Anda di halaman 1dari 2

1. Jelaskan pada kondisi seperti apakah ABC diterapkan pada suatu perusahaan?

Jawaban:
Sistem ABC adalah suatu sistem penepatan kos produksi yang pertama-tama menelusuri kos ke
aktivitas kemudian ke produk. Dasar pemikiran sistem ini adalah bahwa suatu kos terjadi karena
ada suatu aktivitas. Jadi aktivitaslah yang memicu timbulnya kos. Pemicu timbulnya kos ini
disebut dengan cost driver. Dalam sistem ABC keseluruhan aktivitas produksi dikelompokkan
menjadi empat, yaitu unit level activity, batch level activity, product level activity, dan facility
sustaining level activity. Atas dasar aktivitas-aktivitas ini (cost driver) kos produksi tidak
langsung dibebankan ke produk sehingga informasi kos yang dihasilkan menjadi lebih akurat.
Selain itu penggunaan ABC memerlukan kos yang luar biasa besar, tidak hanya berkaitan
dengan jumlah rupiah yang dikeluarkan, namun juga waktu yang dikerahkan. Hal tersebut
terutama disebabkan karena untuk menggunakan ABC, hal awal yang harus dilakukan adalah
wawancara ke seluruh bagian departemen. Informasi yang harus diperoleh dari hasil
wawancara adalah nama aktivitas, deskripsi aktivitas, kos objek, pemicu aktivitas, persentase
waktu per aktivitas, dan lain sebagainya.
ABC akan diterapkan pada suatu perusahaan yang memiliki karakteristik berikut ini:
a. pertama, adalah pada perusahaan yang memiliki proporsi non-unit overhead cost yang
sangat besar. Pada kenyataannya karakteristik besarnya kos FOH yang dimiliki tersebut
sering dikaitkan pada perusahaan manufaktur yang bersifat padat modal, karena pabrik
jenis ini banyak mempergunakan mesin-mesin sehingga jelas kos overhead-nya memiliki
porsi yang lebih besar dibandingkan kos bahan baku dan kos tenaga kerja langsung. Namun
demikian, kondisi tersebut tidaklah cukup sebagai penentu dari tepat atau tidaknya
perusahaan menggunakan ABC.
b. kedua adalah diversity product, yang mana artinya produk-produk yang diproduksi
mengonsumsi sumber daya dengan proporsi yang berbeda-beda. Misalkan perusahaan
memproduksi dua jenis produk (produk A dan B). Dalam proses produksinya, produk A lebih
banyak memerlukan sentuhan dan penanganan manual secara langsung, sedangkan produk
B bisa diproduksi hanya dengan menggunakan mesin-mesin. Sehingga tidaklah tepat apabila
ketika menetapkan kos produksi, driver yang digunakan untuk mengalokasikan kos
overhead adalah jam tenaga kerja langsung. Hal tersebut tidaklah adil bagi produk B yang
justru mengonsumsi jam mesin yang lebih besar dan mungkin sama sekali tidak
memerlukan konsumsi jam tenaga kerja langsung.

Sumber Referensi : BMP/EKMA4314/Akutansi Manajemen

2. Apa yang dimaksud aktivitas tidak menambah nilai dan kos tidak bernilai tambah, berikan
contoh !
Jawaban:
a. Aktivitas Tidak Menambah Nilai (non-valueadded activities-NVAA)
adalah aktivitas-aktivitas yang tidak diperlukan baik oleh konsumen maupun organisasi.
Aktivitas tidak menambah nilai dapat juga disebut waste karena aktivitas tersebut tidak
diperlukan dan tidak memberikan keuntungan, baik pada proses produksi, maupun pada
proses pelayanan.
Contoh: Naafi’ membayar seorang kurir per hari untuk mengantar 200unit barang
produksinya berupa baju anak ke beberapa resellernya. Pada kenyataannya, kurir tersebut
hanya mampu mengantar 125unit barang saja per harinya. Hal ini disebabkan karena dalam
melaksanakan pekerjaannya si kurir banyak melakukan waste, misalnya saja delay karena
terlalu lama mencari alamat, istirahat, merokok, mengobrol dengan kurir lain dan
sebagainya. Tentunya hal ini akan sangat merugikan Naafi’ dan membuat pelanggan
kecewa karena keterlambatan pengantaran barang.

b. Kos Tidak Bernilai Tambah


adalah biaya yang timbul karena melakukan aktivitas yang tidak atau kurang efisien,
sehingga kos akan bertambah namun nilai dari produk yang dihasilkan tidak bertambah.
Contoh: Rahman seorang pembuat sepatu harus melakukan penjahitan ulang sepatu yang
diproduksinya karena ada jahitan yang kurang rapi sehingga mendapat komplain dari
pelanggannya. Hal ini membuat Rahman bekerja 2x dan mengeluarkan biaya/kos 2x untuk
menjahit sepatu, namun nilai dari sepatu tersebut tetap.

Sumber Referensi : BMP/EKMA4314/Akutansi Manajemen

Anda mungkin juga menyukai