SKRIPSI
Oleh:
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diterima dan disetujui sebagai
Laporan Praktik Kerja Lapangan
Di
PT PERTAMINA EP ASSET 5
Mengetahui,
Manager HCBP Regional 3
Nano Suwarno
Menyetujui,
Pembimbing Praktik
PT PERTAMINA EP ASSET 5
ii
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Purnomosidi, ST., MT., PhD Henk Subekti, Ir., Dipl. Eng., M,E
NIP 19780514 200312 1 001 NIP 19620602 199303 1 001
Mengetahui
iii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya, karena proposal skripsi yang berjudul “Optimasi Pompa Sucker Rod Pump
Pada Sumur SBR - A” telah dapat penulis selesaikan dengan baik.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Program Diploma IV
Tingkat IV pada Program Studi Teknik Produksi Minyak dan Gas PEM Akamigas
Cepu.
Skripsi ini dapat diselesaikan juga berkat dorongan, saran, serta bantuan
pemikiran dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah dalam kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. R. Y. Perry Burhan, M.Sc, selaku Direktur PEM Akamigas.
2. Bapak Akhmad Sofyan, ST., MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik
Produksi Minyak dan Gas.
3. Bapak Purnomosidi, ST., MT., PhD, Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi.
4. Bapak Henk Subekti, Ir., Dipl. Eng., M,E Selaku Dosen Pembimbing II Skripsi.
5. Ibu Erni Tri Lestari, Selaku Pebimbing di Pertamina EP ASSET 5
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Teknik Produksi Minyak dan Gas PEM
Akamigas Cepu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
7. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan Proposal skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan oleh penulis satu persatu.
8. Orang tua dan seluruh anggota keluarga yang selalu mendoakan dan memotivasi
penulis.
Cepu, April 2021
171410024
iv
INTISARI
Dalam memproduksi sumur terdapat dua metode yaitu natural flow dan
artificial lift, salah satu metode artificial lift adalah Sucker Rod Pump. Penggunaan
Sucker Rod Pump apabila tekanan di reservoir sudah mengalami penurunan dan sumur
sudah tidak bisa berproduksi secara natural flow. Sucker Rod Pump dimana untuk
mengangkat minyak kepermukaan digunakan pompa untuk mengangkat minyak
kepermukaan digunakan pompa dengan rangkai roda (rod). Pompa ini digunakan untuk
sumur-sumur dengan viskositas rendah-medium, tidak ada problem kepasiran, GOR
tinggi, sumur-sumur lurus dan fluid level tinggi. Prinsip kerja sucker rod pump
merupakan perpaduan gerak antara peralatan di permukaan dan dibawah permukaan.
Dan hasil akhir yang diharapkan dengan menggunakan metode artficial lift ini adalah
untuk memaksimalkan produksi sehingga dapat memenuhi target produksi yang telah
ditentukan.
v
ABSTRACT
In producing wells, there are two methods, namely natural flow and artificial lift,
one of the artificial lift methods is the Sucker Rod Pump. Use of the Sucker Rod Pump
when the pressure in the reservoir has decreased and the well cannot produce naturally
flow. Sucker Rod Pump, where a pump is used to lift the surface oil to lift the surface oil,
a pump with a chain of wheels is used. This pump is used for wells with low-medium
viscosity, no sand problems, high GOR, straight wells and high fluid levels. The working
principle of the sucker rod pump is a combination of motion between surface and
subsurface equipment. And the final result expected by using this artficial lift method is to
vi
DAFTAR ISI
vii
2.4.9 Bridle .............................................................................................. 11
2.4.10 Polished Rod Clamp ..................................................................... 11
2.4.11 Polished Rod................................................................................. 11
2.4.12 Stuffing Box .................................................................................. 12
2.4.13 Somson Posh................................................................................. 12
2.4.14 Breaker ......................................................................................... 12
2.4.15 Saddle Bearing ............................................................................. 12
2.5. Peralatan Pompa Bawah Permukaan ........................................................ 12
2.5.1 Working Barrel ............................................................................ 12
2.5.2 Tubing............................................................................................ 13
2.5.3 Plunger .......................................................................................... 14
2.5.4 Standing Valve ............................................................................... 15
2.5.5 Traveling Valve ............................................................................. 16
2.5.6 Gas Anchor .................................................................................... 17
2.5.7 Sucker Rod String .......................................................................... 17
