Anda di halaman 1dari 17

Lecture Note

Week 06
Market Structures

MGMT6413
Introduction to Business and
Economics

BINUS ONLINE LEARNING


MGMT6413 Introduction to Business and Economics

Learning Outcomes

LO2: Menerapkan ekonomi bisnis untuk pengambilan keputusan bisnis


yang menjadi kekuatan pendorong utama dalam mendapatkan
profitabilitas perusahaan.

1. Peserta diharapkan mampu menjelaskan konsep biaya produksi

2. Peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang fungsi produksi, biaya


jangka pendek dan jangka panjang, serta menggambarkan kurva produksi
dan biaya.

3. Peserta diharapkan mampu menentukan, menghitung dan membuat


grafik biaya total, biaya rata-rata, dan biaya marjinal.

4. Peserta diharapkan mampu menunjukkan hubungan antara biaya total


rata-rata jangka pendek dan jangka panjang serta menjelaskan
Economies Of Scale dan Diseconomies Of Scale

5. Peserta diharapkan mampu menjelaskan perilaku produsen melalui


isocost dan isoquant

6. Peserta diharapkan mampu menjelaskan tujuan bisnis yaitu menghitung


keuntungan maksimum dan menujukkan kondisi break even point, serta
mampu menerjemahkan ke dalam grafik.

1
THE ECONOMICS OF FIRMS |2

6 THE ECONOMICS OF FIRMS

6.1. Biaya Produksi


Biaya Produksi merupakan segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan
oleh perusahaan untuk membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan
mentah yang akan digunakan (sebagai input) untuk memproduksi barang
produksinya. Biaya produksi disebut juga dengan Biaya total (total cost).
Pendapatan Total (Total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh
penjual sebagai hasil penjualan produknya. Sedangkan selisih dari pendapatan
total dikurangi biaya total merupakan keuntungan (profit).
Keuntungan dapat dituliskan sebagai :
Profit = Total revenue – Total cost
Biaya kesempatan (opportunity cost) dari sesuatu mengacu pada semua hal
yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu itu. Biaya produksi
mencakup seluruh biaya kesempatan untuk membuat barang dan jasa.
6.1.1. Biaya eksplisit dan biaya implisit
Biaya produksi yang dikeluarkan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Biaya eksplisit adalah segala biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
membeli input dari pemasok, termasuk didalamnya adalah upah tenaga
kerja, membayar listrik, membayar bunga, asuransi, perlengkapan, gedung,
dan harga pembelian bahan mentah serta barang setengah jadi. Pembayaran
berupa uang.
2. Biaya implisit (biaya tersembunyi) merupakan taksiran pengeluaran
terhadap faktor-faktor produksi yang dimiliki perusahaan. Biaya implisit
tidak memerlukan pembayaran secara tunai. Biaya implisit meliputi gaji
tertinggi yang dapat diperoleh oleh si pengusaha apabila bekerja di tempat
alternatif terbaiknya (misalkan mengelola perusahaan lain), dan pendapatan
tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari menginvestasikan modalnya
dalam alternatif lain yang paling mcnguntungkan atau menyewakan tanah
dan bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi (dibandingkan
dengan menggunakan sendiri)
6.1.2. Biaya Modal sebagai Biaya kesempatan
Biaya modal merupakan biaya kesempatan. Biaya implisit yang penting pada
hampir semua bisnis adalah merupakan biaya kesempatan dari modal finansial
yang diinvestasikan pada bisnis tersebut. Sebagai contoh, seseorang
menggunakan uang tabungannya untuk membeli pabrik sebesar 800 juta rupiah.
THE ECONOMICS OF FIRMS |3

