Anda di halaman 1dari 37

PERTEMUAN VI MATAKULIAH

REAKTOR
REAKTOR ISOTERMAL DENSITAS BERUBAH

OLEH
DR. FIRDAUS, ST.MT.

DOSEN JURUSAN TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS BUNG HATTA
2016
Desain Reaktor

1.
1. Reaktor
Reaktor isothermal
isothermal density
densitykonstan
konstan

2.
2. Reaktor
Reaktor isothermal
isothermaldensity
densityberubah
berubah

3.
3. Reaktor
Reaktor non
nonisothermal
isothermal
JENIS REAKTOR
1. Berdasarkan Bentuk
• Reaktor Tangki
• Reaktor Pipa

2. Berdasarkan Proses
• Batch
• Alir (Kontiniu)
• Semi Kontiniu / Semi Batch

3. Berdasarkan Keadaan Operasi


• Reaktor Isotermal
• Reaktor Adiabatis
• Reaktor Non Adiabatis – Non Isotermal
4. Berdasarkan Fasa
• Homogen (Satu Fasa, Gas atau Cair)
• Heterogen (Lebihj dari satu fasa)

5. Berdasarkan Susunan
• Sebuah reaktor saja
• Beberapa buah rekator dihubungkan secara seri atau paralel
• Beberapa reaktor yang tidak sejenis dihubungkan seri untuk memperoleh
volume reaktor minimum

6. Berdasarkan reaksi yang berlangsung


• Reaktor untuk reaksi sederhana
• Reaktor untuk reaksi komplek
REAKTOR KIMIA

A+B+P
A+B+P
Reaktor Pipa Ideal
Reaktor Partaian Reaktor Aliran Sumbat Reaktor Tangki Ideal
Tujuan Pemilihan Reaktor

1. Mendapat keuntungan yang besar

2. Biaya produksi rendah

3. Modal kecil/volume reaktor minimum

4. Operasinya sederhana dan murah

5. Keselamatan kerja terjamin

6. Polusi terhadap sekelilingnya (lingkungan)


dijaga sekecil-kecilnya
FENOMENA YANG MEMPENGARUHI
KINERJA REAKTOR
Produksi dari produk Reaktor kimia, Volume,
yang dibutuhkan, Space time, Catalyst,
Konversi, Model reactor,
Selectivitas, Yield Konfigurasi reaktor

Reaktor,
Performance

Perpindahan panas,
Reaction kinetics,
Exothermic, Hot spots,
Konsentrasi, Temperatur,
Runaway reaction,
Tekanan, Mekanisme reaksi,
endothermic,
Katalis, Batas
Konfigurasi pertukaran
termodinamics
panas
1. KINETIKA DAN TERMODINAMIKA
Pengaruh dari variabel extensive (tekanan, temperatur dan
konsentrasi) pada kinerja reaktor didefenisikan oleh kinetika reaksi
dan kesetimbangan reaksi.
Variabel extensive mempengaruhi laju reaksi dan menentukan
reaktan yang mana yang dapat dikonversi menjadi dalam reaktor
atau ukuran reaktor yang dibutuhkan untuk mencapai konversi
yang diberikan. Katalis digunakan untuk menambah laju reaksi.

2. PARAMETER REAKTOR
Ini termasuk volume, space time (Volume reaktor/laju alir
volumetric inlet), dan konfigurasi reaktor.
Untuk memberikan kinetic, termodinamik, reaktor dan konfigurasi
perpindahan panas, dan space time, volume reaktor dibutuhkan
untuk mencapai konversi reaktan yang ditentukan. Ini adalah
problem design.
Untuk menetapkan volume reaktor, konversi dipengaruhi oleh
Temperatur, tekanan, space time, katalis, konfigurasi perpindahan
panas dan reaktor.
3. PRODUKSI PRODUK YANG DIBUTUHKAN
Konversi, selektivitas dan yield adalah istilah yang mengukur
jumlah reaktan yang bereaksi untuk membentuk produk yang
dibutuhkan. Untuk menetapkan volume reaktor, parameter ini
adalah fungsi temperatur, tekanan konfigurasi reaktor dan
perpindahan panas dan space time.

4. HEAT TRANSFER DALAM REAKTOR


Ini berpengaruh penting, sering diabaikan. Energi dilepaskan atau
dikonsumsi dalam reaksi kimia
Dari RICHARD TURTON
Kemungkinan alasan untuk pengoperasian reaktor

Proses yang dibenarkan Akibat untuk operasi pada


Kondisi
untuk pengoperasian pada kondisi ini (yang harus
Aliran
kondisi ini dilakukan)
Temperatur  Menguntungkan konversi  Menggunakan proses
tinggi kesetimbangan untuk pemanasan khusus
(T>250 0C) reaksi endotermik  T>400 0C membutuhkan
 Laju reaksi bertambah material konstruksi
 Menjaga fase gas khusus
 Selektivitas bertambah

