PENDAHULUAN
Pada tahun 2005, produksi gas yang dihasilkan dari lapangan Gemah dan
northeast Betara di daerah utara, dan saat ini lapangan west Betara telah mulai
1
produksi Gas dan Oil pada September 2007 northeast Betara di daerah utara, dan
saat ini lapangan west Betara telah mulai produksi Gas dan Oil pada September
2007. Sampai saat ini, PetroChina pada wilayah Jabung memiliki dua plant besar
khusus untuk memproses gas yaitu North Geragai Fractionation (NGF) yang
beroperasi pada wilayah Jabung Selatan dan juga Betara Gas Plant (BGP) yang
beroperasi pada wilayah Jabung Utara.
Untuk plant yang menjadi pusat untuk pengolahan minyak mentah yaitu
CPS yang terletak pada daerah Jabung Selatan. Kinerja dari ketiga plant tersebut
juga ditunjang dengan didirikannya beberapa mini plant atau sering disebut
sebagai station. Produk akhir yang nantinya akan dijual kepada konsumen dari
PetroChina Jabung ada beberapa jenis yaitu minyak mentah, sales gas yang akan
dijual kepada singapura dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Tanjung Jabung,
propana, butana, dan kondensat.
2
NORTH BETARA
WEST BETARA
NE BETARA
SOUTH BETARA
NORTH GERAGAI
SW BETARA GEMAH
MAKMUR
RIPAH
2007 EXPLORATION
PROGRAM
Aug. 2006
上午10时31分12秒 4
3
NEB Station merupakan tempat berkumpul minyak yang berasal dari NEB-7
PAD dan NEB-9 PAD. NEB station akan melakukan pemisahan antara
campuran minyak, air sertas gasnya, kemudian gas akan langsung dikirim
menuju BGP sedangkan campuran minyak dan air akan dikirim langsung ke
Gemah Station
4. North Betara Mini Station
Minyak dari Station ini akan dikirim ke NEB Station dengan vacuum truck
5. Ripah Mini Station
Tempat penampungan minyak sementara dari sumur-sumur produksi yang
ada di Ripah yang kemudian akan diteruskan ke Gemah Station menggunakan
vacuum truck karena belum menggunakan jalur pipeline
6. South West Betara (SWB) Mini Station
Untuk minyak yang berasal dari Ripah Station dan SWB Mini Station akan di
kirim menuju ke Gemah Station menggunakan vacuum truck.
7. North Geragai Offshore Facilities
Terdiri dari Fixed Processing Unit (FPU), dua kapal Floating Storage dan
Offloading (FSO) yang satu u ntuk minyak mentah dan kondensat dan
yang satunya lagi sebagai media penyimpanan LPG
4
kantor pusat PetroChina Indonesia yang berlokasi di Menara Kuningan di daerah
Kuningan, Jakarta. PetroChina International Companies Indonesia memiliki
daerah operasi yang meliputi Irian Jaya, Tuban dan juga Jambi. Dalam setiap
kegiatannya, PetroChina juga diawasi oleh Badan Pengawas Hulu Migas (BPH
Migas) dan juga Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas).
5
Mengendalikan serta menjalankan fungsi HSE di perusahaan serta
bertanggung jawab dalam menciptakan situasi dan kondisi HSE yang
nyaman bagi pekerja.
Melakukan monitoring terhadap fungsi HSE di perusahaan.
Menindaklanjuti penemuan kasus HSE di perusahaan.
2. Logistic Department
Monitor inventory / persediaan.
Monitor space warehouse.
Monitor peraturan pemerintah terkait.
Monitor KPI (Key Performance Indicator).
3. Production Department
Melakukan proses produksi.
Melakukan pengecekan apakah hasil produksi sudah sesuai dengan standar
kualitas.
8. Marine Department
Mengawasi minyak dan gas yang dialirkan dari tanjung jabung timur dan
tanjung jabung barat ke kapal penampung di selat berhala yang kemudian
6
akan diangkut oleh tanker untuk dibawa ke luar negeri Singapore dan
China.
9. Maintenance Department
Memikirkan cara-cara maintenance yang lebih baik.
Membakukan tata cara kerja maintenance pada kasus-kasus tertentu dan
disepakati bersama.
Melakukan pekerjaan-pekerjaan inspeksi dan perbaikan-perbaikan di
lapangan.
7
(Sumber: BGP Operations)
BAB 2
DESKRIPSI PROSES
Untuk laboratorium di geragai blok jabung sendiri terdiri atas dua yaitu :
2.1.1 Gas Laboratory
8
B. Mengetahui Spesifik Gravity (SG) gas
C. Melihat komposisi dari gas seperti methane (CH4), ethane (C2H), propane
(C3H8), butane (C4H10), CO2, N2, dan O2 dengan menggunakan alat GC
(Gas Chromatograph).
9
B. Water Analysis
1. Menganalisa kandungan keasaman air (pH)
2. Kandungan mineral yang terdapat pada air seperti : Fe, NH3, Ba2+
3. Kandungan minyak yang terdapat pada air (oil content)
4. Menentukan Chemical Oxygen Demand (COD)
Sample oil yang diambil dari well dimasukkan ke dalam suatu tabung atau
tube kemudian dipanaskan di dalam water bath supaya dapat mempercepat
pemisahan air dan minyak. Kemudian masukkan Hydrometer didalam tabung
untuk mengukur nilai APIobs dan temperature. APIobs yaitu nilai derajat API yang
dapat dilihat secara nyata dengan menggunakan Hydrometer. Pada pembacaan
Hydrometer ini dimana untuk menentukan APIobs dibaca nilai-nilai dari atas ke
bawah, sedangkan untuk untuk menentukan temperature dibaca dari bawah ke
atas. Setelah diketahui nilai APIobs dan temperatur maka dilakukan penentuan
derajat API yang sebenarnya dengan cara melihat tabel konversi API Gravity
Reduction To 60 0F. Cara mengetahui emulsi yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Sample minyak dari well dipanaskan menggunakan water bath dengan
bantuan tabung atau tube yang dimasukkan ke water bath untuk mempercepat
pemisahan minyak dan air.
2. Masukkan kedalam sentrifuge machine kemudian putar dengan kecepatan
kurang lebih 1000 rpm dengan waktu kurang lebih 5 menit sampai terjadi
pemisahan antara minyak (dibagian atas), water (dibagian bawah) dan emulsi
(antara minyak dan water) sesuai dengan berat jenis fluida, dimana fluida yang
berat jenisnya lebih besar akan dibawah.
10
diolah di CPS dari sumur di Lapangan Makmur, Gemah Station maupun Geragai
untuk di proses lebih lanjut pada gas yang dialirkan ke Hamilton Plant.
Sumber fluida yang berasal dari sumur-sumur minyak terdiri dari dua jenis
fluida bertekanan yaitu Low Pressure (dibawah 550 psi) dan High Pressure (460-
550 psi). Sumber fluida yang berasal dari sumur LP Makmur rata-rata memiliki
tingkat slug yang tinggi. Maka dari itu, dialirkan terlebih dahulu ke Slug Catcher
(PV-2900) untuk menyaring lumpur yang terkandung di dalam fluida tersebut
sebelum masuk ke 1st Stage Separator (410-V-3440). Sedangkan, sumber fluida
yang berasal dari sumur High pressure akan dialirkan ke HP Separator (PV-
3430)/ Separator dua phase. Apabila ingin mengetahui komposisi dari produksi
sumur, maka fluida yang berasal dari sumur-sumur minyak tersebut dialirkan ke
Test Separator (PV-3420).
Fluida yang berasal dari sumur- sumur minyak yang Low Pressure
dialirkan ke dalam 1st Stage Separator (410-V-3440). Pemisahan antara minyak,
air, dan gas akan terjadi di dalamnya. Minyak yang keluar dari 1 st Stage Separator
(410-V-3440) dengan kondisi 1000F dipanaskan hingga mencapai temperatur 140-
150 0F menggunakan Heater, guna membantu pemisahan dari fraksi-fraksi yang
terkandung, sebelum diumpankan ke 2nd Stage Separator (PV-3410). Di 2nd Stage
Separator (PV-3410) terjadi pemisahan yang berupa air, minyak dan gas
berdasarkan berat jenis.
Minyak yang keluar dari 2nd Stage Separator (PV-3410) dialirkan menuju
Degassing Boot (TK-8530/8440/8430) untuk memisahkan gas dan minyak.
Minyak yang dihasilkan kemudian disimpan di Oil Storage Tank (TK-
8400/8410/8500) yang berkapasitas 10.000 BBL lalu dipompakan menggunakan
shipping pump melalui pipeline sepanjang 57,97 km ke FSO (Floating Storage
Offloading) Federal I, sedangkan fluida yang berasal dari sumur- sumur minyak
High Pressure dialirkan ke dalam High Pressure Separator (PV-3430)/ Separator
Dua Phase.
11
Sumur-sumur minyak yang masuk ke dalam High Pressure Separator
berasal dari SWB Station, SBD Station dan HP Makmur Station. Fluida yang
berasal dari sumur-sumur tersebut akan terjadi pemisahan di dalam High Pressure
Separator berupa gas dan liquid (minyak-air). Keluaran dari HP Separator yang
berupa liquid (minyak-air) dialirkan menuju 1st Stage Separator (410-V-3440)
bergabung dengan fluida yang berasal dari sumur-sumur Low Pressure. PT
PetroChina Internasional Jabung memproduksi crude oil sebanyak 6.653 BOPD
(Barrel Oil Per Day).
Gas yang berasal dari sumur-sumur minyak terbagi menjadi gas yang Low
Pressure (dibawah 550 psi) dan High Pressure (460- 550 psi). Gas tersebut keluar
setelah terjadi pemisahan di Separator. Gas yang Low Pressure berasal dari 1st
Stage Separator/ Separator Tiga Phase (410-V-3440), sedangkan gas High
Pressure berasal dari High Pressure Separator (PV-3430)/ Separator Dua Phase..
Gas yang berasal dari 1st Stage Separator terlebih dahulu diumpankan ke
Compressor (CP-5100/5200/5300) untuk menaikkan tekanannya sebelum
bergabung dengan gas High Pressure.
Minyak yang keluar dari 1st Stage Separator (410-V-3440) dengan kondisi
100oF dipanaskan hingga mencapai temperatur 145 0F menggunakan Heater, guna
12
membantu pemisahan dari fraksi-fraksi yang terkandung, sebelum diumpankan ke
2nd Stage Separator (PV-3410). Di 2nd Stage Separator (PV-3410) terjadi
pemisahan yang berupa air, minyak dan gas.
Minyak yang keluar dari 2nd Stage Separator (PV-3410) dialirkan menuju
Degassing Boot (TK-8530/8440/8430) untuk memisahkan gas dan minyak. Gas
yang keluar dari Degassing Boot (TK-8530/8440/8430) masuk ke dalam VRU
(Vapour Recovery Unit). Gas tersebut dengan kondisi 1 psi diumpankan ke
Compressor (PV-4000/4010) hingga tekanannya naik menjadi 1,5 psi lalu
dialirkan ke dalam Cooler Compressor (CP-4000) mencapai pressure 50 psi.