Namun jika ia mendepositokan uangnya akan mendapatkan bunga 5 persen per


tahun. Jika uangnya untuk membeli pabrik, maka ia kehilangan 40 juta rupiah
dari pendapatan bunganya setiap tahun. Pendapatan yang hilang ini merupakan
biaya kesempatan implisit.
Terdapat perbedaan antara ahli ekonomi dengan akuntan dalam menyikapi biaya
modal ini. Ahli ekonomi memandang 40 juta rupiah merupakan pendapatan
yang hilang setiap tahunnya sebagai biaya implisit. Namun Akuntan tidak
memandang sebagai biaya, karena tidak ada uang yang dikeluarkan dari bisnis
tersebut untuk membayar jumlah tersebut.
6.1.3. Keuntungan Ekonomis dan Keuntungan Akuntansi
Keuntungan ekonomis merupakan pendapatan total dikurangi biaya total
termasuk biaya eksplisit dan implisit. Sedangkan keuntungan akuntansi
merupakan pendapatan total dikurangi biaya eksplisit total.
6.2. Produksi dan Biaya
6.2.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi (production function) menggambarkan hubungan antara jumlah
input dan jumlah output. Dengan menggunakan dua macam input, secara
matematis fungsi produksi dirumuskan sebagai :
Q = f(K, L)
Dimana :
Q = tingkat produksi (output)
K; L = input kapital, tenaga kerja
6.2.2. Biaya Jangka pendek dan jangka panjang
Perbedaan antara biaya jangka pendek dan jangka panjang bukanlah ditentukan
oleh waktu, tetapi ditentukan pada fungsi produksi.
- Biaya jangka pendek adalah biaya yang menunjukkan sebagian faktor
produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Salah satu faktor produksi bersifat
tetap, yang lain berubah.
- Biaya jangka panjang adalah biaya yang menunjukkan semua faktor produksi
dapat mengalami perubahan. Semua faktor produksi bersifat berubah.
6.2.3. Kurva produksi dan biaya
Untuk menggambarkan fungsi produksi dan biaya digunakan daftar produksi
seperti tertera pada Tabel 6.1 yang menunjukkan daftar produksi pizza yang
dihasilkan oleh pekerja dengan jumlah pekerja berbeda-beda.
THE ECONOMICS OF FIRMS |4

Tabel 6.1. Fungsi produksi dan total cost

Dari tabel 6.1 dapat dilihat tentang marginal product dari tenaga kerja menurun.

.(a) (b)

Gambar 6.1. Kurva fungsi produksi dan kurva total cost


Berdasarkan data tersebut dapat dibuat kurva fungsi produksi dan kurva biaya
total seperti digambarkan pada Gambar 6.1.
Berdasarkan fungsi produksi dapat diketahui hubungan antara Produksi Total
(Q), Produksi Marginal (MP) dan Produksi Rata-rata (AP).
- Produksi Total merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses
produksi. Pada umumnya Produksi Total dilambangkan dengan Q (Quantity).
- Marginal Product (MP) menunjukkan perubahan produksi yang diakibatkan
oleh perubahan penggunaan satu satuan faktor produksi variabel. Pada kasus
ini faktor produksi yang berubah adalah tenaga kerja, maka Marginal
Product nya dikenal dengan Marginal Product of Labor (MPL). MPL
menunjukkan perubahan Q yang dihasilkan dari setiap perubahan pemakaian
L. Jika penyebab dari timbulnya Marginal Product adalah perubahan kapital
maka Marginal Product nya disebut Marginal Product of Capital (MPK).
Jika L adalah perubahan tenaga kerja dan Q adalah perubahan produksi
total, maka Marginal Product of Labor (MPL) dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus :
MPL = Q/L
THE ECONOMICS OF FIRMS |5

