Anda di halaman 1dari 46

Materi :

>Mekanisme Niaga PT PJB Niaga

>Pemateri oleh :Kepala Divisi Pengembangan Bisnis, Produk dan Pemasaran, bapak I Nyoman Ngurah

Pertimbangan Bisnis Pembangkitan Listrik Layak Dikembangkan?

Perbandingan Tarrif PPA (Rp/KWh vs Tarrif Listrik (Rp/KWh)

Pembangkit Beroperasi dengan Handal dan Effisien selama masa PPA

Investasi Menguntungkan: IRR tinggi, NPV tinggi, Payback Period Cepat

Dapat memenuhi kebutuhan Listrik di Indonesia secara Handal, efisien dan berkualitas

Memperpoleh Laba Usaha

Memperoleh Listrik yang Murah, Handal, Aman, Berkualitas

Menurut jurnal McKinsey: 2030, Indonesia Akan Jadi Negara Nomor 7 di Dunia

Lembaga riset Internasional, McKinsey Global Institute memperkirakan dengan tingkat pertumbuhan
ekonominya yang paling stabil di dunia, Indonesia akan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi
nomor tujuh di dunia pada tahun 2030 mendatang.

Chairman McKinsey Global Institute, Raoul Oberman, dalam presentasi di acara “Penyatuan Visi
Bersama Menuju Indonesia Maju 2030” yang diselenggarakan Komite Ekonomi Nasional (KEN) di Hotel
Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (13/11), menyatakan prediksi itu didasarkan pada hasil penelitian McKinsey
Global selama 6 bulan terakhir.

Dalam acara yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, Raoul Oberman
mengemukakan, ada 5 (lima) indikasi yang bisa mendukung pencapaian Indonesia menjadi negara
dengan ekonomi nomor 7 (tujuh) di dunia.

Pertama, tingkat ekonomi Indonesia dinilai paling stabil di dunia. Bahkan, Bank Indonesia sudah
menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia paling stabil dalam 4-5 tahun terakhir. “Saat ini
pertumbuhan ekonomi Indonesia paling stabil di dunia, melebihi pertumbuhan ekonomi negara-negara
maju yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Indonesia,
didorong oleh tingkat konsumsi domestik yang luar biasa besar,” jelas Raoul.

Kedua, sekitar 90 persen pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari wilayah di luar Jawa. Jadi,
pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya terjadi di Jawa atau Jakarta, namun telah menyebar ke berbagai
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di luar Jawa.

“Ini dampak positif urbanisasi. Urbanisasi di Indonesia, telah menyebar rata di kota-kota besar
Indonesia,” ungkap Raoul.
Menurut Raoul, dimensi urbanisasi membuat masyarakat menjadi lebih produktif. Kota-kota tumbuh
lebih besar di atas 7 persen berada di luar Jawa.

Ketiga, sekitar 11 persen ekspor komoditas berasal dari sektor nonmigas. Ini membantah mitos bahwa
model pertumbuhan dalam negeri didominasi ekspor.

Keempat, pemakaian sumber daya sudah berkurang, bahkan sudah berkurang hingga 7 persen. Ini juga
membantah bahwa sumber daya adalah penopang utama perekonomian.

Kelima, sekitar 60 persen pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peningkatan produktivitas. Ini juga
membantah bahwa pertumbuhan ekonomi hanya dari pertumbuhan angkatan kerja.

Meski demikian Indonesia memiliki tantangan berupa produktivitas, inklusivitas, dan pertumbuhan
stabil. Indonesia bisa menghadapi tantangan tersebut, sebab Indonesia memiliki nilai Bhineka Tunggal
Ika, amanah, dan mental menjadi juara dunia.

“Indonesia memiliki waktu yang panjang untuk bisa menjadi negara maju. Jika diproyeksikan menjadi
negara maju pada 2030, Indonesia perlu waktu 85 tahun untuk bisa menjadi negara maju,”

Ia membandingkan dengan negara Inggris yang perlu waktu 250 tahun untuk bisa menggandakan
produk domestik brutonya. Meskipun, China hanya perlu 12 tahun untuk melipatgandakan PDB-nya.
“Inilah kebangkitan Asia, salah satunya Indonesia,”

Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Listrik

Pertumbuhan bangsa harus ditopang dengan pertumbuhan listrik. Setiap industry penyedia listrik harus
mampu melayani kebutuhan listrik agar tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi akan bergerak lamban jika tidak diiringi dengan pertumbuhan listrik.

PJB merupakan salah satu unsur penyedia listrik di Indonesia yang harus mampu mempertahankan dan
mengembangkan bisnisnya agar mampu menopang pertumbuhan ekonomi Negara.

Untuk Sistem kelistrikan Indonesia, PLN telah memiliki dokumen RUPTL (Rencana Umum Penyediaan
Tenaga Listrik) 2018-2027, yang berisikan rencana pengembangan Pembangkit Lisrik, Transmisi dan
Distribusi untuk 10 tahun ke depan.

http://www.djk.esdm.go.id/pdf/RUPTL/RUPTL%20PLN%202019-2028.pdf

http://www.djk.esdm.go.id/pdf/RUPTL/2019%2003%2018%20Diseminasi%20RUPTL%202019-2028.pdf

Materi :

>Pembukaan Program Pembekalan Proses Bisnis

>Overview PJB;

-visi, misi, roadmap PJB

-portofolio PJB

-organisasi PJB, PLN, Anak perusahaan PJB dan afiliasi


Pemateri oleh :

>General Manager PJB Academy,

>Direktur Utama, diwakilkan Kabid SKOR, ibu Yama

>

Overview PJB

PJB merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang usaha pembangkitan tenaga
listrik.

Status PT PJB: anak perusahaan PT PLN (Persero),

Berdiri pada tanggal: 3 Oktober 1995,

Lokasi kantor pusat: Jl. Ketintang Baru No.11 - Surabaya 60231

Kantor Perwakilan: Menara Bidakara 2 Lt.16 Jl. Gatot Subroto Kav. 71-73 – Pancoran, Jakarta Selatan

Total Nilai Asset: Rp. 43.7 T (revaluasi aset menjadi 197T)

Budaya Perusahaan

Keyakinan dasar insan PJB SPIRIT / SPIRIT Berkarya, Mengabdi, Beribadah (Work, Dedication and Pray)

Budaya perusahaan iPJB (Integrity, Professional, Bussines Exellence, Joint Collaboration)

I: Menjunjung tinggi etika, jujur, dan amanah memegang teguh kaidah tata kelola perusahaan yang baik
(Good Corporate Governance)

P: Bertanggungjawab terhadap tugas dan wewenang dengan mengutamakan keselamatan dan


keharmonisan lingkungan, serta senantiasa percaya diri dengan terus mengembangkan kompetensi.

J: Melakukan kerjasama melalui integrasi, membangun jejaring, dan sinergi dengan berbagai pihak untuk
bersama-sama meningkatkan skala bisnis PJB Raya dan PLN Group

B: Menerapkan praktik bisnis terbaik dalam mengelola dan mencapai tujuan PJB Raya secara
berkesinambungan dengan senantiasa berorientasi pada pelanggan, berpikir bisnis & mengambil risiko
terukur, inovatif, gesit, simpel, dan adaptif.
Strategy Map PT PJB

Organizational Readiness, Growth & Sustainability dan Operational Excellence

Framework :

Financial; F4: Kesiapan Pendanaan, F1: Peningkatan ROA, F2: Peningkatan Revenue, F3: Cost Leadership

STAKE-HOLDERS; S1: Peningkatan Citra Perusahaan, S2: Pemenuhan Harapan Pelanggan

INTERNAL PROCESS; I1: Pemanfaatan Peluang Pasar, I4 : Peningkatan Pengelolaan Pembangkit PJB, I6:
Pengamanan Pasokan Energi Primer, I2: Pengembangan Kemitraan Strategis & Bisnis Baru, I5 :
Peningkatan Pengelolaan Jasa O&M, I7: Penguatan LK3, I3 : Optimalisasi Anak Perusahaan & Afiliasi, I8:
Penguatan Manajemen Risiko dan Compliance

LEARNING& GROWTH; L1: Penguatan Leadership, L2: Peningkatan Kapabilitas Organisasional, L3:
Peningkatan Kompetensi SDM, L4: Peningkatan Kapabilitas IT
Mekanisme Jual Beli Tenaga Listrik

Pembangkit PLN GROUP (KIT PLN, PJB, IP) dan pembangkit SWASTA (Captive power, IPP) terikat
perjanjian PPA(Power Purchase Agreement) dengan SINGLE BUYER PT PLN Persero yang dijual kepada
CUSTOMER yang wajib melakukan PEMBAYARAN TAGIHAN LISTRIK kepada PLN DIST JAYA & TGR, DIST.
JB & Btn, DIST. Jateng & DIY, DIST JATIM, DIST. BALI

Peran PJB dalam Bisnis Pembangkitan Listrik

Asset Operator (O&M), Asset Owner (Power Plant/IPP), Asset Developer (EPC), Equipment Supplier,
Energy/Renewable Energy

3 Framework: Revenue Generation, Cost Optimization, Company’s Strategic Direction

PJB Services, MKP, SKP

 Open new market & expand customer base in O&M


 Increase ownership of existing Joint Venture
 Operation cost efficiency
 Increase skills and capabilities to meet market demand

PJB Investasi

• Increase ownership of existing Joint Venture

• Build new power plant (Align with Improvement electrification ratio)

• Strategic partnership with other IPPs

• Open new market

• Asset management optimization

Rekadaya Elektrika

Rekadaya Consultant

• Open new market & expand customer base in EPC

• Consortium with other EPC companies

• Strategic partnership with EPC suppliers

• Increase skills and capabilities to meet market demand

PLN SC

• Acquire equipment supplier

• Develop equipment subsidiary

• Strategic sourcing

• Strategic partnership with equipment supplier


PJB Raya

• Acquire energy resources

• Develop R&D in energy efficiency (conventional & renewable)

• Invest in energy supplier (conventional & renewable)

• Strategic sourcing

Materi :

Proses Bisnis Unit

Oleh unit perwakilan UP Gresik, dibawakan oleh Manajer Teknik UP Gresik

PLTU berbahan bakar gas dan minyak (PLTU SPP 1-4)

Pertama, gas atau minyak disupplai dari reservoir gas yang dimiliki Pertamina atau PGN. Sumber gas dan
minyak berasal kilang yang berada di laut Jawa. Gas atau minyak tersebut disimpan dalam storage tank
sebelum digunakan untuk proses pembakaran.

Proses selanjutnya, penyemprotan bahan bakar dari manifold menuju nozzle burner. Untuk kebutuhan
udara pembakaran disediakan oleh Force Draft Fan. Pembakaran tersebut digunakan untuk
memanaskan Boiler sehingga akan merubah air umpan menjadi uap hingga Superheated. Proses di
Boiler merupakan perubahan energi kimia dari batubara menjadi energi kalor/panas.

Uap Superheated digunakan untuk memutar High Pressure (HP) Turbine. Uap keluar HP Turbine
dipanaskan kembali oleh Reheater untuk memutar Intermediete Pressure (IP) dan Low Pressure (LP)
Turbine. HP, IP, dan LP Turbine tersebut dikopel bersamaan dengan Generator sehingga menghasilkan
listrik. Uap yang keluar dari LP Turbine lalu masuk ke Condensor untuk dikondensasi menjadi air umpan
kembali. Air tersebut selanjutnya dipompa kembali ke Boiler untuk dipanaskan dan diubah menjadi uap
air yang digunakan untuk memutar Turbine lagi (Close Cycle). Proses di Turbine dan Generator
merupakan perubahan energi kalor/panas menjadi energi gerak selanjutnya menjadi energi listrik.

