Anda di halaman 1dari 23

LECTURE NOTES

Business Economics

Week 4

Firm Behaviour
LEARNING OUTCOMES

LO.2. Menerapkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan memberikan contoh berbagai
struktur pasar.

OUTLINE MATERI:

- The production function


- The cost of Production
- The Various Measures Of Cost
- Costs In The Short Run and The Long Run
- Isoquants And Isocosts
- Business Goal

Business Economics – R1
ISI MATERI

4.1. The Production Function


4.1.1. Fungsi Produksi
Fungsi produksi (production function) menggambarkan hubungan antara jumlah input
dan jumlah output. Dengan menggunakan dua macam input, secara matematis fungsi produksi
dirumuskan sebagai:
Q = f (K, L)
Dimana:
Q = tingkat produksi (output)
K; L = input kapital, tenaga kerja
4.1.2. Biaya Jangka pendek dan jangka panjang

Perbedaan antara biaya jangka pendek dan jangka panjang bukanlah ditentukan oleh
aspek waktu, melainkan tergantung pada karakteristik fungsi produksi.

- Biaya jangka pendek adalah biaya yang menunjukkan sebagian faktor produksi tidak
dapat ditambah jumlahnya. Salah satu faktor produksi bersifat tetap, yang lain
berubah.
- Biaya jangka panjang adalah biaya yang menunjukkan semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan. Semua faktor produksi bersifat berubah.

4.1.3. Kurva produksi dan biaya


Untuk menjelaskan fungsi produksi dan biaya, digunakan catatan produksi seperti yang
tercantum dalam Tabel 4.1, yang menggambarkan produksi pizza oleh pekerja dalam jumlah
yang bervariasi. Dari tabel 4.1 dapat dilihat tentang marginal product dari tenaga kerja
menurun.

Tabel 4.1. Fungsi produksi dan total cost

Business Economics – R1
Gambar 4.1. Kurva fungsi produksi dan kurva total cost

Dengan menggunakan data tersebut, kurva fungsi produksi dan kurva biaya total dapat
dirancang, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.1. Melalui fungsi produksi, kita dapat
memahami hubungan antara Produksi Total (Q), Produksi Marginal (MP), dan Produksi
Rata-rata (AP).
- Produksi Total merupakan produksi total yang dihasilkan oleh suatu proses produksi.
Pada umumnya Produksi Total dilambangkan dengan Q (Quantity).
- Marginal Product (MP) menunjukkan perubahan produksi yang diakibatkan oleh
perubahan penggunaan satu satuan faktor produksi variabel. Pada kasus ini faktor produksi
yang berubah adalah tenaga kerja, maka Marginal Product nya dikenal dengan Marginal
Product of Labor (MPL). MPL menunjukkan perubahan Q yang dihasilkan dari setiap
perubahan pemakaian L. Jika penyebab dari timbulnya Marginal Product adalah perubahan
kapital maka Marginal Product nya disebut Marginal Product of Capital (MPK). Jika L
adalah perubahan tenaga kerja dan Q adalah perubahan produksi total, maka Marginal
Product of Labor (MPL) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
MPL = Q/L

Pada saat jumlah tenaga kerja meningkat, jumlah produk marjinal menurun. Ciri inilah yang
disebut penurunan produk marginal (diminishing marginal product).

Business Economics – R1
- Average Product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata produksi yang dihasilkan oleh
setiap penggunaan faktor produksi variabel. Jika L menunjukkan Jumlah tenaga kerja
yang digunakan, maka Average Product nya disebut dengan Average Product of Labor
(APL). APL menunjukkan jumlah output yang dihasilkan per tenaga kerja, yang dituliskan
sebagai: APL = Q/L

Biaya total pada kolom terakhir Tabel 4.1 merupakan penjumlahan dari biaya pabrik dan
biaya pekerja. Kurva biaya total dapat dilihat pada Gambar 4.2. Dengan meningkatnyajumlah
produksi yang dihasilkan, kurva biaya total semakin curam karena terjadinya penurunan
produk marjinal.