Pada saat jumlah tenaga kerja meningkat, jumlah produk marjinal menurun.
Ciri inilah yang disebut penurunan produk marginal (diminishing marginal
product).
- Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang
dihasilkan oleh setiap penggunaan faktor produksi variabel. Jika L
menunjukkan Jumlah tenaga kerja yang digunakan, maka Average Product
nya disebut dengan Average Product of Labor (APL). APL menunjukkan
jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja, yang dituliskan sebagai :
APL = Q/L
Biaya total pada kolom terakhir Tabel 6.1 merupakan penjumlahan dari biaya
pabrik dan biaya pekerja. Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 6.2.
Dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan, kurva biaya total
semakin curam karena terjadinya penurunan produk marjinal.
6.2.4. Dari fungsi produksi ke kurva biaya
Tiga kolom terakhir dari Tabel 6.1 menunjukkan kaitan antara jumlah pekerja
dengan jumlah barang yang diproduksi dan biaya total produksi suatu barang.
Biaya total dari input pada kolom terakhir merupakan penjumlahan dari biaya
pabrik dan biaya pekerja. Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 6.1.
Dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan, kurva biaya total
semakin curam karena terjadinya penurunan produk marjinal.
6.3. Berbagai ukuran biaya
Biaya produksi dalam penjelasan di sini merupakan biaya jangak pendek. Tabel
6.2. menjelaskan berbagai ukuran biaya jangka pendek.
Tabel 6.2. Berbagai ukuran biaya
THE ECONOMICS OF FIRMS |6

Gambar 6.2. Kurva biaya total, biaya marjinal dan biaya rata-rata
6.3.1. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya Tetap (Fixed Cost = FC) adalah biaya yang tidak berubah berapapun
jumlah barang yang diproduksi. Misalnya : penyusutan, sewa gedung, dsb. Pada
Tabel 6.2, besarnya biaya tetap adalah $3.00.
Biaya Variabel (Variable Cost = VC) adalah biaya yang berubah menurut tinggi
rendahnya jumlah produksi. Misalnya : biaya bahan baku, upah, biaya angkut,
dsb.
Biaya Total (Total Cost = TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. TC merupakan penjumlahan biaya tetap total dan biaya
variabel total.
6.3.2. Biaya rata-rata dan biaya marginal
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap yang
dikeluarkan untuk membuat satu satuan output. AFC diperoleh dari biaya tetap
dibagi jumlah produksi. Karena TFC konstan, maka nilai AFC akan semakin
kecil jika produk yang dihasilkan semakin bertambah.
TFC
AFC =
Q

Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost = AVC) adalah rata-rata biaya
variabel yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AVC diperoleh
dari membagi biaya variabel total dengan jumlah produk.
TVC
AVC =
Q

Biaya Total Rata-rata (Average Cost = AC) adalah besarnya biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AC diperoleh dengan membagi
biaya total dengan jumlah produk.
TC
AC =
Q
THE ECONOMICS OF FIRMS |7

Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) menunjukkan perubahan pada biaya


total sebagai akibat perubahan jumlah output sebanyak satu satuan, sehingga
dapat dituliskan sebagai :
TC
MC =
Q

6.3.3. Bentuk kurva biaya


Kurva-kurva biaya yang umum pada kebanyakan perusahaan akan berbentuk
seperti Gambar 6.2, yang menunjukkan penurunan produk marginal tidak
langsung muncul segera setelah pekerja pertama dipekerjakan. Hal ini
tergantung pada proses produksinya, pekerja kedua atau ketiga mungkin
memiliki produk marginal yang lebih tinggi dari pekerja pertama karena dengan
bersama-sama pekerjaan dapat menjadi lebih produktif. Perusahaan seperti ini
akan lebih dulu mengalami kenaikan produk marginal sementara waktu sebelum
mengalami penurunan produk marginal.
6.3.4. Hubungan antara biaya marginal dan biaya total rata-rata
Ada beberapa hubungan yang perlu diperhatikan :
a. AVC adalah minimum bila garis singgung kurva TVC melalui titik origin.
 ( AVC )
AVC minimum bila = 0 atau pada saat MC = AVC
Q

b. ATC adalah minimum bila garis singgung TC melalui titik origin.


 ( ATC )
ATC minimum bila = 0 atau pada saat MC = ATC
Q

c. AVC dan ATC adalah minimum bila keduanya memotong MC.


