Anda di halaman 1dari 5

A.

Perbedaan Tradisonal Dengan Activity Based Costing


Tujuan dari ABC adalah untuk membebankan biaya tidak langsung dengan lebih akurat.
Berikut perbandingan antara sistem biaya tradisional dengan ABC.

Pembebanan Biaya Tradisional Pembebanan Activity Based Costing


Biaya

Biaya Aktivitas

Obyek Biaya Obyek Biaya

Dalam model pembebanan biaya tradisional, biaya tidak langsung (overhead pabrik) tidak
dapat dibebankan secara akurat pada masing-masing produk. Berbeda halnya dengan ABC,
yang membebankan biaya tidak langsung melalui dua tahap. Pertama, biaya akan
dibebankan pada aktivitas, sehingga biaya yang tadinya dikelompokkan berdasarkan akun
biaya akan dikonversikan menjadi biaya-biaya aktivitas. Setelah biaya aktivitas diperoleh,
barulah biaya tersebut yang akan dibebankan pada produknya.

Kesulitan membebankan biaya overhead secara tepat pada setiap produk, paling tidak
terdapat dua faktor utama yang menyebabkannya, yaitu: (1) proporsi biaya overhead yang
tidak berkaitan dengan unit terhadap jumlah biaya overhead pabrik adalah besar, dan (2)
tingkat keanekaragaman produknya besar.

Perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem ABC adalah sebagai
berikut:
Tradisional ABC
Tujuan Inventory level Product Costing
Lingkup Tahap produksi Tahap desain, produksi,
tahap pengembangan
Fokus Biaya bahan baku, tenaga Biaya overhead
kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang digunakan Metode manual Komputer telekomunikasi
Dalam penerapannya, penentuan harga pokok dengan menggunakan sistem ABC
menyaratkan tiga hal:
1. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi
Sistem ABC mensyaratkan bahwa perusahaan memproduksi beberapa macam produk
atau lini produk yang diproses dengan menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang
demikian tentunya akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-
masing produk.
2. Tingkat persaingan industri yang tinggi
Yaitu terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.
Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka perusahaan akan
semakin meningkatkan persaingan untuk memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat
persaingan maka semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam
mendukung pengambilan keputusan manajemen.
3. Biaya pengukuran yang rendah
Yaitu bahwa biaya yang digunakan sistem ABC untuk menghasilkan informasi biaya
yang akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh.
B. Alasan Perbedaan Hasil Alokasi Tradisional Dengan Activity Based Costing
Penerapan ABC sistem akan relevan bila biaya overhead pabrik merupakan biaya yang
paling dominan dan multiproduk. Dalam merancang ABC sistem, aktivitas untuk membuat
dan menjual produk digolongkan dalam 4 tingkatan, yaitu:
1. Unit level activity cost: biaya yang berkaitan dengan besar kecilnya jumlah unit produk
yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.
2. Bacth activity cost: biaya yang berkaitan dengan jumlah bacth produk yang diproduksi.
Misalnya biaya set-up mesin.
3. Product sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas penelitian dan
pengembangan produk dan biaya untuk mempertahankan produk untuk tetap dapat
dipasarkan. Misal biaya pengujian produk, biaya desain produk.
4. Facility sustaining activity cost: biaya yang berkaitan dengan aktivitas mempertahankan
kapasitas yang dimiliki perusahaan. Misal biaya depresiasi, biaya asuransi, biaya gaji
pegawai kunci.
Penggolongan aktivitas menjadi empat ketegori diatas disebut struktur biaya (cost
hierarchy).

Untuk pembebanan biaya yang bersifat tradisional, seperti yang telah dijelaskan dalam
modul pertama, bahwa dasar pembebanan biaya tidak langsung secara tradisional adalah
dengan mempergunakan:
1. Unit prkoduksi
2. Jam buruh langsung
3. Biaya buruh langsung
4. Jam mesin
5. Biaya bahan mentah langsung

Tidak seperti ABC yang memiliki empat tingkatan pembebanan, kesumua dasar
pembebanan secara tradisional adalah pembebanan berdasarkan tingkat unit (unit level).
Pembebanan tingkat unit ini akan menyebabkan pembebanan biaya tidak langsung yang
besar untuk produk dengan volume besar, dan pembebanan biaya tidak langsung yang kecil
untuk produk dengan volume kecil.