Setelah di masukkan ke dalam Cooler Compressor (CP-4000) terdapat sebagian
gas yang berubah menjadi kondensat yang langsung dialirkan kembali ke
Degassing Boot (TK-8530/8440/8430) sedangkan, gas yang tidak mengalami
perubahan fase diumpankan ke Booster Compressor (PV-4020) untuk
meningkatkan pressure dari gas tersebut, kemudian dialirkan menuju 3rd Stage
Compressor (CP-5300). Sedangkan, Gas yang keluar dari 2nd Stage Separator
(PV-3410) langsung diumpankan ke 3rd Stage Compressor (CP-5300) bergabung
dengan gas yang berasal dari Cooler Compressor (CP-4000).
Air yang keluar dari semua separator baik 1st Stage Separator (410-V-
3440), 2nd Stage Separator (PV-3410), maupun Test Separator (PV-3420) akan
ditampung di Produk Water Skim Tank (TK-121) dengan kapasitas 10,000 bbl
melalui pipa 10” dengan kondisi 30 psi. Di Water Skim Tank (TK-121) terjadi
pemisahan berdasarkan berat jenis. Dari pemisahan ternyata masih terdapat
minyak yang terikut. Minyak tersebut diumpankan kedalam Skim Tank (TK-125)
yang berada dibawah tanah, sedangkan air yang keluar dari Water Skim Tank (TK-
121) dipompakan ke Media Filter (F-7700/7710). Di dalam Media Filter (F-
7700/7710) terdapat walnut guna menyaring kotoran yang terbawa oleh air.
Kotoran yang tersaring akan dilarikan menuju pengolahan limbah Seven Stages
Water Treatment Pond, sedangkan air yang bebas dari kotoran akan dipompakan
ke Injection Water Surge Tank (T-126) menggunakan reda pumps (66 psi) menuju
Disposal Well (WH-1700).
13
2.3. Natural Gas Liquid (NGL)/ Hamilton Plant
Hamilton Plant adalah tempat pemisahan gas atau tempat memproses gas
yang ada di CPS, pemisahan gas menggunakan metode destilasi dari tiaptiap
sumur yang berproduksi di Geragai, dimana untuk menurunkan tekanan yang ada
digunakan Proopan Refrigran yang dimaksud dapat menurunkan tekanan ialah
mengubah fase gas menjadi liquid. Gas yang berasal dari CPS dan diproses dari di
Hamilton didapatkan produk berupa sales gas dan LPG mix (yang terdiri dari
Propane dan Butane) yang dipisahkan dari kondensat. Sehingga untuk Hamilton
Plant adalah sebagai penghubung antara CPS dan NGF untuk memisahkan gas
menjadi dua produk yaitu Sales Gas yang terdiri dari Methane (C 1) dan Ethane
(C2) yang akan dikirim ke BGP, serta NGL (Natural Gas Liquid) yang terdiri dari
propane, butane dan kondensat yang dialirkan ke NGF.
Gas yang berasal dari CPS dialirkan menuju inlet separator V-120, dimana
inlet separator adalah separator awal yang digunakan untuk menerima gas yang
dialirkan dari 1st Stage Compressor di CPS . Tetapi sebelum masuk ke inlet
separator, gas melewati inlet cooler dan terjadi perubahan fase yaitu fase gas dan
liquid. Kemudian masuk ke dalam inlet separator. Pada separator ini terjadi
pemisahan antara fase gas dan fase liquid. Untuk fase liquid yang terpisah pada
inlet separator akan dialirkan kembali ke 2 st Stage Separator yang terdapat di CPS
untuk diolah kembali karena memungkinkan masih mengandung HC. Sedangkan
untuk fase gas akan dialirkan menuju Cold Separator, dengan melalui Exchanger
E-130, E140, E-150 (Chiller) dengan menggunakan media pendingin.
14
Untuk glycol dialirkan ke storage dan untuk gas produk NGL dialirkan ke
High Flash Separator (V-170) dan memiliki tekanan sekitar 350 psig. Pada
separator ini gas ringan (flash gas) yang terbawa NGL akan terpisah dan akan
dialirkan menuju 1st Stage Separator yang ada pada CPS. Sedangkan NGL akan
dialirkan ke De-Ethanizer Tower untuk diproses lebih lanjut. Pada DeEthanizer
Tower, NGL dipisahkan dari gas ethane dengan bantuan reboiler untuk
memaksimalkan pemisahan gas. Gas ethane yang menguap menjadi gas akan
menjadi top produk lalu dialirkan menuju De-Ethanier Reflux Accumulator
melewati exchanger.
Fraksi berat NGL ang masih terbawa akan dipisahkan kembali di De-
Ethanizer Reflux Accumulator dan akan dipompa kembali ke De- Ethanizer
Tower, sedangkan untuk fraksi ringan C2 akan dialirkan ke 1st Stage Separator di
CPS. Setelah NGL yang sudah terpisah dengan ethane di De- Ethanizer Tower
kemudian dialirkan menuju Overhead Condenser untuk didinginkan. Setelah
NGL didinginkan, NGL akan dialirkan dan disimpan di NGL Sphere untuk
diproses lebih lanjut di NGF.
15
Joule Thomson adalah tempat pemisah gas yang berasal dari CPS dengan
metode destilasi dari tiap-tiap unsur dengan menggunakan JT Valve sebagai
penurunan tekanan (mengubah dari fase gas ke fase iquid) menggunakan JT
Valve. Proses JT Plant yaitu gas yang dihasilkan dari CPS masuk ke Injection
Compressor CP-5100 dan CP-5500 kemudian masuk ke Gas Exchanger E-200,
fungsi dari Exchanger adalah untuk menurunkan temperature dan tekanan.
Dengan bantuan glikol yang berfungsi untuk menangkap air yang terikut
dalam gas, kemudian masuk ke Exchanger E-201 dan tekanan turun menjadi 1200
psi dengan menggunakan JT Valve kemudian masuk ke LTS Separator dengan
temperatur 12 0F setelah itu kembali ke Gas Exchanger E-201 kemudian masuk ke
HP Separator dengan tekanan 550 psi berupa liquid hidrokarbon seperti C 1, C2
dan C3, kemudian gas berupa C1 dan C2 disalurkan ke Hamilton Plant. Sedangkan
untuk fluida di HP separator yang dilevel bawah akan masuk ke De-Ethanizer
dengan tekanan 260 psi. Pada DeEthanizer ini gas berupa C1 dan C2 dikirim ke 1st
STG Separator yang berda di area CPS dan untuk C3+ dimasukkan ke reboiler De-
Ethanizer untuk pemasan dimana panasnya disuplay dari hot oil surge tank.
Kemudian disimpan di NGL Sphere untuk diproses lebih lanjut di NGF.
16
2.5. Natural Gas Fractionation (NGF) Plant
17
menuju Coalescer (710-V-206) melalui Condenser (E-109) untuk didinginkan.
Propane-nya yang akan kembali sebagai Adsorber Inlet dan airnya akan dikirim
ke 2nd Stage LP Separator (PV-3410) yang ada di CPS.
Butane yang keluar dari De-propanizer Tower (710-C-101) akan menuju ke De-
Butanizer Tower (710-C-102). Butane dengan fraksi yang lebih ringan akan
keluar menjadi top product, masuk menuju DeButanizerr Condenser (710-E-105),
guna mendinginkan uap panas agar menjadi cair lalu di tampung di De-Butanizer
Reflux Drum (710-V-203). Butane yang tidak ikut menguap dipanaskan kembali
menggunakan De-Butanizer Reboiler (E-106), dan kembali lagi ke De-Butanizer
Condenser (710-E-105). Butane yang keluar dari De-Butanizer Reflux Drum (710-
V-203) dialirkan ke Butane Treater (710-V-204) guna menghilangkan
kontaminan (H2S). Selanjutnya, dialirkan menuju Butane Storage Bullets untuk
dipompakan ke FPU. Sedangkan, bottom product yang keluar dari De-Butanizer
berupa kondensat (C5+) akan dikirim ke Condensate Storage melalui Condensate
Exchanger (E-101A/B) dan Condensate Rundown Cooler (E-104). PNID NGF
Plant dapat dilihat pada gambar 3.3. dibawah
18
Sumber : NGF Operation, 2019
Betara Gas Plant merupakan tempat pengolahan gas utama yang berada di
Blok Jabung. Gas yang diolah di BGP ini akan didistribusikan ke Singapore
Power melalui jalur Perusahaan Gas Negara (PGN), sedangkan NGL yang
dihasilkan akan dikirim ke NGF Plant. Gas yang diolah di BGP ini berasal dari
Gemah, North East Betara (NEB) dan Low Pressure North East Betara (LP NEB).
Gas yang masuk ke BGP ada yang high pressure dan low pressure. Gas yang low
pressure berasal dari LP NEB dan Gemah, sedangkan gas yang high pressure
berasal dari North East Betara (NEB). Gas yang dari sumur low pressure akan
dialirkan ke LP Slug Catcher (V-219) untuk pemisahan gas dan kondensatnya.
19
Gambar 2.4. Betara Gas Plant
2.6.1 Gas
Gas yang keluar dari Inlet Separator akan dialirkan ke O/H KO Drum (V-
203) untuk memisahkan condensate yang terikut. Gasnya akan dinaikkan
tekanannya dari 254 psi menjadi 733 psi menggunakan O/H Compressor (K-
101A/B), kemudian didinginkan di After Cooler (E-102).
Gas yang berasal dari Slug Catcher (V-201), O/H Compressor After KO
Drum (V-205), dan Inlet LP Compressor (605-K-102) bergabung di Feed Gas
Cooler (610-E-101) menuju ke Pretreatment Gas Exchanger 1(E-102) dan
Pretreatment Gas Exchanger 2 (E-107 A/B). Dimana tahap pretreatment ini
bertujuan untuk menghilangkan heavy hydrocarbon pada gas sebelum gas masuk
ke Membrane System. Setelah gas melewati Pretreatment Gas Exchanger, gas
menuju Pretreatment Gas Chiller (E-103) hingga mencapai temperatur 74 0F.
Dengan temperatur yang sedemikian, sehingga dapat mencegah terbentuknya
hydrate pada aliran gas. Dari gas chiller menuju Pretreatment Separator (V-201)
untuk memisahkan heavy hydrocarbon dari gas.
Gas yang telah melalui Pretreatment Separator (V-201) akan menuju ke
Pretreatment Coalescer (F-101A/B), untuk menghilangkan kandungan heavy
hydrocarbon. Kemudian, menuju Memguard Adsorber (V-202 A/B) untuk
melindungi membrane dari heavy hydrocarbon, lalu ke Partikel filter (F-102 A/B)
agar partikel yang masih terbawa dapat tersaring. Sebelum masuk ke membrane,
gas terlebih dahulu dipanaskan di Preheater (E-108) agar temperatur inlet
membrane tercapai yaitu 1030F. Adapun media pemanas yang digunakan pada
kedua exchanger ini adalah Hot Oil yang dikontrol secara otomatis. Setelah
melewati membrane kandungan CO2 menurun dari 32% menjadi 14%. Di
20
membrane dihasilkan permeate gas yang akan dibakar di Thermal Oxidizer (PK-
102A/B).
Outlet membrane dengan memiliki kandungan CO2 sebesar 14% dialirkan
menuju Amine System. Pemisahan CO2 dilakukan secara fisika dan secara kimia..
Membrane lebih mengarah secara fisika, sedangkan secara kimia dilakukan
menggunakan amine. Gas yang telah melewati Amine System mengalami
penurunan kandungan CO2 menjadi 3-4%. Ini telah memenuhi syarat sebagai
sales gas. Proses penyerapan CO2 menggunakan Amine System akan dibahas di
Bab Selanjutnya.