Dari contoh perhitungan pada Tabel 6.2 menunjukkan bahwa :
a. apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti jika kurva MC di
bawah kurva AVC, maka kurva AVC sedang menurun)
b. Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti jika
kurva MC di atas AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (a) dan (b) maka kurva AVC
dipotong oleh kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang
sama dapat dibuktikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik
terendah kurva AC.
6.4. Biaya jangka pendek dan jangka panjang
6.4.1. Hubungan antara biaya total rata-rata jangka pendek dan jangka panjang
Dalam jangka panjang semua input adalah variabel, sehingga hanya terdapat
satu kurva biaya total yang disebut dengan biaya total jangka panjang (Long-run
Total Cost = LTC). Untuk biaya rata-rata nya juga ada satu, yaitu biaya rata-rata
jangka panjang (Long-run Average Cost = LAC).
Kurva LAC didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata
minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu
merubah kapasitas produksinya. Kurva LAC dibentuk oleh kurva AC yang tak
terhingga banyaknya. Kurva LAC merupakan kurva yang menyinggung kurva
THE ECONOMICS OF FIRMS |8

AC. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling


optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai
pengusaha dalam jangka panjang. Kurva LAC dapat dilihat pada Gambar 6.3.

Gambar 6.3 Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang


Apakah jika kurva LAC yang pada umumnya tidak menyinggung pada kurva-
kurva SAC pada bagian SAC terendah akan bertentangan dengan pernyataan
bahwa titik persinggungan di antara LAC dan SAC menunjukkan biaya yang
paling minimum untuk memproduksi sejumlah produksi tertentu? Jawabannya
adalah sama sekali tidak. Di dalam jangka panjang, titik terendah dari suatu
SAC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk memproduksi
pada satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (SAC lain) yang
dapat meminimumkan biaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan
kurva SAC1 dan SAC2. Titik A1 adalah titik terendah pada SAC1. Dengan
demikian dalam jangka pendek, produksi sebesar Qa dapat diproduksi dengan
biaya yang lebih rendah dari titik manapun pada SAC1. Tetapi dalam jangka
panjang biaya tersebut belum yang paling minimum, karena jika kapasitas
produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar Qa dapat diproduksi
dengan biaya yang lebih rendah lagi, yaitu seperti yang ditunjukkan oleh titik A
pada SAC2. Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LAC
menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang.
6.4.2. Economies Of Scale Dan Diseconomies Of Scale
Kurva AC dan LAC bentuknya hampir sama, yaitu sama-sama berbentuk U,
tetapi dengan alasan yang berbeda. Dalam jangka pendek kurva AC disebabkan
oleh the law of diminishing marginal return. Dalam jangka panjang bentuk U
dari kurva LAC ditentukan oleh returns to scale, yaitu perubahan output yang
disebabkan oleh perubahan pemakaian seluruh input dalam proporsi yang sama.
Pada teori produksi telah dijelaskan bahwa increasing returns to scale terjadi
pada saat tingkat output rendah, sementara decreasing returns to scale biasanya
terjadi pada saat tingkat output tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kurva LAC
berbentuk U.
Gambaran berikut akan dapat menjelaskan mengapa increasing returns to scale
berarti penurunan biaya rata-rata (a decreasing average cost). Misalkan satu unit
Modal dan enam unit tenaga kerja dapat menghasilkan tiga output. Dengan
increasing returns to scale, persentase kenaikan output lebih besar dari
THE ECONOMICS OF FIRMS |9

