Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN BIAYA UNTUK PENGAMBILAN


KEPUTUSAN STRATEJIK-PRODUK

Resume ini dikumpulkan untuk memenuhi tugas Akuntansi Manajemen Lanjutan

Dosen Pengampu:
Dr. Etna Nur Afri Yuyetta.,M.Si.,Ak.,CA

Disusun oleh:
Gigih Aulia Hilmiawan 12030119220027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
Dewasa ini dimana teknologi berkembang sangat cepat, menyebabkan umur hidup dari
suatu produk menjadi lebih cepat. Contohnya saja model dari telepon genggang, biasanya
memiliki umur satu tahun atau kurang dari setahun sebelum model yang terbaru dikeluarkan ke
pasar. Oleh karena itu perusahaan harus lebih berhati-hati dalam menentukan target biaya dari
suatu produk tersebut. ketika salah dalam menentukkan target biaya, maka bisa saja perusahaan
dapat mengalami kerugian. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah analisis profitabilitas produk
(product profitability analysis).

1. Product Profitability Analysis


Menurut Soliha dan Taswan (2002), profitability merupakan suatu tingkatan keuntungan
bersih yang dapat diraih dari perusahaan ketika menjalankan operasinya. Menurut Hofstrand
(2006), profitability merupakan ukuran dari perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran.
Pendapatan adalah uang yang dihasilkan dari aktifitas bisnis. Contohnya, jika sebuah barang
diproduksi dan dijual, maka terciptalah pendapatan.
Menurut Brown (2005), product profitability adalah pendapatan yang dihasilkan dari suatu
produk dikurangi biaya yang diperlukan untuk sebuah produk. Product profitability merupakan
sebuah fungsi dari pendapatan serta biaya. Sistem yang baik memungkinkan kita untuk
menentukan profitabilitas dari setiap produk dengan mengidentifikasi pendapatan dan biaya pada
setiap produk. Dalam hal ini ada aspek-aspek yang penting dari manajemen untuk menganalisis
atau penelaahan suatu produk yang diarahkan pada isu-isu sebagai berikut produk mana yang
paling menguntungkan, apakah harga jual ditentukan dengan tepat, produk mana yang
seharusnya dipromosikan dan diiklankan paling gencar, manajer produk mana yang patut diberi
penghargaan.
Dalam hal ini manajemen memerlukan informasi akuntansi penuh untuk memungkinkan
manajemen melakukan analisis kemampuan setiap produk dalam menghasilkan laba (Product
Profitability Analysis). Informasi akuntansi yang diperlukan untuk melakukan profitability
analysis adalah pendapatan penuh yang dihasilkan oleh produk dalam periode tertentu, biaya
penuh yang dikorbankan untuk memproduksi dan memasarkan produk tersebut selama periode
yang sama dan aktiva penuh yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ketika
analisis kemampuan menghasilkan laba diterapkan terhadap unit organisasi tertentu dalam suatu
perusahaan dan dilakukan oleh pemakai luar, informasi akuntansi penuh yang disajikan harus
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Namun jika analisis kemampuan
menghasilkan laba dilakukan oleh manajemen puncak perusahaan, informasi akuntansi penuh
yang disajikan tidak terikat kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum. Analisis yang
dilakukan adalah terkait dengan target biaya (target costing). Penentuan target biaya yang baik
adalah dalam tahapan pengembangan bahkan sebelum produk tersebut diproduksi. Konsep ini
disebut dengan target costing.
2. Target costing
Sakurai (1996) menyatakan bahwa target costing dapat didefinisikan sebagai suatu alat
manajemen biaya yang dapat dipengaruhi untuk mengurangi biaya dari suatu produk, selama
masa hidup produk tersebut. Kato (1995) mengatakan bahwa dalam kenyataannya target costing
bukan merupakan suatu teknik mengkuantitaskan biaya, tetapi merupakan suatu program
pengurangan biaya yang menyeluruh, yang bahkan sudah dimulai sebelum rancangan pertama
dari produk tersebut disusun. Target costing merupakan suatu pendekatan untuk mengurangi
biaya dari suatu produk yang baru sepanjang masa hidup dari produk tersebut.
Agar dapat mendukung target costing, suatu perusahaan harus mengetahui biaya yang akan
dikonsumsi produk selama masa hidupnya. Untuk dapat mengetahui biaya hidup produk ini,
perusahaan dapat memakai konsep life cycle costing. Life Cycle Costing adalah suatu pendekatan
