Sama seperti kurva permintaan untuk barang jadi (fixed goods) yang
dihasilkan dari proses produksi, kurva permintaan untuk produksi turun
melengkung ke bawah. Namun, berbeda dari permintaan konsumen untuk barang
dan jasa, permintaan faktor adalah permintaan turunan (derived demand),
permintaan ini bergantung pada dan berasal dari tingkat output dan biaya input
perusahaan tersebut. Misalnya, permintaan Microsoft Corporation untuk ahli
program komputer adalah permintaan yang diperoleh, yang tidak hanya bergantung
pada gaji ahli program sekarang, tetapi juga pada seberapa banyak peranti lunak
yang diharapkan Microsoft akan dijual
MRP = (MP)(MR)
Hasil yang penting ini berlaku untuk setiap pasar faktor yang bersaing,
apakah pasar output tersebut bersaing atau tidak. Namun, untuk menyelidiki
karakteristik MRP tersebut, marilah kita mulai dengan kasus suatu pasar otput (dan
input) yang bersaing dengan sempurna. Dalam pasar output yang bersaing, suatu
perusahaan akan menjual seluruh outputnya dengan harga pasar P. Dengan
demikian, penerimaan marjinal dari penjualan unit tambahan output sama dengan
P. Dalam kasus ini, produk penerimaan marjinal tenaga kerja tersebut sama dengan
produk marjinal tenaga kerja dikali harga produk tersebut.
MRP = (MP)(P)
Bagian yang lebih tinggi dari kedua kurva dalam Gambar 1.1
melambangkan kurva MRPL untuk suatu perusahaan dalam pasar output yang
bersaing. Perhatikanlah bahwa, karena terdapat laba (return) yang makin berkurang
terhadap tenaga kerja, produk marjinal tenga kerja tersebut turun ketika jumlah jam
tenaga kerja bertambah. Dengan demikian , kurva produk penerimaan marjinal
turun melengkung ke bawah, meskipun harga produk tersebut tetap konstan.
Kurva yang lebih rendah dalam Gambar 1.1 adalah kurva MRPL ketika
perusahaan tersebut mempunyau kekuatan monopoli dalam pasar output. Apabila
mempunyai kekuatan monopoli, perusahaan-perusahaan tersebut akan menghadapi
suatu kurva permintaan yang melengkung ke bawah dan karena itu harus
menurunkan harga semua unit produknya untuk menjualnya lebih banyak.
Akibatnya penerimaan marjinal akan selalu lebih kecil daripada harga (MR, P0).
Inilah sebabnya mengapa kurva monopolistik tersebut terdapat di bawah kurva
persaingan tersebut dan mengapa penerimaan marjinal turun ketika output
bertambah. Dengan demikian, kurva produk penerimaan marjinal tersebut
melengkung ke bawah dalam kasusu ini karena kurva penerimaan marjinal dan
kurva produk marjinal melengkung ke bawah.
Dalam pasar faktor yang bersaing, dimana produsen merupakan penentu harga permintaan
pembeli untuk suatu input diberikan oleh kurva produk penerimaan marginal. Kurva MRP ini turun
karena produk marjinal tenaga kerja turun ketika jumlah jam tenaga kerja bertambah. Apabila
produsen produk tersebut mempunyai kekuatan monopoli, permintaan untuk input tersebut juga
diberikan oleh kurva MRP tadi. Namun dalam hal ini, kurva MRP tersebut turun karena produk
marginal tenaga kerja maupun penerimaan marginalnya turun.
