam struktur pasar faktor

A. Pasar faktor yang bersaing sempurna


B. Pasar dimana pembeli faktor mempunyai kekuatan monopsoni
C. Pasar dimana penjual faktor mempunyai kekuatan monopoli

A. Pasar faktor yang bersaing


Suatu pasar faktor yang bersaing adalah pasar di mana ada sejumlah besar
penjual dan pembeli suatu faktor produksi, seperti tenaga kerja atau bahan mentah.
Karena tidak satu pun penjual atau pembeli tunggal dapat memengaruhi harga faktor
suatu faktor tertentu, masing-masing adalah penentu harga (price taker). Misalnya, jika
masing-masing perusahaan yang membeli kayu untuk membangun rumah membeli
sebagian kecil dari tottal volume kayu yang tersedia, keputusan pembelian perusahaan-
persahaan itu tidak akan berpengarub terhadap harga. Sama halnya , jika masing-
masing pemasok kayu menguasai pangsa pasar yang kecil, tidak satu pun keputusan
masing-masing pemasok akan memengaruhi harga kayu yang dijualnya.

1. Permintaan Input Faktor Apabila Hanya Satu Input Berubah

Sama seperti kurva permintaan untuk barang jadi (fixed goods) yang
dihasilkan dari proses produksi, kurva permintaan untuk produksi turun
melengkung ke bawah. Namun, berbeda dari permintaan konsumen untuk barang
dan jasa, permintaan faktor adalah permintaan turunan (derived demand),
permintaan ini bergantung pada dan berasal dari tingkat output dan biaya input
perusahaan tersebut. Misalnya, permintaan Microsoft Corporation untuk ahli
program komputer adalah permintaan yang diperoleh, yang tidak hanya bergantung
pada gaji ahli program sekarang, tetapi juga pada seberapa banyak peranti lunak
yang diharapkan Microsoft akan dijual

Untuk menganalisis permintaan faktor, yang menunjukkan bagaimana


suatu perusahaan memilih input produksinya. Kita akan mangasumsikan bahwa
perusahaan itu memproduksi outputnya dengan menggunakan dua input, modal K
dan tenaga kerja L, yang dpat diperoleh masing-masing dengan harga r (biaya
secara modal) dan w (tingkat upah). Kita juga mengasumsikan bahwa perusahaan
mempunyai pabrik dan peralatan di suatu tempat (seperti ddalamanalisis jangka
pendek) dan harus memutuskan berapa banyak tenaga kerja yang harus
dipekerjakan.

Andaikanlah perusahaan tersebut telah merekrut karyawan dengan


jumlah tertentu dan ingin mengetahui apakah masih menguntungkan merekrut
seorang pekerja tambahan lagi. Hal ini akan menguntungkan jika penerimaan
(revenue) tambahan dari output pekerjaan karyawan tersebut ternyata lebih besar
daripada biayanya. Penerimaan tambahan dari unit tambahan tenaga kerja, yang
disebut produk penerimaan marjinal tenaga kerja (marginal revenue product of
labor), dinyatakan oleh MPR. Biaya dari unit tenaga kerja yang meningkat adalah
tingkat upah, w. Dengan demikian, akan sangat menguntungkan untuk
mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja jika MPR paling tidak adalah sebesar
tingkat upah w tersebut.

Bagaimana kita mengukur MPR ? Jumlahnya adalah output tambahan


yang diperoleh dari unit tambahan tenaga kerja ini, dikalikan penerimaan tambahan
dari unit tambahan output. Output tambahan ini diberikan oleh produk marjinal
tenaga kerja MPL dan penerimaan tambahan dikali penerimaan maejinal MR.

Resminya, produk penerimaan marjinal adalah ∆Q/∆L, dan penerimaan


marjinal , MR, sama dengan ∆R/∆L. Karena ∆R/∆L = (∆R)/(∆Q(∆Q/∆L)), itu
berarti bahwa :

MRP = (MP)(MR)

Hasil yang penting ini berlaku untuk setiap pasar faktor yang bersaing,
apakah pasar output tersebut bersaing atau tidak. Namun, untuk menyelidiki
karakteristik MRP tersebut, marilah kita mulai dengan kasus suatu pasar otput (dan
input) yang bersaing dengan sempurna. Dalam pasar output yang bersaing, suatu
perusahaan akan menjual seluruh outputnya dengan harga pasar P. Dengan
demikian, penerimaan marjinal dari penjualan unit tambahan output sama dengan
P. Dalam kasus ini, produk penerimaan marjinal tenaga kerja tersebut sama dengan
produk marjinal tenaga kerja dikali harga produk tersebut.
MRP = (MP)(P)

Bagian yang lebih tinggi dari kedua kurva dalam Gambar 1.1
melambangkan kurva MRPL untuk suatu perusahaan dalam pasar output yang
bersaing. Perhatikanlah bahwa, karena terdapat laba (return) yang makin berkurang
terhadap tenaga kerja, produk marjinal tenga kerja tersebut turun ketika jumlah jam
tenaga kerja bertambah. Dengan demikian , kurva produk penerimaan marjinal
turun melengkung ke bawah, meskipun harga produk tersebut tetap konstan.

Kurva yang lebih rendah dalam Gambar 1.1 adalah kurva MRPL ketika
perusahaan tersebut mempunyau kekuatan monopoli dalam pasar output. Apabila
mempunyai kekuatan monopoli, perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi
suatu kurva permintaan yang melengkung ke bawah dan karena itu harus
menurunkan harga semua unit produknya untuk menjualnya lebih banyak.
Akibatnya penerimaan marjinal akan selalu lebih kecil daripada harga (MR, P0).
Inilah sebabnya mengapa kurva monopolistik tersebut terdapat di bawah kurva
persaingan tersebut dan mengapa penerimaan marjinal turun ketika output
bertambah. Dengan demikian, kurva produk penerimaan marjinal tersebut
melengkung ke bawah dalam kasusu ini karena kurva penerimaan marjinal dan
kurva produk marjinal melengkung ke bawah.