PLTGU Combine Cycle PP

PLTGU adalah gabungan antara PLTG dengan PLTU, dimana panas dari gas buang dari PLTG digunakan
untuk menghasilkan uap yang digunakan sebagai fluida kerja di PLTU. Dan bagian yangdigunakan untuk
menghasilkan uap tersebut adalah HRSG (Heat Recovery Steam Generator).PLTGU merupakan suatu
instalasi peralatan yang berfungsi untuk mengubah energi panas (hasil pembakaran bahan bakar dan
udara) menjadi energi listrik yang bermanfaat.

Pada dasarnya, sistem PLTGU ini merupakan penggabungan antara PLTG dan PLTU. PLTU memanfaatkan
energi panasdan uap dari gas buang hasil pembakaran di PLTG untuk memanaskan air di HRSG (Heat
RecoverySteam Genarator), sehingga menjadi uap jenuh kering. Uap jenuh kering inilah yang akan
digunakanuntuk memutar sudu (baling-baling) Gas yang dihasilkan dalam ruang bakar pada Pusat Listrik
TenagaGas (PLTG) akan menggerakkan turbin dan kemudian generator, yang akan mengubahnya
menjadi energi listrik. Sama halnya dengan PLTU, bahan bakar PLTG bisa berwujud cair (BBM) maupun
gas (gas alam). Penggunaan bahan bakar menentukan tingkat efisiensi pembakaran dan prosesnya.

Flow proses PLTG adalah sebagai berikut;

Pertama, udara dimasukkan dalm kompresor dengan melalui air filter / penyaring udara agar partikel
debu tidak ikut masuk ke dalam kompresor tersebut.

Selanjutnya, pada kompresor tekanan udara dinaikkan lalu dialirkan ke ruang bakar untuk dibakar
bersama bahan bakar. Disini, penggunaan bahan bakar menentukan apakah bisa langsung dibakar
dengan udara atau tidak.turbin uap. Jika menggunakan BBG, gas bisa langsung dicampur dengan udara
untuk dibakar. Tapi jika menggunakan BBM harus dilakukan proses pengabutan dahulu pada burner
baru dicampur udara dan dibakar.

Ketiga, pembakaran bahan bakar dan udara ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan
tinggiyang berenergi (enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh
turbinmenjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.

Keempat, setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui cerobong/stack. Karena gas
yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin
dengan udara pendingin dari lubang udara pada turbin.Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi
ini, maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium, Vanadium, dan
Sodium.

Flow proses PLTGU adalah sebagai berikut;

Dalam operasinya, unit turbin gas dapat dioperasikan terlebih dahulu untuk menghasilkan daya listrik
sementara gas buangnya berproses untuk menghasilkan uap dalam ketel pemanfaat gas buang. Kira-kira
6 (enam) jam kemudian, setelah uap dalam ketel uap cukup banyak, uap dialirkan ke turbin uap untuk
menghasilkan daya listrik.

Proses Produksi Listrik Pada PLTGU

Secara umum sistem produksi tenaga listrik pada PLTG/U dibagi menjadi dua siklus, yaitu sebagai
berikut:

a. Siklus Terbuka (Open Cycle)

Siklus Terbuka merupakan proses produksi listrik pada PLTGU dimana gas buangan dari turbin gas
langsung dibuang ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Suhu gas buangan di cerobong saluran
keluaran ini mencapai 550°C. Proses seperti ini pada PLTGU dapat disebut sebagai proses pembangkitan
listrik turbin gas yaitu suatu proses pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran turbin gas.

Unit-unit auxiliary pada PLTGU antara lain:

1. Barge/Kapal, alat pengangkut bahan bakar minyak (BBM) ataupun BBG

2. Pumping house
3. Fuel Pump

4. Electric/diesel motor

5. Air filter, penyaring udara agar partikel debu tidak masuk ke dalam compressor

6. Compressor, menaikkan tekanan udara untuk dibakar bersama bahan bakar

7. Combustion system, membakar bahan bakar dan udara serta menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan dan energi tinggi.

8. Gas turbine, mengubah energi gas menjadi energi gerak yang memutar generator

9. Stack/Cerobong asap, membuang sisa gas panas dari turbine

10. Generator, mengubah energy mekanik turbin untuk menghasilkan energi listrik

11. Main transformer, melakukan step up tegangan output generator menjadi tegangan tinggi
transmisi

b. Siklus Tertutup (Closed Cycle)

Jika pada Siklus Terbuka gas buang dari turbin gas langsung dibuang melalui cerobong saluran keluaran,
maka pada proses Siklus Tertutup, gas buang dari turbin gas akan dimanfaatkan terlebih dahulu untuk
memasak air yang berada di HRSG (Heat Recovery Steam Generator). Kemudian uap yang dihasilkan dari
HRSG tersebut akan digunakan untuk memutar turbin uap agar dapat menghasilkan listrik setelah
terlebih dahulu memutar generator. Jadi proses Siklus Tertutup inilah yang disebut sebagai proses
Pembangkitan Listrik Tenaga Gas Uap yaitu proses pembangkitan listrik yang dihasilkan oleh putaran
turbin gas dan turbin uap.

Daya listrik yang dihasilkan pada proses Siklus Terbuka tentu lebih kecil dibandingkan dengan daya listrik
yang dihasilkan pada proses produksi listrik Siklus Tertutup. Pada prakteknya, kedua siklus diatas
disesuaikan dengan kebutuhan listrik masyarakat. Misalnya hanya diinginkan Siklus Terbuka karena
pasokan daya dari Siklus Terbuka sudah memenuhi kebutuhan listrik masyarakat. Sehingga damper
(stack holder) yang membatasi antara cerobong gas dan HRSG dibuat close, dengan demikian gas buang
dialirkan ke udara melalui cerobong saluran keluaran. Dan apabila dengan Siklus Terbuka kebutuhan
listrik masyarakat belum tercukupi maka diambil langkah untuk menerapkan Siklus Tertutup. Namun
demikian dalam sistem mekanik elektrik, suatu mesin akan lebih baik pada kondisi selalu beroperasi,
karena apabila mesin berhenti akan banyak mengakibatkan korosi, perubahan pengaturan (setting), mur
atau baut yang mulai kendur dan sebagainya. Selain itu dengan selalu beroperasi lebih mengefektifkan
daya, sehingga daya yang dihasilkan menjadi lebih besar. Jadi secara garis besar untuk produksi listrik di
Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap dibagi menjadi 2 proses berikut ini :

1) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Gas.

2) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Uap


Laporan Probisnis PLTGU Muara Karang

1) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Gas (Unit 1 dan Unit 2)

Pada proses pembangkitan listrik turbin gas, motor cranking digunakan sebagai pemutar awal saat
turbin belum menghasilkan tenaga dengan menggunakan energi listrik yang diambil dari jaringan listrik
150 kV / 500 kV Jawa-Bali. Motor cranking ini berfungsi memutar compressor sebagai penghisap udara
luar. Udara luar ini akan diubah menjadi udara berpartikel (atomizing) untuk sebagian kecil pembakaran
dan sebagian besar sebagai pendingin turbin.

Bahan bakar berupa solar/HSD dialirkan dari kapal tongkang ke dalam rumah pompa BBM HSD
kemudian di pompa lagi dengan pompa bahan bakar (fuel pump) yang akan dialirkan ke dalam ruang
bakar (combustion chamber). Pada saat bahan bakar yang berasal dari pompa bahan bakar dan udara
atomizing yang berasal dari compressor bercampur di dalam combustion chamber, secara bersamaan
busi (spark plug) memercikkan api untuk menyulut pembakaran. Gas panas yang dihasilkan dari proses
pembakaran inilah yang akan digunakan sebagai penggerak turbin gas, sehingga listrik dapat dihasilkan
oleh generator. Daya yang dihasilkan mencapai 100 MW untuk tiap Generator Turbin Gas. Karena
tegangan yang dihasilkan dari generator masih rendah maka pada tahap selanjutnya tegangan ini akan
disalurkan ke trafo utama untuk dinaikkan menjadi 150 KV. Pada proses Siklus Terbuka gas buangan dari
turbin gas yang temperaturnya berkisar 500-5500C akan langsung dibuang melalui cerobong saluran
keluaran.

2) Proses Pembangkitan Listrik Turbin Uap (ST Unit 1 dan 2)

Gas bekas yang ke luar dari turbin gas dimanfaatkan lagi setelah terlebih dulu diatur oleh damper
(selector damper) untuk dialirkan ke dalam boiler/ HRSG untuk menguapkan air yang berasal dari drum
penampung air atau dibuang langsung ke stack. Uap yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin uap
yang terkopel dengan generator sehingga dapat menghasilkan tenaga listrik. Uap bekas dari turbin uap
diembunkan lagi di condenser, kemudian air hasil kondensasi di pompa oleh Pompa Kondensat,
selanjutnya dimasukkan lagi ke dalam deaerator dan oleh feed water pump dipompa lagi ke dalam drum
untuk kembali diuapkan. Inilah yang disebut dengan Siklus Tertutup/combined cycle. Jadi secara singkat
dapat dikatakan bahwa Siklus Tertutup merupakan rangkaian Siklus Terbuka ditambah dengan proses
pemanfaatan kembali gas buang dari proses Siklus Terbuka untuk menghasilkan uap sebagai penggerak
turbin uap.

B. Komponen Sistem PLTGU Muara Karang

Sistem PLTGU dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: sistem GTG, HRSG dan STG.

a. Sistem Generator Turbin Gas (Gas Turbine Generator)

Turbin adalah suatu pesawat pengubah daya dari suatu media yang bergerak misalnya air, udara, gas
dan uap, untuk memutar generator sehingga menghasilkan tenaga listrik. Pada PLTG/U, media yang
digunakan untuk memutar turbin adalah gas panas yang didapatkan dari pembakaran bahan bakar yang
sudah dicampur udara dalam ruang bakar.

Udara pembakaran didapat dari kompresor yang terpasang satu poros dengan turbin. Karena
konstruksinya yang demikian, maka daya yang dihasilkan tidak sepenuhnya untuk memutarkan
generator, tetapi sebagian besar untuk memutarkan kompresor sehingga menyebabkan efisiensi PLTG/U
rendah.

Pada prinsipnya turbin gas di PLTG Muara Karang menggunakan sistem terbuka. Pada sistem ini gas
buang yang telah dipakai untuk memutar turbin masih mempunyai suhu 514 oC dan tekanan yang tinggi
sekitar 1 atm, yang nantinya pada sistem tertutup digunakan untuk memanaskan HRSG (Heat Recovery
Steam Generator).

Mula-mula rotor (kompresor dan turbin) di putar oleh alat penggerak awal yaitu motor listrik. Kemudian
kompresor menghisap udara atmosfer dan menaikan tekanan beberapa kali lipat (1-8) tekanan semula.
Udara bertekanan tinggi tersebut masuk ke dalam ruang bakar dimana ruang bakar itu pula ditempatkan
sejumlah bahan bakar dan dinyalakan oleh busi. Untuk ruang bakar lainnya cukup dengan disambung
penyalanya dan busi hanya menyala beberapa detik saja. Akibat dari pembakaran akan menaikan suhu
dan volume dari gas bahan bakar tersebut, sekali terjadi percikan maka terjadi pembakaran selama
bahan bakar disemprotkan ke dalamnya.

