Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH ANALISIS JABATAN

PENGUKURAN KINERJA MENGGUNAKAN BALANCE SCORE CARD


PADA PT PLN BATAM

Disusun oleh :

Nama : Sovhia

Nim : C1A018041

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2020
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BALANCE SCORE CARD


Balanced scorecard atau yang biasa disingkat BSC adalah sebuah konsep kartu
berimbang yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas strategi. Perusahaan
dapat mengetahui perkembangan kinerja dalam kurun waktu tertentu. Dalam menyusun
BSC, perusahaan membutuhkan data seputar non finansial dan finansial yang lengkap.

Dari BSC, manajemen bisa menentukan strategi mana yang berhasil dan tidak.
Dengan begini, manajemen dapat memutuskan strategi dalam jangka pendek.
Menariknya, BSC tidak hanya menguji kinerja dan strategi, namun juga memotivasi ide-
ide baru. Secara keseluruhan, konsep BSC sangat tepat diterapkan untuk mencapai tujuan
dan visi misi perusahaan ke depan. Jenis- jenis perspektif yang ditawarkan, yaitu:

1. Perspektif Keuangan
Perhitungan laba dan biaya produksi mempengaruhi penerapan konsep BSC.
Perusahaan harus memastikan sistem keuangan tetap stabil, supaya strategi yang
diterapkan berhasil. Debit dan kredit harus ditulis secara detail dan runut untuk
memudahkan pihak keuangan mengamati kemajuan perusahaan. Dalam perspektif
keuangan, ada 3 tolak ukur yang digunakan. Ketiga tolak ukur itu adalah adanya
peningkatan produktivitas seiring penurunan seluruh biaya, peningkatan pendapatan
selama bisnis berjalan, dan mengoptimalkan strategi investasi diikuti aset yang turun
optimal.

2. Perspektif Pelanggan
Bagaimana loyalitas konsumen terhadap perusahaan? Loyalitas berkaitan erat dengan
sistem pelayanan perusahaan terhadap pelanggan. Jika pelanggan merasa pelayanan yang
diberikan maksimal dan baik, mereka biasanya akan bertahan. Bila terjadi sebaliknya,
pelanggan akan lebih memilih perusahaan lain yang dinilai bagus dari segala aspek.
Dalam perspektif pelanggan, tolak ukur utama adalah peningkatan jumlah pelanggan
serta omset yang didapatkan.

3. Perspektif Proses Bisnis Internal


Pemimpin perusahaan harus terjun langsung mengawasi kondisi internal. Sinergisitas
dan kinerja setiap unit kerja menjadi tolak ukur utama. Hal ini membantu Anda menilai
sejauh mana peraturan perusahaan dijalankan. Membaiknya lini internal akan
berpengaruh pada upaya peningkatan angka penjualan dan jumlah pelanggan dalam satu
periode. Secara tidak langsung, Anda tengah meningkatkan keuntungan perusahaan
dengan menyasar pasar.

4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Pada perspektif ini, karyawan menjadi tujuan utama. Bagaimana cara perusahaan
mempertahankan loyalitas para karyawannya? Keberlangsungan perusahaan sangat
bergantung pada kinerja para karyawan. Karyawan pulalah yang nantinya membangun
perspektif keuangan dan pelanggan.Perbaikan karyawan berdampak besar pada
kesuksesan sebuah perusahaan.

B. PT PLN BATAM
a. Sejarah
Didirikan pada tahun 1971. Kala itu, Pertamina dipercaya sebagai instansi
pertama yang mengelola daerah industri Pulau Batam. Bermodalkan PLTD yang
memiliki daya pasang cukup rendah, 2 x 188 KvA, sehingga waktu itu listrik hanya bisa
dirasakan oleh Pertamina dan perumahan karyawannya saja.
Seiring dengan perkembangan Batam yang mulai meningkat, akhirnya tahun 1976
pemerintah Indonesia membentuk Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam
(OPDIPB) untuk mengelola kota yang berbentuk Kalajengking ini dimana Kepala
OPDIPB diserahkan ke tangan Menteri Penertiban Aparatur Pembangunan JB Sumarlin.
Sejak itu, semua proyek yang dikelola Pertamina diambil alih oleh OPDIPB, termasuk
pengelolaan ketenagalistrikan. Bisnis ketenagalistrikan saat itu dikelola Unit Pelaksana
Teknis Otorita Batam (UPT OB).

b. Visi dan misi perusahaan


Visi "Menjadi perusahaan energi yang utama di Indonesia"  dan Misi, “Kami
menyediakan tenaga listrik secara efisien dan andal serta jasa lainnya dalam bidang
energi untuk meningkatkan kualitas hidup dan ekonomi masyarakat melalui pelayanan
yang terbaik dan bertumpu pada sumber daya manusia.”

C. PENGUKURAN KINERJA
Pengukuran kinerja ini menggunakan Balance Score Card dengan meninjau dari 4
perspektif :
1. Perspektif keuangan
Pengukuran menggunakan rasio profitabilitas, net profit margin, laba bersih setelah
pajak x 100% / penjualan :

Tahun Laba bersih Penjualan NPM(%)


2017 Rp 597,994,000,000 Rp, 3,340,760,000,000 17,90%
2018 Rp 583,473,000,000 Rp, 3,301,690,000,000 17,67%
Berdasarkan NPM pada tahun 2017 dan 2018 membuktikan bahwa setiap Rp, 1
penjualan menghasilkan laba sebesar 0,179 untuk tahun 2017 dan 0,177 untuk tahun
2018. Pada tahun 2018 terdapat penurunan sebesar 0,23% dikarena berkurannya
jumlah penjualan.
2. Perspektif pelanggan
Berdasarkan golongan pelanggan, Penggunanan rumah tangga 69.23%, bisnis
18,39%, industri 7,69%, dan sosial 1,34%.
Berdasarkan jenis tagihan, pasca bayar 87.92% dan prabayar 12,08%.
Nilai presentase dari kepuasan pelanggan yaitu sekitar 89,82% menlebih target yaitu
sebesar 87,16%.
3. Perspektif proses bisnis internal
Identik dengan proses inovasi proses operasi, dan layanan purna jual. Inovasi
yang dilakukan Pt PLN yakni, pertama, penambahan kapasitas infrastruktur tenaga
listrik berupa kapasitas pembangkit, transmisi, dan gardu induk.
Kedua, utilitas pembangkit PLTU batu bara, pada tahun 2018 target peningkatan
sebesar 64% dan reaslisasi peningkatan sebesar 69,71%.
Ketiga, penggunaan bahan bakar campuran. Ketiga, susut jaringan, target 9,05 % dan
realisasi 9,51% dan pencapaianya sebesar 95,00%.
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
Upaya yang telah dilakukan Pt PLN di sepanjang tahun 2018. Pertama,
pembentukan tim assesment program penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam
pengelolaan lingkungan hudip. Kedua, meningkatkan bimbingan teknis penilaian
proper hijau dn emas kepada timassessment. Ketiga, penugasan ke PLN pusdiklat
untuk penyelenggaran pelatihan dan sertiikasi.

Sumber : https://youtu.be/ZX6xMCpmf5A

Anda mungkin juga menyukai