C. Langkah-Langkah Perbaikan Profitabilitas Produk


Setelah perusahaan mengetahui keadaan yang sebenarnya, langkah berikutnya adalah
menentukan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperbaiki
profitabilitasnya, seperti:
1. Menyesuaikan harga produk (reprice product). Perusahaan akan mencoba
menyesuaikan harga pokok dengan menaikkan atau menurunkan harga supaya
profitabilitas produk meningkat.
2. Memberikan produk substitusi (substitute product) . Terkadang pelanggan meminta
produk non-standar selain yang disediakan perusahaan, yang kemudian akan diberi
penawaran harga oleh perusahaan karena adanya tambahan aktivitas dalam pembuatan.
3. Merancang ulang produk (redesign product). Rancangan produk yang buruk yang
mengakibatkan ketidakefisienan proses produksi, mendorong perusahaan untuk
merancang ulang produknya.
4. Memperbaiki proses produksi (improve production processes). Perusahaan berada
dalam kondisi persaingan yang ketat, dimana kekuatan pembeli lebih besar daripada
kekuatan penjualan, yang mengakibatkan sulitnya menaikkan harga, sehingga
perusahaan harus memperbaiki proses produksi supaya dapat memberikan harga yang
bersaing.
5. Mengubah kebijakan operasional dan strategi (change operating policies and strategy).
Mengubah kebijakan operasional harus dilakukan dengan hati-hati. Dampak biaya dari
perubahan kebijakan dapat dilihat pada hasil perhitungan ABC. Karena itu disarankan
agar perusahaan dapat memisahkan jenis produk yang akan diproduksi secara massal
dalam jumlah besar dengan produk yang akan diproduksi dalam batch kecil. Untuk
produk yang dapat dibuat dalam batch besar, maka fikus produksi adalah pada
penghematan biaya pada aktivitas tingkatan unit, sedangkan untuk produk yang
diproduksi dalam batch yang kecil harus diupayakan penghematan dalam aktivitas
tingkatan batch, seperti melakukan investasi pada teknologi yang fleksibel.
6. Melakukan investasi pada teknologi yang fleksibel (invest in flexibility tchnology).
Investasi pada teknologi yang dapat membuat aktivitas-aktivitasdapat dilakukan dengan
lebih efisien.
7. Menghentikan proses produksi (eliminate product). Jika segala macam cara telah
ditempuh dan tidak menghasilkan apapun, langkah terakhir adalah menghentikan
produksi produk.

D. Activity Based Costing Dengan Idle Capacity (Time Driven Activity Based Costing)
ABC yang telah dibahas sebelumnya masih ada kelemahan. Model ini tidak dapat melihat
dampak efisiensi. Jika perusahaan bisa, belum menjamin bahwa biaya-biaya yang
dikeluarkan otomatis mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan adanya biaya tetap yang
tidak dapat dihilangkan. Sehingga model ABC yang dapat digunakan untuk efisiensi adalah
model ABC yang memisahkan biaya tetap dengan biaya non-tetap.
Dalam model ABC, pembagian biaya berdasarkan perilakunya dapat dibagi menjadi dua
bagian, yaitu:
1. Biaya fleksibel, merupakan kategori biaya yang berfluktuasi sesuai dengan jumlah
aktivitas yang dilakukan perusahaan. Biaya ini yang daoat dihilangkan oleh perusahaan.
2. Biaya tetap, merupakan biaya yang muncul akibat adanya komitmen perusahaan
terhadap penggunaan sumber daya untuk melakukan suatu aktivitas. Komitmen tersebut
sudah dilakukan untuk suatu tertentu, sehingga sulit untuk dibatalkan. Biaya-biaya
inilah yang akan tetap muncul walaupun perusahaan sudah dapat menghilangkan
aktivitas yang memakai biaya-biaya tersebut. Jika aktivitas dihilangkan, maka biaya-
biaya tersebut akan menjadi beban perusahaan dakam bentuk kapasitas menganggur.

Dalam model ABC ini, maka biaya tetap ini harus dibebankan berdasarkan kapasitaaas
teoritis (theoretical capacity), atau kapasitas praktikal (practical capacity).
- Kapasitas teoritis merupakan kapasitas maksimal dari penggunaan sumber daya yang
dimiliki perusahaan.
- Kapasitas praktikal merupakan kapasitas teoritis setelah dikurangi dengan waktu-waktu
tidak produkstif.
Kapasitas yang biasanya digunakan dalam model ini adalah kapasitas praktikal.

E. Activity Based Costing Dengan Persamaan Waktu (Time Equation)


Model ini mempergunakan persamaan waktu, yang biasanya dipergunakan untuk
perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat aktivitas yang amat beragam, sehingga sulit
untuk disederhanakan. Aktivitas-aktivitas tersebut akan diringkas dalam bentuk persamaan,
sehingga menjadi lebih mudah untuk dikelola.

F. Activity Based Costing Untuk Perusahaan Jasa


Pada dasarnya, konsep ABC yang dikembangkan pada perusahaan manufaktur sebenarnya
sangat cocok pada perusahaan jasa. Bagi perusahaan jasa, konsep ABC sangat dibutuhkan
karena sebagian besar dari biaya yang dikeluarkan merupakan biaya-biaya tidak langsung.

Anda mungkin juga menyukai