persentase kenaikan input. Jika input dinaikkan dua kali, maka output naik lebih
dari dua kali. Misalkan tenaga kerja yang dipakai adalah 12 unit dan modal 2
unit, akan dihasilkan 8 unit output. Pada saat output sebesar 3, jumlah modal
rata-rata per unit output adalah 0,33 dan rata-rata tenaga kerja per unit output
adalah 2. Pada tingkat output sebesar 8, jumlah modal rata-rata per unit output
turun menjadi 0,25 dan rata-rata tenaga kerja per unit outputnya adalah 0,67.
Jadi increasing returns to scale dapat diartikan pada tingkat output yang lebih
tinggi, rata-rata jumlah input per unit output yang diperlukan semakin kecil.
Dengan asumsi bahwa harga input adalah tetap, maka penurunan rata-rata
jumlah input yang diperlukan berarti juga penurunan biaya rata-rata per unit
output. Jadi increasing returns to scale berarti penurunan biaya rata-rata per unit
output.
Dengan alasan yang sama, constant returns to scale berarti biaya rata-rata
konstan, dan decreasing returns to scale berarti kenaikan biaya rata-rata.
Dengan demikian karena returns to scale meningkat pada awalnya, kemudian
menurun, maka biaya rata-rata jangka panjang akan turun pada awalnya
kemudian naik, dengan kata lain akan berbentuk U.
Di dalam ekonomi digunakan istilah economies of scale yang menunjukkan
kondisi dimana perusahaan dapat meningkatkan outputnya dengan proporsi
yang lebih besar daripada proporsi kenaikan biaya inputnya. Pada kurva LAC
keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva LAC yang semakin menurun apabila
produksi bertambah. Dalam Gambar 6.3 keadaan ini berlaku di antara produksi
sebesar 0 sampai Qb. Sebaliknya diseconomies of scale terjadi jika proporsi
kenaikan output lebih kecil daripada proporsi kenaikan biaya inputnya.
Keadaan ini diperlihatkan oleh kegiatan produksi yang menurun efisiensinya.
Pada kurva LAC dalam Gambar 6.3 kondisi ini ditunjukkan pada bagian kurva
LAC yang semakin bertambah tinggi, yaitu setelah produksi melebihi Qb. Oleh
karen itu increasing returns to scale juga berarti economies of scale sedangkan
decreasing returns to scale juga berarti diseconomies of scale. Diseconomies of
scale terutama diakibatkan oleh organisasi perusahaan yang sudah semakin
sangat besar, sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengaturnya dan
memimpinnya.
6.5. Isoquant dan isocost
Layaknya seperti konsumen yang perilakunya memiliki acuan dalam melakukan
aktivitas perekonomiannya yakni hukum Gossen. Begitu juga produsen
memiliki sebuah perilaku yang harus memiliki acuan, dalam ilmu ekonomi ada
dua acuan dalam perilaku produsen yakni kurva isoquant dan isocost. Kurva
Isocost analog dengan kurva indiferen dan kurva isocost analog dengan kurva
budget line pada perilaku konsumen.
6.5.1. Isoquant
Isoquant merupakan salah satu kurva dalam perilaku produsen yang
menunjukkan kombinasi antara dua faktor produksi yang menghasilkan jumlah
produk yang sama. Dalam dunia perekonomian atau dalam suatu perusahaan
pasti ada banyak faktor produksi yang ada dan di sini kurva isoquant berusaha
mencari kombinasi antar dua faktor produksi diantara banyak faktor untuk
menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dalam jumlah yang sama. Kurva
isoquant juga disebut dengan kurva produksi sama.
Kurva isoquant memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
THE ECONOMICS OF FIRMS | 10