Sweet gas yang dihasilkan dari Amine Contactor (C-101) akan masuk ke
dalam Booster Compressor Suction Drum (655-V-201) untuk menangkap air yang
terikut, setelah itu pressure dinaikkan di Booster Compressor (655-K-101) dari
619 psi menjadi 849 psi. Setelah melewati Booster Compresor Gas Exchanger
(650-E-101),gas tersebut diumpankan menuju Booster Compresor Discharge
Chiller (E-103) disini terjadi penurunan temperatur dari 97oF menjadi 80oF,
sehingga terjadi kondensasi. Setelah melewati Discharge Chiller (655-E-103), gas
masuk ke Warm Separator (V-203), kemudian gasnya akan menuju Filter
Coalescers (F-104A/B) dan Molseive Dryer (V-204A/B), guna menghilangkan
kandungan uap air dari gas.
Gas yang dihasilkan dalam bentuk dry gas akan diumpankan menuju Dry
Gas Filter (F-105A/B), guna menyaring partikel yang terikut. Outlet gas dari
Molseive Dryer menjadi sangat kering dengan water dew point temperature 1450F
kemudian gas akan melalui Expander Cold Box Chiller (E-101). Disini terjadi
perubahan temperatur dari 80 0F menjadi 15 0F. Prinsip dari Expander Cold Box
Chiller (E-101) itu sendiri adalah pertukaran panas. Gas yang telah keluar daari
Expander Cold Box Chiller (E-101) akan ditampung di Low Temperature
Separator (655-V-202), disini gas dan NGL akan dipisahkan. Gas akan dialirkan
menuju Turbo Expander (KE-101) dan NGLnya akan menuju De-Ethanizer (C-
102).
Pada Expander tekanan akan diturunkan dari 794 psi menjadi 255 psi.
Outlet Expander akan menuju Absorber (C-101), disini terjadi aliran dua fase,
yaitu gas dan NGL. NGL yang ditampung oleh Absorber (C-101) akan dialirkan
21
ke De-Ethanizer (C-102) melalui Cold Box Chiller (E-104), yang mana akan
terjadi peningkatan temperatur dari -58.60F menjadi 850F.
Pada De-Ethanizer (C-102) terjadi pemisahan fraksinasi, ethane akan
dialirkan ke De-Ethanizer Condenser (E-105) untuk dikondensasikan dan akan
ditampung di De-Ethanizer Reflux Drum (V-204). Disini ethane yang menguap
akan dikembalikan ke Absorber melalui Cold Box Chiller (E-104), sedangkan
propane akan terkondensasi dalam Reflux Drum (655-V-204), selanjutnya akan
dikembalikan ke De-Etanizer Tower (C-102) yang berupa reflux.
NGL yang dihasilkan dari De-Ethanizer (C-102) sebagai bottom product
akan disimpan di NGL Liquid Storage Bullet (670-V-201/202/203) untuk dikirim
ke NGF. Sedangkan, gas yang keluar dari Absorber (C-101), akan dialirkan ke
Booster Compresor Gas Exchanger (650-E-101) melalui Cold Box Chiller (E-
104), peningkatan temperatur dari -92 0F menjadi 64 0F terjadi disini. Selanjutnya,
akan masuk ke dalam Sales Gas Compressor Suction KO Drum (650-V-
201A/B/C) untuk memisahkan sales gas dari condensate dalam jumlah kecil.
Namun, apabila terdapat kondensat akan dialirkan ke flare, sedangkan
sales gas-nya akan dikompres di 2nd Stage Compressor (650-K-101) guna
menaikkan tekanan dari 230 psi menjadi 1.070 psi. Kemudian, dialirkan ke Sales
Gas Matering bergabung dengan gas yang berasal dari NGF sebelum dialirkan ke
Perusahaan Gas Negara (PGN).
2.6.2 Kondensat
2.6.3 Air
22
Air yang dihasilkan dari pemisahan Inlet Separator (605-V-202) serta dari
sumber yang lain (Booster Kompresor, Regeneration gas KO Drum, Pretreatment
feed separator, dan Molseive Dryer) akan masuk ke dalam sistem Produced
Water Treatment. Semua air ini akan ditampung di Produce Water Degassing
Drum (660-V-201), di sini apabila ada gas yang terikut akan dialirkan ke flare
untuk dibakar, sedangkan airnya akan masuk ke Slop Tank (T-101). Air yang telah
terbebas dari kandungan hydrocarbon akan dialirkan ke Disposal Water Tank (T-
102) untuk diinjeksikan ke Water Injection Well A/B.
23
BAB 3
SISTEM UTILITAS PADA BETARA GAS PLANT (BGP)
Sistem hot oil merupakan sistem loop tertutup dan sirkulasi secara terus
menerus.Sistem ini berfungsi untuk menyediakan hot oil sebagai pemanas pada
temperatur yang diinginkan untuk media pemanas di beberapa alat penukar panas
(heat exchanger) dan kebutuhan alat lainnya di BGP. Beberapa alat utama yang
menggunakan hot oil adalah :
Tabel 3.1 Alat utama yang menggunakan hot oil
Alat Designnduty
(MMBtu/hr)
Condensate stripper re-boiler (605-E-103) 13,9
Membrane Feed Preheater-1 (610-E-104) 2,48
Membrane Feed Preheater-2 (610-E-108) 13,08
Amine Re-boiler (615-E-102A/B/C/D) 112
De-Ethanizer Re-boiler (655-E-106) 21,37
Fuel Gas Superheater (695-E-101) 1,43
(sumber : Operating manual for BGP, Gemah & NEB, 2019 )
24
keadaan thermal oxidizer (695-PK-102 A/B) mengalami trip. Agar pembakaran
acid gas tidak menimbulkan asap dan korosi, sebanyak 19,9 MMSCFD fuel gas
perlu ditambahkan saat dilakukan pembakaran. Fungsi dari penambahan fuel gas
ini adalah sebagai assist gas agar Lower Heating Value (LHV) dari aliran acid
gas menjadi dibawah 200 BTU/scf.
Laju alir gas tertinggi yang akan dikirim ke HP flare berasal dari blow off
slug catcher (605-PSV-123 A/B). selain itu juga, kepala LP dan HP flare
keduanya terhubung dengan Flare Ko Drum (695-V-205). Secara umum flare
system ini terdiri dari, antara lain:
A. Flare package (695-PK-110) yang berfungsi untuk membakar gas dari
emergency blow down, safety relief, dan fluida lainnya yang memang diarahkan
ke kepala flare pada laju alir tertentu.
B. Flare KO Drum (695-V-205) dan Flare KO Drum Pumps (695-P-113
A/B) didesain untuk mengakomodasi operasi normal dari sitem drainase tertutup,
ditambah cukup untuk menampung saat terjadi cairan buangan terus menerus.
25
panas yang masuk ke hot oil dengan cara menginjeksikan udara di bagian depan
hot oil tubes.
System instrument dan utilitas udara pada Betara Gas Plant (BGP) terdiri
dari 3 x 50 % air compressor package (695-PK-104 A/B/C), wet air receiver
(695-V-203), air drier package (695-PK-105), instrument air receiver (695-V-
204), instrument dan utilitas distribusi udara. Sistem distribusi memiliki
kompresor udara yang masing-masing memiliki kapasitas 700 SCFM (basis
kering) dan memiliki tekanan 110 dan 100 psig.
Sistem utilitas ini di distribusikan ke amine unit (untuk amine sump tank
ejector dan pit purging, area utilitas, laboratorium dan beberapa station utilitas
26
yang seringkali membutuhkan. Pada keadaan normal, alat yang dioperasikan
terdiri dari dua paket kompresor dan satu drier package dan yang lainnya berada
pada keadaa standby dan siap untuk dioperasikan secara otomatis maupun
manual.
Raw water dipompakan dari 3 lokasi yang terpisah dengan pompa raw
water (695-P-108 A/B/C) dengan kapasitas masing-masing 60 USGPM dan
perbedaan tekanan sebesar 280 psi. Biasanya pompa ini beroperai untuk
menyuplai air ke tangki fire water (695-T-105) dengan dua unit dan satu unit
dalam kondisi standby. Tangki tersebut adalah tempat penyimpanan dari semua
air di BGP. Nozzle keluaran dari system fire water dibagi menjadi dua bagian.
Bagian bawah untuk suplai dari sistem fire water. Sedangkan bagian
lainnya yang berada pada sisi atas berfungsi untuk menyuplai air yang digunakan
untuk utilitas dengan pompa utility water (695-P-111 A/B). Air yang digunakan
untuk utilitas digunakan untuk menyuplai air ke siste, utilitas dan gedung, dan air
umpan untuk Treated Water Package (695-PK108) dan Portable Water
Package(695-PK-106).
27
C. Treated Water System
Air yang digunakan untuk utilitas dari Header diolah di Treated Water
Package (695-PK-108) sebelum ditampung kedalam tangki Treated Water (695-
T-106). Package berisi dari 2 bagian yaitu bagian injeksi kimia dan HP Pumps
dan juga bagian Reverse Osmosis.
Prinsip kerja dari Gas Turbine Generator (GTG) adalah alat yang
memanfaatkan gas sebagai fluida untuk memutar turbin dengan pembakaran
internal sehingga dapat memutar generator dan menghasilkan listrik. Didalm
turbin gas, energy kinetic dikonversi menjadi energy mekanik melalui udara
bertekanan yang memutar roda turbin sehingga menghasilkan daya. System turbin
28
gas yang paling sederhana terdiri dari tiga komponen yaitu kompresor, ruang
bakar, dan turbin gas.
Gas hasil pembakaran tersebut dialirkan ke turbin gas melalui suatu nozel
yang berfungsi untuk mengarahkan aliran tersebut ke sudut-sudut turbin. Daya
yang dihasilkan turbin oleh turbin gas tersebut digunakan untuk memutar
kompresornya sendiri dan memutar beban lainnya seperti generator listrik, dan
lain-lain. Setelah melewati turbin ini gas terrsebut akan dibuang keluar melalui
saluran buang (exhaust).
29
BAB 4
TUGAS KHUSUS
30
4.1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari Tugas Khusus ini yaitu dapat mengetahui
proses pemurnian yang terjadi pada gas (karbondioksida CO 2 removal unit) yang
terdapat di Betara Gas Plant (BGP).
31
pemisahan mereka setelah pengeringan. Kemudian Vos dan Buris menjawab
permasalahan ini dengan menambahkan surfaktan ke air untuk mengurangi
tegangan interfasial antara dinding membran dengan molekul air. Perkembangan
teknologi membran pun terus terjadi dan sejak 1980 banyak ahli berfokus pada
pengembangan dan aplikasi membran untuk perindustrian. Aplikasinya dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelas yaitu recovery hidrogen, pengolahan gas,
pengolahan gas alam, dan memperkaya oksigen dan nitrogen dari udara.
Sistem membran telah menjadi teknologi pengolahan gas alam yang telah
dicoba dan diterima dengan berbagai keunggulan dalam berbagai aplikasi
pemrosesan. Dari unit-unit awal yang memproduksi gas yang diolah SCFD di
bawah 10 MM, kini ada sistem untuk memproduksi hingga 250 MM SCFD.