2.6. Sistem Kerja Sucker Rod Pump ................................................................. 19
2.7. Optimasi Sucker Rod Pump ....................................................................... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 21
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 21
3.1.1 Tempat Penelitian............................................................................. 21
3.1.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 21
3.2. Metode Penelitian ...................................................................................... 22
3.2.1 Pengumpulan Data.............................................................................22
3.3. Alur Metode .............................................................................................. 22
viii
4.3 Menentukan Qtestpoint Dengan Hasil Produksi Sebelumnya ........................... 33
4.4 Melakukan Sortir Pump Displacement Qtestpoint .................................................................... 34
4.5 Sortir Dengan Memperhitungkan Plunger ................................................... 35
4.6 Plotting Q VS DFL ...................................................................................... 36
4.7 Perhitungan Pump Intake Pressure .............................................................. 37
4.8 Hasil Analisis Nodal .................................................................................... 38
V. PENUTUP ......................................................................................................... 41
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I PENDAHULUAN
Pada saat memulai produksi metode yang digunakan adalah natural flow dan
artificial lift, pada metode natural flow fluida akan terangkat kepermukaan dengan
sendirinya tanpa alat bantuan. Sedangkan metode artficial lift adalah metode
pengangkatan fluida sumur dengan cara bantuan alat produksi agar fluida dapat
terangkat kepermukaan contoh adalah dengan Pengangkatan Buatan (Artificial Lift)
yaitu Gas Lift. Adapun jenis pompa banyak macamnya diantaranya adalah Sucker Rod
Pumping (SRP), Electric Submersible Pump (ESP), Hydraulic Pump, Pogressive
Cavity Pump (PCP).
Maksud dan tujuan dari penelitian ini untuk menentukan metode yang cocok
digunakan untuk suatu sumur produksi, dan salah satu metode yang dipakai adalah
pengangkatan buatan dengan pompa, yaitu Sucker Rod Pump (SRP). Metode
pemakaian Pompa Angguk atau Sucker Rod Pump (SRP) digunakan apabila suatu
sumur minyak sudah tidak dapat lagi mengangkat fluida dari dasar sumur ke atas
permukaan secara sembur alam, atau dengan menggunakan metoda yang lain misalnya
gas lift. Sucker rod pump merupakan salah satu metoda pengangkatan buatan, dimana
untuk mengangkat minyak kepermukaan digunakan pompa untuk mengangkat minyak
kepermukaan digunakan pompa dengan rangkai roda (rod). Oleh karena itu penulis
dalam Proposal skripsi ini akan melakukan optimasi sucker rod pump pada sumur X
untuk mendapatkan peningkatan produksi sumur.
1
1.2 Permasalahan
• Hasil yang didapatkan dapat membantu hasil produksi yang lebih baik.
1.3 Hipotesis
• Memperoleh laju produksi fluida yang optimum sesuai dengan kondisi sumur
SBR-A.
2
1.5 Manfaat Penelitian
3
II. DASAR TEORI
kemampuan berproduksi dari suatu lapisan dalam suatu formasi, dimana secara
defenisi merupakan perbandingan laju produksi (q) yang dihasilkan oleh suatu sumur
atau reservoir pada suatu tekanan alir dasar sumur tertentu terhadap perbedaan
tekanan dasar sumur pada keadaan static (Ps) dan tekanan dasar sumur pada saat
terjadi aliran (Pwf) atau sering disebut Drawdown Pressure (Ps-Pwf). (Kermit E
Brown,1980)
Productivity Index (PI) yang diperoleh dari hasil test maupun dari perkiraan
merencanakan fasilitas produksi pada suatu lapangan minyak maupun gas. Dalam
kaitannya dengan perencanaan suatu sumur ataupun untuk melihat kelakuan suatu
sumur untuk berproduksi, maka IPR dapat didefenisikan sebagai PI yang dinyatakan
PI = 𝑄
𝑃𝑠𝑡−𝑃𝑤𝑓
Keterangan :
4
q = Laju Produksi, Bbl/hari
memperhatikan jenis reservoir, dan bentuk kurva IPR yang merupakan plot tekanan
aliran vs laju (Gambar 2.1). Kita harus mengingat bahwa kinerja aliran masuk suatu
sumur sangat mungkin berubah seiring waktu dan produksi kumulatif. (Kermit E
Brown,1980)
IPR yang akan dibahas adalah IPR Vogel yang dipublikasikan pada bulan
Januari 1968 menawarkan solusi dalam menentukan kurva kinerja aliran masuk
untuk bidang penggerak gas solusi untuk aliran dibawah titik gelembung. Dengan
5
menggunakan komputer, dia menghitung kurva IPR untuk sumur yang dihasilkan
dari beberapa reservoir penggerak gas solusi fiktif yang mencangkup berbagai sifat
PVT minyak dan karakteristik permeabilitas relatif reservoir. Dia membuat beberapa
asumsi seperti aliran melingkar radial seragam dengan saturasi air yang konstan. Dia
mengabaikan segregasi gravitasi dan solusinya hanya berlaku untuk aliran dua fase
dengan cara sembur alam (natural flow), kedua dengan sembur buatan (artificial lift).