4.1.4. Dari fungsi produksi ke kurva biaya


Tiga kolom terakhir dari Tabel 4.1 menunjukkan kaitan antara jumlah pekerja dengan
jumlah barang yang diproduksi dan biaya total produksi suatu barang. Biaya total dari input
pada kolom terakhir merupakan penjumlahan dari biaya pabrik dan biaya pekerja. Kurva biaya
total dapat dilihat pada Gambar 4.1. Dengan meningkatnya jumlah produksi yang dihasilkan,
kurva biaya total semakin curam karena terjadinya penurunan produk marjinal.

4.2. The Cost of Production


Biaya Produksi merupakan segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan mentah yang akan
digunakan (sebagai input) untuk memproduksi barang produksinya. Biaya produksi disebut
juga dengan Biaya total (total cost).
Pendapatan Total (Total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual
sebagai hasil penjualan produknya. Sedangkan selisih dari pendapatan total dikurangi biaya
total merupakan keuntungan (profit).
Keuntungan dapat dituliskan sebagai:
Profit = Total revenue – Total cost

Biaya sebagai biaya kesempatan

Ingat bahwa biaya kesempatan (opportunity cost) dari sesuatu mengacu pada semua hal
yang harus dikorbankan untuk mendapatkan sesuatu itu. Biaya produksi mencakup seluruh
biaya kesempatan untuk membuat barang dan jasa.

Business Economics – R1
4.2.1. Biaya eksplisit dan biaya implisit

Biaya produksi yang dikeluarkan ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Biaya eksplisit adalah segala biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeliinput
dari pemasok, termasuk didalamnya adalah upah tenaga kerja, membayar listrik,
membayar bunga, asuransi, perlengkapan, gedung, dan harga pembelian bahan mentah
serta barang setengah jadi. Pembayaran berupa uang.
2. Biaya implisit (biaya tersembunyi) merupakan taksiran pengeluaran terhadap faktor-
faktor produksi yang dimiliki perusahaan. Biaya implisit tidak memerlukan
pembayaran secara tunai. Biaya implisit meliputi gaji tertinggi yang dapat diperoleh
oleh si pengusaha apabila bekerja di tempat alternatif terbaiknya (misalkan mengelola
perusahaan lain), dan pendapatan tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari
menginvestasikan modalnya dalam alternatif lain yang paling mcnguntungkan atau
menyewakan tanah dan bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi
(dibandingkan dengan menggunakan sendiri).

4.2.2. Biaya Modal sebagai Biaya kesempatan


Biaya modal merupakan biaya kesempatan. Biaya implisit yang penting pada hampir
semua bisnis adalah merupakan biaya kesempatan dari modal finansial yang diinvestasikan
pada bisnis tersebut. Sebagai contoh, seseorang menggunakan uang tabungannya untuk
membeli pabrik sebesar 800 juta rupiah. Namun jika ia mendepositokan uangnya akan
mendapatkan bunga 5 persen per tahun. Jika uangnya untuk membeli pabrik, maka ia
kehilangan 40 juta rupiah dari pendapatan bunganya setiap tahun. Pendapatan yang hilang ini
merupakan biaya kesempatan implisit.
Terdapat perbedaan antara ahli ekonomi dengan akuntan dalam menyikapi biayamodal
ini. Ahli ekonomi memandang 40 juta rupiah merupakan pendapatan yang hilang setiap
tahunnya sebagai biaya implisit. Namun Akuntan tidak memandang sebagai biaya, karena tidak
ada uang yang dikeluarkan dari bisnis tersebut untuk membayar jumlah tersebut.

4.2.3. Keuntungan Ekonomis dan Keuntungan Akuntansi


Keuntungan ekonomis merupakan pendapatan total dikurangi biaya total termasuk
biaya eksplisit dan implisit. Sedangkan keuntungan akuntansi merupakan pendapatan total
dikurangi biaya eksplisit total.

Business Economics – R1
Biaya produksi dalam penjelasan di sini merupakan biaya jangak pendek. Tabel 4.2.
menjelaskan berbagai ukuran biaya jangka pendek.