GAMBAR 1.1 Produk Penerimaan Marjinal

Dalam pasar faktor yang bersaing, dimana produsen merupakan penentu harga permintaan
pembeli untuk suatu input diberikan oleh kurva produk penerimaan marginal. Kurva MRP ini turun
karena produk marjinal tenaga kerja turun ketika jumlah jam tenaga kerja bertambah. Apabila
produsen produk tersebut mempunyai kekuatan monopoli, permintaan untuk input tersebut juga
diberikan oleh kurva MRP tadi. Namun dalam hal ini, kurva MRP tersebut turun karena produk
marginal tenaga kerja maupun penerimaan marginalnya turun.
Perhatikanlah bahwa produk penerimaan marjinal mengatakan kepada
kita berapa banyak yang seharusnya bersedia dibayarkan perusahaan tersebut untuk
merekrut satu unit tenaga kerja tambahan. Sepanjang MRP, lebih besar daripada
tingkat upah, perusahaan tersebut seharusnya merekrut suatu unit tambahan tenaga
kerja . Jika produk penerimaan marjinalnya ternyata lebih kecil daripada tingkat
upah perusahaan tersebut seharusnya memecat karyawan. Hanya apabila produk
penerimaan marjinalnya sama dengan tingkat upah perusahaan tersebut akan
merekrut sejumlah tenaga kerja yang memaksimalkan laba. Karena itu, kondisi
yang memaksimalkan laba adalah

MRP L = w

Gambar 1.2 memberikan ilustrasi tentang kondisi ini. Kurva permintaan


untuk tenaga kerja D adalah MRP. Perhatikanlah bahwa jumlah tenaga kerja
diminta meningkat pada saat tingkat upah turun. Karena pasar tenaga kerja tersebut
bersaing dengan sempurna, perusahaan itu dapat merekrut tenaga kerja sebanyak
yang diinginkannya dengan tingkat upah besar w. Dengan demikian kurva
penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan tersebut S adalah suatu garis
horizontal julah tenaga kerja y ang memaksimalkan laba y ang direkrut perusahaan
tersebut L ada pada titik potong antara kurvaa penawaran dan permintaan

GAMBAR 1.2 Rekrutmen oleh Perusahaan dalam Pasar Tenaga Kerja (dengan modal
tetap)

Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing, suatu perusahaan menghadapi penawaran elastis yang
semputnaS untuk tenaga kerja dan dapat merekrut sebanyak mungkin tenaga kerja sesuai dengan
yang dikehendakinya pada tingkat upah w. Permintaan perusahaan tersebut untuk tenaga kerja D
L diberikan oleh produk penerimaan marginalnya MRP L untuk tenaga kerja. Perusahaan yang
memaksimalkan laba tersebut akan merekrut L unit tenaga kerja pada titik dimana produk
penerimaan marginalnya untuk tenaga kerja sama dengan tingkat upah
Pasar faktor akan mirip dengan pasar output ddalam banyak hal.
Misalnya kondisi pasar faktor yang memaksimalkan laba bahwa produk
penerimaan marjinal tenaga kerja sama dengan tingkat upah adalah analog dengan
kondisi pasar output bahwa penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Dengan demikian

MR= w / MP L

GAMBAR 1.3 Pergeseran Penawaran Tenaga Kerja

Apabila penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan tersebut adalah S L, perusahaan
tersebtu akan merekrut unit tenaga kerja L 1 dengan upah w 1. Tetapi apabila tingkat upah pasar
turun dan penawaran tenaga kerja bergeser ke S2, perusahaan tersebut memaksimalkan labanya
dengan bergerak di sepanjang kurva permintaan tenaga kerja tersebut hingga tingkat upah yang
baru w2 samadengan produk penerimaan marginal tenaga kerja tersebut. Akibatnya unit tenaga
kerja L2 direkrut.

2. Permintaan Input Faktor Apabila Beberapa Input Berubah


Apabila perusahaan tersebut pada waktu yang sama emilih jumlah dua
input yang berubah atau lebih, masalah perekrutan tersebut akan menjadi lebih
sulit karena perubahan harga satu input akan mengubah permintaan yang lainnya.
Misalnya, tenaga kerja maupun mesin lini perakitan adala input yang berubah
untuk memproduksi alat pertanian. Katakanlah, kita ingin menentukan kurva
permintaan perusahaan tenaga kerja perusahaan tersebut. Karena tingkat upah
turun , akan makin bbanyak tenaga kerja diminta, meskipun investasi perusahaan
tersebut untuk mesin tidak berubah. Tetapi karena tenaga kerja akhirnya tidak
begitu mahal lagi, biaya marjinal untuk memproduksi alat pertanian tersebut turun.
Konsekuensinya akan menguntungkan jika perusahaan tersebut meningkatkan
outputnya. Dalam hal ini, perusahaan tersebut mungkin akan berinvestasi dalam
mesin tambahan untuk menambah kapasitas produksinya. Penambahan pemakain
mesin akan menyebabkan kurva produk penerimaan marjinal tenaga kerja bergeser
ke kanan, pada giliranya jumlah tenaga kerja yang dimint akan meningkat. Gambar
1.4 memeberikan ilustrasi tentang hal ini.

GAMBAR 1.4 Kurva Permintaan Perusahaan untuk Tenaga Kerja (dengan Modal yang
Berubah
Apabila dua atau lebih input berubah, permintaan perusahaan untuk satu input bergantung pada
produk penerimaan marginal kedua input tersebut. Apabila tingkat upahnya adalah $20, A
melambangkan satu titik upah turu menjadi $15, produk marginal modalnya naik, yang
mendorong perusahaan tersebut menyewa lebih banyak mesin dan merekrut lebih banyak tenaga
kerja. Akibatnya, kurva MRP bergeser dari MRP L1 ke MRP L2 yang menghasilkan suatu titik baru
C pada kurva permintaan tenaga kera perusahaan tersebut .dengan demikian A dan C berada pada
kurva permintaan tenaga kerjanya , tetapi B tidak

3. Kurva Permintaan Pasar


Ketika kita menjumlahkan masing-masing kurva permintaan konsumen
untuk memperoleh kurva permintaan pasar untuk suatu produk, kita berbicara
tentang satu industri. Namun, suatu input faktor seperti tenga kerja yang terampil
diminta perusahaan-perusahaan dalam banyak industri yang berbeda-beda. Lebih
lanjut, ketika kita berpindah sarisatu industri ke industri lainnya, kita
dimungkinkan untuk mendapat perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja
bervariasi sangat substansial. Karena itu, untuk memperoleh total kurva permintaan
pasar untuk tenaga kerja , pertama-tama kita harus menentukan permintaan
masing-masing industr untuk tenaga kerja dan kemudian menjumlahkan kurva
permintaan industri tersebut secara horizontal. Langkah keduanya sederhana .
Menambahkan kurv apermintaan industri untuk tenaga kerja guna memperoleh
suatu kurva permintaan pasar tenaga kerja adalah bagaikan menambahkan kurva
permintaan masing-masing produk guna memperoleh kurva permintaan pasar
untuk produk tersebut. Jadi, marilah kita memusatkan perhatian kita pada langkah
petama yang lebih sulit ini.
Menentukan Permintaan Industri Langkah pertama yaitu
menetapkan permintaan industri – memperhitungkan fakta bahwa tingkat output
yang diproduksi perusahaan tersebut dan harga produknya berubah karena harga
input inputuntuk memproduksi berubah. Paling mudah menetapkan permintaan
pasar apabila hanya ada satu produsen. Dalam kasus tersebut, kurva produk
penerimaanmarjinalnta adalah kurva permintaan industri untuk input tersebut.
Namun, apabila ada banyak perusahaan, analisinya akan lebih rumit karena
kemungkinan interaksi diantara erusahaan tersebut. Bayangkan jika permintaan
untuk tenaga kerja apabila pasar ouput bersaing secara sempurna. Dengan
demikian, produk penerimaan marjinal tenaga kerjanya sebagaimana diperlihatkan
kurva MRP dalam Gambar 1.5 (a)
Andaikanlah pada awalnya bahwa tingkat upah untuk tenaga kerja
adalah $15 per jam dan perusahaan tersebut membutuhkan 100 jam tenaga kerja.
Sekarang, tingkat upah untuk perusahaan tersebut membuthkan 100 jam tenaga
kerja. Sekarang, tingkat upah untuk perusahaan ini turun menjadi $10 per jam . Jika
tidak satu pun perusahaan lain dapat merekrut pekerja dengan upah yang lebi
rendah tersebut, perusahaan kita akan merekrut tenaga kerja untuk 150 jam (dengan
mencari titik pada kurva MRP L1 yang sesuai dengan tingkat upah $10 perjam).
Tetapi, jika tingkat upah turun di seluruh perusahaan dalam suatu industru , industri
tersebut secara keseluruhan akan merekrut lebih banyak tenaga kerja. Hal ini akan
mengakibatkan lebih banyak output untuk industri tersebut, suatu pergeseran ke
kanan kurva penawaran indsutri tersebut dan harga pasar yang lebih rendah untuk
produknya.