Cara pertama dilakukan bila tekanan reservoir cukup tinggi, sehingga dapat
apabila tekanan reservoir tidak mampu lagi mengalirkan fluida ke permukaan secara
alamiah. Salah satu metode yang digunakan dalam menangani masalah yang kedua
ada beberapa hal yang sebaiknya di perhatikan, agar setelah di lakukan optimasi
terhadap pompa tersebut, umur pompa tersebut akan tetap tahan lama, sehingga
optimasi tidak hanya untuk menaikan laju produksi sesaat, tetapi tetap
6
mempertimbangkan umur pakai dari pompa, serta kemampuan reservoir minyak
sebagai penggerak utama, Gear box sebagai tempat mengatur RPM, Counterweight
sebagai pemberat dan atau penyeimbang, Pitman arm mengubah gerak putar ke
gerak lurus , Walking beam tempat kedudukan dari kepala kuda dan pitman arm,
Horse head tempat kedudukan bridle untuk bergantungnya polished rod. Polished
rod, penyambung gerakan dari pumping unit dengan sucker rod. Stuffing box,
sebagai penyekat antara rangkaian pipa dengan polished rod sehingga fluida tidak
dapat keluar ketika pompa dalam keadaan hidup atau mati. Sucker rod, sebagai
mendapatkan efesiensi pompa yang baik, sewaktu pompa bekerja, sucker rod harus
7
tetap berada pada posisi di tengah pipa. Untuk itu setiap rod harus dilengkapi dengan
rodcentralizer.
8
Sucker Rod Pump memiliki klasifikasi API contoh kodenya seperti C-160D-
173-64. Untuk huruf C mengandung arti jenis pompanya, yaitu Conventional Unit
Type (A untuk Air Balance, B untuk Beam Counterbalance atau M untuk Mark II).
Angka 160 menunjukkan batasan torsi maksimum (peak torque rating) yang
diijinkan pada pompa, yaitu sebesar 160000 in-lbs. Huruf D menunjukkan indikasi
double reduction gear reducer. Angka 173 menunjukkan batasan beban Polished Rod
maksimum yang diijinkan, yaitu sebesar 17300 lbs. Terakhir angka 64 merupakan
gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik turun pada polished rod dan sucker
rod untuk diteruskan ke peralatan bawah permukaan. Prime mover dapat berupa
mesin gas, diesel, motor listrik. Prime mover ini disesuaikan dengan tersedianya
daya yang cukup untuk mengangkat fluida dan rangkaian rod dengan kecepatan
yang di inginkan.