Gas yang yang dihasilkan mempunyai tekanan dan temperatur tinggi kemudian berekspansi dalam
sebuah turbin dan selanjutnya ke atmosfir (melalui saluran keluaran) untuk Siklus Terbuka. Pembakaran
akan terus berlangsung selama aliran bahan bakar tidak berhenti. Pada saat gas panas masuk ke dalam
turbin gas, gas tersebut memutarkan turbin, kompresor, alat bantu dan generator. Komponen–
komponen utama sistem GTG adalah sebagai berikut:

1) Cranking Motor adalah motor yang digunakan sebagai penggerak awal atau start up system GTG.

2) Filter Udara merupakan filter yang berfungsi untuk menyaring udara bebas agar udara yang
mengalir menuju ke kompresor merupakan udara yang bersih.

3) Kompresor berfungsi mengkompresi udara dalam turbin gas.

4) Ruang bakar, berfungsi sebagai tempat pembakaran di dalam sistem turbin gas. Dapat berupa
ruang bakar tunggal atau terdiri dari ruang – ruang bakar yang banyak.

5) Turbin, berfungsi untuk mengekspansi gas panas hingga menghasilkan energi mekanis untuk
menggerakkan generator.

6) Generator berfungsi sebagai pembangkit energi listrik dimana di dalamnya terjadi proses
perubahan dari energi mekanik ke listrik.

Sedangkan untuk peralatan pendukung sistem turbin gas, adalah sebagai berikut:

1) Sistem Pelumas (Lube Oil Sistem)

Fungsi utama sistem pelumas ini adalah untuk melumasi bearing–bearing baik untuk bearing turbin gas
maupun bearing generator. Di samping itu juga digunakan sebagai penyuplai minyak untuk sistem
hidrolik pada Pompa Minyak Hidrolik (hydraulic Oil Pump). Mula–mula sebelum turbin gas dioperasikan,
maka Pompa Minyak Pembantu (AOP = Auxiliary Oil Pump) dihidupkan untuk menyuplai minyak
pelumas ke dalam bearing turbin gas dan generator untuk selanjutnya diputar pada putaran turning gear
atau dalam keadaan pendinginan (on cooldown) pada putaran lebih dari 30 rpm, dengan tujuan agar
ketika pengidupan (start up), gaya geser (friction force) yang terjadi antara metal bearing dengan poros
turbin gas dan generator dapat dikurangi. Kemudian setelah turbin gas mulai berjalan dan putaran mulai
naik sampai putaran normal, maka suplai minyak pelumas akan diambil alih dari AOP ke Main Lube Oil
Pump (MOP), di mana pompa ini diputar melalui hubungan antara Accessories gear atau Load Gear
dengan poros turbin gas.

2) Sistem bahan Bakar (Fuel Oil Sistem)

Sistem pembakaran untuk PLTG/U ini menggunakan minyak HSD (High Speed Diesel). Pada proses
penyaluran bahan bakar, dilakukan melalui instalasi perpipaan yang menghubungkan tangki
penampungan sampai ke ruang bakar. Aliran bahan bakar dari tangki penampung dipompa dengan
transfer pump melalui flowmeter untuk perhitungan pemakaian. Kemudian untuk mendapakan hasil
pembakaran yang maksimal maka dipasang Main Oil Pump yang terpasang dan berputar melalui
hubungan dengan poros turbin gas dengan Accessories Gear. Dan untuk mengatur jumlah aliran bahan
bakar yang masuk ke ruang bakar diatur dengan Katup Kendali (control valve) yang berfungsi sebagai
governor.

3) Sistem Pendingin (Cooling Sistem)

Ketika minyak pelumas digunakan untuk melumasi bearing – bearing pada turbin gas dan generator,
mengakibatkan temperatur dari minyak pelumas ini menjadi lebih tinggi, sehingga minyak pelumas
tersebut perlu pendinginan. Adapun sebagai media pendingin minyak pelumas digunakan air melalui
sirkulasi di dalam heat exchanger dan untuk mendinginkan air yang bertemperatur lebih tinggi akibat
transfer panas di dalam heat exchanger, maka air pendingin ini akan didinginkan dengan dihembuskan
di kisi – kisi radiator. Demikian sirkulasi ini berlangsung secara tertutup dan untuk mensirkulasi air
pendingin digunakan Water Cooling Circulating Pump.

4) Sistem Hidrolik (Hydraulic Sistem)

Sistem hidraulik digunakan untuk menggerakkan Main Stop Valve, di mana didalam mekanisme
operasinya untuk membuka dan menutup main stop valve diperlukan hidrolik yang diambil dari Piping
Sistem pelumas turbin gas kemudian dipompa dengan hydraulic oil pump. Adapun fungsi dari main stop
valve adalah untuk menghentikan laju aliran bahan bakar minyak saat unit terjadi gangguan atau untuk
membuka saluran bahan bakar pada sistem perpindahan bahan bakar (katub utama bahan bakar).

b. HRSG (Heat Recovery Steam Generator)

Energi panas yang terkandung dalam gas buang/saluran keluaran turbin gas yang temperaturnya
masih cukup tinggi (sekitar 5630C) dialirkan masuk ke dalam HRSG untuk memanaskan air di dalam
pipa–pipa pemanas (evaporator), selanjutnya keluar melalui cerobong dengan temperatur sekitar
1500C. Air di dalam pipa–pipa pemanas yang berasal dari drum mendapat pemanasan dari gas panas
tersebut, sebagian besar akan berubah menjadi uap dan yang lain masih berbentuk air. Campuran air
dan uap selanjutnya masuk kembali ke dalam drum. Di dalam drum, uap dipisahkan dari air dengan
menggunakan pemisah uap yang disebut Separator. Uap yang sudah terpisah dari air selanjutnya
dipanaskan lebih lanjut, sehingga kemudian dapat digunakan untuk menggerakkan turbin uap,
sedangkan air yang tidak menjadi uap disirkulasikan kembali ke pipa–pipa pemanas, bersama–sama
dengan air pengisi yang baru. Demikian proses ini berlangsung terus menerus selama unit beroperasi.

c. Sistem Generator Turbin Uap (Steam Turbine Generator)


Turbin uap adalah suatu penggerak mula yang mengubah energi potensial uap menjadi kinetik, energi
kinetik ini selanjutnya diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros turbin. Poros turbin,
langsung atau dengan bantuan roda gigi reduksi, dihubungkan dengan mekanisme yang digerakannya.
Tergantung dari jenis mekanik yang dipisahkan, turbin uap dapat digerakan pada berbagai bidang
industri, dan untuk pembangkit listrik.

Pengubahan energi potensial menjadi energi kinetik dalam bentuk poros dilakukan dalam berbagai cara.
Turbin uap secara umum diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, impuls, reaksi dan gabungan, tergantung
pada cara perolehan pengubahan energi potensial menjadi energi kinetik akibat semburan uap.

Komponen utama Sistem STG adalah sebagai berikut.

1. Turbin Uap (Steam Turbine), berfungsi untuk mengekspansi uap superheat hingga menghasilkan
energi mekanis untuk menggerakkan generator.

2. Generator, berfungsi untuk menghasilkan energi listrik di mana di dalamnya terjadi proses
perubahan energi mekanis menjadi energi listrik.

3. Kondensor (Condenser), berfungsi sebagai penampung air condensate sekaligus sebagai tempat
pendinginan uap bekas hasil ekspansi turbin uap dimana media air laut digunakan sebagai media
pendinginnya.

4. Tangki air Pengisi (Feed Water Tank), tangki ini berisi air murni sebagai tandon pengisi air
condenser.

5. Pompa air Pengisi (Feed Water Pump), pompa ini memindahkan air pengisi dari tangki air pengisi
ke condenser dan menjaga level condenser tetap pada kondisi normal.

Peralatan Pendukung Sistem Turbin Uap adalah sebagai berikut.

1. Sistem minyak pelumas turbin uap digunakan untuk melumasi bearing turbin uap dan bearing
generator, dimana pada sistem ini terdapat peralatan Main Lube Oil Pump (MOP), Lube Oil Pump (LOP),
Emergency Oil Pump (EOP) dan Lube Oil Cooler. Mula–mula pada kondisi dimana turbin uap masih
dalam putaran turning gear, maka sistem pelumasan akan didistribusikan dan disirkulasi minyak, dengan
main lube oil pump. Selanjutnya setelah turbin uap berputar dan sampai kondisi berbeban, maka
seluruh sistem pelumasan akan didistribusikan dan disirkulasikan minyak pelumas ini dengan
menggunakan main lube oil pump (MOP) dan lube oil pump (LOP).

2. Sistem Pendingin Minyak Pelumas digunakan untuk mendinginkan temperatur minyak pelumas
yang tinggi setelah digunakan untuk melumasi bearing – bearing turbin uap dan generator yang
kemudian dialirkan masuk ke dalam lube oil cooler, di mana media pendingin yang digunakan adalah air
(Closed Cycle Cooling Water). Air yang bertemperatur tinggi setelah digunakan untuk mendinginkan
minyak pelumas akan didinginkan di dalam heat exchanger dengan media pendinginnya diambil dari air
laut melalui Pompa Sirkulasi Air (discharge circulating water pump).

3. Sistem Hidrolik pada sistem turbin uap digunakan untuk membuka maupun menutup Katup
Penghenti Utama (main stop valve) dan menggerakkan control valve (Governor) pada pipa suplai uap
superheat untuk memutar turbin. Di mana yang digunakan untuk sistem hidrolik ini merupakan minyak
hidrolik yang tertampung di dalam tangki dan disuplai dengan menggunakan pompa minyak hidrolik
(hydraulic oil pump).

4. Sistem Pendingin Siklus Tertutup ini terdiri dari Closed Cycle Cooling Water Heat Exchanger
(CCCW), Closed Cycle Cooling Water Pump (CCCWP). Sirkulasi air pendingin ini digunakan untuk
mendinginkan turbin uap Lube Oil Cooler (LOC), turbin uap Generator Hydrogen Cooler (GHC) dan
Hydraulic Oil Cooler serta bearing – bearing pompa di HRSG. Air dari sisi outlet CCCW yang
bertemperatur lebih rendah setelah didinginkan dengan air laut yang diambil dari sisi discharge CWP
akan digunakan sebagai media pendingin di dalam LOC dan GHC selanjutnya dari sisi outlet peralatan ini,
air yang bertemperatur lebih tinggi dipompa menggunakan CCCWP masuk ke dalam CCCW, demikian
siklus air ini berlangsung secara tertutup.

E. Kelebihan dan Kekurangan PLTGU

a.Keuntungan PLTGU

1. Gas panas keluaran dari turbin gas dapat digunakan untuk memanaskan air sehingga menjadi uap
untuk menggerakkan turbin uap

2. Meningkatkan efisiensi menjadi sebesar 40-50%

3. Efisiensi bahan bakar

b. Kekurangan PLTGU

1. Peningkatan biaya

2. Peningkatan luas area yang dibutuhkan

F. Kesimpulan

Penggunaan PLTGU dapat mengurangi biaya pembangkitan listrik bila dibandingkan dengan
menggunakan PLTG saja. Hal ini dapat dipahami karena dengan menambahkan HRSG dan PLTU dapat
meningkatkan tenaga listrik yang dihasilkan tanpa menambah bahan bakar serta meningkatkan efisiensi
panas dari sekitar 24 % untuk PLTG menjadi sekitar 42 % untuk PLTGU.