Rencana untuk pabrik yang menghasilkan 500 MM SCFD dan lebih tinggi sedang
dalam pengerjaan. Meskipun sebagian besar unit telah dipasang di darat, beberapa
fasilitas lepas pantai memang ada, dan banyak lagi yang direncanakan. Sistem ini,
serta yang ada di Timur Tengah dan di tempat lain, mengeksploitasi keandalan
dan persyaratan tenaga kerja minimum membran (Rautenbach, 1989).
32
pemrosesan. Dalam beberapa kasus, pendekatan yang paling ekonomis adalah
menggabungkan membran dengan teknologi yang ada atau menggunakan
membran untuk menghilangkan noda pada tanaman berbasis pelarut yang ada.
Membran yang terdiri dari lapisan tidak keropos yang sangat tipis yang
dipasang pada lapisan yang lebih tebal dan sangat berpori dari bahan yang sama.
Struktur membran ini disebut asimetris, berlawanan dengan struktur homogen, di
33
mana porositas membran lebih atau kurang seragam di seluruh. Contoh membran
asimetris ditunjukkan pada Gambar 4.1.
Lapisan tidak keropos memenuhi persyaratan membran ideal, yaitu sangat selektif
dan juga tipis. Lapisan berpori memberikan dukungan mekanis dan
memungkinkan aliran bebas senyawa yang menembus melalui lapisan tidak
keropos. Meskipun membran asimetris merupakan peningkatan besar pada
membran homogen, mereka memiliki satu kelemahan. Karena mereka hanya
terdiri dari satu bahan, mereka mahal untuk dibuat dari polimer eksotis, sangat
disesuaikan, yang sering dapat diproduksi hanya dalam jumlah kecil. Kesulitan ini
diatasi dengan memproduksi membran komposit, yang terdiri dari lapisan selektif
tipis yang terbuat dari satu polimer yang dipasang pada membran asimetris, yang
terdiri dari polimer lain (Dortmunt and Doshi, 1999).
34
Selective
Layer
Asymmetric
Membrane
Membran pemisahan gas dibuat dalam satu dari dua bentuk lembaran datar
atau serat berlubang. Lembaran datar biasanya digabungkan menjadi elemen luka-
35
spiral, dan serat berlubang digabungkan menjadi sebuah bundel yang mirip
dengan penukar panas shell dan tabung.
Gas umpan masuk sepanjang sisi membran dan melewati spacer umpan
yang memisahkan amplop. Ketika gas bergerak di antara amplop, CO2, H2S, dan
senyawa yang sangat permeabel lainnya meresap ke dalam amplop. Komponen
yang dapat meresap ini hanya memiliki satu outlet yaitu mereka harus melakukan
perjalanan dalam amplop ke tabung permeat. Kekuatan pendorong untuk
transportasi adalah tekanan makan rendah dan makan tinggi (Dortmunt and Doshi,
1999).
36
F. Keuntungan Sistem Membran
37
7. Desain efisiensi: Sistem membran dan pretreatment mengintegrasikan
sejumlah operasi, seperti dehidrasi, penghilangan CO2 dan H2S, kontrol titik
embun, dan penghilangan merkuri. Teknologi penghilangan CO2 tradisional
membutuhkan semua operasi ini sebagai proses yang terpisah dan mungkin juga
memerlukan dehidrasi tambahan karena beberapa teknologi memenuhi aliran
produk dengan air.
8. Pembangkit listrik: Gas meresap dari sistem membran dapat digunakan
untuk menyediakan gas bahan bakar untuk pembangkit listrik, baik untuk
kompresor daur ulang atau peralatan lainnya. Produksi bahan bakar gratis ini
sebenarnya sangat berguna dalam sistem hybrid membran-amina, di mana sistem
membran menyediakan semua kebutuhan energi sistem amina.
9. Ramah lingkungan: Sistem membran tidak melibatkan penghapusan dan
penanganan berkala pelarut atau adsorben yang dihabiskan. Gas permeate dapat
dibakar, digunakan sebagai bahan bakar, atau dimasukkan kembali ke dalam
sumur. Barang-barang yang perlu dibuang, seperti elemen membran bekas, dapat
dibakar.
10. Ideal untuk lokasi terpencil: Banyak faktor yang disebutkan di atas
membuat sistem membran teknologi yang sangat diinginkan untuk lokasi
terpencil, di mana suku cadang jarang dan tenaga kerja tidak terampil. Lebih jauh,
penyimpanan pelarut dan angkutan truk, pasokan air, pembangkit listrik (kecuali
jika sistem multistage dipasang), atau infrastruktur yang luas tidak diperlukan.
38
melekat pada nitrogen. Amine memiliki rumus umum CnH2n+3N. Amin dapat
digolongkan menjadi:
1. Amine primer : jika satu atom H dari NH3 diganti dengan gugus alkil
Rumus umum : CnH2n+1NH3 atau R – NH2
Contoh : MEA (Mono Ethanol Amine) H
N CH 2 CH2
OH
H
2. Amine sekunder : jika dua atom H dari NH3 diganti dengan dua gugus alkil
Rumus umum : R NH
R CH2 CH2 OH
Contoh : DEA (Di Ethanol Amine) H N
CH2 CH2 OH
3. Amine tersier : jika tiga atom H dari NH3 diganti dengan tiga gugus alkil
Rumus umum : R N R”
R’ CH2 CH2 OH
Contoh : MDEA (Methyl-Di Ethanol Amine) H3C N
CH2 CH2 OH
Untuk kelompok amine primer atau sekunder ini merupakan basa kuat. Bereaksi
cepat dengan gas asam. Ada beberapa jenis amine yang digunakan untuk proses
pemisahan diantaranya:
39
Keempat jenis amine tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing, baik dalam hal konsentrasi penambahan air murninya ataupun
volume kecepatan pengikat acid gasnya.
Tabel 4.1. Konsentrasi dan Volume pengikatan acid gas dari berbagai tipe amine
40
1) Penampilan MDEA : cairan warna bening kekuningan
2) Berat molekul MDEA : 119,16 kg/mol
3) ph : 11 – 12 dari 100 g/l, 20 0C
4) Titik beku : < -10 0C
5) Boiling point MDEA pure : 245 0C
6) Boiling pount aquaeous solution : 110 – 120 0C
CH2 CH2 OH
7) Struktur kimia MDEA : H3C N
CH2 CH2 OH
8) Sangat stabil dan non degradasi
b. Sifat kimia MDEA (Methyl Di Ethanol Amine)
1) MDEA merupakan cairan higrokopis, dan berbau amoniak, bersifat
alkanol amines dan larutannya akan menyerap karbondioksida dan hidrogen
sulfida pada suhu rendah dan melepaskan gas asam pada suhu yang lebih tinggi.
Hal ini menjadi dasar untuk proses pemisahan CO2 dan H2S dari aliran gas.
2) Ada dua kemungkinan mekanisme untuk penyerapan CO2 dengan
menggunakan amine. Berikut adalah mekanisme reaksi yang terjadi :
41
b. Air
c. Aktivator sistem
aMDEA adalah pengaktivasi oleh amine sekunder yang tidak terdegradasi
atau menyebabkan masalah korosi. Sistem aktivator BASF ini tidak mengandung
banyak alkanol amines primer atau sekunder, sehingga tidak terjadi degradasi.
Formulasi yang tepat dari sitem aktivator ini dimiliki oleh BASF dan dibuat
khusus untuk setiap proyek baru.
Perbandingan konsentrasi aMDEA dengan air yang digunakan adalah 50 :
50. Alasan digunakan aMDEA dengan konsentrasi 50 % adalah karena dengan
konsentrasi 50% larutan amine memiliki kapasitas penyerapan CO2 12% lebih
banyak dari pada larutan dengan konsentrasi 40%. Dengan konsentrasi yang lebih
tinggi, larutan aMDEA memiliki kecenderungan untuk meghasilkan foam yang
lebih rendah dari pada konsentrasi rendah.
Total amine pada aMDEA sebelum dicampur adalah 92 – 95 %.
Diharapkan konsentrasi dari total amine adalah sekitar 47 – 52 %. Namun target
konsentrasi yang ingin dicapai adalah sebesar 50 %. Untuk penyesuaian akhir dan
selama berlangsungnya operasi, mungkin diperlukan dari waktu ke waktu untuk
menyesuaikan konsentrasi total amine, karena berbagai alasan:
a. Konsentrasi rendah
1) Hilangnya konsentrasi larutan aMDEA
2) Air mengikat pada inlet (feed gas, wash water)
3) Kehilangan amine akibat aliran outlet gas
b. Konsentrasi tinggi
Konsetrasi uap meningkat melalui aliran outlet gas. Ada beberapa kerugian
aMDEA dan cara meminimalisir kerugian tersebut, yaitu dengan beberapa cara
antar lain :
1) Kebocoran dari seal atau gasket, pompa, ketup. Dapat diminimalisir
dengan penggantian filter dan pemeliharaan lain, menyebabkan peningkatan
pemeliharaan plant .
2) Entraiment dari pelaurt aMDEA. Dapat diminimalisir dengan
pengkoreksian operasi dan pemeliharaan untuk tray pencuci pada head kolom,
dan instalasi dan pemeliharaan demister bantalan di atas kolom.
42
3) Adanya vapor kecil, kisaran ppm rendah, tetapi tidak dapat dihindari.
Reaksi kimia dari proses pengikat acid gas oleh amine adalah sebagai berikut :
Acid (asam) + Alkali Salt (garam)
H2S + Amine Amine Sulfide
CO2 + Amine Amine Carbonate
B. Karbondioksida (CO2)
1. Sifat fisika karbondioksida (CO2)
a. Nama sistematis : Karbondioksida
b. Rumus molekul : CO2
c. Berat molekul : 44 gr/mol
d. Wujud/bentuk : Gas tidak berwarna dan tidak berbau
e. Densitas : 1.600 gr/L (padat) dan 1,98 gr/L (gas)
f. Titik leleh : -57 0C (216 k) (dibawah tekanan)
g. Titik didih : -78 0C (195 k) (menyublim)
h. Kelarutan dalam air : 1,45 g/L
i. Keasaman (pKa) : 6,35 dan 10,33
j. Viskositas : 0.07 cP pada -78 0C
k. Bentuk molekul : Linear
l. Titik tripel CO2 : 518 kPa pada -56,6 0C
m. Titik kritis CO2 : 7,38 Mpa pada 31,1 0C
2. Sifat kimia dari karbondioksida CO2
a. Molekul karbondioksida(0=C=0) mengandung dua ikatan rangkap yang
berbentuk linear dan tidak bersifat dipol.
b. Karbondioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia
yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah
atom karbon.
c. Karbondioksida membentuk asam lemah yang dikenal sebagai asam
karbonat (H2CO3) dalam air reaksi yang relatif lambat.
C. Peralatan di Amine System
1. Amine contactor (615-C-101)
43
Amine contactor (615-C-101)merupakan suatu kolom dimana tempat
terjadi proses absorbsi. Didalam amine contactor terdapat peralatan berupa
packing, distributor pipe, tray, vortex breaker, dan demister.
a. Packing
Packing berguna untuk memperpanjang residence time dan untuk
memastikan kontak amine dengan feed gas secara menyeluruh.
b. Distributor pipe
Distributor pipe berguna untuk mendistribusikan amine di dalam amine
contactor (615-C-101) secara merata dan mengurangi kemungkinan terjadinya
channeling pada packing.
c. Tray
Tray berguna untuk menghambat amine yang terbawa oleh feed gas.
d. Vortex braker
Vortex breaker berguna untuk mencegah terjadinya pusaran cairan di dasar amine
contactor (615-C-101) agar feed gas tidak terikut bersama rich amine.
e. Demister
Demister berguna untuk mencegah amine terikut bersama feed gas.