Dalam gambar 1.5 (a) apabila harga produk turun, kurva produk
penerimaan marjinal semula akan bergeser ke bawwah, dari MRP 1.3 ke MRP 1.2
. Pergeseran ini mnghasilkan jumlah tenaga kerja yang lebih rendah yang diminta
perusahaan tersebut – 120 jam alih-alih 150 jam. Akibatnya, permintaan industri
untuk tenaga kerja akan lebih rendah dibandingkan jika hanya satu perusahaan
mampu merekrut karyawan dengan upah yang lebih rendah. Gambar 1.5 (b)
memberikan ilustrasi tentang hal ini. Garis yang lebih tipis menunjukkan jumlah
horizontal permintaan masing-masing perusahaan untuk tenaga kerja yang akan
terjaddi jika harga produk tidak berubah karena upah turun. Garis yang lebih tebal
menunjukkan kurva permintaan industri tersebut untuk tenaga kerja, yang
memperhitungkan fakta bahwa harga produk akann turun ketika semua perusahaan
menambah outputnya sebagai jawaban atas tingkat upah yang lebih rendah.
Apabila tingkat upah mencapai $15 per jam, permintaan industri untuk tenaga kerja
adalah L0 jam. Apabila upah tersebut turun menjadi $10 per jam, permintaan
industri meningkat menjadi L1. Perhatikanlah bahwa ini adalah kenaikan yang
lebih kecil dibandingkan dengan L2, yang akan terjadi andaikata harga produk
tersebut tetap. Penjumlahan kurva-kurva permintaan industri menjadi kurva
permintaan pasar untuk tenaga kerja adalah langkah terakhir. Untuk
menyelesaikannya, kita cukup menambahkan tenaga kerja yang diminta dalam
semua industri.

GAMBAR 1.5 Permintaan Industri untuk Tenaga Kerja

Kurva permintaan untuk tenaga kerja suatu perusahaan yang bersaing, MRP dalam (1) menerima
harga produknya sebagaimana adanya. Tetapi ketika tingkat upah turun dari $15 menjadi $10 per
jam, harga produk tersebut juga akan turun. Dengan demikian, kurva permintaan perusahaan
tersebut bergeser ke bawah ke MRP, akibatnya kurva permintaan industri tersebut, yang ditunjukkan
dalam (b) adalah lebih elastis daripada kurva permintaan yang tentunya akan diperoleh andaikata
haga produknya diasumsikan tidak berubah.

Pencarian kurva permintaan pasar untuk tenaga kerja (atau untuk semua
input lainnya) pada dasarnya adalah sama apabila pasar output tersebut tidak
bersaing. Satu-satunya perbedaanya adalah bahwa lebih sulit memperkirakan
perubahan dalam harga produk sebagai tanggapan atas perubahan dalam tingkat
upah karena masing-masing perusahaan dalam pasar tersebut mungkin saja akan
menetapkan harga secara strtegis daripada menerima harga sebagaimana adanya.

4. Penawaran Input untuk Perusahaan


Apabila pasar untuk input faktor bersaing dengan sempurna, suatu
perusahaan dapat membeli input tersebut sebanyak yang dikehendakinya dengan
harga tetap, yang ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva
penawaran, sebagaimana diperlihatkan Gambar 1.6 (a). Dengan demikian, kurva
penawaran input yang dihadapi suatu perusahaan adalah elastik sempurna. Jadi,
dalam Gambar 1.6 (b) perusahaan membeli kain seharga $10 per yard untuk dijahit
menjadi pakaian. Karena perusahaan itu hanyalah sebagian kecil dari pasar kain
tersebut, perusahaan tersebut dapat membeli semua yang diinginkannya tanpa
memengaruhi harga.

GAMBAR 1.6 Penawaran Input Perusahaan dalam Pasar Faktor Bersaing

Dalam suatu pasar faktor yang bersaing perusahaan dapat membeli seberapa pun jumlah input yang
diinginkannya tanpa memengaruhi harga. Karena itu, perusahaan tersebut menghadapi kurva
penawaran yang elastis sempurna untuk input tersebut. Akibatnya, jumlah input yang dibeli
produsen produk tersebut ditentukan oleh titik potong kurva permintaan dan penawaran input.
Dalam (a) jumlah kain yang diminta dan jumlah yang ditawarkan industri tersebut akan sama pada
harga $10 per yard. Dalam (b) perusahaan tersebut menghadapi kurva pengeluaran marjinal
horizontal pada harga $10 per yard untuk kain dan memilih untuk membeli 50 yard

Pada gambar 1.6 (b) adalah kurva pengeluaran rata-rata-nya


sebagaimana tepatnya kurva permintaan yang dihadapi perusahaan adalah kurva
penerimaan rata-ratanya) karena hal itu malambangkan harga per unit yang
dibayarkan perusahaan tersebut untuk barangnya. Sebaliknya, kurva pengeluaran
marjinal melambangkan pengeluaran perusahaan tersebut untuk unit tambahan
yang dibelinya (kurva pengeluaran marjinal dlam pasar faktor analog dengan kurva
penrimaann marjinal dalam pasar output). Pengeluaran marjinal tergantung apakah
anda seorang pembeli kompetitif atau seorang pembeli dengan kekuatan monopsoni.
Jika anda adalah seorang pembeli kompetitif, baiya tiap unit adalah sama tidak
tergantung berapa jumlah unit yang akan anda beli, dimana harga tersebut adalah
harga pasar barang tersebut. Harga dibayar adalah rata-rata pengeluaran per unit dan
pengeluaran marjinal adalah setara dengan rata-rata tersebut. Konsekuensinya,
apabila pasar faktor itu bersaing kurva pengeluaran rata-rata dan pengeluaran
marjinal adalah kurva horizontal yang identik, sebagaimana tepatnya kurva
penerimaan marjinak dan penerimaan rata-rata adalah identik (dan horizontal0 untuk
perusahaan yang bersaing dalam pasar ouput.