Berdasarkan harga gas bumi sekarang ini, PLTGU masih dapat bersaing biaya pembangkitannya bila
dibandingkan dengan pembangkit listrik termal lainnya. Di samping itu waktu pembangunan PLTGU yang
cepat merupakan hal yang mendorong dipilihnya PLTGU, khususnya untuk memenuhi lonjakan
permintaan tenaga listrik.

Dengan kemungkinan pengembangan PLTGU yang cukup besar dan teknologi PLTGU di Indonesia masih
belum pernah digunakan maka perlu dipersiapkan tenaga trampil. Pembangunan PLTGU dalam waktu
dekat ini diharapkan akan memberi pengalaman dalam pengoperasian dan perawatan PLTGU.

>Pembukaan Program Pembekalan Proses Bisnis

>Overview PJB;

-visi, misi, roadmap PJB

-portofolio PJB
-organisasi PJB, PLN, Anak perusahaan PJB dan afiliasi

Pemateri oleh :

>General Manager PJB Academy,

>Direktur Utama, diwakilkan Kabid SKOR, ibu Yama

Overview PJB

PJB merupakan anak perusahaan PT PLN (Persero) yang bergerak di bidang usaha pembangkitan tenaga
listrik.

Status PT PJB: anak perusahaan PT PLN (Persero),

Berdiri pada tanggal: 3 Oktober 1995,

Lokasi kantor pusat: Jl. Ketintang Baru No.11 - Surabaya 60231

Kantor Perwakilan: Menara Bidakara 2 Lt.16 Jl. Gatot Subroto Kav. 71-73 – Pancoran, Jakarta Selatan

Total Nilai Asset: Rp. 43.7 T (revaluasi aset menjadi 197T)

Pembangkit milik PJB: 7.055 MW di 9 lokasi

Keikutsertaan di IPP : 4.660 MW di 6 lokasi

Implementasi Manajemen Aset Pembangkit (IMAP) PLN 7.408 MW di 53 lokasi Jasa Pembangunan
Pembangkit Baru (EPC) 189 MW di 9 lokasi Dukungan material cadang (Stockist) PLTU FTP-1 7.520 MW
di 22 lokasi Jasa O&M dari Pembangkit Luar PJB 7348 MW FTP-1 Jawa 3.610 MW di 5 Lokasi

FTP-1 Luar Jawa 987,3 MW di 13 Lokasi

PLN di lokasi PJB 995 MW di 2 Lokasi

PLN di lokasi luar PJB 1.356 MW di 3 Lokasi

IPP 400 MW di 2 Lokasi

PJB menetapkan visi sebagai pedoman dalam arah pengembangan, posisi bisnis yang akan dicapai dan
bagaimana harapan-harapan yang akan datang diraih. Sesuai kebijakan manajemen 6 oktober 2009
maka, PJB telah memperbaharui visi misinya sebagai berikut :

VISI

Menjadi perusahaan terpercaya dalam bisnis pembangkitan terintegrasi dengan standar kelas dunia.
MISI

Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi untuk menjaga kedaulatan
listrik nasional.

Menjalankan bisnis pembangkitan secara berkualitas berdaya saing dan ramah lingkungan.

Mengembangkan kompetensi dan produktivitas Human Capital untuk pertumbuhan yang


berkesinambungan.

MAKNA VISI

Perusahaan terpercaya bahwa PJB adalah perusahaan yang menjalankan dan mengembangkan
usahanya sesuai dengan tata kelola perusahaan dan performa finansial yang baik sehingga
meningkatkan kredibilitas perusahaan untuk menjadi pilihan utama dalam melakukan bisnis.

Bisnis bahwa PJB selain berfokus pada operational excellence juga fokus pada business excellence.

Pembangkitan PJB memiliki kompetensi inti di bidang pembangkitan dengan lini usaha meliputi
penjualan tenaga listrik; investasi bidang pembangkitan; dan jasa-jasa lainnya. Namun hal ini tidak
menutup PJB untuk masuk ke bidang usaha sejenis seperti pada Asset Intensive Industries Area maupun
usaha yang memiliki Core Capabilities/ Competencies yang sama.

Terintegrasi mengandung pengertian bahwa PJB bergerak dalam bisnis pembangkitan tenaga listrik yang
terintegrasi (integrated power company) secara horizontal end-to-end pembangkit dan vertical Energi
primer – pembangkit – transmisi. Pengembangan perusahaan akan berfokus dan didasari di
pembangkitan sebagai bidang yang dikuasai PJB. Pengembangan portofolio usaha akan dilakukan
melalui integrasi PJB Raya baik dalam hal pengembangan pasar maupun sumber daya yang diperlukan.

Standar kelas dunia PJB bertekad untuk mampu tumbuh dan mencapai kinerja kelas dunia baik dari sisi
operasional, keuangan, dan bisnis pada tingkat regional dan global.

MAKNA MISI

Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi untuk menjaga kedaulatan
listrik nasional artinya PJB akan menjadi solusi bagi Indonesia dan PLN untuk pekerjaan operation &
maintenance (O&M) serta Engineering, Procurement & Construction (EPC) pembangkit-pembangkit
milik PLN dan Non PLN, dan juga EPC transmisi dan distribusi milik PLN, dimana investasi diarahkan
untuk memelihara keandalan dan kapasitas. PJB juga akan membentuk kerjasama dengan perusahaan
lain untuk berpartisipasi dalam pemenuhan kebutuhan listrik nasional melalui skema IPP. Aktivitas-
aktivitas ini dilakukan oleh PJB agar PLN dapat menjaga kedaulatan listrik yang dimiliki di Indonesia.
Pemangku kepentingan untuk misi ini adalah PLN sebagai parent company dari PJB.

Memberi solusi dan nilai tambah dalam bisnis pembangkitan terintegrasi untuk menjaga kedaulatan
listrik nasional artinya PJB akan menjalankan bisnis secara patuh terhadap peraturan, memperhatikan
aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan aman dari sisi karyawan dan aset. Pembangkit yang
berkualitas tinggi dengan indikator EAF yang tinggi dan EFOR yang rendah dan tetap menawarkan harga
yang kompetitif. Selain itu, PJB juga akan membangun proyek-proyek EBT yang ramah lingkungan.
Pemangku kepentingan terkait dengan misi ini adalah Pelanggan atau PLN, IPP dan pemain di Captive
Power.
Mengembangkan kompetensi dan produktivitas Human Capital untuk pertumbuhan yang
berkesinambungan artinya PJB akan berfokus dalam meningkatkan kompetensi karyawan PJB Raya
sesuai kebutuhan strategi pengembangan usaha dalam bidang pengembangan bisnis dan teknologi.
Pengembangan kompetensi bisnis ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas perusahaan, yang
juga menjadi pengukuran Sasaran Strategis, dan akhirnya dapat membantu perusahaan untuk terus
bertumbuh. Pemangku kepentingan untuk misi ini adalah karyawan PJB.

Kompetensi Bisnis Arah Pengembangan – Strategi Utama Bisnis

Operational Excellence + Business Excellence

Implementasi Manajemen Aset(MA) belum terstandar -> Digitalization & Customization

Service Manajemen Aset (MA)

Perusahaan dalam PJB Raya berdiri sendiri-sendiri -> PJB Raya Terintegrasi

Regulated Business -> Go-To-Market

Asset Based -> Investment Based

Struktur Organisasi PT PJB

Pemegang saham PT PJB menunjuk DIREKTUR UTAMA untuk memimpin perusahaan dan diawasi oleh
DEWAN KOMISARIS yang diutus oleh PEMEGANG SAHAM.

SATUAN PENGAWASAN INTERNAL membawahi AUDITOR 1,2 dan 3 untuk menjalankan defense system
perusahaan.

DIRUT membawahi 5 direktorat yaitu : DIREKTORAT OPERASI(DIROPS) 1 dan 2, DIREKTORAT


KEUANGAN(DIRKEU), DIREKTORAT PENGEMBANGAN & NIAGA, DIREKTORAT SDM & ADMINISTRASI

DIROPS 1 dan 2 membawahi PERENCANAAN & EVALUASI OPERASI & PEMELIHARAAN, PERENCANAAN
DAN PENGENDALIAN ENERGI PRIMER-1, LINGKUNGAN DAN K3, OPERASI SISTEM & PENGENDALIAN
KONTRAK, FUNGSIONAL AHLI, UNIT-UNIT PEMBANGKITAN, UNIT-UNIT PELAYANAN PEMELIHARAAN,
BADAN PENGELOLA WADUK CIRATA

DIREKTORAT PENGEMBANGAN & NIAGA membawahi SUPPLY CHAIN MANAGEMENT, PENGEMBANGAN


BISNIS ,PRODUK & PEMASARAN, PENGEMBANGAN EBT, BUSINESS SOLUTION, KONSTRUKSI
PEMBANGKIT, UNIT PENGEMBANGAN USAHA, FUNGSIONAL AHLI

DIREKTORAT KEUANGAN(DIRKEU) membawahi PORTOFOLIO, ANGGARAN, AKUNTANSI,


PERBENDAHARAAN & PAJAK

DIREKTORAT SDM & ADMINISTRASI membawahi SISTEM HUMAN CAPITAL & ORGANISASI,
PENGEMBANGAN TALENTA, PERFORMANCE MANAGEMENT & SISTEM INFORMASI, HUMAN CAPITAL,
FUNGSIONAL AHLI, PJB ACADEMY

Keempat jajaran BOD membawahi langsung 6 satuan yaitu:

SEKRETARIS PERUSAHAAN membawahi HUBUNGAN INTERNAL, STAKEHOLDER MANAGEMENT, UMUM


& ADMINISTRASI
SATUAN KINERJA KORPORAT & PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN membawahi KINERJA
KORPORAT, TEKNOLOGI INFORMASI, PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN

SATUAN PERENCANAAN & TRANSFORMASI KORPORAT membawahi PERENCANAAN KORPORAT, OFFICE


OF STRATEGY MANAGEMENT

SATUAN TEKNOLOGI & ENGINEERING membawahi PENGEMBANGAN TEKNOLOGI KETENAGALISTRIKAN,


ENJINIRING PEMBANGKIT, TECHNICAL SUPPORT

SATUAN MANAJEMEN RISIKO & KEPATUHAN membawahi KEPATUHAN, MANAJEMEN RISIKO &
ASURANSI

SATUAN PELAYANAN HUKUM membawahi REGULASI & ADVOKASI, PENGELOLAAN KONTRAK


Skema Project Financing Pembangkit Listrik

Lender -> Loan Agreement, Debt :80-70% ->IPP Special Purpose Company

EPC Conractor ->EPC Contract -> IPP Special Purpose Company

O&M -> Company O&M -> Agreement -> IPP Special Purpose Company

Fuel Supplier -> Fuel Supply Agreement -> IPP Special Purpose Company

PLN (Offtaker) -> Power Purchase Agreement (PPA) -> IPP Special Purpose Company

PJBI, PT X, Equity : 20-30% -> Shareholders Agreement-> IPP Special Purpose Company

GOVERNMENT -> Permit, Regulation -> IPP Special Purpose Company

Isurance Company -> Insurance -> IPP Special Purpose Company

CAPACITY FACTOR

 CF : adalah persentase energi yang dibangkitkan oleh suatu pembangkit dengan energy yang
dapat dihasilkan pembangkit dalam suatu periode tertentu.