Tabel 4.2. Berbagai ukuran biaya

Gambar 4.2. Kurva biaya total, biaya marjinal dan biaya rata-rata

Business Economics – R1
4.2.4. Biaya Tetap dan Biaya Variabel
Biaya Tetap (Fixed Cost = FC) adalah biaya yang tidak berubah berapapun jumlah barang
yang diproduksi. Misalnya: penyusutan, sewa gedung, dsb. Pada Tabel 4.2, besarnya biaya
tetap adalah $3.00.
Biaya Variabel (Variable Cost = VC) adalah biaya yang berubah menurut tinggi rendahnya
jumlah produksi. Misalnya: biaya bahan baku, upah, biaya angkut, dsb.
Biaya Total (Total Cost = TC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output. TC merupakan penjumlahan biaya tetap total dan biaya variabel total.

4.2.5. Biaya rata-rata dan biaya marginal


Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC) adalah biaya tetap yang dikeluarkan
untuk membuat satu satuan output. AFC diperoleh dari biaya tetap dibagi jumlah produksi.
Karena TFC konstan, maka nilai AFC akan semakin kecil jika produk yang dihasilkansemakin
bertambah.
TFC
AFC =
Q
Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost = AVC) adalah rata-rata biaya variabel
yang dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AVC diperoleh dari membagi biaya
variabel total dengan jumlah produk.
TVC
AVC =
Q
Biaya Total Rata-rata (Average Cost = AC) adalah besarnya biaya rata-rata yang
dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk. AC diperoleh dengan membagi biaya total
dengan jumlah produk.
TC
AC =
Q
Biaya Marginal (Marginal Cost = MC) menunjukkan perubahan pada biaya total sebagai
akibat perubahan jumlah output sebanyak satu satuan, sehingga dapat dituliskan sebagai:
TC
MC =
Q

Business Economics – R1
4.2.6. Bentuk kurva biaya
Kurva-kurva biaya yang umum pada kebanyakan perusahaan akan berbentuk seperti
Gambar 4.2, yang menunjukkan penurunan produk marginal tidak langsung muncul segera
setelah pekerja pertama dipekerjakan. Hal ini tergantung pada proses produksinya, pekerja
kedua atau ketiga mungkin memiliki produk marginal yang lebih tinggi dari pekerja pertama
karena dengan bersama-sama pekerjaan dapat menjadi lebih produktif. Perusahaan seperti ini
akan lebih dulu mengalami kenaikan produk marginal sementara waktu sebelum mengalami
penurunan produk marginal

Business Economics – R1
4.2.7. Hubungan antara biaya marginal dan biaya total rata-rata
Ada beberapa hubungan yang perlu diperhatikan:
a. AVC adalah minimum bila garis singgung kurva TVC melalui titik origin.
( AVC)
AVC minimum bila = 0 atau pada saat MC = AVC
Q

b. ATC adalah minimum bila garis singgung TC melalui titik origin.


( ATC)
ATC minimum bila = 0 atau pada saat MC = ATC
Q

Business Economics – R1
c. AVC dan ATC adalah minimum bila keduanya memotong MC.

Dari contoh perhitungan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa:


a. apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti jika kurva MC di bawah kurva
AVC, maka kurva AVC sedang menurun)
b. Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti jika kurva MC di atas
AVC maka kurva AVC sedang menaik).
Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (a) dan (b) maka kurva AVC dipotong oleh
kurva MC di titik terendah dari kurva AVC. Dengan cara yang sama dapat dibuktikan bahwa
kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah kurva AC.

4.2.8. Hubungan antara biaya total rata-rata jangka pendek dan jangka panjang
Dalam jangka panjang semua input adalah variabel, sehingga hanya terdapat satu
kurva biaya total yang disebut dengan biaya total jangka panjang (Long-run Total Cost =
LTC). Untuk biaya rata-rata nya juga ada satu, yaitu biaya rata-rata jangka panjang (Long-
runAverage Cost = LAC).
Kurva LAC didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata minimum untuk
berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu merubah kapasitas produksinya.
Kurva LAC dibentuk oleh kurva AC yang tak terhingga banyaknya. Kurva LAC merupakan
kurva yang menyinggung kurva AC. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya
produksi yang paling optimum/minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai

Business Economics – R1
pengusaha dalam jangka panjang. Kurva LAC dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang

Apakah jika kurva LAC yang pada umumnya tidak menyinggung pada kurva-kurva SAC
pada bagian SAC terendah akan bertentangan dengan pernyataan bahwa titik persinggungan
di antara LAC dan SAC menunjukkan biaya yang paling minimum untuk memproduksi
sejumlah produksi tertentu? Jawabannya adalah sama sekali tidak. Di dalam jangka panjang,
titik terendah dari suatu SAC tidak menggambarkan biaya yang paling minimum untuk
memproduksi pada satu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi lain (SAC lain) yang
dapat meminimumkan biaya. Hal ini dapat dibuktikan dengan memperhatikan kurva SAC 1
dan SAC2. Titik A1 adalah titik terendah pada SAC1. Dengan demikian dalam jangka pendek,
produksi sebesar Qa dapat diproduksi dengan biaya yang lebih rendah dari titik manapun pada
SAC1. Tetapi dalam jangka panjang biaya tersebut belum yang paling minimum, karena jika
kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesar Qa dapat diproduksi
dengan biaya yang lebih rendah lagi, yaitu seperti yang ditunjukkan oleh titik A pada SAC2.
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa kurva LAC menggambarkan biaya minimum
perusahaan dalam jangka panjang.

Business Economics – R1
4.2.9. Economies Of Scale Dan Diseconomies Of Scale
Kurva AC dan LAC bentuknya hampir sama, yaitu sama-sama berbentuk U, tetapi
dengan alasan yang berbeda. Dalam jangka pendek kurva AC disebabkan oleh the law of
diminishing marginal return. Dalam jangka panjang bentuk U dari kurva LAC ditentukan
oleh returns to scale, yaitu perubahan output yang disebabkan oleh perubahan pemakaian
seluruh input dalam proporsi yang sama.
Pada teori produksi telah dijelaskan bahwa increasing returns to scale terjadi pada saat
tingkat output rendah, sementara decreasing returns to scale biasanya terjadi pada saattingkat
output tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kurva LAC berbentuk U.
Gambaran berikut akan dapat menjelaskan mengapa increasing returns to scale berarti
penurunan biaya rata-rata (a decreasing average cost). Misalkan satu unit Modal dan enam unit
tenaga kerja dapat menghasilkan tiga output. Dengan increasing returns to scale, persentase
kenaikan output lebih besar dari persentase kenaikan input. Jika input dinaikkan dua kali, maka
output naik lebih dari dua kali. Misalkan tenaga kerja yang dipakai adalah 12 unit dan modal 2
unit, akan dihasilkan 8 unit output. Pada saat output sebesar 3, jumlah modal rata-rata per unit
output adalah 0,33 dan rata-rata tenaga kerja per unit output adalah 2. Pada tingkat output
sebesar 8, jumlah modal rata-rata per unit output turun menjadi 0,25 dan rata-rata tenaga kerja
per unit outputnya adalah 0,67. Jadi increasing returns to scale dapat diartikan pada tingkat
output yang lebih tinggi, rata-rata jumlah input per unit output yang diperlukan semakin kecil.
Dengan asumsi bahwa harga input adalah tetap, maka penurunan rata-rata jumlah input yang
diperlukan berarti juga penurunan biaya rata-rata per unit output. Jadi increasing returns to
scale berarti penurunan biaya rata-rata per unit output.
Dengan alasan yang sama, constant returns to scale berarti biaya rata-rata konstan, dan
decreasing returns to scale berarti kenaikan biaya rata-rata. Dengan demikian karena returns
to scale meningkat pada awalnya, kemudian menurun, maka biaya rata-rata jangka panjang
akan turun pada awalnya kemudian naik, dengan kata lain akan berbentuk U.
Di dalam ekonomi digunakan istilah economies of scale yang menunjukkan kondisi
dimana perusahaan dapat meningkatkan outputnya dengan proporsi yang lebih besar daripada
proporsi kenaikan biaya inputnya. Pada kurva LAC keadaan ini ditunjukkan oleh bagian kurva
LAC yang semakin menurun apabila produksi bertambah. Dalam Gambar 4.3 keadaan ini
berlaku di antara produksi sebesar 0 sampai Qb. Sebaliknya diseconomies of scale terjadi

