Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK EFISIENSI

Resume ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas Akuntansi Manajemen Lanjutan

Dosen Pengampu:
Dr. Etna Nur Afri Yuyetta.,M.Si.,Ak.,CA

Disusun oleh:
Gigih Aulia Hilmiawan 12030119220027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Pada pembahasan sebelumnya telah diterangkan bagaimana cara perusahaan dalam
mengembangkan sistem activity based costing. Dalam sistem activity based costing
mendiskripsikan yang lebih rinci dan lebih akurat tentang kondisi dari sebuah perusahaan.
Misalnya profitabilitas dari produk atau pelanggan perusahaan. Informasi activity based costing
dapat digunakan untuk dua hal, pertama disebut dengan operating activity based management,
dimana informasi ABC tersebut dipergunakan untuk menunjukkan aktivitas-aktivitas apa saja
yang dilakukan perusahaan secara tidak efisien, yang menimbulkan biaya yang tinggi, yang pada
akhirnya mengurangi profitabilitas produk atau pelanggan perusahaan. Dengan informasi ABC,
perusahaan dapat melakukan tindakan-tindakan terhadap aktivitas tersebut, sehingga kegiatan
operasional perusahaan dapat dilakukan dengan lebih efisien dan meningkatkan profitabilitas
perusahaan. kedua disebut dengan strategic activity based management (Cooper dan Kaplan,
1999).
1. Activity based management
Activity–Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan
tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan
Mowen, 2006; 11). Sedangkan Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management (ABM)
adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan
tujuan untuk melakukan improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi
customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia value tersebut. Berdasarkan penjelasan
diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ABM memiliki dua frasa penting yaitu
manajemen berbasis aktivitas berfokus dalam mengelola aktivitas untuk meningkatkan
nilai yang didapatkan konsumen dan memusatkan pengelolaan dalam aktivitas agar
menghasilkan laba dari penyediaan nilai tersebut.
Manfaat yang didapatkan jika menerapkan ABM adalah manajemen dapat
menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, meminimalisir biaya atau
memaksimalkan nilai untuk pelanggan. Dengan identifikasi dari sumber biaya yang
dipakai konsumen, produk serta aktivitas, ABM dapat memperbaiki fokus manajemen
atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher,
2007; 239). Menurut Supriyono (1999;356) manfaat ABM adalah mengukur kinerja
keuangan dan pengoperasian organisasi dan seluruh aktivitasnya, menentukan biaya dan
profitabilitas yang benar untuk setiap tipe produk dan jasa, mengidentifikasikan aktivitas
dan pengendaliannya, mengelompokkan aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah, mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas tidak
memiliki nilai tambah, menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan
pengendalian didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar
informasi keuangan, menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain)
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.
2. Cost of quality
Kegiatan yang berkaitan dengan kualitas adalah kegiatan yang dilakukan karena
kualitas yang buruk mungkin atau telah terjadi.. Biaya-biaya untuk melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut disebut biaya kualitas. Jadi, biaya kualitas adalah biaya-biaya yang
timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk.
Biaya kualitas yaitu biaya atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk
menghindarkan suatu produk atau jasa dari kualitas jelek yang mungkin ada. Definisi
mencakup dua aktivitas yaitu aktivitas pengendalian (control activities) dan aktivitas
kegagalan (failure activities) Hariadi (2002:387). Sedangkan menurut Blocher, et al.
(2000:220) mendefinisikan biaya kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan
pencegahan, pengindentifikasian, perbaikan dan pembetulan produk yang berkualitas
rendah.
Konsep biaya kualitas ini disarankan dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan
yang mengaplikasikan program gugus kendali mutu (GKM). Tujuannya adalah untuk
menghasilkan barang yang berkualitas. Biaya kualitas yang dikeluarkan perusahaan dapat
dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu: biaya Pencegahan, terjadi untuk mencegah
kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan. Contoh biaya rekayasa
kualitas, progam pelatihan kualitas, perencanaaan kualitas, pelaporan kualitas, dll. Biaya
pemeriksaan, terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan
persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Contoh biaya pemeriksaan dan pengujian bahan
baku, pemeriksaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian. Biaya Kegagalan Internal,
terjadi karena produk dan jasa yang dihasilakan tidak sesuai dengan spesifikasi atau
kebutuhan pelanggan. Ketidaksesuaian ini terdeteksi sebelum dikirim ke pihak luar.
Contoh sisa bahan, pengerjaan ulang, dan perubahan desain. Biaya Kegagalan, eksternal
terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak
memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk sampai ketangan pelanggan. Contoh
retur dan potongan penjualan karena kualitas produk yang buruk.

