BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
PT Kereta Api Indonesia (KAI) merupakan perusahan yang
bergerak di bidang pelayanan jasa angkutan darat khususnya di bidang
pelayanan jasa penumpang. Fenomena mengenai keluhan masyarakat
dalam pelayanan publik yang secara langsung maupun tidak langsung,
seperti prosedur yang berbelit-belit, keamanan yang kurang dan sikap
petugas ataupun pegawai yang kurang responsif. Hal tersebut akan
berdampak negatif bagi perusahaan. Salah satu faktor penting yang
digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan adalah kinerja
perusahaan. Maka pengukuran kinerja menjadi sesuatu yang amat penting.
Beberapa metode pengukuran kinerja seperti Balanced Scorecard, rasio
keuangan, dan EVA (Economic Value Added). Dari beberapa metode
pengukuran kinerja diatas, peneliti memilih pengukuran kinerja dengan
pendekatan Balanced Scorecard untuk mengukur kinerja Stasiun Kereta Api
Kota Blitar karena metode ini mencakup berbagai aktivitas penciptaan
nilai yang dihasilkan oleh partisipan perusahaan yang memiliki
kemampuan dan motivasi tinggi.
Selain mengukur kinerja keuangan, Balanced Scorecard mengukur
kinerja non keuangan seperti pelanggan, proses bisnis internal, dan
pertumbuhan dan pembelajaran pegawai yang mana ketiga perspektif ini
sebagai pendukung untuk perusahaan lebih meningkatkan pendapatannya.
Sistem dalam organisasi seharusnyadidesain agar dapat menghasilkan
informasi dalam bentuk ukuran-ukuran keuangan dan non-keuangan untuk
menilai kinerja. Beberapa ukuran nonkeuangan penting misalnya : tingginya
mutu, tingginya kepuasan konsumen, tingginya level inovasi, baiknya model-
model bisnis. Ukuran-ukuran nonfinasial tersebut umumnya mempunyai
dampak pada kinerja keuangan (Supriyono, 2000:146). Balanced
Scorecard merupakan contemporary management tool yang digunakan
2
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kinerja di Stasiun Kereta Api Kota Blitar berdasarkan
pendekatan Balanced Scorecard yang meliputi perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, perspektif bisnis internal, perspektif pelanggan, dan perspektif
keuangan ?
C. Batasan Masalah
Untuk menganalisis kinerja menggunakan Balanced Scorecard ini,
penulisan memfokuskan penelitian pada tahun 2011-2013 pada Stasiun
Kereta Api yang bersangkutan agar didalam pemecahan masalah yang ada
tidak terlalu meluas sehingga lebih terarah.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
menganalisis kinerja di Stasiun Kereta Api Kota Blitar berdasarkan
pendekatan Balanced Scorecard yang meliputi perspektif pembelajaran dan
5
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui pertumbuhan pendapatan / penjualan ditinjau dari
laporan keuangan Stasiun Kota Blitar pada tahun 2011-2013.
2. Untuk mengetahui peningkatan kepercayaan dan kepuasan
customers serta kecepatan pelayanannya di Stasiun Kota Blitar.
3. Untuk mengetahui inovasi yang dilakukan oleh Stasiun Kota Blitar
pada tahun 2011-2013 agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan
customers.
4. Untuk mengetahui kapabilitas komitmen pegawai / karyawan yang ada
di Stasiun Kota Blitar.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Layanan
PT Kereta Api Indonesia memberikan layanan kereta api penumpang dan
barang. Hampir semua jalur yang beroperasi memiliki layanan angkutan kereta api
penumpang yang dijalankan secara teratur.
1. Kereta penumpang
Kapasitas angkut penumpang yang disediakan PT Kereta Api
Indonesia di Jawa dan Sumatera adalah sebanyak 106.638 tempat duduk
per hari dengan rasio kelas eksekutif (30%), bisnis (22%), dan ekonomi
(59%). Bila tempat duduk dikaitkan dengan jarak tempuh, maka total
kapasitas melambung menjadi sebanyak 41.528.450 tempat duduk
per kilometer per hari dengan rasio kelas eksekutif (39%), kelas
bisnis(25%), dan kelas ekonomi (58%).
a. Kelas Eksekutif
Kelas Eksekutif adalah kelas layanan tertinggi PT Kereta Api
Indonesia, yaitu dengan kereta penumpang berkapasitas 50 orang per
kereta. Layanan yang disediakan adalah tempat duduk yang bisa diatur,
pendingin udara, hiburan audio visual dan layanan makanan.