Berapa banyak input yang seharusnya dibeli suatu perusahaan yang


mengahadapi pasar faktor yangbersaing? Sejauh kurva produk penerimaan
marjinalnya berada di atas kurva pengeluaran marjinalnya, laba dapat ditingkatkan
dengan membeli lebih banyak input karena laba satu unit tambahan (MRP)
melampaui biayanya (ME). Namun apabila kurva produk penrimaan marjinalnya
berada di bawah kurva pengeluaran marjinalnya, beberapa unti menghasilkan
keuntungan lebih kecil daripada biayanya. Karena itu, pemaksimalan laba menuntut
agar produk penerimaan marjinal sama dengan pengeluaran marjinal.

ME = MRP

Apabila kita mempertimbangkan kasus khusu pasar output yang


bersaing, kita melihat bahwa perusahaan tersebut membeli input, seperti tenaga kerja
hingga pada titik di mana produk penerimaan marjinalnya sama dengan input w,
sebagaimana dalam persamaan. Karena itu, dalam kasus yang bersaing kondisi untuk
memaksimalkan laba ialah bahwa harga input-nya harus sama dengan pengeluaran
marjinal.

ME + w

Dalam contoh kita, harga kain tersebut ($10 per yard) ditentukan dalam
pasar kain yang bersaing sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.6 (a) pada titik
potong kurva permintaan dan penawaran. Gambar 1.6 (b) menunjukkan jumlah kain
yang dibeli suatu perusahaan pada titik potong kurva produk pengeluaran marjinal
dan kurva produk penerimaan marjinal. Apabila dibeli 50 yard kain, pengeluaran
marjinal sebesar $10 sama dengan penerimaan marjinal dan penjualan pakaian yang
dimungkinkan oleh pemakaian kain yang meningkat dalam proses produksi. Jika
kurang dari 50 yard kain dibeli, perusahaan itu akan kehilangan kesempatan untuk
memeproleh laba tambahan dari penjualan pakaian. Jika lebih dari 50 yard kain
dibeli, biaya kain tersebut akan lebih bersar daripada penerimaan tambahan daei
penjualan kain tambahan.

5. Penawaran Pasar Input

Kurva penawaran pasar untuk suatu faktor biassnya melengkungg ke


atas. Penawaran pasar untuk barang yang dijual dalam pasar yang bersaing
biasanya melengkung ke atas karena biaya marjinal untuk memproduksi barang
tersebut biasanya meningkat. Hal ini juga berlaku untuk inpuut kain dari bahan
mentah lainnya.

Namun, apabila input tersebut adalah tenaga kerja, orang-orang


tersebutlah dan bukan perusahaan ittu yang mengambil keputusan penawaran.
Dalam kasus ini, pemaksimalan kegunaan oleh karyawan dn bukan pemkaimalan
laba oleh perusahaan mentetukan penawaran. Dalaa\m pembahasan berikutnya,
kami menggunakan anallsis pendapatan dan efek substitusi untuk menunjukkan
bahwa, walaupun kurva penawaran pasar untuk tenaga kerja dapat melengkung
keatas hal itu mungkin juga sebagaimana dalam Gambar 14.8 melengkung ke
belakang. Dengan kata lain , tingkat upah yang lebih tinggi dapat mengakibatkan
lebih sedikit tenaga kerja yang ditawarkan.

Untuk melihat mengapa kurva penawaran tenga kerja munggkin


melengkung ke belakang, bagilah satuu hari menjadi jam kerja dan jam senggang.
Waktu senggang adalah istilah yang menggambarkan kegiatan non-kerja yang
menyenangkan, termasuk tidur dan makan. Pekerjaan bermanfaat bagi karyawan
tersebut hanya melalui pendapatan yang dihasilkannya. Kita juga mengasumsikan
bahwa seorang pekerja mempunya fleksibilitas untuk memilih berapa jam per hari
ia harus bekerja.
GAMBAR 1.7 Penawaran Tenaga Kerja yang Melengkung ke Belakang

Apabila tingkat upah naik, jam kerja yang ditawarkan mula-mula akan naik, tetapi akhirnya dapat
turun karena orang-orang memilih untuk menikmati lebih banyak waktu senggang dan lebih
sedikit bekerja. Bagian yang melengkung ke belakang dalam kurva penawaran tenaga kerja
tersebut muncul apabila efek pendapatan upah yang lebih tinggi tersebut (yang mendorong lebih
banyak waktu senggang) lebih besar daripada efek substitusinya (yang mendorong lebih banyak
bekerja)

Tingkat upah tersebut mengukur harga yang diberikan pekerja pada


waktu senggang, karena upahnya mengukur jumalah uang yang dikorbankan
pekerja tersebut untuk menik,ati waktu senggangnya. Karena itu apabila tingkat
upah meningkat harga waktu senggang juga akan meningkat. Perubahan harga ini
menyebabkan efek substitusi (perubahan dalam harga relatif dengan kegunaan
yang diupayakan tetap konstan) maupun efek pendapatan (perubahan dalam
kegunaan dengan harga relatif yang tidak berubah). Ada suatu efek subtitusi karena
harga waktu senggang yang lebih tinggi mendorong para pekerja untuk mengganti
waktu kerja dengan waktu senggang. Efek pendapatan terjadi karena tingkat upah
yang lebih tinggi meningkatkan daya beli pekerja. Dengan pendapatan yang lebih
tinggi, pekerja dapat memebli lebih banyak barang dan salah satu diantaranya
adalah kesenangan. Jika makin banyak waktu senggang yang dipilih, itu terjadi
karena efek pendapatan tersebut telah mendorong pekerja untuk bekerja dalam
waktu yang lebih sedikit. Efek pendapatan dapat menjadi besar karena upah adalah
komponen utama pendapatan kebanyakan orang. Apabila efek pendapatan tersbut
melebihi efek substitusinya, hasilnya adalah suatu kurva penawaran yang
melengkung ke belakang.

Gambar 1.7 memberikan ilustrasi tentang bagaimana suatu kurva


penawaran untuk tenaga kerja yang melengkung ke belakang dapat terjadi karena
keputusan waktu kerja dan waktu senggang untuk hari kerja biasa. Sumbu
horizontalnya menunjukkan jumlah jam waktu senggang per hari, sumbu vertikal
adalah pendapatan yang dihasilkan dengan bekerja (kita mengasumsikan bahwa
tidak ada sumber pendapatan lainnya). Mula-mula tingkat upahnya adalah $10 per
jam dan garis anggaranya diberikan oleh PQ. Titik P, misalnya menunjukkan
bahwa jika satu orang bekerja satu hari selama 24 jam, ia akan memeproleh
pendapatan sebesar $240.