2. Amine flash column
Amine flash column (615-C-102) merupakan suatu kolom dimana tempat
terjadi proses flash out. Amine flash column memiliki peralatan internal serupa
seperti amine contactor (615-C-101).
3. Amine stripper
Amine stripper (615-C-103) alat yang terdapat pada amine regenerasi.
Amine stripper (615-C-103) merupakan suatu alat yang berguna dalam
melepaskan CO2 dari rich amine. Peralatan internal dari amine stripper antara
lain:
a. Packing
Packing berguna untuk memperpanjang residence time dan untuk memastikan
kontak amine dengan feed gas secara menyeluruh.
b. Distributor pipe
44
Distributor pipe berguna untuk mendistribusikan amine di dalam amine contactor
(615-C-101) secara merata dan mengurangi kemungkinan terjadinya channeling
pada packing.
c. Vortex braker
Vortex breaker berguna untuk mencegah terjadinya pusaran cairan di dasar amine
contactor (615-C-101) agar feed gas tidak terikut bersama rich amine.
d. Chimney Tray
Chimney tray berfungsi untuk menampung rich amine sebelm disirkulasi melalui
amine reboiler (615-E-102A/B/C/D).
4. Amine Exchanger
Pada amine exchanger (615-E-101) terjadi pertukaran panas antara rich amine dan
lean amine yang berguna untuk mengurangi kerja dari amine reboiler (615-E-
102A/B/C/D).
5. Amine reboiler
Amine reboiler (615-E-102A/B/C/D) berfungsi untuk memberikan energi panas
pada CO2 agar dapat terlepas dari amine.
6. Acid gas KO drum
Acid gas KO drum (615-V-201) berguna untuk menampung amine yang
terkondensasi dari acid gas.
7. Amine Cooler
Amine cooler (615-E-103) berguna untuk menurunkan temperatur lean amine
sebelum dikembalikan oleh amine contactor (615-C-101).
8. Filter (sock filter, mechanical filter, charcoal filter, dan after filter)
Filter berguna untuk membersihkan lean amine dari partikel-partikel kecil yang
terbawa oleh amine.
9. Amine surge tank
Amine surge tank (615-T-101) berguna sebagai tempat menampung lean amine.
10. Amine pure tank
Amine pure tank (615-T-102) berguna sebagai tempat menyimpan pure amine.
4.1.5 Pembahasan
4.1.5.1 Proses CO2 removal unit pada membrane system
45
Proses removal unit pada membrane system terjadi pada saat gas telah
mencapai temperatur yang optimal untuk masuk ke membran, maka gas proses
akan memasuki membrane CO2 removal unit. Pada unit ini akan dilakukan
pengurangan kadar CO2 yang pertama pada gas proses yaitu dari awalnya
sebanyak 33-34% mol sehingga menjadi 15% mol untuk case 140 di akhir unit
dan menghasilkan gas produk (residu gas) sekitar 160 MMSCFD.
A. Mercury Removal Unit (610-V-231)
Untuk mengurangi kadar merkuri pada aliran raw gas maka di gunakan
Mercury Removal Unit (610-V-231). Instalasi dari MRU ini didasari dari
peningkatan kadar merkuri yang terikut pada aliran gas dari reservoir. Pada
Betara Gas Plant (BGP) menggunakan MRU dengan lisensi UOP dengan
teknologi HgSIV. HgSIV merupakan adsorben molecular sieve yang dimuati
dengan perak. Adsorben ini diformulasikan khusus untuk menghilangkan kadar
merkuri pada aliran gas. Apabila kandungan merkuri tidak dihilangkan,
ditakutkan akan merusak peralatan pada proses selanjutnya karena dapat
membentuk gumpalan (hydrate) atau menyebabkan plugging pada membrane.
Aliran yang terbebas dari merkuri ini akan difiltrasi kembali dengan
menggunakan MRU particulate filter (610-F-232) dan kemudian akan
didinginkan dengan aerial feed gas cooler (605-E-101). Pemasangan particular
filter ini digunakan untuk menyaring apabila terdapat partikel adsorben yang
terikut pada aliran gas karena dapat menyebabkan plugging pada aliran. Apabila
46
akan dilakukan regenerasi, maka fuel gas akan dialirkan melalui bed tersebut.
Fuel gas akan membawa kandungan merkuri yang terikat pada HgSIV bed untuk
kemudian dialirkan menuju flaring system untuk dibakar ke atmosfer. PFD dari
Mercury Removal Unit dapat dilihat pada gambar 4.5.
47
Gas keluaran dari pretreatment exchanger-2 (610-E-107 A/B) ini
kemudian didinginkan kembali pada bagian pretreatment chiller (610-E-103)
denga media pendingan bertupa propan yang terletak pada bagian shell dan suhu
gas yang masuk dapat menurun hingga 71.4 0F.
48
Gambar 4.6. Feed Gas Pretreatment
Gas flow aoutlet yang berasal dari dari pretreatment feed separator di
alirkan menuju pretreatment filter coalescer (610-F-101 A/B). Coalescer ini
memiliki fungsi untuk menyaring liquid yang masih ada dikarenakan terdispersi
atau mengalami carry over ataupun kontaminan pada gas sebelum diumpankan ke
memguard adsorber pada tekanan 700 psig dan temperatur 70 0F.
49
Gambar 4.7. Memguard Unit
Gas keluaran dari coalescer akan dialirkan menuju top inlet dari memgurd
adsorber agar liquid yang terkandung didalamnya dapat dihilangkan dengan cara
diserap oleh desicant dan keluar sebagai dry raw gas (gas yang kandungan airnya
sudah diserap) melalui bottom outlet memguard adsorber pada tekanan 700 psig
dan temperatur 70 0F. Pada proses ini, air dan hidrokarbon berat yang terdapat
pada gass masukan diserap oleh desicant. Dry raw gas selanjutnya akan dialirkan
menuju pretreatment particle filter (610-F-102 A/B) yang memiliki fungsi untuk
menyaring adsorbent (desicant) atau debu yang ter carry over. Penyaringan pada
pretreatment particle filter dilakukan dengan menggunakan saringan yang
berukuran micron agar partikel-partikel yang tidak diinginkan tersebut tersaring.
Setelah melalui filter maka dry raw gas akan memasuki bagian shell dari
pretreatment gas heat excahnger-2 (610-E-107 A/B) sebagai media pendingin dan
dilnjutkan menuju proses sitem membran untuk menghilangkan kandungan CO2
yang masih terkandung di dalam gas.
2. Transtition step
50
Pada saat adsorber diisolasi, valve inlet dan outlet regenerasi di tutup
untuk menyediakan alira gas regenerasi. Gas regenerasi digunakan oleh
memguard system untuk menghilangkan air terserap dan hidrokarbon berat dari
adsorben setelah tiap-tiap langkah adsorpsi. Gas ini diambil dari outlet particle
filter (610-F-02 A/B/C) yang dialirkan ke Waste Heat Recovery Unit (WHRU)
(695-PK-101 A/B/C), untuk dipanaskan hingga 560 0F sehingga gas tersebut dapat
digunakan untuk regenerasi. Sebuah flow control valve digunakan untuk
mendistribusikan sejumlah aliran gas sekitar 5 % dari total jumlah dry raw gas.
Setelah heating, hasil dari penyerapan desicant dan juga liquid yang
tertahan di wire mesh dalam memguard adsorber dialirkan ke pre-treatment regen
gas cooler (610-E-105) bersama dengan sisa gas regenerasi yang panas sampai
dengan 120 oF dan didinginkan lebih jauh dalam pre-treatment regeneration gas
chiller (610-E-106) dalam tube dengan propan dalam shell sebagai media
pendingin sampai temperatur 92 oF. Hasil pendinginan liquid kemudian dialirkan
ke pre-treatment regen gas KO drum (610-V-203) untuk dipisahkan antara air dan
hidrokarbon.
Gas akan mengalir ke amine contactor (615-C-101) setelah bergabung
dengan gas yang berasal dari keluaran membran. Sedangkan untuk kondensat
akan memasuki inlet separator pre-heater (605-E-105) sebelum memasuki inlet
separator (605-V-202) dan untuk air akan diproses lebih lanjut dengan dialirkan
menuju produced water degassing drum (660-V-201).
4. Cooling step
Setelah proses heating selesai, sebelum digunakan untuk mengadsorpsi
dilakukan terlebih dahulu tahap cooling. Pada tahap ini WHRU akan di-bypass
dan gas regenerasi yang dingin yaitu pada 660 psia dan 70 0F akan digunakan
untuk mendinginkan bed adsorber. Setelah tahap ini selesai maka adsorber sudah
siap unuk digunakan dan kembali menuju tahap transisi untuk berubah status dari
regeneration menjadi adsoption.
Waktu yang diperlukan untuk tahap-tahap pada memguard unit, dapat
dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Waktu Tahapan Reaksi
51
(Menit) (Menit)
Heating 50-70 61
Cooling 30-60 40
Transition 5-25 18
D. Membranes Unit
1. Membrane Preheating
Sebelum memasuki membrane unit (610-PK-101 A/B), dry raw gas dari
filter akan dialirkan menuju dua parallel yaitu preheater-1 (610-E-104) dan
prehetaer-2 (610-E-108) setelah dipanaskan pada pretreatmen heat exchanger-2.
Heater ini berfungsi untuk menyediakan sisa panas yang cukup untuk mencegah
kerusakan membrane oleh liquid yang mengalami kondensasi. Temperatur yang
perlu dipenuhi inlet membrane adalah 110 0F. Preheter ini menggunakan media
pemanas hot oil untuk menaikkan temperatur dry raw gas.
2. Membrane CO2 Removal Unit
52
Sumber : BGP Operation
Setelah mencapai temperatur yang sesuai untuk memasuki membrane,
maka gas proses akan memasuki membrane CO2 removal unit. Pada unit ini akan
dilakukan pengurangan kadar CO2 yang pertama pada gas proses yaitu dari
awalnya sebanyak 33-34 % mol sehingga menjadi 15 % mol unutuk case 140 di
akhir unit dan menghailkan ga produk (residu gas) sekitar 160 MMSCFD.
Gas keluaran dari membrane pre-heater akan dialirkan ke dalam inlet dari
unit membrane untuk memisahkan CO2 dari gas. Pemisahan gas dengan
membrane dilakukan dengan driving force yaitu berupa konveksi atau difusi dari
masing-masing molekul, adanya tarik-menarik antar muatan komponen atau
konsentrasi larutan dan perbedaan suhu maupun tekanan. Dalam hal ini driving
force yang digunakan untuk permeasi gas berupa gradien konsentrasi dan gradien
tekanan.
Pemisahan dengan membrane akan dilakukan dengan mengalirkan feed ke
dalam membrane kemudian akan terpisah karena adanya driving force yang
memicu pemisahan tersebut. Proses pemisahan dengan membrane akan
menghasilkan dua aliran yaitu permeate dan retentate. Permeate merupakan hasil
pemisahan yang diinginkan sedangkan retentate merupakan hasil sisa. Pada unit
ini, CO2 adalah permeate gas dan metana dan etana sebagai retentate atau gas
residu.