 Ilustrasi : Pembangkit 100 MW dapat membangkitkan energy sebesar 100 MW x 31 hari x 24


jam dalam 1 bulan atau sebesar 74.400 MWh

Jika Pada bulan tersebut Pembangkit secara real hanya membangkitkan energi sebesar 60.000 MWh,
maka kita katakana bahwa CF-nya sebesar (60.000 MWh / 74.400 MWh) x 100 % = 80,6%

AVAILABILITY FACTOR

 AF : adalah persentase Lamanya Pembangkit Siap Beroperasi dibandingkan dengan jumlah


waktu operasi pembangkit dalam suatu periode tertentu.

 Ilustrasi : Pembangkit yang mengalami gangguan atau ketidak siapan lainnya selama 15 hari
dalam waktu 1 bulan (30 hari) operasi dinyatakan memiliki AF sebesar 15/30 atau sebesar 50%.

Dengan kata lain, jika suau pembangkit selalu siap beroperasi selama suatu periode tertentu, walaupun
pembangkit tersebut dioerasikan atau tidak dioperasikan untuk menghasilkan energy, maka disebutkan
bahwa AF-nya sebesar 100 %.

Pembentukn Komponen Tarif Listrik, Tariff Listrik (Rp/KWh)

Biaya Transmisi, Biaya Distribusi, Biaya Investasi: Harga Tanah, EPC Cost, Development Cost, Financing
Cost, (Lender), Biaya O&M: Gaji Pegawai, Adminisrasi, Tools &Sparepart, Biaya Bahan Bakar

Struktur Tarrif Pembangkit

Fixed Charge (dibayar berdasarkan Avaibility Factor)


Komponen A : Pengembalian Biaya Investasi

Komponen B : Penggantian Biaya Tetap O & M

Komponen E : Penggantian Biaya Investasi Transmisi

Variable Charge (dibayar Berdasarkan Capacity Factor)

Komponen C : Penggantian Biaya Bahan Bakar

Komponen D : Penggantian Biaya Variabel O & M

Komponen A
Capital Cost Recovery Charge Rate (“CCR”)

Pembayaran Komponen A bertujuan untuk mengembalikan (recover) biaya investasi (investment cost)
dan memberikan return (keuntungan) atas investasi yang telah dikeluarkan Pengembang IPP untuk
membangun pembangkit listrik bererta fasilitas pendukungnya.

Komponen A ≈ Project Cost + FinancingCost + Return


Project Cost a. EPC Cost

b. Development Cost

c. Land

d. Insurance

e. Etc.

Financing Cost a. Interest rate

PEMBENTUK KOMPONEN b. Tenor period


A c. Financing fee

d. Disbursment

Return a. Expected IRR on Project

b. Expected IRR on Equity

Availability a. Pemilihan teknologi

b. Kualitas Material

c. Kehandalan pembangkit

Case 1 : AFa ≤ AFm


Am = DC * (PHm / PHa) * CCRm * AFa

Penalty m = DC * (PHm / PHa) * CCRm * AFpm * (AFpm - AFa)

Case 2 : AFa > AFm

Am = DC * (PHm / PHa) * {CCRm * AFpm + CCRa * (AFa – AFpm) }

Am Komponen A atas pembayaran kapasitas (dalam Rp) untuk period


penagihan m
CC Kapasitas kontrak
DC Net Dependable Capacity yang paling kini ditentukan sesuai deng
ketentuan perjanjian bahwa setelah COD, DC ≤ CC
AFpm Proyeksi AF untuk periode penagihan ke m yang besarnya sesu
dengan ketentuan kontrak
AFa Nilai AF aktual
PHm Jumlah jam periode penagihan
PHa Jumlah jam tahunan (8760 rata-rata jumlah jam tahunan)
CCR Capital Cost Recovery Charge Rate (dalam Rp per Kw-tahun)
CCRa CCR yang diberlakukan untuk performa di atas AFpm

Komponen B
Fixed O&M Charge Rate (“FOMR”)

Pembayaran komponen B bertujuan untuk pengembalian biaya tetap operasi dan pemeliharaan yang
dikeluarkan Pengembang selama periode PPA.

a. Biaya Kepegawaian, termasuk didalamnya Gaji Pegawai, Tunjangan, Kesehatan, pe


dan sebagainya

b. Biaya tetap penyediaan kantor dan peralatan penunjangnya

c. Sarana transportasi
PEMBENTUK KOMPONEN
B d. Asuransi terkait Operasi dan Pemeliharaan

e. Biaya Kontrak O&M dengan perusahaan O&M

f. Biaya Pengadaan Spare Part dan material yang tidak termasuk dalam Kontrak O&M

g. Biaya tetap Operasi lainnya.


Komponen B
Fixed O&M Charge Rate (“FOMR”)

Case 1 : AFa ≤ AFm

Bm = DC * (PHm / PHa) * FOMRm * AFa

Case 2 : AFa > AFm

Bm = DC * (PHm / PHa) * FOMRm * AFpm

Sedangkan FOMRm :

FOMRm = FOMRfm + FOMRlm  

Bm Komponen B atas pembayaran kapasitas (dalam Rp) untuk periode penagihan m

FOMRm Fixed operation & maintenance cost recovery charge rate (dalam Rp per Kw-tahun) u
periode penagihan m

FOMRfm Fixed OM cost recovery charge rate sehubungan dengan dasar biaya tetap OM non-R
based fixed OM costs) yang dapat diterapkan untuk periode penagihan

FOMRlm Fixed OM cost recovery charge rate sehubungan dengan dasar biaya tetap OM Rp (Rp
fixed OM costs) yang dapat diterapkan untuk periode penagihan.

AFpm Proyeksi AF untuk periode penagihan ke m yang besarnya sesuai dengan ketentuan k

AFa Nilai AF aktual

PHm Jumlah jam periode penagihan

PHa Jumlah jam tahunan (8760 rata-rata jumlah jam tahunan)

Hal-hal yang diperhatikan dalam perencanaan O&M Pembangkit:

a. Organisasi O&M

b. Prosedur Pengoperasian Pembangkit

c. Penjadwalan Pemeliharaan Pembangkit

d. Strategi Logistik (Spare Part dan Material)

Komponen C
Energy Charge Rate (“ECR”)
Pembayaran komponen C bertujuan untuk pengembalian biaya variabel pemakaian bahan bakar selama
masa operasi. Biaya komponen C ini hanya akan dibayarkan jika PLN memberi pembebanan (dispatch)
kepada pembangkit listrik.

a. Harga Bahan Bakar

PEMBENTUK KOMPONEN b. Nilai kalor Bahan Bakar


C c. Volume Bahan Bakar

d. Heat Rate Pembangkit


Cm = Ea * (SHRw / SHRcc) * ECRm

Sedangkan nilai ECRm :

ECRm = SHRcc * (1/HHV) * Pm

Cm Komponen C atas pembayaran energi (dalam Rp) untuk periode penagihan tsb

Ea Energi aktual yang diterima PLN dalam periode penagihan tsb, sebagaimana yang terbaca dari sist
pengukuran kWh pada saat periode penagihan tsb

SHRw Rata-rata tertimbang tara kalor spesific (dalam Kcal/kWh untuk batubara dan BTU/Kwh untuk gas)
diterapkan untuk periode penagihan tsb

SHRcc Tara kalor spesifik (dalam dalam Kcal/kWh untuk batubara dan BTU/Kwh untuk gas) pada kapasita

ECRm Energy Charge Rate (dalam Rp/kWh) sehubungan dengan biaya bahan bakar per kWh atas energi y
dihasilkan untuk periode pengihan tsb

HHV Higher Heating Value of coal (dalam Kcal/kg untuk batubara dan 1.000.000 untuk Gas)

Pm Harga untuk biaya bahan bakar dalam (Rp/kg untuk batubara dan Rp/MMBTU untuk Gas) untuk pe
penagihan tsb

Komponen D
Variable O&M Charge Rate (“VOMR”)

Pembayaran komponen D bertujuan untuk pengembalian biaya variabel Operasi dan pemeliharaan
selama masa operasi.

a. Biaya Pelumas
PEMBENTUK KOMPONEN
b. Biaya Bahan Kimia
D
c. Dan Biaya Operasi Variabel lainnya

Dm = Ea * VOMRm

Sedangkan nilai VOMRm :


VOMRm = VOMRfm + VOMRlm

Dm Komponen D atas pembayaran energi untuk periode penagihan m

VOMRm Variable Opertion & Maintenance Cost recovery Charge Rate untuk periode penagihan m

VOMRfm Variabel OM Cost Recovery Charge Rate (dalam Rp kW tahun) sehubungan dengan dasar biaya v
non-Rp (non Rp based Fixed OM costs) yang dapat diterapkan untuk periode penagihan

VOMRlm Variabel OM Cost Recovery Charge Rate (dalam Rp kW tahun) sehubungan dengan dasar biaya v
Rp (Rp based Fixed OM costs) yang dapat diterapkan untuk periode penagihan

Komponen E
Capital Cost Recovery Charge Rate for the Transmission Line (“CCRT”)

Pembayaran komponen E bertujuan untuk mengembalikan (recover) biaya investasi (investment cost)
yang telah dikeluarkan Pengembang untuk membangun jaringan transmisi dari pembangkit listrik ke
titik serah yang ditetapkan oleh PLN, bererta dengan fasilitas pendukungnya.

a. Biaya Pembebasan Lahan Transmisi untuk Tapak Tower

b. Pembayaran Kompenasi Right of Way


PEMBENTUK KOMPONEN
c. Biaya Pembangunan Transmisi
E
d. Biaya Pembangunan Fasilitas Koneksi

e. Special Facilities lain yang dibutuhkan


Case 1 : AFa ≤ AFm

Em = DC * (PHm / PHa) * CCRTm * AFa

Case 2 : AFa > AFm

Em = DC * (PHm / PHa) * CCRTm * AFpm

Em Komponen E atas pembayaran kapasitas (dalam Rp) untuk periode penagihan m

CC Kapasitas kontrak

DC Net Dependable Capacity yang paling kini ditentukan sesuai dengan ketentuan
setelah COD, DC ≤ CC

AFpm Proyeksi AF untuk periode penagihan ke m yang besarnya sesuai dengan keten

AFa Nilai AF aktual

PHm Jumlah jam periode penagihan

PHa Jumlah jam tahunan (8760 rata-rata jumlah jam tahunan)


CCRT Capital Cost Recovery Charge Rate (dalam Rp per kW tahun) untuk jaringan tra
untuk periode penagihan tsb

Kebijakan Pemerintah Tentang tariff Listrik

Pemerintah melalui Kementrian ESDM menerbitkan beberapa kebijakan untuk mengatur tariff
pembangkit listrik di Indonesia:

Pembangkit Kebijakan

PLTU Batubara Permen ESDM Nomor 9 Tahun 2016

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20No.%2009%20Tahun%202016.pd

Permen ESDM Nomor 19 Tahun 2017

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20Nomor%2019%20Tahun%20201

Permen ESDM Nomor 44 Tahun 2017

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20Nomor%2044%20Tahun%20201

Pembangkit Hidro dan EBT Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2017

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20Nomor%2012%20Tahun%20201

Permen ESDM Nomor 43 Tahun 2017

http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20Nomor%2012%20Tahun%20201

Pembangkit berbahan Permen ESDM Nomor 45 Tahun 2017


bakar Gas
http://jdih.esdm.go.id/peraturan/Permen%20ESDM%20Nomor%2045%20Tahun%20201

Legal Frame Work

Proses Pembangunan dan operasi PLTU selama masa PPA, harus memenuhi seluruh peraturan/ regulasi
yang yang berlaku di Indoneoa

Undang – undang nomor 30 tahun 2009, Peran dan partisipasi entitas di bisnis ketenagalistrikan

Peraturan Pemerintah 23 tahun 2014, Pengadaan PPA melalui:

1. Pelelangan Terbuka
2. Penunjukan Langsung untuk energy terbarukan, gas marjinal, mulut tambang, excess power, krisis
listrik, ekspansi di lokasi yang sama.