Perhatikanlah bahwa produk penerimaan marjinal mengatakan kepada
kita berapa banyak yang seharusnya bersedia dibayarkan perusahaan tersebut untuk
merekrut satu unit tenaga kerja tambahan. Sepanjang MRP, lebih besar daripada
tingkat upah, perusahaan tersebut seharusnya merekrut suatu unit tambahan tenaga
kerja . Jika produk penerimaan marjinalnya ternyata lebih kecil daripada tingkat
upah perusahaan tersebut seharusnya memecat karyawan. Hanya apabila produk
penerimaan marjinalnya sama dengan tingkat upah perusahaan tersebut akan
merekrut sejumlah tenaga kerja yang memaksimalkan laba. Karena itu, kondisi
yang memaksimalkan laba adalah
MRP L = w
GAMBAR 1.2 Rekrutmen oleh Perusahaan dalam Pasar Tenaga Kerja (dengan modal
tetap)
Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing, suatu perusahaan menghadapi penawaran elastis yang
semputnaS untuk tenaga kerja dan dapat merekrut sebanyak mungkin tenaga kerja sesuai dengan
yang dikehendakinya pada tingkat upah w. Permintaan perusahaan tersebut untuk tenaga kerja D
L diberikan oleh produk penerimaan marginalnya MRP L untuk tenaga kerja. Perusahaan yang
memaksimalkan laba tersebut akan merekrut L unit tenaga kerja pada titik dimana produk
penerimaan marginalnya untuk tenaga kerja sama dengan tingkat upah
Pasar faktor akan mirip dengan pasar output ddalam banyak hal.
Misalnya kondisi pasar faktor yang memaksimalkan laba bahwa produk
penerimaan marjinal tenaga kerja sama dengan tingkat upah adalah analog dengan
kondisi pasar output bahwa penerimaan marjinal sama dengan biaya marjinal.
Dengan demikian
MR= w / MP L
Apabila penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan tersebut adalah S L, perusahaan
tersebtu akan merekrut unit tenaga kerja L 1 dengan upah w 1. Tetapi apabila tingkat upah pasar
turun dan penawaran tenaga kerja bergeser ke S2, perusahaan tersebut memaksimalkan labanya
dengan bergerak di sepanjang kurva permintaan tenaga kerja tersebut hingga tingkat upah yang
baru w2 samadengan produk penerimaan marginal tenaga kerja tersebut. Akibatnya unit tenaga
kerja L2 direkrut.
GAMBAR 1.4 Kurva Permintaan Perusahaan untuk Tenaga Kerja (dengan Modal yang
Berubah
Apabila dua atau lebih input berubah, permintaan perusahaan untuk satu input bergantung pada
produk penerimaan marginal kedua input tersebut. Apabila tingkat upahnya adalah $20, A
melambangkan satu titik upah turu menjadi $15, produk marginal modalnya naik, yang
mendorong perusahaan tersebut menyewa lebih banyak mesin dan merekrut lebih banyak tenaga
kerja. Akibatnya, kurva MRP bergeser dari MRP L1 ke MRP L2 yang menghasilkan suatu titik baru
C pada kurva permintaan tenaga kera perusahaan tersebut .dengan demikian A dan C berada pada
kurva permintaan tenaga kerjanya , tetapi B tidak
Dalam gambar 1.5 (a) apabila harga produk turun, kurva produk
penerimaan marjinal semula akan bergeser ke bawwah, dari MRP 1.3 ke MRP 1.2
. Pergeseran ini mnghasilkan jumlah tenaga kerja yang lebih rendah yang diminta
perusahaan tersebut – 120 jam alih-alih 150 jam. Akibatnya, permintaan industri
untuk tenaga kerja akan lebih rendah dibandingkan jika hanya satu perusahaan
mampu merekrut karyawan dengan upah yang lebih rendah. Gambar 1.5 (b)
memberikan ilustrasi tentang hal ini. Garis yang lebih tipis menunjukkan jumlah
horizontal permintaan masing-masing perusahaan untuk tenaga kerja yang akan
terjaddi jika harga produk tidak berubah karena upah turun. Garis yang lebih tebal
menunjukkan kurva permintaan industri tersebut untuk tenaga kerja, yang
memperhitungkan fakta bahwa harga produk akann turun ketika semua perusahaan
menambah outputnya sebagai jawaban atas tingkat upah yang lebih rendah.