3. Just in time
Sistem produksi tepat waktu/ Just In Time (JIT) adalah
suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan kualitas, menekan biaya, dan
mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin dengan menghapus seluruh jenis
pemborosan yang terdapat dalam proses produksi sehingga perusahaan mampu
menyerahkan produknya (baik barang maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat
waktu. Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara
terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan. Dalam
pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada aktivitas
yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi. JIT
mempunyai empat aspek pokok, yaitu: Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah
terhadap produk atau jasa harus dieliminasi. Adanya komitmen untuk selalu
meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Selalu diupayakan penyempurnaan yang
berkesinambungan dalam meningkatkan efisiensi kegiatan. Menekankan pada
penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap aktivitas yang bernilai
tambah.
Tujuan dari adanya manajemen menggunakan dan mengembangkan konsep
manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum atas beberapa aspek.
Adapun tujuan tersebut diantaranya, meningkatkan efisiensi proses produksi,
meningkatkan daya kompetisi, meningkatkan mutu barang, mengurangi pemborosan.
Konsep dasar dari sistem JIT adalah memproduksi produk yang diperlukan, pada
waktu yang dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai kebutuhan pelanggan, pada
setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang paling ekonomis atau paling
efesien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan perbaikan terus. Tujuan
utama yang ingin dicapai dari system JIT adalah Zero defect ( tidak ada barang yang
rusak ), Zero set- up time ( tidak ada waktu set-up), Zero lot excesses ( tidak ada
kelebihan lot), Zero handling ( tidak ada penanganan), Zero Queues ( tidak ada antrian ),
Zero breakdowns ( tidak ada kerusakan mesin), Zero Lead time ( tidak ada lead time )

4. Lean production and accounting


Konsep efisiensi biaya lainnya yang belakangan ini muncul adalah lean
production. Konsep ini juga sering disebut dengan Toyota Production System (TPS),
karena perusahaan tersebut yang mempelopori penggunaan sistem ini. Lean production
adalah praktik produksi yang mempertimbangkan segala pengeluaran sumber daya yang
ada untuk mendapatkan nilai ekonomis terhadap pelanggan tanpa adanya pemborosan,
dan pemborosan inilah yang menjadi target untuk dikurangi. Lean selalu melihat nilai
produk dari sudut pandang pelanggan, dimana nilai sebuah produk didefenisikan sebagai
sesuatu yang mau dibayar oleh pelanggan. Berdasarkan model lean production inilah
kemudian berkembang sebuah konsep baru yang disebut dengan lean accounting. Konsep
lean production bertujuan untuk membuat perusahaan menjadi “kurus” dengan cara
membuang segala aktivitas-aktivitas dan juga biaya yang tidak memiliki nilai tambah
bagi perusahaan. Dalam konsep lean, terdapat tujuh pemborosan yang harus dihilangkan
perusahaan yaitu kelebihan produksi, persediaan, motion, material movement, Correction,
termasuk didalamnya pengerjaan ulang, Over processing, Waiting.
Lean Acconting (LA)
Lean accounting merupakan pendekatan yang dirancang untuk mendukung dan
mendorong lean manufacturing. Maskell dan Baggaley (2006), dalam mendukung laen
manufacturing lean accounting mempunyai misi antara lain menyediakan informasi yang
akurat, tepat waktu dan mudah dipahami, eliminasi kegiatan tidak bernilai tambah, patuh
pada prinsip akuntansi berterima umum, regulasi pelaporan ekstern dan persyaratan
pelaporan intern, mendukung lean culture dengan mendorong investasi pada SDM,
menyediakan informasi yang relevan dan actionable, memberdayakan continuois
improvement.
Aplikasi Lean Accounting, penentuan harga pokok berdasarkan beban langsung value
streams, pelaporan keuangan tepat waktu dengan bahasa sederhana.
Referensi
Atkinson, Anthony A., Kaplan, Robert S., Matsumura, Ella Mae, and Young S. Mark, (2012)
Management Accounting; Information for Decision Making and Strategy Execution, 6th
edition, Pearson Education.
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M. (2013). Akuntansi ManajerialCetakan kedelapan.
Jakarta: Salemba Empat
IAI. (2016).Modul Chartered Accountant Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta Pusat: IAI.

Anda mungkin juga menyukai