Business Economics – R1
jika proporsi kenaikan output lebih kecil daripada proporsi kenaikan biaya inputnya. Keadaan
ini diperlihatkan oleh kegiatan produksi yang menurun efisiensinya. Pada kurva LAC dalam
Gambar 4.3 kondisi ini ditunjukkan pada bagian kurva LAC yang semakin bertambah tinggi,
yaitu setelah produksi melebihi Qb. Oleh karen itu increasing returns to scale juga berarti
economies of scale sedangkan decreasing returns to scale juga berarti diseconomies of scale.
Diseconomies of scale terutama diakibatkan oleh organisasiperusahaan yang sudah semakin
sangat besar, sehingga menimbulkan kerumitan di dalam mengaturnya dan memimpinnya.

4.3. Isoquant dan isocost


Layaknya seperti konsumen yang perilakunya memiliki acuan dalam melakukan aktivitas
perekonomiannya yakni hukum Gossen. Begitu juga produsen memiliki sebuah perilaku yang
harus memiliki acuan, dalam ilmu ekonomi ada dua acuan dalam perilaku produsen yakni kurva
isoquant dan isocost. Kurva Isocost analog dengan kurva indiferen dan kurva isocost analog
dengan kurva budget line pada perilaku konsumen

4.3.1. Isoquant
Isoquant merupakan salah satu kurva dalam perilaku produsen yang menunjukkan
kombinasi antara dua faktor produksi yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Dalam
dunia perekonomian atau dalam suatu perusahaan pasti ada banyak faktor produksi yang ada
dan di sini kurva isoquant berusaha mencari kombinasi antar dua faktor produksi diantara
banyak faktor untuk menghasilkan sebuah produk yang berkualitas dalam jumlah yang sama.
Kurva isoquant juga disebut dengan kurva produksi sama.
Kurva isoquant memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kemiringan negatif
2. Jumlah output atau hasil produk ditunjukkan dengan garis kurva yang semakin ke kanan.
3. Antara garis isoquant satu dan yang lainnya tidak pernah mengalami perpotongan.
4. Arah kurva isoquant cembung menuju titik origin atau titik asal.
Contoh sederhana dari kombinasi antara dua faktor produksi adalah kombinasi antara
tenaga kerja dan modal.

Business Economics – R1
Misalkan seorang pengusaha pizza ingin memproduksi pizza sebanyak 600 unit. Untuk
memproduksi pizza, ia menggunakan tenaga kerja dan modal yang penggunaannya dapat
dipertukarkan. Untuk tingkat output Q = 600, 4 unit mesin dan 1 unit tenaga kerja dapat
menghasilkan 600 pizza atau dengan kombinasi 2 unit mesin dan 2 unit tenaga kerja. Untuk
produksi 900 pizza digunakan 5 unit mesin dan 5 unit tenaga kerja; atau kombinasi 2 unit mesin
dan 10 unit tenaga kerja juga bisa menghasilkan 900 pizza. Kombinasi serupa juga dilakukan
untuk jika produksi pizza sebesar 750 pizza, dan 1050 pizza. Gambar 4.4(a)menunjukkan kurva
isoquant dari produksi pizza yang berhubungan dengan kombinasi tenaga kerja dan modal
(mesin) diberbagai tingkat produksi.

(a) (b)
Gambar 4.4. Isoquant
Gambar 4.4(b) merupakan kurva isoquant secara umum. Berdasarkan gambar 4.4 dapat
dikatakan bahwa makin ke kanan suatu isoquant, maka makin tinggi jumlah yang dapat
diproduksi. Isoquant cembung terhadap titik asal (convex to origin) sehingga slope antara
satu titik ke titik lain tidaklah sama. Slope isoquant dinamakan Marginal Rate of Technical
Substitution (MTRS) yang menunjukkan secara teknis berapa modal dan tenaga kerja dapat
saling diubah untuk menghasilkan output yang sama. MTRS dapat dituliskan sebagai :