Permen ESDM 19 tahun 2017,

1. Pembelian listrik dari PLTU MT dan Non MT

2. Pembelian listrik dari Pembangkit Ekspansi

3. Pembelian listrik dari Excess Power

4. Ketentuan tarif (Harga Patokan)

Regulasi Lingkungan, AMDAL

Regulasi Investasi Pembangkit, Perijinan Investasi BKPM

Regulasi Tenaga Kerja, Regulasi Batasan Tenaga Kerja

SPI

Sesuai Perdir PJB No. 015.P/019/DIR/2018 tentang Penetapan Organisasi dan BSJ PJB Kantor Pusat,
Fungsi Utama SPI adalah memastikan bahwa seluruh proses bisnis yang dijalankan di Perusahaan
dilakukan sesuai dengan kaidah, peraturan dan ketentuan yang berlaku guna mendukung sustainability
dan pertumbuhan Perusahaan.

SPI -> Auditor Internal

Audit Internal adalah kegiatan pemastian (asurans) dan konsultasi yang independen dan objektif yang
dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal membantu
organisasi mencapai tujuannya melalui pendekatan yang sistematik dan teratur untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan tata kelola.

• Objektif : Sebuah perilaku tidak memihak yang memungkinkan auditor internal dapat
melaksanakan tugas sedemikian rupa sehingga hasil kerja mereka dapat dipercaya, dan tanpa
kompromi dalam hal mutu.

• Independen: Bebas dari situasi yang dapat mengancam kemampuan aktivitas auditor internal
untuk dapat melaksanakan tanggung jawab audit internal secara tidak memihak.

• Assurance: kegiatan meliputi penilaian/pengujian bukti-bukti secara obyektif dengan maksud


untuk memberikan penilaian (opini atau kesimpulan) yang independen atas proses tata kelola
(governance), pengelolaan risiko, dan pengendalian perusahaan.

• Consulting: pemberian advis (nasihat) dan jasa lain yang dibutuhkan klien, yang sifat dan ruang
lingkup penugasannya telah disepakati dengan klien, ditujukan untuk menambah nilai dan
meningkatkan proses tata kelola perusahaan, pengelolaan risiko, dan pengendalian, tanpa
adanya pengalihan tanggung jawab dari manajemen kepada auditor internal.
• Counterparting: pendampingan atas proses audit yang dilaksanakan oleh auditor eksternal,
meliputi: BPK, SPI PLN, KAP dll.

Pengendalian Internal:

Sistem pengendalian internal merupakan suatu proses yang melibatkan dewan komisaris, manajemen,
dan personil lain, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga
tujuan berikut ini:

1. Efektivitas dan efisiensi operasi

2. Keandalan pelaporan

3. Kepatuhan kerhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Pengertian Risk Based Audit (RBA) :

Metode audit internal untuk menyakinkan kecukupan bahwa risiko pada sebuah perusahaan dikelola
sesuai dengan batasan risiko (risk appetite) yang ditetapkan perusahaan.

• MENETAPKAN STRATEGY MAP

• PENETAPAN RISIKO & SASARAN ATAS STRATEGIC OBJECTIVES

• MENYUSUN AUDIT UNIVERSE

• PENYESUAIAN RISIKO & SUMBER DAYA

• PENERBITAN PKAT

• PELAKSANAAN PENUGASAN AUDIT

• PEMANTAUAN TINDAKAN PERBAIKAN

• EVALUASI & PENGENDALIAN KUALITAS

PENGADAAN

Manajemen Pergudangan

 Adm. Pergudangan

 Transaksi Penerimaan

 Penyimpanan

 Perawatan

 Pengamanan
 Trasaksi Pengeluaran

 Stock Opname

Manajemen Supplier

 Prakulifikasi

 Data base

 Evaluasi Kinerja

 Pengukuran Kepuasan

 Fungsi Pembinaan

Manjemen Pengadaan

 Perencanaan pengadaan :

 Schedule Proses

 Apa yg dibeli

 Berapa yg dibeli

 Kapan harus beli

 Kemana harus beli

 Penetapan HPS

 Proses Pengadaan

 Dokumen Adm & Kontrak

 Monitoring & Pengendalian progres

Manajemne Persediaan

 Perencanaan Persediaan :

 Apa yg di stock

 Berapa yg di stock

 Kapan harus pesan

 Berapa yg di pesan

 Strategi Persediaan (ROP/ROQ, JIT)

 Monitoring & Pengendalian

Manajemen Kebutuhan

 Perencanaan Kebutuhan :
 Apa yang kebutuhan

 Kapan dibutuhkan

 Berapa yang dibutuhkan

 Siapa yang membutuhkan

 Sifat & Jenis kebutuhan

 Kajian Teknis

 Kajian Resiko

 Estimasi biaya

Manajemen Katalog

Data base material :

 Kelengkapan Spesifikasi

 Pengkodean

 Standarisasi Penulisan

 Pola penulisan

 Standarisasi ukuran

 Standarisai satuan

Direktorat Keuangan

Lini Bisnis PJB

Tenaga Listrik

Penjualan tenaga listrik yang lebih optimal dengan nilai EAF/EFOR yang mencapai world-class standard
dan mengusung prinsip cost leadership.

Jasa Penyedia Spare Parts (Stockist)

Jasa penyediaan critical spareparts untuk pembangkit.

Jasa Operation & Maintenance (O&M)

Jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit, baik pembangkit yang dimiliki oleh PJB maupun pihak-pihak
lain termasuk EAM (Enterprise Asset Management).

Jasa Engineering, Procurement & Construction (EPC)


Jasa EPC untuk berbagai tipe dan ukuran pembangkit, serta transmisi dan gardu induk (GI).

Partnership di IPP, Share saham di IPP (Independent Power Producer)

Laporan Laba Rugi

Audited Audited RKAP Perbandingan (%)

KETERANGAN 2016 2017 2017 Audited 2016 RKAP 2017

1 2 3 4=2/1 5=2/3

           

1. PENDAPATAN USAHA 32,667 31,404 35,323 96 89

1.1 Penjualan Tenaga Listrik 28,577 26,378 29,605 92 89

1.2 Pendapatan Usaha Lainnya 4,090 5,026 5,718 123 88

2. BEBAN USAHA 29,207 27,947 32,569 96 86

2.1 Bahan Bakar & Pelumas 18,586 16,559 19,516 89 85

2.2 Pemeliharaan 1,343 1,306 1,540 97 85

2.3 Kepegawaian 1,414 1,405 1,828 99 77

2.4 Penyusutan 4,116 3,860 4,218 94 92

2.5 Lainnya / Administrasi 234 219 252 94 87

2.6 Biaya Usaha Lainnya 3,515 4,598 5,214 131 88

LABA / (RUGI) USAHA 3,460 3,457 2,754 100 126

PENDAPATAN/(BEBAN) DILUAR
1,200 1,185 245 99 483
USAHA

LABA / (RUGI) SEBELUM PAJAK 4,660 4,642 2,999 100 155

BEBAN PAJAK (884) (960) (707) 109 136

LABA / (RUGI) BERSIH 3,776 3,682 2,292 97 161

Produksi, GWh 26,805 24,507 25,831 91 95

Penjualan, GWh 25,736 23,441 24,703 91 95

Harga Jual (Rp/kWh) 1,110 1,125 1,198 101 94

BPP (Rp/kWh) 959 993 1,107 104 90

Posisi Keuangan (Rp Miliar)


Audited Perbandingan (%)

  KETERANGAN 2017 Audited 2016 RKAP 2017


2 4=2/1 5=2/3

1. ASET TIDAK LANCAR


  1.1 Aset Tetap (Bersih) 161,020 98 98

  1.2 Pekerjaan Dalam Pelaksanaan 101 82 181


  1.3 Penyertaan 5,801 185 86

  1.4 Piutang Jangka Panjang 11 67 5


  1.5 Aset Tidak Lancar Lainnya 2,858 148 194

  Jumlah Aset Tidak Lancar 169,791 100 98


  2.1 Kas dan Setara Kas 2,880 135 294

  2.2 Investasi sementara 280 76 198


  2.3 Piutang 17,188 101 113

  2.4 Persediaan 1,361 114 107


  2.5 Aset Lancar Lainnya 1,821 205 185

  Jumlah Aset Lancar 23,530 109 126


  JUMLAH ASET 193,321 101 101

3. EKUITAS 185,850 100 100


  4.1 Liabilitas Pajak Tangguhan 1,082 437 145

  4.2 Liabilitas Manfaat Karyawan 2,512 119 137


  Jumlah Liabilitas Tidak Lancar 3,594 152 140

  5.1 Hutang usaha 2,737 119 145


  5.2 Hutang Pajak dan Lainnya 1,139 89 144

  Jumlah Liabilitas Lancar 3,877 108 145


  Jumlah Liabilitas 7,471 125 142

  JUMLAH EKUITAS & LIABILITAS 193,321 101 101

Rincian KOMPOSISI BPP PER AKTIVITAS KONSOLIDASI


BPP 993 Rp/kWh

55 Rp/kWh Pemeliharaan Material, Jasa

9 Rp/kWh Administrasi

164Rp/kWh Penyusutan

705Rp/kWhBahan Bakar Gas (792), Batubara (388), Air (100), BBM (542)

60 Rp/kWh Kepegawaian

Kinerja Anak Perusahaan

Net
Aset Total
Income

PT PJB Services (98%)