Apabila tingkat upah mencapai $15 per jam, permintaan industri untuk tenaga kerja
adalah L0 jam. Apabila upah tersebut turun menjadi $10 per jam, permintaan
industri meningkat menjadi L1. Perhatikanlah bahwa ini adalah kenaikan yang
lebih kecil dibandingkan dengan L2, yang akan terjadi andaikata harga produk
tersebut tetap. Penjumlahan kurva-kurva permintaan industri menjadi kurva
permintaan pasar untuk tenaga kerja adalah langkah terakhir. Untuk
menyelesaikannya, kita cukup menambahkan tenaga kerja yang diminta dalam
semua industri.
Kurva permintaan untuk tenaga kerja suatu perusahaan yang bersaing, MRP dalam (1) menerima
harga produknya sebagaimana adanya. Tetapi ketika tingkat upah turun dari $15 menjadi $10 per
jam, harga produk tersebut juga akan turun. Dengan demikian, kurva permintaan perusahaan
tersebut bergeser ke bawah ke MRP, akibatnya kurva permintaan industri tersebut, yang ditunjukkan
dalam (b) adalah lebih elastis daripada kurva permintaan yang tentunya akan diperoleh andaikata
haga produknya diasumsikan tidak berubah.
Pencarian kurva permintaan pasar untuk tenaga kerja (atau untuk semua
input lainnya) pada dasarnya adalah sama apabila pasar output tersebut tidak
bersaing. Satu-satunya perbedaanya adalah bahwa lebih sulit memperkirakan
perubahan dalam harga produk sebagai tanggapan atas perubahan dalam tingkat
upah karena masing-masing perusahaan dalam pasar tersebut mungkin saja akan
menetapkan harga secara strtegis daripada menerima harga sebagaimana adanya.
Dalam suatu pasar faktor yang bersaing perusahaan dapat membeli seberapa pun jumlah input yang
diinginkannya tanpa memengaruhi harga. Karena itu, perusahaan tersebut menghadapi kurva
penawaran yang elastis sempurna untuk input tersebut. Akibatnya, jumlah input yang dibeli
produsen produk tersebut ditentukan oleh titik potong kurva permintaan dan penawaran input.
Dalam (a) jumlah kain yang diminta dan jumlah yang ditawarkan industri tersebut akan sama pada
harga $10 per yard. Dalam (b) perusahaan tersebut menghadapi kurva pengeluaran marjinal
horizontal pada harga $10 per yard untuk kain dan memilih untuk membeli 50 yard
ME = MRP
ME + w
Dalam contoh kita, harga kain tersebut ($10 per yard) ditentukan dalam
pasar kain yang bersaing sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.6 (a) pada titik
potong kurva permintaan dan penawaran. Gambar 1.6 (b) menunjukkan jumlah kain
yang dibeli suatu perusahaan pada titik potong kurva produk pengeluaran marjinal
dan kurva produk penerimaan marjinal. Apabila dibeli 50 yard kain, pengeluaran
marjinal sebesar $10 sama dengan penerimaan marjinal dan penjualan pakaian yang
dimungkinkan oleh pemakaian kain yang meningkat dalam proses produksi. Jika
kurang dari 50 yard kain dibeli, perusahaan itu akan kehilangan kesempatan untuk
memeproleh laba tambahan dari penjualan pakaian. Jika lebih dari 50 yard kain
dibeli, biaya kain tersebut akan lebih bersar daripada penerimaan tambahan daei
penjualan kain tambahan.
Apabila tingkat upah naik, jam kerja yang ditawarkan mula-mula akan naik, tetapi akhirnya dapat
turun karena orang-orang memilih untuk menikmati lebih banyak waktu senggang dan lebih
sedikit bekerja. Bagian yang melengkung ke belakang dalam kurva penawaran tenaga kerja
tersebut muncul apabila efek pendapatan upah yang lebih tinggi tersebut (yang mendorong lebih
banyak waktu senggang) lebih besar daripada efek substitusinya (yang mendorong lebih banyak
bekerja)
Apabila tingkat upah naik dari $10 menjadi $30 per jam, garis anggaran karyawan bergeser dari
PQ ke RQ. Untuk mennggapinya pekerja tersebut bergeser dari A ke B sambil mengurangi jam
kerja dari 8 ke 5. Pengurangan jam kerja muncul karena efek pendapatan melebihi efek
substitusinya. Dalam hal ini kurva penawaran tenaga kerja melengkung ke belakang.