K Q
MTRS = = L ;K  K  K ; atau MTRS = MPL

L Q 1 2 3
MPK
K

Business Economics – R1
4.3.2. Isocost
Isocost adalah sebuah kurva yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi dengan
biaya yang sama. Inilah yang membedakan antara isoquant dan isocost. Jika isoquant yang
sama adalah jumlah output yang sama namun dalam isocost yang dibahas adalah biaya yang
sama. Kurva isocost ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan dengan garis anggaran yang
dimiliki oleh perilaku konsumen.
Persamaan isocost: C = wL + rK
Dimana C = biaya; w = harga tenaga kerja; r = harga sewa modal; L = tenaga kerja dan K =
Modal.
Kemiringan isocost merupakan hasil rasio negatif antara upah dibagai dengan biaya
sewa. Garis isocost ini akan dikombinasikan dengan garis isoquant dalam uoaya mencari dan
menentukan titik produksi yang optimal (pada tingkat output tertentu).
Contoh :
Tabel 4.3 menunjukkan kombinasi faktor modal dan tenaga kerja dengan persamaan K = 7.5
– 0.5L. dan Gambar 4.5 merupakan kurva isocost berdasarkan tabel 4.3.
Tabel 4.3. Kombinasi Faktor modal dan tenaga kerja

Gambar 4.5. Isocost


4.3.3. Keseimbangan produsen
Keseimbangan produksi terjadi pada saat isoquant = isocost yaitu ditunjukkan dengan slope
isoquant = slope isocost yang dapay dinyatakan sebagai:

Business Economics – R1
Keseimbangan produsen dapat dijelaskan melalui Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Keseimbangan produsen


4.4. Business Goals (Tujuan bisnis )
4.4.1. Keuntungan maksimum
Rumus keuntungan,  = Total Revenue – Total Cost
Ada beberapa konsep revenue yang penting untuk analisis perilaku produsen.
a. Total Revenue adalah penerimaan perusahaan (produsen) dari hasil penjualan outputnya.
Atau TR = PQ x Q.
b. Penerimaan Rata-rata (Average Revenue = AR)
Yaitu besarnya penerimaan produsen per unit output yang ia jual.
AR = TR/Q = Q.PQ/Q = PQ
Jadi AR merupakan harga jual output per unit = PQ.
c. Penerimaan marginal (Marginal Revenue = MR)
Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
MR = TR/Q
Hubungan antara TR, AR dan MR dapat dijelaskan melalui tabel 4.4. Data pada Tabel 4.4.
merupakan gambaran pada pasar persaingan sempurna, dimana faktor harga besarannya sama
di setiap jumlah produknya.

Business Economics – R1
Tabel 4.4. TR, AR dan MR pada pasar persaingan sempurna

Biaya Marginal memegang peranan yang sangat penting bagi seorang produsen untuk
menentukan jumlah produksi yang akan dihasilkan. Kita tahu bahwa tujuan setiap produsen
adalah memaksimumkan keuntungannya. Bila produsen telah mencapai posisi keuntungan
maksimum maka dapat dikatakan ia telah berada pada posisi equilibrium atau keseimbangan.
Pada tingkat produksi yang manakah keuntungan maksimum dicapai ? Ada dua cara yang dapat
digunakan untuk menentukannya, yaitu :
a. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana perbedaan di antara hasil penjualan
total dengan biaya total adalah yang paling maksimum. Jadi keuntungan total adalah
(TR – TC) yang maksimum.
b. Dengan memproduksi barang pada tingkat dimana hasil penjualan marginal = biaya
marginal.
Untuk menjelaskan dapat digunakan data pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hubungan TR, MR, TC, AC, MC untuk mendapatkan Keuntungan Maksimum

MR > MC

MR = MC

MR< MC

Berdasarkan data pada Tabel 4.5. dapat ditunjukkan keuntungan maksimum melalui
Gambar 4.6.