Elemen membran yang digunakan terdiri dari membran selulosa asetat
yang diikat pada kain tenunan sebagai penyangga. Jenis membran yang dipakai
yaitu spiral wound. Membran yang dipakai terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan
cukup pada berpori micron yang bersentuhan dengan kain penyangga dan lapisan
tipis aktif di atas lapisan berpori micron. Dalam konstruksi membran, terdapat dua
susunan pori yaitu membran tak berpori (non-porous) asimetrik di lapisan selektif
atas dan membran berpori micron (microporous) komposit sebagai pengisi lapisan
penyangga berpori dalam asimetrik.
Mekanisme perpindahan yang biasa terjadi pada permeasi gas di sepanjang
membrane tidak berpori (non-porous membrane) yaitu mekanisme solution-
diffusion, dikombinasikan dengan surface diffusion / molecular sieving, yang
terjadi pada dense polymer membrane. Sebagai acuan dapat berupa Mixed Matrix
53
Membrane / MMM (Nanocomposites) sebagai lapisan tak berpori. Membran ini
terdiri dari polimer dimana material non-porous atau anorganik dense seperti
partikel silika, zeolit, carbon (disebut nanotube) didispersikan. Dalam hal ini,
anorganik dense yang dipakai berupa silicon. Prinsip pemisahannya didasarkan
pada perbedaan kelarutan dan kemampuan berdifusi. Permeabilitas tergantung
pada sifat fisika gas yang akan dipisahkan dan kestabilan polimer (glassy atau
rubbery).
Untuk lapisan berpori micron dapat dilihat dari membran Carbon
Molecular Sieving (CMS) sebagai membran karbon microporous. Mekanisme
perpindahan yang terjadi pada membran ini ada 3 kemungkinan, yaitu molecular
sieving (dP<5oA), selective surface (5oA< dP < 12oA) dan knudsen diffusion (dP >
20oA). Dalam pemisahan membrane, modul yang biasa digunakan yaitu hollow
fiber atau sheet (lembaran). Namun yang dipakai yaitu modul sheet yang
kemudian menjadi bentuk spiral wound. Pada penghilangan CO2, penggunaan
membran ini menghasilkan selektivitas yang tinggi jika mekanisme
perpindahannya berupa SSF (selective surface flow).
Sementara untuk membran asimetrik dengan struktur komposit dapat
dilihat dari membran anorganik. Contohnya adalah membran ceramic alumina
dan membran carbon-zirconia. Mekanisme membrane yaitu :
a. Knudsen diffusion
Terjadi pada membran anorganik microporous atau disepanjang pori kecil
dalam membrane polimer dense atau pada mixed matrix membrane. Mekanisme
ini terjadi pada dp > 20oA.
b. Surface diffusion / molecular sieving
Mekanisme ini disebabkan oleh absorpsi/adsorpsi gas di dalam permukaan
membran serta difusi gas yang terabsorpsi/teradsorpsi disepanjang pori membran.
Mekanisme ini tergantung pada sifat kimia gas dan permukaan membran.
54
diameter besar seperti CO2 tidak dapat melewati membran sehingga terpisah dari
gas.
Komponen permeate ini hanya memiliki satu jalan keluar, yaitu dengan
mengalir melewati arus spiral melewati amplop menuju ke pipa rembesan.
Driving force yang menyebabkan perembesan yaitu tekanan tinggi dari feed
menjadi tekanan rendah pada permeate. Permeate gas masuk ke dalam pipa
permeat melalui lubang-lubang kecil di selubung pipa. Dari sana kemudian
mengalir turun dari pipa untuk bergabung dengan permeate dari pipa lain.
Gas residu pada 633 psia dan 920F dikirim ke pre-treatment gas HE-1
(610-E-102) untuk membuat raw gas menjadi dingin pada pretreatment sistem.
Gas dicampur dengan sisa gas regenerasi kemudian dikirim ke amine unit untuk
penghilangan CO2 selanjutnya. Permeate gas yang kaya akan CO2 pada tekanan
20 psia dan 920F dikirim ke Thermal Oxidizer Unit (615-PK-102A/B).
4.1.5.2 Proses CO2 removal unit pada amine system
Setelah melalui proses penghilangan CO2 menggunakan membrane, aliran
gas yang melewati membrane atau retentate akan memasuki unit berikutnya untuk
megurangi kandungan CO2 lebih lanjut. Secara garis besar retentate ini sudah
banyak mengadung C1 dan C2 dan sedikit kandungan CO2 karena sebagian besar
55
kandungan CO2 terdapat di dalam alirat permeate dari membran yang menuju
thermal oxidizer. Walaupun tergolong sedikit, namun kandungan CO2 di retentae
ini masih sekitar 19 % mol dan nilai ini maih belum memenuhi standar sales gas
yang memenuhi permintaan konsumen. Maka dari itu diperlukan tahan penghilang
CO2 lebih lanjut.Unit amine didesain untuk menguangi kandungan CO2 dalam gas
umpan dari 19 % mol menjadi maksimum 3-4 % mol untuk mencegah pembekuan
pada tahap NGL recovery. Pada kondisi operai normal, amine yang dialirkan
dengan memiliki nilai laju alir sebesar 2963 USGPM dari 50 % berat larutan
BASF aMDEA. aMDEA ini yang nantinya aka disirkulasikan untuk penyerapan
CO2.
Pada amine system seperti terlihat pada gambar 4.7. terdapat unit amine
contactor (615-C-101) yang berbentuk vessel silinder vertikal. Pada unit ini
terjadi kontak antar dry gas dari pretreatment gas exchanger-1 dengan amine,
sehingga sweet gas yang keluar dari atas kolom akan mempunyai kandungan CO2
tidak lebih dari 5 % mol. Selain terdapat amine contactor, juga terdapat unit LP
amine flash column (615-C-102) dan amine stripper (615-C-103) yang berfungsi
sebagai tempat regenerasi amine. Pada adsorpsi CO2 didasarkan pada prinsip
bahwa amine bereaksi secara kimia dengan CO2 dan kemudian gas CO2 dilepas
dari rich amine pada temperatur tinggi sehingga larutan amine bisa digunakan
kembali. MDEA generik bereaksi dengan air dan CO2 untuk memperoleh hasil
berdasarkan spesi proton dan bikarbonat. Reaksinya dapat dilihat sebagai berikut:
−¿¿
Laju alir konversi rata-rata CO2 sangatlah rendah, maka dari itu adsorpsi
perlu dipercepat dengan reaksi antara CO 2 dengan activator yang berupa
secondary amine sehingga akan membentuk karbamat. Kemudian karbamat
tersebut pada akhirnya akan bereaksi dengan sebagian besar pelarut (cairan
MDEA) yang mentransfer CO2 dan kemudian bertindak dengan cara yang sama
menjadi cairan katalis homogen. Beberapa reaksi ini terjadi disepanjang alur
amine contactor. Reaksi keseluruhannta adalah sebgai berikut:
CO 2+ R 2 NH ⇌ R2 NH −COOH
−¿¿
56
Proses penyerapan yang terjadi pada amine contactor terdiri dari dua
proses utama, yaitu :
A. Proses Absorbsi
Pada proses absorbsi, Feed Gas dialirkan ke bagian bawah dari Amine
Contactor (615-C-101), sedangkan lean amine akan diinjeksikan dari bagian atas
Amine Contactor (615-C-101), sehingga terjadi kontak antara feed gas dan lean
amine secara countercurrent.
Dengan adanya kontak antara feed gas dengan lean amine, sehingga
kandungan gas CO2 yang keluar dari Amine Contactor (615-C-101) sebesar 3-4 %
mol. Untuk membantu proses absorbsi di dalam Amine Contactor (615-C-101)
sangat dipengaruhi oleh tiga hal yaitu tekanan, temperatur dan daya serap
(dipengaruhi oleh konsentrasi, flow rate dan residence time).
1. Pressure Control
Pada temperatur, efisiensi yang lebih baik dilakukan oleh amine akan
terjadi pada temperatur yang lebih rendah (diatas temperature dew point dari
hidrokarbon), sehingga temperatur dari amine yang masuk ke Amine Contactor
(615-C-101) akan diatur serendah mungkin.
3. Daya Serap
Yang terakhir yaitu daya serap, pada proses ini daya serap yang dilakukan
oleh amine sangat ditentukan oleh flow rate, residence time, dan concentration.
Flow rate dari lean amine yang menuju Amine Contactor (615-C-101) dapat
diatur melalui suatu control valve. Residence time dalam Amine Contactor (615-
C-101) diperpanjang dengan adanya packing di dalam Amine Contactor (615-C-
57
101), sedangkan konsentrasi dijaga dengan mengatur laju alir dari Makeup Water
untuk membantu proses yang terjadi di dalamnya.
B. Proses Regenerasi
Pada proses regenerasi ini Amine yang telah menyerap gas CO2 yang disebut rich
amine, akan diregenerasi sehingga dapat digunakan kembali. Proses regenerasi
juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tekanan dan temperatur.
1. Tekanan
Setelah faktor tekanan terdapat faktor lain untuk proses regenrasi yaitu
faktor temperatur yaitu proses regenerasi dilakukan pada temperatur tinggi. Rich
amine yang keluar dari Flash Column (615-C-102) akan dialirkan ke Amine
Stripper (615-C-103), dengan menggunakan amine reboiler temperaturnya akan
dinaikkan mencapai kisaran 2450F.
58
amine dari Amine Surge Tank (615-T-101) akan dipompakan kembali ke Amine
Contactor (615-C-101) melalui Amine Cooler (615-E-103) untuk menurunkan
temperaturnya. Sebagian dari lean amine yang keluar dari Amine Cooler (615-E-
103) (5-10% volume) akan dialirkan melalui sistem penyaringan yang terdiri dari
Sock Filter, Mechanical Filter, Charcoal Filter, dan After Filter.
Untuk dapat mengatasi foaming yang terjadi di Amine Flash Column (615-
C-102), maka anti foam (SAG 7133) diinjeksikan secara terus menerus,
sedangkan untuk mengatasi degradasi dari amine solution yaitu dengan
mengalirkan amine solution melalui Charcoal Filter (615-F-102) untuk lebih
menghilangkan sejumlah partikel hidrokarbon yang sangat halus agar tidak terjadi
proses yang tidak di inginkan.
59
Gambar 4.9. Amine System
60
4.2 Kesimpulan
61
TUGAS KHUSUS 2
Tugas khusus dalam laporan kerja praktek ini dibuat agar mahasiswa dapat
mendalami ilmu-ilmu Teknik Kimia dengan melihat situasi dan Kondisi yang
terjadi di lapangan. Dimana tugas khusus ini berjudul “ Proses Pemurnian
Kondensat (Inlet Fasilities) Betara Gas Plant” yang berada di daerah Betara Gas
Plant PetrocChina Jabung International Ltd. Latar belakang diambilnya judul ini
ialah penulis ingin mengetahui lebih lanjut proses pemurnian kondensat pada
lingkup proses sistem kondensat stripper.
4.2.3 Tujuan
62
tampungan pertama lumpur, pasir maupun liquid dalam proses pigging. Proses
pigging dilakukan untuk perawatan pipa, sehingga hanya dilakukan paling tidak
sekali dalam setahun. Apabila pigging dilakukan, maka semua proses distribusi
harus dihentikan atau tetap dialirkan tetapi melalui by pass. Slug Catcher
dilengkapi dengan level control. Hal tersebut digunakan untuk mengontrol
ketinggian liquid yang terdapat didalam separator.