yang dapat dipakai perusahan untuk mengenali dan mengatur biaya yang termasuk dalam proses
desain dan pengembangan, proses manufakturing, pemasaran, penyaluran, perbaikan, service
juga biaya tersebut tidak bisa digunakan lagi. Dengan mengetahui berapa biaya yang dikonsumsi
selama produk tersebut hidup maka, perusahaan dapat membuat pengurangan biaya mulai sejak
produk tersebut disain dan dikembangkan.
Target costing dipakai selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk
dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat diproduksi pada biaya yang
diijinkan pada suatu tingkat laba yang dapat diterima serta memberikan perkiraan harga pasar
produk, volume penjualan dan tingkat fungsionalitas. Target costing penting digunakan saat
tahap perencanaan (desain dan pengembangan produk) karena dalam tahap perencanaan belum
ada biaya yang bersifat committed, semua biaya masih bersifat fleksibel artinya masih dapat
diubah-ubah oleh perusahaan. Hansen dan Mowen (2009), juga mengatakan hal yang sama
bahwa 90% dari biaya yang akan dikeluarkan perusahan ditentukan pada tahap pengembangan
produk dan hanya 10% sisanya yang ditentukan pada tahap produksi. Karena itu jik perusahaan
ingin menghemat biaya, maka perusahaan harus melakukan perencanaan produk yang tepat pada
masa pengembangan produk, termasuk didalamnya menentukan target biaya selama masa hidup
produk tersebut. Proses target costing dibagi menjadi empat langkah utama, yaitu market driven
costing, product-level target costing, component-level target costing dan chained target costing
a. Market Driven Costing
Tahapan ini diawali dengan pengidentifikasian dari target harga penjualan yang merupakan
harga antisipasi produk saat diluncurkan. Harga ini harus dapat mencerminkan nilai hasil
pengamatan dari produk dimata konsumen, antisipasi relatif fungsional dan harga jual dari
penawaran yang kompetitif dan tujuan strategi perusahaan untuk produk. Manager dalam
merancang target harga pasar juga harus mengetahui harga-harga produk pesaing. Jika
produk pesaing mempunyai fungsi dan kualitas yang lebih tinggi maka target harga jual
perusahaan harus lebih rendah dari harga jual pesaing. Jika fungsi dan kualitas produk
perusahaan lebih tinggi maka harga jual dapat sama dengan harga pesaing (meningkatkan
market share) atau di atas harga pesaing (meningkatkan profit) sehingga akhirnya strategi
perusahaan untuk produk dimasa akan datang membantu mempengaruhi harga jual pertama
kali. Perusahaan mungkin ingin mengatur harga lebih rendah untuk memperoleh market
share dengan cepat atau harga yang lebih tinggi untuk meningkatkan keuntungan jangka
panjang secara keseluruhan dan menciptakan image secara teknis yang bagus.
Setelah harga jual ditentukan, perusahaan akan menentukan target laba untuk produk baru
tersebut. Penentuan target marjin laba didasarkan pada marjin laba yang biasanya didapatkan
oleh perusahaan pada produk-produk sebelumnya. Target laba juga dapat ditentukan bukan
untuk satu produk tertentu tapi untuk satu lini produk seperti televisi dengan ukuran kecil
akan mendapatkan target laba yang rendah, namun dikompensasi dengan target laba yang
tinggi pada televisi ukuran besar (yang terpenting target laba secara lini keseluruhan
terpenuhi). Pada langkah terakhir, manajer menghitung allowable cost dengan
mengurangkan batas target laba dari harga yang ditargetkan. Allowable cost merupakan
biaya dimana produk harus dibuat jika itu untuk mendapatkan batas target laba pada harga
target penjualan. Tujuan dari proses market driven-costing adalah untuk menyusun target
cost yang akan dicapai.
b. Product-level Target Costing
Tahap ini diawali dengan biaya umum (current cost) dari produk yang dituju. Hal ini
merupakan biaya dimana perusahaan akan meluncurkan produk barunya tanpa perjanjian
dengan pengubah desain atau memperkenalkan proses yang memperbaiki proses manufaktur
yang sudah ada. Tanda pertentangan antara current cost dengan allowable cost memberikan
tim proyek suatu perkiraan dari pentingnya kesempatan pengurangan biaya yang harus
diidentifikasi untuk mencapai allowable cost. Pada dasarnya terdapat 3 cara pengurangan