PT PJB Services (98%) 158 M 993 M

PT MKP (92%) 20 M 89 M

PT SKP (95%) 2M 4M

PT Rekadaya Elektrika
(98.9%) 112 M 1.13 T

PT REC (99.9%) 39 M 141 M

PT NII (72.97%) 25 M 253 M

PT PJB Investasi (99.99%) 28 M 3.04 T

PT PLN-SC (51%) *) 0.8 M 151 M

Kinerja Perusahaan Asosiasi

Net
KAP Revenue Aset Total
Income

PT BDSN – IPP (36.61%) EY - WTP 604 M 231 M 6.01 T

PT S2P – IPP (49%) *) PKF - WTP 6.65 T 587 M 15.11 T


PT BPI – IPP (PJB 29.15% &
NII 11.1%) EY - WTP 855 M 240 M 5.97 T

PT KPJB – O&M (49%) DFK - WTP 214 M 54 M 125 M

PT RDM – IPP (RE 10%) PWC - WTP 508 M 56 M 1.59 T

PT SGPJB – IPP (PJBI 30%) Deloitte -WTP 6.22 T 78 M 9.68 T

PT GHPJB – O&M (PJBI


30%) PWC - WTP 19 M -- 10 M

PT NSHE – IPP (PJBI 25%) EY - WTP -- -- 2.99 T

Wilayah Bisnis Pembangkitan PJB Group

Unit Eksisting

1. Muara Karang PLTGU, PLTU Gas/BBM 900 MW

2. Muara Tawar PLTGU, PLTG Gas/BBM, 1.778 MW

3. Cirata PLTA, 1.008 MW

4. Brantas PLTA, 275 MW

5. Gresik PLTGU, PLTU Gas/BBM, 2.219 MW

6. Paiton, PLTU Batubara, 800 MW

7. Bawean, PLTMG 3 MW

8. Suppa, PLTD, 62,4 MW

9. Cirata, PLTS 1 MW

Jasa EPC

1. PLTG Banda Aceh (MPP) 50 MW

2. PLTU Kepulauan Riau 2 x 7 MW

3. PLTU Kendari 2 x 10 MW

4. PLTU Gorontalo 2 x 25 MW

5. PLTU Tidore 2 x 7 MW
6. PLTU Timika 2 x 7 MW

7. PLTU Bima 2 x 10 MW

8. PLTU Ende 2 x 7 MW

Jasa O&M IPP

1. Lhokseumawe PLTU Gas KKA 2 x 12 MW

2. Asahan PLTA 2 x 90 MW

3. Banjarsari PLTU Batubara 2 x 110 MW (Perusahaan Afiliasi PT Bukit Pembangkit Innovative)

Jasa O&M IPP FTP JAWA

1. Indramayu PLTU Batubara 3x330 MW

2. Pacitan PLTU Batubara 2x315 MW

3. Tanjuang Awar-awar PLTU Batubara 2x350 MW

4. Rembang PLTU Batubara 2x315 MW

5. Paiton 9 PLTU Batubara 660 MW

Jasa O&M FTP-1 Luar Jawa

1. Arun PLMG Gas 19x9.7 MW

2. Tenayan PLTU Batubara 2x100 MW

3. Duri PLTG Batubara 1x20 MW

4. Tembilahan PLTU Batubara 2x7 MW

5. Bangka PLTU Batubara 2x30 MW

6. Belitung Baru PLTU Batubara 2x17 MW

7. Ketapang PLTU Batubara 2x10 MW

8. Pulang Pisau PLTU Batubara 2x60 MW

9. Teluk Balikpapan PLTU Batubara 2x110 MW

10. Kendari PLTU Batubara 2x10 MW

11. Kendari #3 PLTU Batubara 1x10 MW

12. Amurang PLTU Batubara 2x25 MW

13. Tidore PLTU Batubara 2x7 MW

14. Ropa (Ende) PLTU Batubara 2x7 MW

15. Bolok PLTU Batubara 2x16,5 MW


Jasa O&M Pembangkit PLN di lokasi Milik PJB

1. Muara Karang Blok 2 PLTGU 753 MW

2. Muara Tawar Blok 5 PLTGU 242 MW

3. Ampel Gading PLTA 2 x 5 MW

4. Wonorejo PLTA 1 x 6,3 MW

Kepemilikan Saham di perusahaan O&M

1. Tanjung Jati B #3 dan #4 PLTU 2x660 MW Jasa O&M dikelola oleh KPJB-perusahaan JVC dengan
Komipo

Kepemilikan Saham di IPP

1. Asahan PLTA 2X90 MW (Saham PJB 36.61%)

2. Tapanuli Selatan PLTA Batang Toru 3x125 MW (Under Construction, COD 2022) (Saham PJB 25%)

3. Banjarsari PLTG Batubara 2x110 MW (Saham PJB 29.15%)

4. Serang PLTU Jawa 7, 2x1000 MW (Under Construction) (Saham PJB 30%)

5. Cilacap PLTU Batubara 2x300 MW Ekspansi 1, 1x660 MW (Ekspansi 2, 1x1000 MW) (Saham PJB 49%
pada PT Sumber Segara Primadaya)

GOOD CORPORATE GOVERNANCE

Oleh Kabid. Hubungan Internal oleh bapak Harry Purnomo

Gerakan GCG di Indonesia mulai dikenal setelah terjadinya krisis moneter tahun 1998. Sebagian
perusahaan dapat bertahan dan sebagian besar lainnya mengalami collapse. Krisis tersebut antara lain
terjadi karena banyak perusahaan yang belum menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik
secara konsisten, khususnya belum diterapkan etika bisnis.

Milestone GCG di Indonesia khususnya BUMN

1998-BEJ (sekarang BEI) mewajibkan emiten untuk mengangkat komisaris independen, membentuk
komite audit, dan mengoptimalkan peran corporate secretary dalam keterbukaan informasi perusahaan.
CG mulai dikenalkan pada PLC

1999-Pemerintah mendirikan KNKCG yang mendorong terciptanya iklim lebih kondusif bagi penerapan
CG

KNKCG menerbitkan pedoman umum GCG

Penerapan GCG pada BUMN melalui KepMen BUMN No. Kep. 117/M-MBU/2002 tentang praktek GCG di
BUMN

UU No. 19/2003 tentang BUMN


Pembentukan KNKG yang memperluas cakupan corporate governance bukan hanya pada korporasi, tapi
juga mencakup sektor pelayanan public

Dibentuk lembaga-lembaga yang concern pada CG (FCGI, IICD, ICSA, IKAI, Klinik GCG Kadin, dll)

PerMen BUMN No. PER- 01/ MBU/ 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG)
pada BUMN

SK Sekretaris Kementerian BUMN No. SK–16/S.MBU/ 2012 tentang Indikator/ Parameter Penilaian dan
Evaluasi atas Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) pada BUMN

Makna GCG

Suatu struktur yang mengatur pola hubungan harmonis tentang peran Pemegang Saham, Dewan
Komisaris, Direksi dan para stakeholder lainnya

Suatu sistem pengecekan dan perimbangan kewenangan atas pengendalian perusahaan yang dapat
membatasi muncunya 2 peluang :

1. pengelolaan yang salah, dan

2. penyalahgunaan asset perusahaan

Suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaian, berikut pengukuran
kinerjanya

Azaz GCG

TARIF

Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independen, Fairness

Keterbukaan informasi dalam pengambilan keputusan, pengungkapan dan penyediaan informasi


material dan relevan

Kewajaran fungsi, struktur, system, dan prosedur pertanggungjawaban organ agar pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif

Kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan
perundangan yang berlaku

Pengelolaan secara professional, menghindari benturan kepentingan dan tekanan pihak manapun
sesuai peraturan perundangan yang berlaku

Perlakuan yang wajar dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundangan yang berlaku

Strategi Implementasi GCG (Commitment, System, Culture) untuk menciptakan nilai tambah dan
perbaikan berkesinambungan
CGC Corporate Governance Commitment, Taat kepada pedoman GCG baik yang wajib maupun yang
bersifat kebijakan

GGC Good Governance Company, Operasional yang baik melalui kontrol internal, pengendalian risiko
dan penerapan WBS

GCC Good Coorporate Citizen, Operasional yang baik melalui kontrol internal, pengendalian risiko dan
penerapan WBS

Stakeholder Utama Penerapan GCG

Pemegang Saham, Direksi, Dewan Komisaris

Tujuan Penerapan GCG

Pengendalian dan mitigiasi resiko, peningkatan efisiensi operasi, memberikan citra dan nilai perusahaan,
menurunkan cost of capital

Roadmap GCG di PJB

2016-2017

VISI: Good corporate govermamce

IMPLEMENTASI: 1. Pemutakhiran infrastruktur GCG, 2. Assesment GCG unit dan anak perusahaan

SASARAN INDIKATOR: 1. Pemenuhan ketentuan dan peraturan dalam Tata Kelola Perusahaan, 2.
Terbentuknya mekanisme pengendalian internal

2018-2019

VISI: Good governed company

IMPLEMENTASI: Penerapan standar tata kelola perusahaan setara dengan perusahaan terbuka

SASARAN INDIKATOR: Dapat mengendalikan operasi bisnis, khususnya aspek risiko usaha secara selektif

2020-2021

VISI: Good coroporate citizen

IMPLEMENTASI: Analisa penerapan GCG sesuai standar ASEAN CG Scorecard

SASARAN INDIKATOR: Dikenal sebagai perusahaan yang beretika dan bertanggung jawab

Arsitektur CG PJB
UUPT UU No 40 tahun 2007 - Anggaran Dasar, disahkan oleh RUPS Perseroan

Peraturan Pemerintah, ditetapkan oleh Pemerintah terkait - Keputusan RUPS, ditetapkan oleh RUPS
Perseroan

GCG Code, ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris

Board, BOD & BOC Manual, Ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris - Whistle Blowing System
(WBS), Ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris - Standar Etika Perusahaan (Code of Conduct),
Ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris - Pengendalian Gratifikasi, Ditetapkan oleh Manajemen
dibawah Dirut dan sebagainya

SOP, Instruksi Kerja, Form, Ditetapkan oleh Direksi dan Dewan Komisaris

Peraturan dan Kebijakan Manajemen, Ditetapkan oleh Direksi

Dewan Komsaris Charter, Ditetapkan oleh Direksi dan/atau

Manfaat Assesment GCG

Pemahaman CG Membantu perusahaan memahami kondisi penerapan corporate governance

, Identifikasi Membantu perusahaan mengidentifikasi bidang-bidang/fungsi yang perlu dilakukan


perbaikan

, memberi masukan Memberikan masukan yang sangat penting bagi pengambil keputusan dibidang
perbaikan penerapan GCG di masa yang akan datang, sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan
sebagaimana diharapkan dari penerapan GCG

PENGELOLAAN INFORMASI KORPORAT SK 152/2010

Informasi Sangat Rahasia, Informasi yang karena sifatnya tidak dapat diungkapkan kepada pihak
manapun, kecuali kepada :

1. Pemegang saham

2. Dewan Komisaris

3. Direksi

4. Pihak lain yg disetujui Dirut

5. Dalam rangka penyidikan/ pemeriksaan di Persidangan

Informasi tersebut:

1. Menyangkut rahasia Negara

2. Apabila diungkapkan berpotensi merugikan Negara dan PLN/PJB


3. Apabila diunkapkan berpotensi menghilangkan peluang/kesempatan PJB untuk melakukan
kegiatan usaha yang wajar dan dapat dipertanggungjawabkan

4. Menyangkut strategi perusahaan

Informasi Rahasia

Informasi yang karena sifatnya tidak dapat diungkapkan kepada pihak internal PJB yang tidak memiliki
kewenangan dan kepentingan serta kepada publik, sehingga apabila diungkapkan akan merugikan
kepentingan PJB dan pemegang saham dan/atau melanggara ketentuan perundang-undangan yang
berlaku

1. Apabila diungkapkan berpotensi mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham dan PJB

2. Apabila diungkapkan mengakibatkan kerugian bagi pihak lain yang memiliki keterikatan
kontraktual dengan PJB

3. Apabila diungkapkan mengakibatkan gangguan ketertiban, keelancaran, kesesuaian, dan


keserasian kerja

4. Menyangkut catatan dan keterangan mengenai individu pegawai yang bersifat sensitive

5. Belum memiliki ketetapan karena sifatnya strategis dan sensitif

Informasi Terbatas

Informasi yang tidak termasuk kategori sangat rahasia dan rahasia, yang ditujukan untuk kepentingan
internal PJB namun tidak untuk kepentingan publik

Informasi Biasa

Informasi yang tidak termasuk kategori sangat rahasia, rahasia dan terbatas, yang tidak menimbulkan
dampak negative kepada PJB apabila diungkapkan kepada publik

1. Menurut peraturan perundang-undangan wajib disediakan untuk kepentingan dan dapat


diakses oleh publik

2. Khusus ditujukan untuk konsumsi publik

3. Terkait dengan prosedur dan ketentuan resmi yang harus diketahui oleh pihak-pihak diluar PJB
dalam berhubungan dengan PJB

Human Resources Information System

Kombinasi antara teori Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai disiplin kegiatan Human Resource
dengan Sistem Informasi melalui bantuan media ERP ataupun aplikasi pendukung lainnya. HRIS
melingkupi seluruh kegiatan karyawan dari proses rekrut sampai dengan pensiun. Terdapat 90 software
yang digunakan di PJB Grup.