1. Memiliki kemiringan negatif


2. Jumlah output atau hasil produk ditunjukkan dengan garis kurva yang
semakin ke kanan.
3. Antara garis isoquant satu dan yang lainnya tidak pernah mengalami
perpotongan.
4. Arah kurva isoquant cembung menuju titik origin atau titik asal.
Contoh sederhana dari kombinasi antara dua faktor produksi adalah kombinasi
antara tenaga kerja dan modal.
Misalkan seorang pengusaha pizza ingin memproduksi pizza sebanyak 600 unit.
Untuk memproduksi pizza, ia menggunakan tenaga kerja dan modal yang
penggunaannya dapat dipertukarkan. Untuk tingkat output Q = 600, 4 unit mesin
dan 1 unit tenaga kerja dapat menghasilkan 600 pizza atau dengan kombinasi 2
unit mesin dan 2 unit tenaga kerja. Untuk produksi 900 pizza digunakan 5 unit
mesin dan 5 unit tenaga kerja; atau kombinasi 2 unit mesin dan 10 unit tenaga
kerja juga bisa menghasilkan 900 pizza. Kombinasi serupa juga dilakukan untuk
jika produksi pizza sebesar 750 pizza, dan 1050 pizza. Gambar 6.4(a)
menunjukkan kurva isoquant dari produksi pizza yang berhubungan dengan
kombinasi tenaga kerja dan modal (mesin) diberbagai tingkat produksi.

(a) (b)
Gambar 6.4. Isoquant
Gambar 6.4(b) merupakan kurva isoquant secara umum. Berdasarkan gambar
6.4 dapat dikatakan bahwa makin ke kanan suatu isoquant, maka makin tinggi
jumlah yang dapat diproduksi. Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to
origin) sehingga slope antara satu titik ke titik lain tidaklah sama. Slope isoquant
dinamakan Marginal Rate of Technical Substitution (MTRS) yang menunjukkan
secara teknis berapa modal dan tenaga kerja dapat saling diubah untuk
menghasilkan output yang sama. MTRS dapat dituliskan sebagai :
Q
K L ; K  K  K ; atau MTRS = MPL
MTRS = =
L Q
1 2 3
MPK
K
6.5.2. Isocost
Isocost adalah sebuah kurva yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi
dengan biaya yang sama. Inilah yang membedakan antara isoquant dan isocost.
Jika isoquant yang sama adalah jumlah output yang sama namun dalam isocost
yang dibahas adalah biaya yang sama. Kurva isocost ini memiliki fungsi yang
THE ECONOMICS OF FIRMS | 11

hampir sama dengan dengan garis anggaran yang dimiliki oleh perilaku
konsumen.
Persamaan isocost : C = wL + rK
Dimana C = biaya ; w = harga tenaga kerja; r = harga sewa modal ; L = tenaga
kerja dan K = Modal.
Kemiringan isocost merupakan hasil rasio negatif antara upah dibagai dengan
biaya sewa. Garis isocost ini akan dikombinasikan dengan garis isoquant dalam
uoaya mencari dan menentukan titik produksi yang optimal (pada tingkat output
tertentu).
Contoh :
Tabel 6.3 menunjukkan kombinasi faktor modal dan tenaga kerja dengan
persamaan K = 7.5 – 0.5L. dan Gambar 6.5 merupakan kurva isocost
berdasarkan tabel 6.3.
Tabel 6.3. Kombinasi Faktor modal dan tenaga kerja

Gambar 6.5. Isocost


6.5.3. Keseimbangan produsen
Keseimbangan produksi terjadi pada saat isoquant = isocost yaitu ditunjukkan
dengan slope isoquant = slope isocost yang dapay dinyatakan sebagai :

Keseimbangan produsen dapat dijelaskan melalui Gambar 4.5.


THE ECONOMICS OF FIRMS | 12

Gambar 6.5. Keseimbangan produsen


6.6. Tujuan bisnis
6.6.1. Keuntungan maksimum
Rumus keuntungan,  = Total Revenue – Total Cost
Ada beberapa konsep revenue yang penting untuk analisis perilaku produsen.
a. Total Revenue adalah penerimaan perusahaan (produsen) dari hasil
penjualan outputnya. Atau TR = PQ x Q.
b. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue = AR)
Yaitu besarnya penerimaan produsen per unit output yang ia jual.
AR = TR/Q = Q.PQ/Q = PQ
Jadi AR merupakan harga jual output per unit = PQ.
c. Penerimaan marginal (Marginal Revenue = MR)
Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit
output.
MR = TR/Q
Hubungan antara TR, AR dan MR dapat dijelaskan melalui tabel 6.4. Data
pada Tabel 6.4. merupakan gambaran pada pasar persaingan sempurna,
dimana faktor harga besarannya sama di setiap jumlah produknya.