63
condensate recovery. Sedangkan gas akan mengalir ke gas plant dan akan
diproses lebih lanjut.
4.2.4.1.3. Separator
Supaya pemisahan fase didalam separator sempurna, maka sebuah separator harus
a. Memiliki waktu tinggal yang cukup lama
b. Meminimalkan terjadinya turbulensi gas dan menurunkan kecepatan gas
c. Mencegah terjadinya pencampuran kembali gas, air, dan minyak
d. Adanya pressure control yang memadahi untuk outlet gas
64
e. Adanya level control yang memadai
f. Memiliki peralatan pengaman jika terjadi overpressure
g. Memiliki alat-alat visual untuk pemeriksaan kondisi-kondisi operasi
Menurut (Javier Flavio dan Andy Junior, 2017), terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi proses pemisahan yang terjadi diseparator yaitu :
a. Specific gravity
Apabila specific gravity suatu benda besar makan benda tersebut akan terpisah
pada bagian dasar separator karena diakibatkan oleh gaya gravitasi.
b. Tekanan
Tekanan sangat mempengaruhi proses pemisahan yang terjadi pada separator.
Semakin rendah tekanan maka proses separasi akan semakin mudah
c. Suhu
mempengaruhi proses separasi yang dilakuan pada separator. Hal ini berkaitan
dengan pemisahan yang berkaitan dengan titik didih dan titik pengembunannya.
65
4.2.1.4. Column Stripper
Column Stripper adalah suatu alat yang berbentuk kolom yang berfungsi
untuk memisahkan fraksi yang terdiri dari dua atau lebih jenis fraksi. Proses
pemisahan ini dengan menggunakan prinsip perbedaan titik didih antara jenis
fraksi yang berada satu campuran yang disebut dengan stripping. Sebenarnya
untuk kolom stripper memiliki fungsi yang mirip dengan destilasi, tetapi stripper
hanya melakukan proses pemisahan fraksi tertentu (Fatimura, 2014).
66
b. Aliran produk yaitu aliran yang keluar dari kolom destilasi paling sedikit
ada dua macam produk yaitu produk atas (destilate) dan produk bawah (bottom
product)
c. Aliran internal (internal stream) yaitu aliran fluida yang terjadi didalam
kolom destilasi ada dua macam aliran uap (vapour stream) dan aliran cairan
(liquid steram)
d. Aliran refluks yaitu sebagian produk ata atau destilate dikembalikan ke
kolom destilasi melalui puncak kolom.
Secara umum ada dua jenis kolom pemisah yang dapat dipilih yaitu, tray
kolom dan packed kolom.
a. Tray kolom atau plate kolom adalah pemisah berupa silinder tegak dimana
bagian dari kolom berisi sejumlah tray atau plate yang disusun pada jarak tertentu
(tray/plate spacing) disepanjang kolom.
67
Dimana cairan dimasukkan dari puncak kolom dan dalam perjalanannya
cairan akan mengalir dari tray yang satu ke tray yang lain yang ada dibawahnya.
Selama proses berlangsung, disetiap tray akan terjadi kontak fasa antara fasa
cairan dengan fasa uap yang dimasukkan dari dasar kolom. Secara keseluruhan
kontak antara fasa dalam tray tower dapat dipandang sebagai lawan arah
(countercurrent) meskipun arus yang sebenarnya terjadi arus silang (crossflow)
Kecepatan aliran uap atau gas juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pemisahan. Jika kecepatan gas terlalu rendah, maka gelembung-gelembung
gas akan mengembang sehingga luas permukaan bidang kontak tiap satuan
volume menjadi kecil sehingga menurunkan efisiensi pemisahan (Asep, 2014).
Dalam kolom stripper terdapat stage yang terdiri dari tray yang berfungsi
sebagai tempat terjadinya kontak antara fasa uap dan fasa cair yang diikuti oleh
perpindahan panas.
68
Ini berfungsi sebagai alat pengontak antar fraksi ringan dan berat, sehingga
terjadi pemisahan. Dimana tray adalah tempat berlangsungnya proses
perpindahan, termpat terbentuknya keseimbangan, dan alat pemisah dua fasa
seimbang. Tray yang digunakan pada condensate stripper ini adalah tray dengan
jenis valve tray. Valve tray serupa dengan sieve tray, hanya disetiap lubang
dipasang cap-cap yang dapat naik turun tergantung variasi kecepatan aliran uap.
Gerak vertikal dari cap yang diizinkan antara ¼-1/ 2 inchi. Operasi valve tray lebih
fleksibel disbanding dengan sieve tray (Kolmet, 2003)
69
Merupakan kaki dari cap yang berfungsi untuk menahan valve tray agar
tidak terlepas dari plate.
Untuk stripper yang digunakan pada condensate stripper adalah jenis
stripper dengan reboiler. Pemanas ini dilakukan pada stripper fraksi dengan tujuan
agar terjadi penguapan, karena uap dari dalam reboiler memiliki SG (Specific
Gravity) yang lebih rendah jika dibandingkan dengan cairan yang berada di dasar
Colom stripper. Sehingga uap yang dimasukkan ke dalam dasar kolom akan
membuat cairan mendorong uap (fraksi ringan) ke atas dan dimasukkan kembali
ke kolom destilasi.
70
Kettle reboilers merupakan alat yang sederhana dan sangat bermanfaat.
Prinsip kerja dari kettle reboiler ini yaitu airan dari kolom minum (cairan pada
bagian bawah menara) masuk kedalam kettle melalui shell samping. Didalam
kettle terjadi kontak antara cairan tersebut dengan steam sehingga terjadi
pertukaran panas yang menyebabkan cairan tersebut menguap, kemudian uap
akan mengalir melalui tabung dan keluar sebagai bundle condensate.
3.
71
Gambar 4.14. Typical Reboiler Horizontal Thermosyphon
Sumber : Rahman dkk, 2014
3. Fired Reboiler
72
Gambar 4.16. Tpyical Uap Air Panas Sirkulasi Reboiler
(Sumber : Rahman dkk, 2014)
Media pemanas yang digunakan antara lain yaitu uap (steam) dan minyak
(oil). Alat penukar panas ini digunakan pada peralatan distilasi. Reboiler yang
digunakan bernama Condensate Stripper Reboiler (605-E-103) karena digunakan
sebagai pamanas pada kondensat stripper. Pada Condensat Stripper Reboiler
media pemanas yang digunakan adalah Hot oil (BGP Operations, 2019).
b. Pre-Heater
Pre-Heating adalah proses pemanasan awal suatu materi sebelum materi
tersebut memasuki proses di alat berikutnya yang bertujuan untuk mengurangi
konsumsi energy dan mengurangi perbedaan temperatur yang tinggi, karena
pemanasan yang berlebihan atau tidak merata dapat menyebabkan tegangan sisa
yang tinggi, disortasi, dan perubahan fisik suatu materi. Pre-Heating bisa saja
menggunakan gas burner, oxy-gas flame, electric blancket, pemanasan induksi,
atau pemanasan di furnace. Sistem pre-heater sekarang sebagian besar
menggunakan system perpindahan panas co-current dimana umumnya
menggunakan ducting yang panjang dan menggunakan cyclone bertingkat. Aliran
material dimasukkan pada inlet duct cyclone paling atas kemudian secara
bersamaan bertemu gas panas dari bawah. Dengan sistem ini waktu kontak
material dan gas panas lebih lama dan lebih efisien dibandingkan dengan
perpindahan panas counter –current.
Pada system pemurnian kondensat, untuk pre-heater yang digunakan
adalah condensate stripper pre-heater, karena pemurnian kondensat terjadi pada
alat yang dinamakan condensate stripper. Dimana pada condensate stripper pre-
heater ini terjadi pengontakkan antara liquid yang dari inlet separator dan liquid
yang dari bottom condensate stripper pre-heater. Pada condensat stripper pre-
heater ini merupakan jenis Exchanger Shell And Tube.
Heat Exchanger adalah alat penukar kalor yang berfungsi untuk mengubah
temperature dan fasa suatu jenis fluida. Proses tersebut terjadi dengan
memanfaatkan proses perpindahan kalor dari fluida bersuhu tinggi menuju fluida
yang bersuhu rendah. Sebagai alat untuk penukaran panas dari fluida dengan
73
temperature tinggi ke fluida dengan temperature rendah, suatu heat exchanger
diharapkan mempunyai efektivitas yang tinggi.
Shell and Tube Heat Exchanger adalah jenis Heat Exchanger yang
digunakan pada proses pemurnian condensate pada condensate stripper, untuk
membantu perfoma dari condensate stripper. Exchanger ini memiliki aliran yang
kontinyu. Banyak tube yang dipasang parallel dan didalam tube-tube ini fluida
mengalir. Tube-tube ini disusun secara parallel berdekatan satu sama lain didalam
sebuah shell dan fluida yang lain mengalir di luar tube-tube, tetapi masih dalam
shell.
Keuntungan menggunakan shell and tube exchanger :
1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih
besar.
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang baik dengan
bentuk yang cukup baik untuk operasi bertekanan.
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
4. Prosedur pengoperasian lebih mudah.
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia.
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah.
4.2.4.1.5. Kondensat
74
Tabel 4.1. Komposisi Kondensat
No Komposisi %-mol
1 Propane 21,4
2 n-Butane 18,20
3 i-Butane 9,50
4 n-Pentane 8,80
5 i-Petane 9,65
6 n-Hexane 30,52
Fraksi hidrokarbon yang berada pada fasa cair dengan kondisi lingkungan
STP dan cukup ringan akan menjadi gas pada tekanan tinggi dalam sumur gas
bumi. ketika gas dikeluarkan dari sumur dan tekanan berkurang maka beberapa
fraksi berat hidrokarbon akan terkondensasi tergantung pada penurunan tekanan
yang terjadi. Selanjutnya kondensat dapat dimanfaatkan sebagai minyak mentah
fraksi ringan dan juga campuram sebelum memasuki kolom pemurnian.
Kualitas kondensat ditunjukan oleh nilai Reid Vpor Pressure (RPV). RVP
adalah tekanan uap absolut yang dicapai oleh cairan pada 100Of. Semakin tinggi
nilainya maka cairan semakin bersifat volatile dan mudah terjadu evaporasi. RPV
menunjukkan sebuah nilai yang menggambarkan tekanan uap dari masing-masing
fraksi hidrokarbon dengan rasio mol-nya. Berhubungan dengan data volatilnya
lainnya, RPV berperan dalam prediksi performa suatu bahan bakar (Widiasari,
2008).
4.2.5. Pembahasan
75
Betara Gas Plant adalah gas yang berasal dari sumur-sumur gas dari dalam perut
bumi hasil eksplorasi dan pengeboran dan memiliki kandungan baik secara kimia
ataupun fisika. Sumur-sumur produksi tempat asal gas olahan BGP berasal dari
sumur produksi Nort East Betara (NEB), Gemah, dan sumur yang tergolong
sudah tua yang berada di NEB yang memiliki tekanan rendah (Low Pressure) atau
disebut (Low Pressure NEB/LP NEB).