9
2.4.2 V-Belt
reducer.
pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga merupakan transmisi yang berfungsi
untuk mengubah kecepatan putar dari prime mover, gerak putaran prime mover
2.4.4 Crank
reducer dengan pitman. Pada crank ini terdapat lubang – lubang tempat pitman
bearing. Besar kecilnya langkah atau stoke pemompaan yang diinginkan dapat
diatur disini, dengan cara menghubungkan pitman dengan lubang yang sesuai
2.4.5 Counterbalance
pada saat downstroke atau pada saat counterbalance menuju ke atas, yaitu pada
kebutuhan tenaga kecil atau minimal. Juga untuk membantu tenaga prime mover
pada saat upstroke atau saat counterbalance bergerak ke bawah sesuai tenaga
potensialnya. Karena kerja prime mover adalah pada saat upstroke dimana sejumlah
10
2.4.6 Pitman
crank. Lengan pitman merubah gerakan berputrar menjadi gerakan naik turun.
engsel ditengahnya. Pada ujung walking beam terdapat horse head dan pada ujung
Meneruskan gerak dari walking beam ke unit pompa didalam sumur melalui
briddle. Polished rod dan sucker string atau merupakan kepala dari walking beam
2.4.9 Bridle
Merupakan nama lain dari wireline hanger, yaitu merupakan sepasang kabel
baja yang disatukan pada carrier bar. Bridle diikat di horse head sedangkan ujung
11
2.4.12 Stuffing Box
menahan minyak agar tidak keluar bersama naik turunnya polished rod. Dengan
2.4.14 Breaker
Untuk mengerem gerakan pompa jika dibutuhkan, misalnya pada saat akan
Merupakan tempat dimana Plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan
langkah pemompaan dan menampung minyak yang telah terangkat saat Upstroke.
12
Gambar 2.5 Working Barrell
2.5.2 Tubing
13
2.5.3 Plunger
Komponen bagian dari pompa ini terdapat di dalam Barrel dan dapat
bergerak naik turun. Fungsinya adalah sebagai penghisap minyak dari lubang sumur
pastikan kondisi permukaan luar plunger dan thread terhadap lapisan permukaan
chrome/ spray metal pada plunger tidak terjadi goresan atau rusak. Lakukan
14
Gambar 2.8 Metric Micrometer
Komponen ini berupa bola yang terdapat di bagian paling bawah Barrel
pompa yang berfungsi untuk mengalirkan fluida dari lubang sumur masuk ke
Working Barrel dan menahan minyak keluar dari Plunger pada saat Plunger itu
15
2.5.5 Traveling Valve
Komponen ini berupa bola yang ikut bergerak naik turun mengikuti gerakan
Plunger dan menahan minyak agar tidak keluar dari Plunger pada saat Plunger
16
2.5.6 Gas Anchor
Terdapat dua tipe yaitu Tipe Cup adalah Mudah didudukan dan dilepas
digunakan untuk top/bottom hold down, tersedia untuk berbagai kondisi termasuk
temperatur tinggi dan material yang tahan korosi tersedia. Lalu Tipe Mekanikal
yaitu Diperlukan gaya yang tinggi untuk mencabut. Tersedia untuk kondisi
Sucker Rod String terdiri dari Sucker Rod, Pony Rod dan Polished Rod,
ukuran yang digunakan umumnya adalah 5/8’, 3/4”, 7/8”,1” dan 1 1/8”. Sucker Rod
fungsi utamanya adalah meneruskan gerak naik turun dari horse head ke plunger.
Maksimum working stress dari sucker rod tergantung dari komposisi alloynya, sifat-
sifat mekanismenya dan keadaan dari fIuida (corosive atau non corosive). Sebagai
patokan pompa dijaga bahwa stress pada sucker rod jangan melampaui 30.000 psi.
Jika pompa dipasang pada kedalaman >3.500 ft, dipakai tapered string.
17
Gambar 2.11 Sucker Rod
Bagian selanjutnya yaitu Pony Rod merupakan rod yang mempunyai lebih
pendek dari panjang rod yang ada, yaitu 25 ft, fungsinya adalah untuk melengkapi
panjang dari sucker rod string. Dan Polish Rod adalah rod yang berada diluar sumur
yang menghubungkan sucker rod string dengan carrier bar, rod ini dapat naik turun
didalam stuffing box, panjang polished rod adalah 8, 11, 16 dan 22 feet.
18
2.6 Sistim Kerja Sucker Rod Pump
plunger kebawah, standing valve akan tertutup karena ditekan fluida di atasnya,
travelling valve terbuka karena mendapat dorongan dari fluida di working barrel,
fluida bergerak masuk dari barrel ke plungernya. Pada gerakan ke atas, travelling
valve tertutup, standing valve terbuka karena efek penghisapan, fluida masuk dari
digunakan untuk tempat naik dan turunnya plunger dan sebagai tempat pengumpul
cairan.