Tabel 6.4. TR, AR dan MR pada pasar persaingan sempurna


THE ECONOMICS OF FIRMS | 13

Biaya Marginal memegang peranan yang sangat penting bagi seorang produsen
untuk menentukan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Kita tahu bahwa
tujuan setiap produsen adalah memaksimumkan keuntungannya. Bila produsen
telah mencapai posisi keuntungan maksimum maka dapat dikatakan ia telah
berada pada posisi equilibrium atau keseimbangan. Pada tingkat produksi yang
manakah keuntungan maksimum dicapai ? Ada dua cara yang dapat digunakan
untuk menentukannya, yaitu :
a. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan di antara hasil
penjualan total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. Jadi
keuntungan total adalah (TR – TC) yang maksimum.
b. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal
= biaya marginal.
Untuk menjelaskan dapat digunakan data pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5. Hubungan TR, MR, TC, AC, MC untuk mendapatkan Keuntungan Maksimum

MR > MC

MR = MC

MR< MC

Berdasarkan data pada Tabel 6.5. dapat ditunjukkan keuntungan maksimum


melalui Gambar 6.6.

Gambar 6.6. Keuntungan Maksimum


Hal-hal yang bisa disimpulkan dari Tabel 6.5 dan Gambar 6.6 adalah :
a. Keuntungan total (TR-TC) yang maksimum adalah dimana jarak vertikal
antara kurva TR dan kurva TC adalah paling lebar. Posisi ini adalah dimana
slope dari garis singgung TR sama dengan slope dari garis singgung TC
b. Slope dari garis singgung TR adalah TR/Q, yang tidak lain adalah MR.
Sedangkan slope dari garis singgung TC adalah TC/Q, yang tidak lain
THE ECONOMICS OF FIRMS | 14

adalah MC. Jadi posisi Q yang menghasilkan keuntungan maksimum adalah


dimana MR = MC atau kurva MR berpotongan dengan kurva MC.
c. Posisi TR yang maksimum tidak berarti posisi keuntungan maksimum.
Demikian pula posisi AC minimum bukan berarti posisi keuntungan yang
maksimum.
Contoh Kasus :
Diketahui invers dari fungsi permintaan adalah P = 230 – Q dan fungsi biaya,
TC = 40 + Q2
Maka keuntungan maksimum adalah :
TR = P x Q → TR = (230 – Q) x Q
TR = 230Q – Q2
MR = 230 – 2Q sedangkan MC = 2Q
Keuntungan maksimum : MR = MC, jadi :
230 – 2Q = 2Q → 4Q = 230 → Q = 57.5
6.6.2. Analisis impas (Break even)
Break Even merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam
operasionalnya tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian.
Dengan kata lain, antara pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama,
sehingga labanya adalah nol. Atau dapat dituliskan TR = TC. Kondisi break
even dapat dijelaskan melalui Gambar 6.7.

Gambar 6.7. Break even


Pada tingkat output di atas QBE, misalnya Q1, TR perusahaan, yang ditunjukkan
oleh R2, lebih besar daripada TC-nya, ditunjukkan oleh C2 dan sebagai hasilnya
ia membuat keuntungan pada output ini. Jumlah keuntungan yang dihasilkan
pada output Q1 diwakili oleh segitiga berarsir B.
Jika perusahaan beroperasi di Q1 maka bisa mengalami penurunan penjualan
dan masih menghasilkan laba asalkan penjualan tidak jatuh di bawah titik impas
output QBE. Jarak antara output impas dan produksi pada Gambar 6.7 di mana
TR lebih besar dari TC disebut margin of safety.
THE ECONOMICS OF FIRMS | 15