Ditinjau dari sifat fisika dan kimia gas alam merupakan senyawa berfase gas
yang mempunyai nilai pembakaran gravimetric yang tertinggi, yaitu sekitar
55.900 kJ/kg atau 24.000 Btu/lbm. Nilai pembakaran volumetric gas alam adalah
sekitar 37.000 kJ/m3 atau 1.000 Btu/ft3 pada tekanan atmosfer (1 atm) dan pada
temperature 20 oC (68OF ) yang merupakan bahan paling mudah dibakar dan
bercampur dengan udara secara sempurna. Jika dilihat dari senyawa-senyawa
penyusunnya, gas alam terdiri dari senyawa hidrokarbon utama yaitu methane,
ethane, propane, pentane, dan heksane serta gas non hidrokarbon seperti N2, CO2,
H2S san jarang ditemukan heptane dan octane.
Pada inlet facilities, reservoir terdapat fluida yang berupa gas atau kondensat
yang terdiri dari dua jenis fluida yang berbeda tekanan, yaitu low pressure dan
high pressure. Ada juga reservoir yang masih memiliki tekanan tinggi dan
menghasilkan fluida high pressure dan dapat langsung mengalir menuju unit
proses. Fluida yang berasal dari reservoir yang low pressure akan dikompresi
terlebih dahulu setelah melewati Slug Catcher, agar tekanannya bisa ditingkatkan
dan sama dengan Fluida High Pressure. Pada proses pengolahan di Plant dapat
terjadi dua kondisi yang mempengaruhi proses operasi, yaitu Slugging dan
Pigging. Slugging adalah suatu proses terjadinya penyumbatan pada saluran pipa
yang dialiri fluida. Penyumbatan dapat menyebabkan fluida tidak bisa mengalir
disaluran pipa dengan baik. Sedangakn untuk Pigging merupakan istilah yang
digunakan ketika seseorang menggunakan PIG (Pipeline Inspection Gauges) dan
76
melakukan perawatan pada pipa. Dimana tujuan utama dari pipeline pigging ini
adalah untuk proses cleaning dan inspection.
Cara yang digunakan pada proses pigging adalah dengan cara menutup pipa
dengan PIG, kemudian memberikan tekanan dan biasanya menggunakan pressure
feed gas nya sendiri, PIG yang ditekan akan bergerak dari Launcher (posisi awal
pipa) hingga mencapai daerah receiver (ujung pipa). Untuk daerah BGP sendiri
memiliki dua buah pig receiver yang dipasang pada tiap trunk line, yang memiliki
tugas penerima pig sebagai pembersih pipa dengan memberi tekanan pada pig
dari tekanan aliran gas. Pada NEB receiver (605-VR-101) digunakan pada pigging
di Trunk Line NEB dan Gemag Receiver digunakan untuk pigging di Trunk Line
Gemah.
Untuk fluida yang berasal dari reservoir atau sumur-sumur NEB dan Gemah
dialirkan ke BGP inlet facilities melalui NEB dan Gemah trunk line. Kemudian
fluida tersebut masuk ke production header dan dikirim ke Slug Catcher pada
tekanan 400-450 psig dimana gas atau liguid akan terpisah. Tekanan liquid akan
turun sampai dengan 275 psig sebelum masuk ke inlet separator.
Slug Catcher adalah suatu alat pemisah dengan dua fasa, yaitu antara fasa
gas dan fasa liquid yang berupa air (oily water) dan juga kondensat berdasarkan
densitas dan berat molekul karena adanya gravitasi. Inlet Slug Catcher juga
digunakan untuk menghilangkan kotoran atau impurities yang terdapat pada fluida
yang berasal dari sumur atau recervoir.
77
Pada unit Slug Catcher dilengkapi dengan plate deflector yang berfungsi
sebagai spray atau sebagai pemecah aliran untuk menyemburkan gas dari well
sebagai umpan yang kemudian akan terjadi pemisahan antara fasa gas dan liguid.
Inlet separator adalah suatu vessel atau bejana yang digunakan untuk
memisahkan campuran yang terdiri dari beberapa komponen. Pada BGP,
separator yang digunakan adalah separator horizontal tiga fasa, dimana keluaran
dari inlet separator berupa gas, kondensat dan air (oily-water) dengan
78
memanfaatkan gaya gravitasi. Pada separator terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pemisahan yaitu specific gravity (SG), tekanan, dan suhu.
Inlet separator memisahkan fasa gas, kondensat dan air (oily-water) dimana untuk
gas dimasukkan ke dalam condensate stripper overhead KO Drum (605-K-203)
sebelum masuk ke condensate stripper overhead compressor (605-K-101 A/B).
Sedangkan untuk kondensatnya dikirimkan ke bagian tube dari condensate
stripper pre-heater (605-E-109) untuk masuk ke dalam condensate stripper (605-
C-101) sebagai feed gas. Sedangkan untuk airnya dimasukkan ke dalam produced
water degassing drum (660-V-201), dan akan diinjeksikan kembali ke dalam
reservoir. PFD dari inlet slug catcher dan inlet separator dapat dilihat pada gambar
3.2. di bawah
79
keluaran dari inlet separator dialirkan dalam tube condensate stripper pre-heater
(605-E-109) dan masuk sebagai umpan bagi condensate stripper (605-C-101).
Condensate stripper yang terdapat di PetroChina beroperasi pada tekanan 278 psia
dengan suhu puncak 119O F dan pada suhu bagian bawah sekitar 280 OF.
Umpan masuk melalui inlet condensate stripper dan terjadi pemisahan
antara methane (C1) dan Ethane (C2) dengan fraksi liquid khususnya kondensat
yang masih terikut. Pada condensate stripper hidrokarbon ringan terutama C1 dan
C2+ dipisahkan untuk mendapatkan produk NGL dengan kandungan propane yang
tinggi. Liquid masuk ke dalam condensate stripper dan berkontak dengan tray
yang ada didalam condensate stipper. Dimana fungsi tray adalah sebagai alat
pengontak antara hidrokarbon ringan berupa C1 dan C2+ sedangkan hidrokarbon
berat berupa C3+ ke bawah , sehingga terjadi pemisahan. Pada proses pemurnian
kondensat ini berdasarkan titik didih (boiling point). Tray yang digunakan pada
condensate stripper ini adalah tray dengan jenis valve tray. Untuk hidrokarbon
ringan akan naik ke atas dan masuk O/H KO Drum, sedangkan kondensatnya
akan turun ke bawah. Untuk proses pemurnian kondensat yang terjadi di
condensate stripper dapat dilihat pada gambar 4.8 dibawah
80
Tray yang ada di dalam condensate stripper adalah sebanyak 19 tray.
Dimana antara tray ke 3 dan ke 4 terdapat chimney tray yang berguna untuk
meningkatkan residence time yang cukup untuk terjadinya pemisahan.
Hidrokarbon berat atau kondensat yang sudah terpisah diumpankan menuju
condensate stripper reboiler (605-E-103) untuk menguapkan gas yang masih
terikut pada aliran kondensat, dimana pada condensate stripper reboiler (605-E-
103) dengan menggunakan media pemanas berupa hot oil dengan suhu masuk
sebesar 350OF setelah memberikan panas pada condensate stripper reboiler suhu
pada hot oil mengalami penurunan menjadi 285 OF.
Kondensat dari reboiler yang telah terjadi recovery kemudian keluar dan
masuk melalui bottom condensate stripper dan mengalir ke bagian shell dari
condensate stripper pre-heater sebagai media pemanas untuk aliran liquid pada
bagian tube yang akan masuk ke condensate stripper. Setelah menukar panasnya
dengan umpan yang akan masuk ke condensate stripper dan terjadi perubahan
suhu pada kondensat oleh condensatre stripper pre-heater dari 280 oF menjadi
146 oF , dan setelaha keluar dari condensate stripper pre-heater akan didinginkan
kembali oleh NGL rundon cooler (605-E-104) dan suhu menjadi 114 oF untuk
kemudian dikumpulkan pada NGL strorage bullet (670-V-201).
4.2.6 Kesimpulan
Dilihat dari berbagai proses yang dilewati oleh kondensat, untuk proses
pemurnian kondensat (inlet facilities) dapat ditarik kesimpulan bahwa. Pemurnian
kondensat itu berdasarkan titik didih (boiling point) dengan terjadinya proses
pemisahan antara hidrokarbon ringan dan hidrokarbon berat yang terjadi pada alat
yang bernama condensate stripper (605-C-101). Dimana untuk condensate yang
diambil dari hidrokarbon berat yaitu C3 sampai n-Hexane , dengan bantuan alat
lainnya seperti condensate stripper reboiler (605-E-103) dan condensate stripper
pre-heater (605-E-109).
81
BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berikut kesimpulan untuk tinjauan umum oleh penulis selama mengikuti
rangkaian kegiatan Kerja Praktik di PetroChina International Jabung Ltd :
1. PetroChina International Jabung Ltd. maerupakan perusahan minyak dan
gas bumi yang beroperasi di blok Jabung yang terbagi atas dua wilayah,
yakni Noth Jabung dan South Jabung.
2. PetroChina International Jabung Ltd. mempunyai beberapa plant dan
station yang digunakan untuk mengolah minyak dan gas hasil
eksplorainya, seperti Betara Gas Plant (BGP), North Geragai
Fractionation (NGF), Central Processing Station (CPS), Gemah Station,
North East Betara (NEB) Station, North Betara Mini Station, Ripah Mini
Station, South West Betara (SWB) Mini Station, dan North Geragai
Offshore Facilities.
3. Produk utama yang dihasilkan oleh beberapa plant yaitu Central
Processing Station (CPS) adalah Crude Oil, produk utama yang dihasilkan
Hamilton Plant adalah Naturale Gas Liquid (NGL), produk utama Betara
Gas Plant (BGP) adalah sales gas, serta produk utama Natural Gas
Fracination (NGF) adalah propane (C3), butane (C4), dan kondensate
(C5+).
4. Betara Gas Plant (BGP) merupakan salah satu plant milik PetroChina
International Jabung Ltd. yang mengolah gas yang berasal dari North East
Betara (NEB) dan Gemah.
5. Proses pengolahan yang ada pada Betara Gas Plant (BGP). yaitu inlet
facilities, condensate stripping, membrane pre-treatment unit, membrane
CO2 removal unit, dehydration unit, NGL recovery unit, sales gas and
reinjection compression unit dan NGL liquids storage and shipping.
6. Sistem Utilitas yang ada pada Betara Gas Plant (BGP) yaitu sistem
instrumen dan utilitas udara, flare system, hot oil system, liquid fuel
system, fuel gas system, water treatment system, produced water system,
82
propane refrigeration unit, waste heat recovery unit, thermal oxidizer unit,
dan gas turbine generator.
7. Betara Gas Plant (BGP) mampu menghasilkan sales gas kurang leih 100-
110 MMSCFD dan NGL sebesar 26.000-27.000 BPD.
8. Kondensat dan Crude Oil yang memenuhi spesifikasi akan di kirim ke
FSO Federal sedangkan propane dan butane dikirim ke Petrostar. Keempat
produk tersebut dijual ke perusahaan dalam negeri. Sedangkan untuk sales
gas dijual ke Singapura melalui pipa PGN.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan penulis melalui laporan ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi mahasiswa KP selanjutnya semoga bisa disediakan fasilitas
transportasi yang lebih jelas jadwal berangkat dan pulang dari plant
2. Terdapat beberapa arahan serta bimbingan yang jelas dari pihak
PetroChina kepada mahasiswa KP seperti dalam bentuk mentor tetap atau
sejenisnya
83