Dalam pasar tenaga kerja yang bersaing dimana output pasar bersaing, ekuilibrium
upah w , dinyatakan dengan perpotongan kurva permintaan tenaga kerja (produk
penerimaan marjinal) dan kurva penawaran tenaga kerja. Hal ini adalah titik A pada
gambar bagian (a). Bagian (b) menunjukkan bahwa bila produsen memiliki kekuatan
monopoli, nilai marjinal tenaga kerja v w lebih besar daripada upah w ,
sehinggatenaga kerja yang sedikit pun dipekerjakan. (Titik B menentukan jumlah
tenaga kerja yang dipekerjakan perusahaan dan gaji yang diperoleh)
Rente ekonomis yang terkait dengan perekrutan tenaga kerja adalah kelebihan upah yang
dibayarkan di atas jumlah minimal yang dibutuhkan untuk menggaji buruh. Upah ekuilibriumnya
diberikan oleh A pada titik potong kurva penawaran tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja.
Karena kurva penawarannya (AE) melandai ke atas beberapa pekerja seharusnya menerima
pekerjaan tersebut dengan upah dibawah w. Daerah arsiran yang berwarna hijau AB w adalah
rente ekonomis yang diterima semua pekerja.
GAMBAR 1.11 Sewa Tanah
Apabila penawaran tanah ternyata inelastis sempurna , harga pasaran tanah tersebut ditentukan
pada titik perpotongan dengan kurva permintaanya. Dengan demikian, seluruh nilai tanah
tersebut adalah suatu rente ekonomis. Apabila permintaan diberikan oleh D1 rente ekonomis per
akre diberikan oleh s dan apabila permintaan naik menjadi D2 sewa per akre naik menjadi s2
Dalam seluruh bagian ini, kita akan mengasumsikan bahwa pasar output
bersaing dengan sempurna. Juga karena satu pembeli akan lebih mudah divisualisasikan
daripada beberapa peembeli yang semuanya mempunyai suatu kekuatan monopsoni,
kita akan membatasai perhatian kita pada monopsoni murni.
MV=ME
ME=MRP
Ketika serikat buruh menjadi pelaku monopoli, lembaga ini memilih diantara titik-titik pada kurva
pembeli untuk tenaga kerja D. Penjual tersebut dapat memaksimalkan jumlah pekerja yang
direkrut pada L, dengan menyetujui bahwa pekerja akan bekerja dengan upah w. Jumlah tenaga
kerja L yang memaksimalkan yang diperoleh kryawan ditentukan oleh titik potong kurva
penerimaan marginal tenaga kerja dan kurva penawaran tenaga kerja, anggota-anggota serikat
buruh akan menerima upah w. Akhirnya jika serikat buruh tersebut ingin memaksimalkan upah
total yang dibayarkan kepada para pekerja lembaga ini seharusnya membiarkan anggota-anggota
serikat buruh L dipekerjakan dengan tingkat upah w. Pada titik itu penerimaan marginal bagi
serikat buruh tersebut menjadi nol
Apabila suatu serikat buruh yang monopolistik menaikkan upah dalam sektor serikat buruh
perekonomian tersebut dalam w, lapangan kerja dalam sektor itu turun, sebagaimana ditunjukka
gerakan sepanjang kurva permintaan D. Untuk total penawaran tenaga kerja yang diberikan S,
supaya tetap tidak berubah dalam sekot non serikat buruh harus turun , sebagimana ditunjukkan
gerakan sepanjang kurva permintaan D