Benefit

Meningkatkan Produktifitas Direktorat SDM

Digitalisasi membantu dalam melakukan optimasi kinerja Direktorat SDM karena meringankan workload
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manual.

Mengurangi Error Procedures

HRIS memiliki sistem check and balance, warning system dan history system tracking terhadap suatu
kesalahan.

Menentukan Kebijakan Strategis Perusahaan

HRIS mengolah dan menyajikan data informasi yang akurat bagi karyawan dan perusahaan.

Paperless

Layanan SDM menjadi layanan mandiri daripada transaksi berbasis kertas sehingga menghasilkan
direktorat yang lebih efisien.

KINERJA OPERASIONAL PEMBANGKIT

INDIKATOR UTAMA KINERJA OPERASIONAL :

EFOR : Equivalent Forced Outage Rate

EAF : Equivalent Availability Factor

NPHR : Net Plan Heat Rate

SIMKK PT PJB

Maksud dan Tujuan

Maksud, Pemahaman bersama antara Perusahaan dan Karyawan mengenai tujuan yang harus dicapai,
cara serta optimalisasi sumber daya untuk mencapai tujuan tersebut

Tujuan;

Terwujudnya Budaya Pembelajar


Meningkatkan Kompetensi & Kontribusi Karyawan

Pedoman Evaluasi Kinerja Secara Transparan, Terukur & Objektif

Fungsi SIMKK : Sarana bagi organisasi untuk ‘Create Value’, selaras dengan Strategi Perusahaan / Arah
Bisnis

Elemen SIMKK :

• Konsep

• Tahapan Manajemen Kinerja

• Aplikasi SIMKK

Siklus Sistem Manajemen Kinerja

Perencanaan per tahun -> Pemantauan tergantung satuan waktu yang melekat di KPI -> Evaluasi per
Semester

Tahap Perencanaan;

KPI Key Performance Indicator (Indikator Performa Kinerja): Exact, Proxy, Activity

Mengisi Sasaran Kinerja Perorangan (bersumber dari cascading KPI) & Rencana PDP, Minimal 3 KPI,
Maksimal Tak Terhingga, Menyusun Prioritas Pengerjaan SKP, Approval dari Atasan.

Tahap Pemantauan di system manajemen;

Monitoring Pencapaian KPI (Progress Pencapaian Target), Revisi Sasaran Kinerja Perorangan (SKP),
Coaching, Mentoring & Counseling

Jika SKP direvisi, maka Syarat Revisi SKP yaitu: Perubahan RJPP, Perubahan RKAP, Perubahan Keputusan,
Tentang SKP di RUPS, Perubahan Proses Bisnis Organisasi, Force Majeure, Mutasi Jabatan, Perubahan
KPI Atasan Langsung/KPI Organisasi

Pengembangan DIri Pegawai (PDP) merupakan Program yang bertujuan untuk mendukung dan
meningkatkan potensi Karyawan guna mencapai sasaran kinerja Perusahaan dan menghadapi tantangan
bisnis.

PDP dapat berupa; inovasi, knowledge management (knowledge sharing, community of practice (CoP0,
dan knowledge capturing. Hasil akhir berupa tambahan poin di penilaian kinerja individu.

Tahap Pemantauan (Coaching, Mentoring, Counseling)

Coaching (Proses komunikasi tatap muka untuk mengatasi masalah keterampilan), Mentoring
(Berhubungan dengan personal growth/career development*), Counseling (Proses komunikasi tatap
muka untuk mengatasi masalah perilaku)

Sampai sekarang, 3 kegiatan ini tidak memiliki dokumentasi, hanya berupa pertemuan informal antara
atasan dan bawahan yang membahas tentang kinerjanya. Kedepannya, dengan adanya target bulanan,
kegiatan ini dapat dilakukan untuk mengembangkan karyawan melalui kinerja yang ditampilkan.
Pengukuran Sasaran Kinerja Perorangan:

Rentang Score Hasil Pengukuran Pencapaian Sasaran Kinerja Karyawan Simbol

401-500 Pencapaian Luar Biasa (Outstanding) OS

301-400 Melampaui Harapan (Exceed Requirements) ER

201-300 Memenuhi Persyaratan (Meet Requirements) MR

101-200 Perlu Pengembangan (Need Improvement) NI

0-100 Pencapaian Minimum (Marginal) MG

Pengukuran Kompetensi Individu:

Rentang Score Hasil Pengukuran Pencapaian dan Evaluasi Kompetensi Individu Simbol
Karyawan

401-500 Kompetensi Sangat Istimewa KOM-1

301-400 Kompetensi Istimewa KOM-2

201-300 Kompetensi Rata-Rata KOM-3

0-200 Kompetensi Kurang Ditampilkan KOM-4

Tahap Evaluasi

Hasil gabungan penilaian sasaran kinerja karyawan dan kompetensi individu karyawan ditentukan dalam
matriks Kriteria Talenta:

Hasil Pengukuran Sasaran Kinerja

Hasil Pengukuran Kompetensi


Individu MG NI MR

KOM - 1
     
KOM - 2
 
Kandidat Potensial Potensial

KOM - 3 Perlu Perhatian*

KOM - 4 Sangat Perlu Perhatian* Perlu Penyesuaian*


 

Aplikasi SIMKK

SKP SIMKK 4.8

No SIMKK 4.8

1 Terdapat 1 kolom yang menjelaskan KPI karyawan

2 Memliki tipe KPI yaitu exact/proxy/activity

3 Polarisasi (positif/negatif/range1/range2)

4 Satuan kuantitas (ada 172 satuan), satuan waktu, satuan


kualitas
5 Kolom target (angka 1-6 menjelaskan bulan, kotak putih bagian
atas menjelaskan target dan bagian bawah untuk menuliskan
realisasi)

Sanksi

Atasan yang Melakukan Hal-Hal Berikut:

Atasan Karyawan tidak melakukan pengesahan atau pengukuran Sasaran Kinerja Karyawan
bawahannya.

Atasan Karyawan yang telah melakukan pengukuran sasaran kinerja terhadap pencapaian Sasaran
Kinerja Karyawan bawahannya, namun tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Atasan Karyawan tidak melakukan pengukuran kompetensi individu Karyawan dan tidak memberikan
peinilaian terhadap kinerja Karyawan.

Akan diturunkan satu level simbol kompetensinya (maksimal KOM-3) SK 001.P/019/DIR/2018

Akan ditetapkan level kompetensinya: KOM-3 SK 086.K/010/DIR/2012

PJB IMS

Latar belakang PJB IMS adalah

Tumbuhnya organisasi dengan ribuan pegawai dan puluhan unit kerja, Proses bisnis belum digunakan
untuk Analisis Beban Kerja, Staff dan pimpinan baru perlu waktu untuk memahami kondisi organisasi,
Kepemilikan data belum jelas, Banyak duplikasi data dan aplikasi, Proses bisnis antar divisi belum
selaras, Proses bisnis tidak terkoneksi dengan aplikasi, data, risiko dan KPI, Tingkat rotasi pegawai yang
tinggi 12

Definisi Enterprise Architecture

Proses BISNIS dan aktifitas organisasi menggunakan…

APLIKASI, baik itu aplikasi custom atau generic, yang berjalan di atas…

TEKNOLOGI, seperti infrastruktur, sistem dan jaringan komputer

DATA, yang harus dikumpulkan, dikelola, diamankan dan didistribusikan menggunakan…


Peta Cetak Biru Organisasi yang berisi proses bisnis, data, aplikasi dan infrastruktur IT, yang dirancang
dan diterapkan secara terpadu untuk membantu berjalannya kegiatan organisasi dengan lebih efektif
dan efisien.

Pengenalan perusahaan Pembangkitan Jawa Bali, Pengenalan OJT

Pengenalan Shifting

Pengenalan dengan supervisor operator shift grup C

Safety Induction sebagai OJT

Pembagian safety equipment ;

Pengenalan Sistem Keamanan Unit

Pembuatan ID Card, Fingerprint, Ketentuan Absensi

Pengenalan Standar Operasi dan Prosedur Pengoperasian PLTGU

Pengenalan Main Equipment dan Proses Flow Pembangkitan PLTGU

Belajar Proses Flow

Belajar system pengoperasian, parameter pengoperasian

Belajar nilai parameter operasi normal, rendah, tinggi, abnormal, trip

UPHB

No Inspeksi

1 Simple Inspection PLTU Indramayu Unit 1

2 First Inspection PLTU Banjarsari

3 Reverse Engineering UBJOM Pacitan

4 Reverse Engineering UBJOM Rembang

5 Reverse Engineering UBJOM PLTU Tj. Awar-Awar

6 Asessment Generator dan Motor UP Paiton

7 Pengujian Komposisi Kimia PLTU 2 x 110 MW Banjarsari


8 Technical Advisor Dalam Field Service Business Collaboration PJB-IP-MHPS Untuk
Project Bangladesh Gas Turbine Combustion Inspection

9 Serious Inspection PLTU Indramayu 2

10 Assessment Electrical Generator dan Trafo PLTU #2 Indramayu

11 Purifikasi Lube Oil Steam Turbine PLTU #2 Indramayu

12 Maintenance Outage PLTU Bangka Unit 1

13 Uji Winding Resistance STS 5000 untuk PLTU Indramayu

14 Assesment Trafo Eksitasi Baru PLTU Indramayu

15 RLA Generator dan Trafo PLTU #2 Indramayu

16 Engineer Welding Inspector PT BPI

17 Expert Finalisasi KAK, Spesifikasi Teknis dan Approval Drawing Gland Seal Steam
Turbine PLTU Air Anyir Bangka

18 SFRA Test Main Trafo GTG 1.3

19 Recovery Gangguan Coal Pulverizer Unit 3 PLTU Indramayu

20 Pengujian Stator Generator 2 UBJOM PLTU Indramayu

STRUKTUR ORGANISASI UPHB

Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Barat

Unit PJB yang melayani jasa pemeliharaan khususnya overhaul dari unit-unit PJB eksisting, UBJOM,
maupun unit-unit PLN ataupun non-PLN.

GENERAL MANAGER, (Hendrie Bastian)

MANAJER PERENCANAAN & PEMBINAAN TEKNIK (Kornel Bram Rahadi)

SPV Senior Resource Planning

SPV Senior Engineering Performance

SPV SeniorQA
SPV Senior K3

SPV Senior SF

MANAJER TEKNIK (Nurcahyo Herwin Dewanto)

SPV Senior Mesin1

SPV Senior Listrik1

SPV Senior Konin1

SPV Senior Mesin2

SPV Senior Listrik2

SPV Senior Konin2

MANAJER KEUANGAN & ADMINISTRASI (Machrif Heriansjah)

SPV Senior SDM

SPV Senior Keuangan

SPV Senior Umum & CSR

SPV Senior Pengadaan

Anda mungkin juga menyukai