Awalnya, kelas eksekutif dibedakan menjadi dua, yaitu
kelas Argo dan kelas Satwa. Perbedaan antara dua kelas ini terletak pada
nama kereta, jenis armada yang digunakan, dan tingkat kenyamanan pada
masing-masing layanan. Namun, saat ini layanan kelas Argo dan Satwa
telah disamakan sehingga hanya terdapat kelas Eksekutif saja.
Kereta api Argo Wilis. Kereta ini merupakan kereta dengan prioritas
tertinggi di jalur selatan.
Argo Wilis yang melayani rute Bandung-Surabaya Gubeng.
Argo Jati yang melayani rute Gambir-Cirebon.
Interior KA Argo Bromo Anggrek.
Argo Dwipangga yang melayani rute Gambir - Yogyakarta - Solo
Balapan.
Argo Sindoro yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang.
Argo Parahyangan yang melayani rute Gambir-Bandung (tidak setiap
rangkaian).
Sembrani yang melayani rute Surabaya Pasar Turi-Gambir.
Gajayana yang melayani rute Malang-Gambir.
Bangunkarta yang melayani rute Gambir-Semarang Tawang-Surabaya
Gubeng.
Taksaka yang melayani rute Yogyakarta-Gambir.
Bima yang melayani rute Malang-Gambir.
Turangga yang melayani rute Surabaya Gubeng-Bandung.
Purwojaya yang melayani rute Cilacap-Gambir.
b. Kelas Campuran
Kelas campuran adalah kelas layanan kedua tertinggi, dengan
kereta penumpang kelas eksekutif (50 penumpang), bisnis AC (64
Penumpang) dan ekonomi AC (80-106 Penumpang). Layanan kelas
campuran antara lain :
Argo Parahyangan (Eksekutif-Ekonomi) yang melayani
rute Bandung-Gambir (tidak semua rangkaian).
Pangandaran (Eksekutif-Ekonomi) yang melayani rute Gambir-
Bandung-Banjar.
Cirebon Ekspres (Eksekutif-Ekonomi) yang melayani
rute Cirebon-Gambir.
8
c. Kelas Ekonomi
Dalam rangka pemerataan pelayanan kepada semua lapisan
masyarakat, selain mengoperasikan sejumlah kereta api komersial
yang berfungsi sebagai subsidi silang pada pelayanan kereta api kelas
ekonomi, PT Kereta Api Indonesia juga mengoperasikan sejumlah
rangkaian kereta api kelas ekonomi unggulan, yaitu :
Matarmaja yang melayani rute Malang-Pasar Senen.
Pasundan yang melayani rute Bandung-Surabaya Gubeng.
Brantas yang melayani rute Pasar Senen–Blitar.
Logawa yang melayani rute Purwokerto-Jember.
Sri Tanjung yang melayani rute Banyuwangi–Lempuyangan.
Tawang Jaya yang melayani rute Pasar Senen-Semarang Poncol.
Tawang Alun yang melayani rute Malang Kotalama-Banyuwangi.
Bengawan yang melayani rute Pasar Senen-Purwosari.
Progo yang melayani rute Pasar Senen–Lempuyangan.
Serayu yang melayani rute Pasar Senen-Kroya-Purwokerto.
Kutojaya Utara yang melayani rute Pasar Senen-Karanganyar-
Kutoarjo, (Ekonomi AC Premium non-PSO).
Kutojaya Selatan yang melayani rute Kiaracondong-Kutoarjo.
Kertajaya yang melayani rute Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi.
Kahuripan yang melayani rute Kiaracondong-Blitar.
Gaya Baru Malam yang melayani rute Pasar Senen-Surabaya
Gubeng.