Temperatur  Menguntungkan konversi  Menggunakan


rendah kesetimbangan untuk refrigerant yang mahal
(T<40 0C) reaksi eksotermik  Membutuhkan material
 Material yang sensitif konstruksi tertentu
terhadap panas untuk temperatur yang
 Selektivitas bertambah sangat rendah
 Menjaga fasa cair
Kemungkinan alasan untuk pengoperasian reaktor diluar
tekanan dari kasus tertentu

Proses yang dibenarkan untuk Akibat untuk operasi pada


Kondisi Aliran pengoperasian pada kondisi kondisi ini (yang harus
ini dilakukan)
Tekanan  Menguntungkan konversi  Membutuhkan peralatan
tinggi kesetimbangan berdinding tebal
(P>10 bar)  Menambah laju reaksi untuk  Membutuhkan kompresor
reaksi fasa gas (karena mahal jika aliran gas harus
konsentrasi tinggi) dikompres
 Menjaga/mempertahan kan
fasa cair
Tekanan  Menguntungkan konversi  Membutuhkan peralatan
rendah kesetimbangan yang besar
(P< 1 bar)  Memertahankan fasa gas  Rancangan khusus untuk
operasi vakum
 Kebocoran udara ke dalam
peralatan yang dapat
membahayakan dan mahal
untuk pencegahan
Kemungkinan alasan untuk komposisi umpan reaktor non stoikiometri

Akibat untuk operasi pada


Proses yang dibenarkan untuk
Kondisi Aliran kondisi ini (yang harus
pengoperasian pada kondisi ini
dilakukan)

Material inert di Bertindak sebagai diluent untuk Menyebabkan peralatan reaktor


dalam umpan mengontrol laju reaksi dan/atau dan hilir menjadi besar karena
reaktor untuk menjamin campuran reaksi inert mengambil tempat
diluar batas eksplosive (reaksi Membutuhkan peralatan
eksoterm) pemisah untuk memisahkan
Menghalangi reaksi saming material inert
yang tidak diinginkan Dapat menyebabkan reaksi
samping (material tidak terlalu
inert)
Mengurangi konversi
kesetimbangan

Exces reaktan Menambah konversi Membutuhkan peralatan


kesetimbangan dari reaktan pemisah untuk memisahkan
pembatas reaktan berlebih
Menghalangi reaksi samping Membutuhkan recycle
yang tidak diinginkan Menambah biaya material
umpan (karena loses dalam
pemisahan dan/atau tana
recycle)
Proses yang dibenarkan untuk Akibat untuk operasi pada kondisi
Kondisi Aliran
pengoperasian pada kondisi ini ini (yang harus dilakukan)

Adanya produk  Produk tidak mudah dipisahkan  Menyebabkan peralatan reaktor


dalam umpan dari material umpan yang dan down stream (hilir) menjadi
reaktor dipisahkan besar
 Recycle produk memperlambat  Membutuhkan kop recycle yang
pembentukan produk samping besar
yang tidak diinginkan yang  Mengurangi konversi
terbentuk dari reaksi samping kesetimbangan
 Produk bertindak sebagai diluent
untuk mengontrol laju reaksi
dan/atau menjamin bahwa
campuran reaksi diluar batas
explosive untuk reaksi
eksotermis
REAKTOR ISOTHERMAL DENSITAS
TETAP/VOLUME TETAP
o Tidak terjadi perubahan volume/densitas selama
reaksi berlangsung
 Sistem batch fasa gas, vessel tertutup dan

dilengkapi alat pengukur tekanan dan


temperatur, volume dalam reaktor tidak berubah
 Contoh lain, untuk reaksi fasa gas jika jumlah

mol produk sama dengan jumlah mol reaktan


o Untuk reaksi fasa cair, reaksi berlangsung dalam

larutan, solvent biasanya mendominasi situasi,


perubahan densitas solute tidak berpengaruh
secara significant.
Reaktor batch: densitas konstan dan berubah
 Reaktor batch:

 Reaktor batch isotermal volume konstan:

 Reaktor batch isotermal densitas/volume berubah:


Reaktor mixed flow: densitas berubah
 Reaktor mixed flow:
dan konstan

 Mixed flow reaktor dengan ekspansi linier:

 Reaktor mixed flow densitas konstan


 Reaktor Plug Flow:

 Reaktor Plug Flow densitas konstan:


Reaktor Isothermal Densitas/Volume Berubah
 Ciri-ciri :
• Terjadi variasi laju alir agak sering
dalam reaksi fasa gas yang tidak
mempunyai jumlah mol reaktan yang
sama dengan produk.
• Contoh N2 + 3H2 2NH3
• 4 mol reaktan memberikan 2 mol
produk.
 Dalam sistem alir dimana terjadi reaksi
jenis ini, laju alir molar akan berubah
sebagaimana reaksi berlangsung, karena
jumlah mol yang sama hanya menempati
volume yang sama dalam fasa gas pada
tekanan dan temperatur yang sama.
Demikian juga laju alir volumetric juga
akan berubah.