GAMBAR 1.8 Efek Substitusi dan Pendapatan Kenaikan Upah

Apabila tingkat upah naik dari $10 menjadi $30 per jam, garis anggaran karyawan bergeser dari
PQ ke RQ. Untuk mennggapinya pekerja tersebut bergeser dari A ke B sambil mengurangi jam
kerja dari 8 ke 5. Pengurangan jam kerja muncul karena efek pendapatan melebihi efek
substitusinya. Dalam hal ini kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang.

Pekerja tersebut memaksimalkan kegunaan dengan memilih titik A dan


dengan menikmati 16 jam waktu senggang per hari (dengan 8 jam waktu kerja) dan
memperoleh $80. Apabila tingkat upah naik menjadi $30 per jam, garis anggaran
tersebut akan berputar hampir mendekati titik horizontal dengan garis RQ (hanya
dimungkinkan 19 jam waktu senggang). Sekarang, pekerja tersebut
memaksimalkan kegunaan pada B dengan memilih 20 jam untuk waktu senggang
per hari (dengan 5 jam untuk bekerja), yang lebih tinggi akan mendorong pekerja
tersebut bekerja 12 jam (pada C) dan bukan mengatasi efwk substitusinya dan
menurunkan waktu kerja dari 8 jam menjadi 5 jam.

Dalam kehidupan nyata, kurva penawaran tenaga kerja yang


melengkung ke belakang mungkin berlaku untuk mahasiswa yang bekerja selama
musim panas untuk memeperoleh biaya hidup selama tahun kademis. Begitu
tingkat pendapatan yang ditargetkan tercapai, mahasiswa tersebut berhenti bekerja
dan mengalokasikan lebiih banyak waktunya untuk senggang. Dengan demikian,
kenaikan tingkat upah ini akan mengakibatkan jam kerja yang lebih sedikit karena
hal itu memungkinkan mahasiswa tersebut mencapai tingkat pendapatan yang
ditargetkan lebih cepat.

6. Ekuilibrium dalam Pasar Fakor yang Bersaing

Suatu pasar faktor yang bersaing berada dalam ekuilibrium apabila


harga input-nya menyamakan jumlah yang diminta dengan jumlah yang
ditawarkan. Gambar 1.9 (a) menunjukkan ekuilibrium semacam itu untuk pasar
tenaga kerja. Pada titik A tingkat upah ekuilibriumnya adalah w, dan jumlah
ekuilibrium yang ditawarkan adalah L, . Karena mwmpunyai pengetahuan yang
baik, semua pekerja menerima upah yang identik dan menghasilkan produk
penerimaan marjinal tenaga kerja yang identik di mana pun mereka dipekerjakan.
Jika setiap pekerja mempunyai upahnya yang lebih rendah daripada produk
marjinalnya, perusahaan akan merasa lebih untung menawarkan kepada pekerja
tersebut upah yang lebih tinggi.

Jika pasar output tersebut juga bersaing dengan sempurna , kurva


permintaan untuk suatu input mengukur keuntungan yang diberikan konsumen
produk tersebut pada penggunaan tambahan input tersebut dalam proses
produksinya. Tingkat upah juga mencerminkan biaya untuk perusahaan tersebut
dan untuk masyarakat dengan menggunakan unit input tambahan. Dengan
demikian, pada A dalalm Gmbar 1.9 (a), keuntungan marjinal satu jam tenaga kerja
(produk penerimaan marjinal MPR) sama dengan biaya marjinalnya (tingkat upah
w).

Apabila pasar output dan input sama-sama bersaing dengan sempurna,


sumber daya digunakan secara efisien karena perbedaan antara keuntungan total
dan biaya total dimaksimalkan. Efisiensi menuntut bahwa penerimaan tambahan
yang dihasilkan dengan mempekerjakan unit tenaga kerja tambahan (produk
penerimaan marjinal tenaga kerja, MPR) sam dengan keuntungan bagi konsumen
output tambahan tersebut, yang diberikan oleh harga produk tersebut dikali produk
marjinak tenaga kerjanya

GAMBAR 1.9 Ekuilibrium Pasar Tenaga Kerja

Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing dimana output pasar bersaing, ekuilibrium
upah w , dinyatakan dengan perpotongan kurva permintaan tenaga kerja (produk
penerimaan marjinal) dan kurva penawaran tenaga kerja. Hal ini adalah titik A pada
gambar bagian (a). Bagian (b) menunjukkan bahwa bila produsen memiliki kekuatan
monopoli, nilai marjinal tenaga kerja v w lebih besar daripada upah w ,
sehinggatenaga kerja yang sedikit pun dipekerjakan. (Titik B menentukan jumlah
tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan dan gaji yang diperoleh)

Apabila pasar output tersebut tidak bersaing dengan sempurna, kondisi


MRPL = (P)(MP l) tidak lagi berlaku. Perhatikanlah dalam Gambar 1.9 (b) bahwa
kurva yang melambangkan harga produk dikali produk penerimaan marjinal tenaga
kerjanya {(P)(MP l)} berada diatas kurva produk penerimaan marjinal {(MR)(MP
l)}. Titik B adalah upah ekuilibrum wM dan penawaran tenaga kerja ekuilibrium
LM. Tetapi, karena harga produk tersebut adalah ukuran nilainya bagi konsumen
masing-masing unit tambahan output yang mereka beli, (P)(MP l) adalah nilai yang
diberikan konsumen pada unit tambahan tenaga kerja. Karena itu, apabila tenaga
kerja LM dipekerjakan, biaya marjinal bagi perusahaan tersebur wM akan lebih
kecil daripada manfaat marjinalnya bagi konsumen vM. Walaupun perusahaan
tersebut memaksimalkan labanyaa, outputnya berada dibawah tingkat yang efisien
dan perusahaan tersebut menggunakan lebih sedikit daripada tingkat input yang
efisien. Efisiensi ekonomi akan naik jika lebih banyak tenaga kerja direkrut dan
konsekuensinya, lebih banyak output diproduksi (keuntungan bagi konsumen akan
mengalahkan laba yang hilang perrusahaan tersebut).
7. Rente Ekonomis

Konsep rente ekonomis (economic rent) membantu menjelaskan


bagaimana pasar faktor bekerja. Ketika membahas pasar output dalam jangka
panjang , definisi rente ekonomis sebagai pembayaran yang diterima suatu
perusahaan melebihi dan di atas biaya minimum untuk memproduksi output-nya.
Untuk suatu pasar faktor, rente ekonomis adlah selisih antara pembayaran yang
dilakukan untuk suatu faktor produksi dan jumlah minimum yang harus
dibelanjakan untuk memperoleh kegunaan faktor tersebut. Gambar 1.10
memberikan ilustrasi tentang konsep rente tersebut sebagaimana diteraapkan pada
suatu pasar tenaga kerja yang bersaing. Harga ekuilibrium tenaga kerja adalah w,
dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan adalah L. Kurva penawaran tenaga kerja
tersebut adalah kurva pengeluaran rata-rata yang melengkung ke atas dan
permintaan untuk tenaga kerja tersebut adalah kurva produk penerimaan marjinal
yang melengkung ke bawah. Karenakurva penawaran tersebut memberitahukan
kepada kita berapa banyak tenaga kerja akan ditawarkan pada maing-masing
tingkat upah, pengeluaran minimum yang dibutuhkan untuk mempekerjakan L unit
tenaga kerja diberikan oleh daerah yang diarsir berwarna coklat AL*0B, dibawah
kurva penawaran dan di sebelah kiri penawaran tenaga kerja ekuilibrium L.