4. Qmax =
Keterangan :
MD : Middle Perforasi
WC : Water Cut
19
DFL : Dynamic Fluid Level
SL : Stroke Lenght
melakukan analisa nodal plotting IPR TPR dan melihat hasil produksi kembali jika
20
BAB III METODOLOGI
Keterangan :
21
Hijau : Mulai menyusun skripsi
Proses analisa data menggunakan perhitungan dengan panduan dari hand book
yang menjadi rekomendasi untuk mendesain sucker rod pump dan didukung oleh data
data yang ada untuk
22
Mulai
Data Sumur
Belum Optimal?
Selesai
23
IV. PEMBAHASAN
pada sumur tersebut. Grafik dibawah ini adalah data hasil produksi pada sumur
SBR-A bisa kita lihat produksi selama ini berjalan secara normal namun terjadi
kenaikan water cut dan hasil produksi minyak terjadi tren penurunan. Data
IPR Vogel, lalu setelah itu melakukan perhitungan dengan sensivitas nilai komponen
dari rumus Pump Displacement yakni Stroke Length, SPM, dan Diameter Plunger.
24
Depth Perforasi : 199.4-202.6 M
Pr : 128 psi
DFL : 453,5 ft
SGoil : 0,97
SGwater :1
Perhitungan SG Mix :
= 0,9937
= ( 654,2 ft + 664,7ft) / 2
= 659,45 ft
Mencari Pwf
= 90,12 psi
Mencari Qmax
Qmax =
25
=
= 1026,29 bbl/d
Mencari Qoptimum
Mencari PI
26
SG Mix : 0,9937
Pr : 128 psi
PI : 12,5 bbl/psi
27
4.2 Gambar Grafik Kurva IPR
produksi maksimal hanya akan dapat tercapai apabila kondisi nilai tekanan alir
dasar sumur adalah nol (Pwf = 0 psia). Besarnya nilai Qmax tersebut adalah
1026,29 bfpd.
sebagai berikut :
28
4.2 Tabel Hasil Uji Sensivitas
29
STROKE SPM (Stroke PLUNGER Q
Perminute) (inch)
64 4 2,75 158,02
64 4 3 188,05
64 4 2,75 158,02
64 4 3,25 220,70
64 4 3,75 293,83
64 6 2,75 237,02
64 6 3 282,08
64 6 2,75 237,02
64 6 3,25 331,05
64 6 3,75 440,75
64 8 2,75 316,03
64 8 3 376,10
64 8 2,75 316,03
64 8 3,25 441,40
64 8 3,75 587,66
64 10 2,75 395,04
64 10 3 470,13
64 10 2,75 395,04
64 10 3,25 551,75
64 10 3,75 734,58
30
STROKE SPM (Stroke PLUNGER Q
Perminute) (inch)
74 4 2,75 182,71
74 4 3 217,44
74 4 2,75 182,71
74 4 3,25 255,18
74 4 3,75 339,74
74 6 2,75 274,06
74 6 3 326,15
74 6 2,75 274,06
74 6 3,25 382,78
74 6 3,75 509,61
74 8 2,75 365,41
74 8 3 434,87
74 8 2,75 365,41
74 8 3,25 510,37
74 8 3,75 679,49
74 10 2,75 456,77
74 10 3 543,59
74 10 2,75 456,77
74 10 3,25 637,96
74 10 3,75 849,36
31
86 8 3,25 593,13
86 8 3,75 789,67
86 10 2,75 530,84
86 10 3 631,74
86 10 2,75 530,84
86 10 3,25 741,42
86 10 3,75 987,09
DFL dilakukan sehingga pwf dapat diketahui. Qtest point lalu diplotkan di
kurva IPR.
Q Pwf
483 88,56psi
485 88,64psi
475 88,64psi
463 90,14psi
475 90,12psi
33
Kurva IPR
140
120
100
Pwf, psi
80
60 IPR VOGEL
40 Test Point
20
0
0 200 400 600 800 1000
Q, bfpd
Pada pompa tersebut memiliki efficient pump sebesar 70% yang didapatkan dari
data sheet pompa. Dari hasil sortiran ini diambil dengan alasan karena
mempertimbangkan hasil produksi dan faktor lain saat sedang operasi yang
dimaksud faktor lain saat sedang operasi yaitu salah satunya faktor kepasiran
karena di lapangan ini memiliki karakter memiliki pasir yang sangat halus.