biaya yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu reverse engineering, dalam metode ini,
perusahaan akan membongkar produk sejenis yang dihasilkan oleh pesaing untuk
menemukan rancangan produk yang lebih efisien, value analysis, dalam metode ini,
perusahaan berusaha membandingkan biaya komponen untuk menghasilkan fitur-fitur yang
dikehendaki oleh konsumen. Jika biaya dari komponen tersebut melebihi kontribusi
komponen tersebut dalam menciptakan nilai bagi konsumen, maka perusahaan harus
mencoba untuk mengurangi biaya komponen tersebut, process improvment, dalam metode
ini, perusahaan berusaha untuk mencari cara-cara atau metode-metode yang lebih efisien
untuk membuat produk tersebut.
c. Component-level Target Costing
Target cost pada tingkat komponen ini akan membangun harga jual untuk supplier. Oleh
karena itu, component-level target cost ini menyebabkan tekanan kompetitif yang dihadapi
oleh perusahaan terutama oleh supplier. Chief engineer merancang target costing dijadikan
sebagai fungsi utama. Engineer memutuskan tema dari produk serta memutuskan bahwa ada
fungsi tertentu yang harus diutamakan. Setelah fungsi utama target cost tersusun,
selanjutnya tim desain harus dapat menemukan cara untuk mendesain fungsi tersebut pada
setiap fungsi utama agar bisa diproduksi pada target cost-nya. Setelah ini tim membagi
fungsi utama ke dalam komponen-komponen dan membagi target cost berdasarkan tingkat
fungsi utama ke dalam component level cost. Adapun jumlah dari component level target
cost harus sama dengan fungsi utama yang mengisinya. Component level target cost
membangun harga jual yang dapat diijinkan oleh supplier. Perusahaan tidak memiliki
keinginan untuk menekan laba dari komponen supplier mereka menjadi nol. Mereka ingin
meyakinkan bahwa jumlah supply chain tersebut adalah pendapatan laba yang cukup untuk
bertahan hidup, sementara mengirim produk permintaan konsumen dengan biaya yang
rendah. Oleh sebab itu, mereka membawa supplier utama masuk ke dalam proses produk
desain seawal mungkin. Supplier menyediakan dan menerima input ke dalam proses desain
untuk mengurangi biaya. Supplier juga menyediakan perkiraan biaya untuk setiap
komponen.
d. Chained Target Costing
Pada lingkup persaingan yang saat ini semakin ketat, ini tidak begitu memberikan
keuntungan untuk kebanyakan produsen yang efisien, oleh sebab itu, ini juga perlu supply
chain yang efisien. Salah satu cara utama untuk mendapatkan supply chain yang efisien
melalui penggunaan chained target costing system. Sistem chained target costing adalah
rantai dimana output dari sistem target cost perusahaan menjadi input dari sistem target cost
supplier. Setelah semua target biaya komponen ditentukan, maka perusahaan akan meminta
pemasok-pemasok perusahaan untuk mencapai target biaya komponen tersebut. Para
pemasok akan terdorong untuk mencapai target biaya komponen, karena bila pemasok
tersebut mencpai target biaya komponen, maka perusahaan akan memberikan kontrak untuk
memasok komponen tersebut selama masa hidup dari produk. Target costing yang telah
ditetapkan perusahaan seharusnya dapat dicapai. Jika suatu saat mau diproduksi ternyata
terdapat komponen yang mengalami kenaika harga, maka perusahaan harus mencapai jalan
untuk mengurangi biaya dari komponen lainnya. Hal yang penting adalah biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan tidak boleh melebihi target costing-nya. Jika ternyata biya yang
diperkirakan akan dikelurakan perusahaan melebihi target costing maka perusahaan harulah
membatalkan produk tersbut kecuali produk tersebut merupakan produk strategis
perusahaan. Maksudnya adalah produk yang penting bagi perusahaan, dimana produk ini
jika tidak dibuat maka akan menghambat perusahaan mencapai tujuannya.

Referensi

Anthony A. Atkinson, Robert S. Kaplan, Ella Mae Matsumura, S. Mark Young (2012). Management
Accounting: Information for Decision Making and Strategy Execution, 6 th edition. Pearson
(AKEM)
Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M. (2013). Akuntansi ManajerialCetakan kedelapan.
Jakarta: Salemba Empat
IAI. (2016).Modul Chartered Accountant Akuntansi Manajemen Lanjutan. Jakarta Pusat: IAI.

Anda mungkin juga menyukai