Dalam pasar yang bersaing sempurna, semua pekerja dibayar dengan


upah w . Upah ini dibutuhkan untuk memungkinkan pekerja “marjinal” terakhir
untuk menawarkan tenaganya, tetapi semua pekerja lainnya memperoleh rente
karena upah mereka ternayat lebih besar daripada upah yang semestinya diperlukan
agar mereka bekerja. Karena total pembayaran upah sama dengan segi empat
0w*AL rente ekonomis yang diperoleh tenaga kerja diberikan oleh daerah Abw*.

Perhatikanlah bahwa, andaikata kurva penawaran tersebut elastis secara


sempurna , rente ekonomis akan nol. Rente muncul hanya apabila penawaran agak
tidak elastis. Dan apabila penawaran benar-benar tidak elastis, semua pembayaran
untuk suatu faktor produksi merupakan rente ekonomis karena faktor tersebut akan
disuplai tanpa pedulli berapa pun harga yang dibayarkan.
Sebagaimana ditunjukkan gambar 1.11 salah satu fakotr yang
ditawarkan dengan tidak elastis adalah tanah. Kurva penawaranya sama sekali
tidak elastis karena tanah untuk perumahan (atau untuk pertanian) adalah tetap,
setidaknya untuk jangka pendek . dengan tanah yang ditawarkan secara tidak elastis
hanrganya ditentukan sepenuhnya oleh permintaan. Permintaan untuk tanah
diberikan oleh D1 dan harganya per unit s1. Total sewa tanah diberikan oleh arsiran
segi empat yang berwarna hijau. Tetapi, apabila permintaan tanah naik menjadi D2,
nilai sewa per unti akan meningkat menjaddi s2, sekarang, total nilai tanah meliputi
daerah arsiran yang berwarna biru juga. Dengan demikian , suatu peningkatan
permintaan untuk tanah (pergeseran ke sebelah kanan dalam kurva permintaan)
akan mengakibatkan harga yang lebih tinggi per akre dan rente ekonomis yang
lebih tinggi.

GAMBAR 1.10 Rente Ekonomis

Rente ekonomis yang terkait dengan perekrutan tenaga kerja adalah kelebihan upah yang
dibayarkan di atas jumlah minimal yang dibutuhkan untuk menggaji buruh. Upah ekuilibriumnya
diberikan oleh A pada titik potong kurva penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja.
Karena kurva penawarannya (AE) melandai ke atas beberapa pekerja seharusnya menerima
pekerjaan tersebut dengan upah dibawah w. Daerah arsiran yang berwarna hijau AB w adalah
rente ekonomis yang diterima semua pekerja.
GAMBAR 1.11 Sewa Tanah

Apabila penawaran tanah ternyata inelastis sempurna , harga pasaran tanah tersebut ditentukan
pada titik perpotongan dengan kurva permintaanya. Dengan demikian, seluruh nilai tanah
tersebut adalah suatu rente ekonomis. Apabila permintaan diberikan oleh D1 rente ekonomis per
akre diberikan oleh s dan apabila permintaan naik menjadi D2 sewa per akre naik menjadi s2

B. Pasar Faktor dengan Kekuatan Monopsoni

Di beberapa pasar faktor, masing-masing pembeli faktor mempunyai kekuatan


monopsoni. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan mobil AS mempunyai kekuatan
monopsoni yang begitu besar sebagai pembeli suku cadang dan komponen GM, Ford
dan Daimber-Chrysler membeli rem, radiator, ban dan suku cadang lainnya dalam
jumlah besar dan dapat menegosiasikan harga yang lebih rendah dibandingkan yang
mungkin dibayarkan pembeli yang lebih kecil. Sama halnya , IBM mempunyai
kekuatan monopsoni dalam pasar disk drive karea perusahaan ini membeli begitu
banyak drive untuk komputernya.

Dalam seluruh bagian ini, kita akan mengasumsikan bahwa pasar output
bersaing dengan sempurna. Juga karena satu pembeli akan lebih mudah divisualisasikan
daripada beberapa peembeli yang semuanya mempunyai suatu kekuatan monopsoni,
kita akan membatasai perhatian kita pada monopsoni murni.

1. Pengeluaran Marjinal dan Pengeluaran Rata-Rata

Jika memutuskan berapa banyak barang yang harus dibeli, naikkan


jumlah unit yang dibeli hingga nilai tambahan dari unit terakhir yang dibeli – niali
marjinal – benar-benar sama dengan biaya unit tersebut – pengeluaran rata-rata.
Dalam persaingan sempurna, harga yang anda bayarkan untuk barang tersebut-
pengeluaran rata-rata sama – dengan pengeluaran marjinalnya. Namun, apabila
anda mempunyai kekuatan monopsoni, pengeluaran marjinalnya akan lebih besar
daripada pengeluaran rata-ratanya, sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.12

GAMBAR 1.12 Pengeluaran Marginal dan Pengeluaran Rata-Rata

Apabila pembeli suatu input mempunyai kekuatan monopsoni, kurva


pengeluaran marginalnya terdapat di atas kurva pengeluaran rata-ratanya karena
keputusan untuk membeli suatu unit tambahan menaikkan harga yang harus dibayarkan
untuk semua unit, bukan hanya untuk unit terakhir. Jumlah unit input yang dibeli
diberikan oleh L pada perpotongan kurva produk penerimaan marginal dan kurva
pengeluaran marginalnya. Tingkkat upah yang terkait w akan lebih rendah daripada upah
yang bersaing

Kurva penawaran faktor yang dihadapi para pelaku monopsoni adalah


kurva penawaran pasar yang meunjukkan berapa banyak yang bersedia dijual
pemasok faktor tersebut apabila harganya naik. Kaarena para pelaku monopsoni
membayar harga yang sama untuk masing-masing unit, kurva penawarannya adlah
kurva pengeluaran rata-ratanya. Kurva pengeluaran rata-rata akan melandai ke atas
karena keputusan untuk membeli suatu unit tambahan akan menaikkan harga yang
harus dibayarkan untuk semua unit, bukan hanya unti terakhirnya. Namun, untuk
suatu perusahaan yang memaksimalkan laba, kurva pengeluaran marjinalnya akan
relevan dlam memutuskan berapa banyak yang harus dibelii. Kurva pengeluaran
marjinal terdapat diatas kurva pengeluaran rata-rata. Apabila perusahaan tersebut
menaikkan harga faktornya untuk menyewa lebih banyak unit, perusahaan tersebut
harus mebayar semua unit dengan harga yang lebih tinggi tadi, bukan hanya unit
terakhir yang disewa.
2. Keputusan Pembelian Input Perusahaan