Business Economics – R1
Gambar 4.6. Keuntungan Maksimum

Hal-hal yang bisa disimpulkan dari Tabel 4.5 dan Gambar 4.6 adalah:
a. Keuntungan total (TR-TC) yang maksimum adalah dimana jarak vertikal antara kurva TR
dan kurva TC adalah paling lebar. Posisi ini adalah dimana slope dari garis singgung TR
sama dengan slope dari garis singgung TC
b. Slope dari garis singgung TR adalah TR/Q, yang tidak lain adalah MR. Sedangkan
slope dari garis singgung TC adalah TC/Q, yang tidak lain adalah MC. Jadi posisi Q
yang menghasilkan keuntungan maksimum adalah dimana MR = MC atau kurva MR
berpotongan dengan kurva MC.
c. Posisi TR yang maksimum tidak berarti posisi keuntungan maksimum. Demikian pula
posisi AC minimum bukan berarti posisi keuntungan yang maksimum.
Contoh Kasus :
Diketahui invers dari fungsi permintaan adalah P = 230 – Q dan fungsi biaya, TC = 40 + Q2
Maka keuntungan maksimum adalah :
TR = P x Q → TR = (230 – Q) x Q
TR = 230Q – Q2
MR = 230 – 2Q sedangkan MC = 2Q
Keuntungan maksimum : MR = MC, jadi :
230– 2Q = 2Q → 4Q = 230 → Q = 57.5

4.4.2. Analisis impas (Break even)


Break Even merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya
tidak mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara

Business Economics – R1
pendapatan dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol. Atau dapat
dituliskan TR = TC. Kondisi break even dapat dijelaskan melalui Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Break even

Pada tingkat output di atas QBE, misalnya Q1, TR perusahaan, yang ditunjukkan oleh
R2, lebih besar daripada TC-nya, ditunjukkan oleh C2 dan sebagai hasilnya ia membuat
keuntungan pada output ini. Jumlah keuntungan yang dihasilkan pada output Q1 diwakili oleh
segitiga berarsir B.
Jika perusahaan beroperasi di Q1 maka bisa mengalami penurunan penjualan dan masih
menghasilkan laba asalkan penjualan tidak jatuh di bawah titik impas output QBE. Jarak antara
output impas dan produksi pada Gambar 4.7 di mana TR lebih besar dari TC disebut margin of
safety.

Business Economics – R1
SIMPULAN

Fungsi produksi (production function) menggambarkan hubungan antara jumlah input dan
jumlah output. Biaya produksi dapat dibedakan menjadi biaya produksi jangka pendek dan
jangka panjang. Perbedaan biaya produksi jangka pendek dan jangka panjang bukanlah
ditentukan oleh waktu, tetapi ditentukan pada fungsi produksi. Dalam jangka pendek satu atau
lebih input perusahaan dianggap tetap yang dikenal dengan biaya tetap (fixed cost), sedangkan
pada jangka panjang semua input pada proses produksi adalah variabel (variable cost).

Biaya Produksi merupakan segala macam bentuk pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk membeli faktor-faktor produksi termasuk bahan-bahan mentah yang akan digunakan
(sebagai input) untuk memproduksi barang produksinya. Biaya produksi disebut juga dengan
Biaya total (total cost).

Pendapatan Total (Total revenue) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh penjual sebagai
hasil penjualan produknya. Sedangkan selisih dari pendapatan total dikurangi biaya total
merupakan keuntungan (profit).

Isoquant merupakan salah satu kurva dalam perilaku produsen yang menunjukkan kombinasi
antara dua faktor produksi yang menghasilkan jumlah produk yang sama. Isocost adalah sebuah
kurva yang menunjukkan kombinasi dua faktor produksi dengan biaya yang sama. Inilah yang
membedakan antara isoquant dan isocost. Jika isoquant yang sama adalah jumlah output yang
sama namun dalam isocost yang dibahas adalah biaya yang sama. Kurva isocost ini memiliki
fungsi yang hampir sama dengan dengan garis anggaran yang dimiliki oleh perilaku konsumen.

Break Even merupakan suatu kondisi perusahaan yang mana dalam operasionalnya tidak
mendapat keuntungan dan juga tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, antara pendapatan
dan biaya pada kondisi yang sama, sehingga labanya adalah nol. Atau dapat dituliskan TR =
TC.

Business Economics – R1
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Gregory Mankiw. (2021). Principles of Economics, 9th Edition. Cengage Learning:


United Kingdom. ISBN: 9789814915342.

2. John Sloman, Dean Garratt, Jon Guest and Elizabeth Jones. (2023). Economics for
Business, 9th Edition. Pearson: United Kingdom. ISBN: 978-1-292-44020-0.

Business Economics – R1
Business Economics – R1

Anda mungkin juga menyukai