 Situasi volume berubah lainnya. Biasanya


terjadi dalam reaktor batch, namun
frekuensinya lebih yaitu berubahnya
volume terhadap waktu.
Reaktor Non Isothermal
 Difokuskan pada perpindahan panas
dalam reaktor.

 Persamaan masih relevan dengan


isotermal, perbedaannya terletak pada
dalam evaluasi persamaan rancangan jika
temperatur bervariasi sepanjang PFR atau
jika panas dipisahkan dari CSTR.
Contoh
 Informasi tambahan apa yang dibutuhkan
 Hitung volume reaktor yang dibutuhkan
untuk mengkonversi reaksi fase cair
elementer irreversibel A ---- B
 Karena reaktor beroperasi secara
adiabatik dan reaksi bersifat eksotermik
dimana temperatur akan bertambah
dengan konversi sepanjang reaktor
Solusi
 Desain persamaan
• V = FAo  dx/-rA
• Laju reaksi –rA = kCA
• Fase likuid v = vo
• Stoikiometri CA = CAo (1-x)
• Gabungkan V = vo  dx/(k(1-x))
• Persamaan Arrhenius
 k = k1 exp (E/R)(1/T1- 1/T)

• Kita tahu bahwa k adalah fungsi temperatur,


karena T bervariasi dengan x sepanjang
reaktor, k juga akan berubah dan tidak dapat
dikeluarkan dari tanda integral seperti dalam
kasus isotermal.
 V = vo/k1  dx/((1-x)exp E/R(1/T1-1/T))
 Neraca energi
• Hukum I thermodinamika
 Untuk sistem tertutup

• Tidak ada massa yang melintasi


sistem, perubahan energi dalam
total dE dari sistem sama dengan
aliran panas, Q terhadap sistem
minus kerja, W, dikerjakan oleh
sistem pada lingkungan.
• dE = Q - W
Sistem terbuka
 Ada massa yang melintasi batas sistem
 Laju akumulasi energi dalam sistem
 = laju alir panas ke sistem dari lingkungan
- laju kerja yang dikerjakan oleh sistem pada
lingkungan
+ laju energi yang ditambahkan ke sistem oleh
massa yang mengalir ke sistem
– laju energi yang meninggalkan sistem oleh massa
yang mengalir keluar sistem
Menghitung HoR
 HR = HoR + TTRCp dT
 Untuk reaksi A + b/a B ----- c/a C + d/a D
 Cp = d/a CpD + c/a CpC – b/a CpB – CpA
 A + B ----- C
• A = propylene oxide
• B = air
• C = propylene glycol
• M = metanol

 Cp = CpC – CPB – CPA


 b = Fbo/FAo
  iCpi = CpA + BCpB + MCpM
 melibatkan semua komponen yang ada
dalam reaksi baik komponen utama
maupun impuritis.
  = FBo/FAo = CBovo/Caovo = CBo/CAo =
yBo/yAo
 Untuk cairan, perubahan volume diabaikan
jika tidak terjadi perubahan fase.
Contoh Aplikasi CSTR
produksi propilene glycol dalam CSTR adiabatik
 Propilene glycol diproduksi dengan hydolisis
propylene oxide
• Laju propylene oxide (PO) diumpankan ke
reaktor 2500 lb/h (43,03 lbmol/h). aliran
umpan terdiri dari :
 Campuran propilene oxide dan metanol
dengan volumetric yang sama yaitu 46,62
ft3/h
 Air mengandung 0,1% berat H SO . laju alir
2 4
volumetrik air 233,1 ft3/h yaitu 2,5 kali laju
alir metanol-PO
Laju umpan molar metanol dan air adalah
71,87 lbmol/h dan 802,8 lbmol/h
 Campuran air-PO-metanol mengalami
pengurangan volume sebanyak 3% dalam
pencampuran, namun diabaikan dalam
perhitungan.
 Temperatur kedua aliran umpan adalah 58oF
sebelum pencampuran, tetapi selama
pencampuran temperatur kedua aliran naik
17oF karena disebabkan panas pencampuran.
 Temperatur seluruh aliran umpan yang
masuk 75oF.
 Laju reaksi spesifik k = Ae-E/RT= 16,96 x
1012(e-32400/RT)h-1, satuan E adalah Btu/lbmol
 Batasan operasi yang penting, PO mempunyai
boiling point rendah, pada 1 atm 93,7oF.
Sehingga perlu dipertimbangkan tidak boleh
beroperasi melebihi temperatur 125 oF,
karena akan kehilangan terlalu banyak oksida
yang menguap melalui sistem vent.
 Dapatkah anda mengunakan CSTR ideal
sebagai suatu tempat pengganti salah satu
kebocoran jika akan beroperasi secara
adiabatik? Jika demikian berapa konversi
oxide terhadap glycol.

Anda mungkin juga menyukai