Berapa banyak input seharusnya dibeli perusahaan? Sebagaimana telah


kita lihat sebelumnya, perusahaan tersebut seharusnya membeli hingga titik di
mana pengeluaran marjinal sama dengan produk penerimaan marjinal. Di sini,
keuntungan dari unit terakhir yang dibeli (MRP) akan benar-benar sam dengan
biayanya (ME). Gambar 1.12 memberikan ilustrasi tentang prinsip ini untuk suatu
poasar tenaga kerja. Perhatikanlah bahwa para pelaku monopsoni merekrut unit
tenaga kerja L*, pada titik itu, ME=MRP L. Tingkat upah w* yang dibayarkan
kepada pekerja diberikan dengan menemukan titik pada kurva pengeluaran rata-
rata atau kurva penawaran dengan unit tenaga kerja L*.

Sebagai contoh, seorang pembeli yang mempunyai kekuatan monopsoni


akan memaksimalkan keuntungan bersih (kegunaan dikurangi pengeluaran) dari
suatu pembelian denfan membeli harga titik dimana nilai marjinalnya (MV) sama
dengan pengeluaran marjinal.

MV=ME

Bagi suatu perusahaan yang membeli input faktor, MV benar-benar


merupakan produk penerimaan marjinal faktor MRP tersebut. Jadi, kita
mendapatkan (sebagimana dalam kasus pasar faktor yang bersaing)

ME=MRP

Perhatikanlah dari gambar 1.12 bahwa para pelaku monopsoni merekrut


lebih sedikit tenaga kerja daripada suatu perusahaan atau kelompok perusahaan
yang tidak memiliki kekuatan monopsoni. Dalam pasar tenaga kerja yang bersainf
L, pekerja akan direkrut. Pada tingkat itu, jumlah tenaga kerrja yang diminta (yang
diberikan oleh kurva produk penerimaan marjinalnya) akan sama denan jumlah
tenaga kerja yang ditawarkan (yang diberikan oleh kurva pengeluaran rata-
ratanya). Perhatikanlah juga bahwa perusahaan monopsoni tersebut akan
membayarkan kepada pekerjanya upah w*yang lebh rendah daripada w C yang
mestinya akan dibayarkan dalam pasar yang bersaing.

Kekuatan monopsoni dapat timbul dengan cara yang berbeda. Satu


sumber dapat menjadi sifat khusus bisnis suatu perusahaan. Jika perusahaan
tersebut membeli komponen yang tidak dibeli oleh satu pun perusahaan lain,
perusahaan itu akan sangat mungkin menjadi pelaku monopsoni dalam pasar untuk
komponen tersebut. Sumber lainnya dapat saja berupa lokasi suatu bisnis
perusahaan itu mungkin saja merupakan satu-satunya pemberi pekerjaan terbesar
dalam suatu wilayah. Kekuatan monopsoni dapat juga timbul apabila para pembeli
suatu faktor membeentuk kartel untuk membatasi pembelian faktor tersebut,
sehingga mereka dapat membelinya dengan harga yang lebih rendah dariapada
harga yang bersaing.

Hanya sedikit perusahaan dalam perekonomian kita merupakan pelaku


monopsoni murni. Tetapi perusahaan-perusahaan (atau orang-orang) sering
mempunyai suatu kekuatan monopsoni, karena pembelian mereka menguasai
sebagian besar pasar tersebut. Pemerintah adalah suatu pelaku monopsoni apabila
lembaga ini merekrut tentara sukarela atau membeli pesawat terbang dan peralatan
militer khusus lainnya. Suatu perusahaan tambang attau perusahaan lainnya yang
merupakan satu-satunya pemberi kerja utama dalam suatu masyarakat juga
mempunyai kekuatan monopsoni dalam pasar tenaga lokal tersebut. Namun,
bahkan dalam semua kasus ini, kekuatan monopsoni mungkin saja terbatas karena
pemerintah bersaing hingga batas tertentu dengan perusahaan-perusahaan lain yang
menawarkan pekerjaan serupa. Sama halnya, perusahaan tambang tersebut
bersaing hingga batas tertentu dengan perusahaan-perusahaan dalam masyaralkat
dekat daerah itu.

C. Pasar Faktor dengan Kekuatan Monopoli

Sama seperti pembeli input dapat mempunyai kekuatan monopsoni, penjual


input juga dapat mempunyai kekuatan monopoli. Ekstremnya , penjual satu input
mungkin adalah seorang pelaku monopoli, seperti ketika suatu perusahaan mempunyai
hak paten untuk memproduksi chip komputer yang tidak boleh digandakan oleh satu
perusahaan lain pun. Karena contoh terpenting kekuatan monopoli dalam pasar faktor
melibatkan serikat buruh, kita akan mencurahkan kebanyakan perhatian kita untuk hal
ini. Dalam sub-bagian berikut, kami memperlihatkan bagaimana suatu serikat buruh,
yang merupakan pelaku monopoli dalam penjualan jasa tenaga kerja, dapat
meningkatkan kesejahteraan anggota-anggotanya dan sangat memengaruhi pekerja
yang tidak menjadi anggota serikat buruh.
1. Kekuatan Monopoli terhadap Tingkat Upah

Gambar 1.13 menunjukkan suatu kurva permintaan tenaga kerja dalam


pasar tanpa kekuatan monopsoni. Kurva tersebut menjumlahkan produk-produk
penerimaan marjinal perusahaan yang bersaing untuk membeli tenaga kerja. Kurva
penawaran tenaga kerja menggambarkan bagaimana anggota-anggota serikat
buruh akan menawarkan tenaga kerja jika serikat buruh tersebut tidak
menggunakan kekuatan monopoli. Dalam kasus ini, pasar tenaga kerja tersebut
mestinya akan bersaing dan pekerja L* akan direkrut dengan upah w*, dimana
permintaan D L sama dengan penawaran S L.

Namun, karena kekuatan monopolinya serikat buruh ini dapat memilih


setiap tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan sesuai denganya,
sama sepertii penjual monopoli output memilih harga dan jumlah output
yangsesuai. Jika serikat buruh tersebut ingin memaksimalkan jumah pekerja yang
direkrut, lembaga itu akan memilih hasil yang bersaing pada A. Namun, jika serikat
buruh itu ingin memperoleh gaji yang lebih tinggi daripada gaji yang bersaing,
lembaga tersebut dapat membatasi keanggotaanya pada pekerja L1. Akibatnya,
perusahaan tersebut akan membayar tingkat upah w1. Walaupun anggota-anggota
serikat buruh yang bekerja akan lebih diuntungkan, orang-orang yang tidak dapat
memperoleh pekerjaan akan lebih dirugikan.