34
4.5 Sortir Dengan Memperhitungkan Plunger
Dalam persortiran ini dipilih dengan Stroke 120”, SPM 4, Plunger 3,75 dan
Q 669,98 dengan alasan pemilihan Stroke lenght tersebut adalah ukuran yang
panjang dengan ini memberikan efek positif yaitu memiliki kelebihan produski
fluida lebih tinggi selanjutnya pemilihan Stroke Per Minute dipilihnya 4 karena
kepasiran dan meminimalkan pekerjaan work over. Jika mengambil spm yang lebih
besar dari itu dikhawatirkan terjadi kepasiran yang cepat dan produksi terhambat
memiliki karakter pasir yang halus yang membuat sangat mudah pasir masuk
kedalam pompa. Dan alasan kedua yaitu jika terlalu besar, maka daya listrik juga
berpengaruh karena daya listrik yang dibutuhkan juga lebih besar dan resiko terjadi
aus pada komponen metal yang bergesekan seperti traveling valve and standing
kemampuan barrel untuk ditempatkan di dalam tubing dan naiknya tegangan rod
string. Jika terlalu kecil maka produksi tidak optimal sehingga SPM tinggi. Oleh
karena itu penggunaan diameter plunger yang lebih besar dan spm rendah sering
35
4.6 Melakukan Plotting Q vs DFL
Perhitungan DFL untuk data pwf diambil dari perhitungan pwf IPR.
Dengan rumus :
Q Vogel DFL
0 361,96
363,7 426,81
475,0 450,05
576,3 473,29
667,6 496,53
748,9 519,77
820,2 543,01
881,4 566,25
932,6 589,49
990,6 624,36
1005,0 635,98
1026,29 659,45
36
DFL
700,00
600,00
DFL 500,00
400,00
300,00
200,00
100,00
0,00
PIP adalah tekanan dalam casing – tubing pada annulus pada kedalaman
yang ditentukan sebagai intake pompa. PIP dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
= 83,14 psi
37
4.8 Hasil Analisa Nodal
Dari gambar tersebut bisa kita lihat bahwa tidak ada perpotongan dimana kita
bisa sebut fluida tidak dapat diproduksikan karena tekanan tidak bisa untuk mengangkat
fluida ke atas permukaan jika sumur tersebut dilakukan produksi dengan metode natural
flow.
38
Dari hasil analisis nodal diatas gambar tersebut, sebelum sucker rod pump
dilakukan optimasi dengan sensivitas stroke lengh, plunger dan spm. Sumur tersebut
dapat diproduksi dengan rate fluida sebesar 475barrel yang berati sesuai dengan hasil
Dari hasil analisis nodal diatas adalah sucker rod pump ketika sudah dilakukan
optimasi dengan sensivitas yang sudah dipilih. Terjadi kenaikan produksi liquid sebesar
699,98 Barrel. Hasil tersebut dapat untuk menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan
39
Gambar 4.8 Kondisi Sumur Ketika Terjadi Decline Tekanan Reservoir
Selanjutnya adalah hasil projeksi IPR ketika tekanan reservoir terjadi decline atau
tersebut menghasilkan produksi fluida sebesar 694barrel dan ketika tekanan reservoir
terjadi penurunan kembali sekitar 28psia sumur tersebut dapat memproduksi produksi
40
V. PENUTUP
5.1 Simpulan
2. Didapatkan angka hasil optimasi produksi dari 475 bfpd menjadi 669,98 bfpd.
5.2 Saran
atau Rod putus akibat pergesekan antara sucker rod dengan tubing.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Boyun Guo, Ph.D, William C. Lyons, Ph.D, Ali Ghalambor, Ph.D “Petroleum
Production Engineering” Elsevier Science & Technology Books, 2007.
42
LAMPIRAN 1
43
LAMPIRAN 2
44
LAMPIRAN 3
45
LAMPIRAN 4
46
LAMPIRAN 5
47