KESIMPULAN
TUJUAN 1 : menjelaskan konsep biaya produksi. Biaya Produksi merupakan
segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk
membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan mentah yang akan
digunakan (sebagai input) untuk memproduksi barang produksinya. Biaya
produksi dibedakan menjadi biaya eksplisit dan implisit.
TUJUAN 2 : menjelaskan tentang fungsi produksi, biaya jangka pendek dan
jangka panjang, serta menggambarkan kurva produksi dan biaya. Fungsi
produksi menggambarkan hubungan antara jumlah input dan jumlah output.
Perbedaan antara biaya jangka pendek dan jangka panjang bukanlah ditentukan
oleh waktu, tetapi ditentukan pada fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi
dapat diketahui hubungan antara Produksi Total (Q), Produksi Marginal (MP)
dan Produksi Rata-rata (AP).
TUJUAN 3 : menghitung dan membuat grafik biaya. Berdasarkan data produksi
dan biaya dapat digunakan untuk menghitung biaya total, biaya marginal dan
biaya rata-rata yang dapat digambarkan pada grafik biaya. Biaya Tetap (Fixed
Cost = FC) adalah biaya yang tidak berubah berapapun jumlah barang yang
diproduksi. Sedangkan biaya Variabel (Variable Cost = VC) adalah biaya yang
berubah menurut tinggi rendahnya jumlah produksi. Biaya Total (Total Cost =
TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output. TC
merupakan penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total. Biaya Tetap
Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap yang dikeluarkan
untuk membuat satu satuan output. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable
Cost = AVC) adalah rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan untuk membuat
satu satuan produk. Biaya Total Rata-rata (Average Cost = AC) adalah besarnya
biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. Biaya
Marginal (Marginal Cost = MC) menunjukkan perubahan pada biaya total
sebagai akibat perubahan jumlah output sebanyak satu satuan.
TUJUAN 4 : menunjukkan hubungan antara biaya total rata-rata jangka pendek
dan jangka panjang serta menjelaskan Economies Of Scale dan Diseconomies Of
Scale. Dalam jangka panjang semua input adalah variabel, sehingga hanya
terdapat satu kurva biaya total yang disebut dengan biaya total jangka panjang
(Long-run Total Cost = LTC). Untuk biaya rata-rata nya juga ada satu, yaitu
biaya rata-rata jangka panjang (Long-run Average Cost = LAC). Economies of
scale yang menunjukkan kondisi dimana perusahaan dapat meningkatkan
outputnya dengan proporsi yang lebih besar daripada proporsi kenaikan biaya
inputnya (increasing returns to scale). Diseconomies of scale terutama
diakibatkan oleh organisasi perusahaan yang sudah semakin sangat besar,
sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengaturnya dan memimpinnya
(decreasing returns to scale).
TUJUAN 5 : menjelaskan perilaku produsen melalui isocost dan isoquant.
Dalam perilaku konsumen melakukan aktivitas perekonomiannya menggunakan
hukum Gossen. Begitu juga produsen memiliki sebuah perilaku yang harus
memiliki acuan, yakni kurva isoquant dan isocost. Kurva Isocost analog dengan
kurva indiferen dan kurva isocost analog dengan kurva budget line pada perilaku
konsumen.
THE ECONOMICS OF FIRMS | 16

TUJUAN 6 : menjelaskan tujuan bisnis yaitu menghitung keuntungan


maksimum dan menunjukkan kondisi break even point, serta mampu
menerjemahkan ke dalam grafik. Keuntungan maksimum terjadi di mana MR =
MC atau kurva MR berpotongan dengan kurva MC. Sedangkan kondisi break
even point terjadi pada saat TR=TC atau disebut dengan titik impas.

REFERENSI
N. Gregory Mankiw, Mark P. Taylor, Andrew Ashwin. (2019). Business Economics, 3 Edition, Cengage Learning.
United Kingdom. ISBN : 9781473762770. Chapter 9,10

Anda mungkin juga menyukai