Apakah suatu kebijakan pembatasan keanggotaan serikat buruh


bermanfaat? Jika serikat buruh tersebut ingin memaksimalkan rente ekonomis yang
diperoleh pekerja-pekerjanya, jawabannya adalah ya. Dengan membatasi
keanggotaanya, serikat buruh tersebut akan bertindak seperti seorang pelaku
monopoli, yang membatasi output untuk memaksimalkan laba. Bagi suatu
perusahaan, laba adalah penerimaan yang didapatkannya dikurangi biaya-biaya
kesempatanya. Bagi suatu serikat buruh, rente melambangkan upah yang diperoleh
anggota-anggotanya sebagai satu kelompok yang melebihi biaya kesempatan
mereka. Untuk memaksimalkan rente, serikat buruh tersebut melebihi biaya
kesempatan mereka. Untuk memaksimalkan rente, serikat buruh tersebut harus
memilih jumlah ppekerja yang direkrut sehingga penerimaan marjinal bagi serikat
buruh itu (uph tambahan yang diperoleh) sama dengan biaya tambahan dalam
membujuk pekerja untuk bekerja. Biaya ini adalah suatu biaya kesempatan
marjinal karena hal itu adalah ukuran dari apa yang harus ditawarkan seorang
pengusaha kepada seorang pekerja tambhan agar ia bekerja di perusahaan tersebut.
Namun, upah yang dipeerlukan untuk mendorong karyawan tambahan menerima
pekerjaan diberikan oleh kurva penawaran tenaga kerja S i.

GAMBAR 1.13 Kekuatan Monopoli Penjual Tenaga Kerja

Ketika serikat buruh menjadi pelaku monopoli, lembaga ini memilih diantara titik-titik pada kurva
pembeli untuk tenaga kerja D. Penjual tersebut dapat memaksimalkan jumlah pekerja yang
direkrut pada L, dengan menyetujui bahwa pekerja akan bekerja dengan upah w. Jumlah tenaga
kerja L yang memaksimalkan yang diperoleh kryawan ditentukan oleh titik potong kurva
penerimaan marginal tenaga kerja dan kurva penawaran tenaga kerja, anggota-anggota serikat
buruh akan menerima upah w. Akhirnya jika serikat buruh tersebut ingin memaksimalkan upah
total yang dibayarkan kepada para pekerja lembaga ini seharusnya membiarkan anggota-anggota
serikat buruh L dipekerjakan dengan tingkat upah w. Pada titik itu penerimaan marginal bagi
serikat buruh tersebut menjadi nol

Kombinasi tingkat upah dan jumlah pekerja yang memaksimalkan rente


diberikan oleh perpotongan kurva MR dan S i. Kami telah memilih kombinasi
antara upah dan kesempatan kerja wi dan Li dengan tetap mengingat premis
pemaksimalan rente tersebut. Daerah yang diarsir dibawah kurva permintaan
tenaga kerja, di atas kurva penawaran tenaga kerja dan disebelah kiri Li,
melambangkan rente ekonomis yang diterima semua pekerja.

Suatu kebijakan pemaksimalan rente memungkinkan menguntungkan


pekerja serikat buruh jika mereka dapat memperoleh pekerjaan non-serikat buruh.
Namun, jika pekerjaan ini tidak tersedia, pemaksimalan rente dapat menciptakan
perbedaan yang terlalu tajam antara pemenang dan pecundang. Tujuan
alternatifnya adalah untuk memaksimalkan seluruh upah yang diterima semua
anggota serikat buruh. Untuk mencapai tujuan ini , jumlah pekerja yang direkrut
dinaikkan dari L, hingga penerimaan marjinal bagi serikat buruh tersebut sam
dengan nol. Karena setiap lapangan kerja selanjutnya akan menurunkan total
pembayaran upah, upah secara keseluruhan akan dimaksimalkan apabila upah
tersebut sama dengan w2 dan jumlah pekerjanya sam dengan L2.

2. Pekerja yang Menjadi Anggota dan Bukan Anggota Serikat Buruh

Apabila serikat buruh memakai kekuatan monopolinya untuk


menaikkan upah anggotanya, akan lebih sedikit pekerja yang menjadi anggota
serikat buruh direkrut. Karena para pekerja ini pindah ke sektor non-serikat buruh
atau sejak semula memilih untuk tidak bergabung dengan serikat buruh tersebut,
penting dipahami apa yang terjadi dalam bagian non-serikat buruh perekonomian
tersebut.

Asumsikanlah bahwa penawran total pekerja yang merupakan anggota


serikat buruh dan bukan anggota serikat buruh adalah tetap. Dalam gambar 14.16
penawaran pasar tenaga kerja dalam kedua sektor tersebut diberikan oleh Si.
Permintaan untuk tenaga kerja oleh perusahaan dalam sektor serikat buruh
diberikan oleh D a dan permintaan dalam sektor sektor non-serikat buruh diberikan
oleh D ,. Total permintaan pasar adalah jumlah horizontal permintaan dalam kedua
sektor dan diberikan oleh Dl.

Andaikanlah serikat buruh tersebbut memilih untuk menaikkan tingkat


upah pekerjanya di atas upah bersaing w*, menjadi w u . Pada tingakt upah tersebut
jumlah pekerja yang direkrut dalam sektor serikat buruh turun sebesar ∆L a,
sebagaimana ditunjukkan pada sumbu horizontal. Karena para pekerja ini
memperoleh pekerjaan dalam sektor non-serikat buruh, tingkat upah dalam sektor
non-serikat buruh disesuaikan sampai pasar tenaga kerja tersebut mencapai
ekuilibrium. Pada tingkat upah yang baru dalam sektor non-serikat buruh ∆L..
sama dengan jumlah pekerja yang meninggalkan sektor serikat buruh.

Gambar 1.14 menunjukkan suatu konsekuensi yang merugikan dari


strategi serikat buruh yang ditunjukkan untuk meningkatkan upah serikat buruh.
Upah non-serikat buruh turun. Keberadaan serikat buruh dapat memperbaiki
kondisi kerja dan memberikan informasi yang berguna kepada pekerja dan
manajemen. Tetapi, apabila permintaan tenaga kerja ternyata tidak inelastis secara
sempurna, pekerja serikat buruh terbantu dengan mengorbankan pekerja non-
serikat buruh.
GAMBAR 1.14 Diskriminasi Upah dalam Sektor Serikat Buruh dan Non Serikat Buruh

Apabila suatu serikat buruh yang monopolistik menaikkan upah dalam sektor serikat buruh
perekonomian tersebut dalam w, lapangan kerja dalam sektor itu turun, sebagaimana ditunjukka
gerakan sepanjang kurva permintaan D. Untuk total penawaran tenaga kerja yang diberikan S,
supaya tetap tidak berubah dalam sekot non serikat buruh harus turun , sebagimana ditunjukkan
gerakan sepanjang kurva permintaan D

Anda mungkin juga menyukai