10
e. Komuter
Komuter adalah kereta api yang beroperasi dalam jarak dekat,
menghubungkan kota besar dengan kota-kota kecil di sekitarnya atau
dua kota yang berdekatan. Penumpang kereta ini kebanyakan adalah
para penglaju bermobilitas tinggi yang pergi-pulang dalam sehari,
misalnya ke tempat kerja atau sekolah. Tidak mengherankan apabila
12
g. Kereta wisata
PT Kereta Api Indonesia juga menyediakan layanan kereta wisata
yang tarifnya disesuaikan dengan harga tiket tertinggi pada kereta yang
dirangkaikan dengan kereta wisata tersebut. Gerbong kereta wisata
diberinama Nusantara, Bali, Toraja, Sumatera, Jawa, Imperial, dan Pri
ority. Selain itu, di Ambarawa tersedia pula kereta wisata
dengan lokomotif uap bergigi. Di Solo, kereta wisata Punokawan
jurusan Purwosari–Wonogiri menelusuri jalan Slamet Riyadi di Kota
Solo. Adapun di Sumatera Selatan, tersedia kereta wisata yang diberi
nama Kereta Sultan, sedangkan di Sumatera Barat tersedia pula kereta
wisata yang bertujuan ke Lembah Anai dan Pantai Pariaman.
2. Kereta barang
Khusus di Pulau Jawa, pemasaran angkutan barang semula kurang
diminati pasar karena dalam perjalanan kalah prioritas dengan kereta
penumpang. Akan tetapi, sejalan dengan perkembangan terakhir yang
sudah melalui tahapan modernisasi sarana angkutan barang, telah
dimungkinkan hadirnya kereta barang dengan kecepatan yang tidak jauh
14
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
1 Keterbatasan suplai suku Sebagian besar sarana dan suku cadang
cadang transportasi kereta api harus diimpor
2 Keterbatasan kapasitas PT KAI memiliki 6 Balai Yasa (2 di
Depo/Balai Yasa Sumatera dan 4 di Jawa), dengan waktu
pengerjaan/perawatan yang cukup lama
(satu rangkaian kereta api kurang lebih 30
hari)
3 Gangguan dan kerusakan Kekeliruan pada perencanaan.
pada rel, peralatan Kekeliruan saat
persinyalan dan listrik pembangunan/pelaksanaan konstruksi.
aliran atas Material yang digunakan kurang baik.
Kesalahan pada saat pemakaian jalan rel
19
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
(over load, kecepatan yang tidak
merata/mendadak).
Kondisi alam setempat dan kondisi
cuaca.
Akibat bencana alam.
Pemadaman listrik.
Rusaknya pantograf/panel listrik kereta
api.
4 Rendahnya jumlah armada Rendahnya rasio availability, yaitu rasio
yang dapat antara jumlah armada
dioperasionalkan Siap Operasi dengan jumlah armada Siap
Guna (SO/SG).
• Kegiatan perawatan armada yang kurang
efektif, baik dalam hal pemanfaatan suku
cadang, utilitas SDM, penjadwalan
perawatan sehingga mempengaruhi
kinerja pelayanan publik.
5 Terbatasnya sarana Distribusi pembangunan infrastruktur
perkeretaapian yang kereta api yang tidak merata di seluruh
didominasi di Pulau Jawa Indonesia.
Kondisi alam di luar Pulau Jawa yang
tidak sesuai untuk moda kereta apa.
Keterbatasan anggaran untuk belanja
modal infrastruktur kereta api.
6 Meledaknya pengguna Tingginya animo masyarakat terhadap
jasa transportasi pada penggunaan jasa transportasi kereta api
musim-musim tertentu Mobilitas penduduk antardaerah
perkotaan yang sangat masif
20
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
7 Minimnya jumlah stasiun Kondisi infrastruktur di beberapa stasiun
yang dapat dioptimalkan masih belum maksimal
Minimnya gerai usaha/bisnis yang
tersedia di stasiun
8 Keterlambatan jadwal Persilangan dan penyusulan
keberangkatan dan Bongkar muat barang
kedatangan Perawatan jalan rel
Adanya pekerjaan Satker yang
mengganggu jalan KA
9 Tidak diminatinya jasa-
Kurangnya pemasaran jasa-jasa penunjang
jasa penunjang
perkeretaapian
perkeretaapian PT KAI
10 Perseroan tidak dapat Pada 2013 terdapat perubahan peraturan
mengambil keuntungan mengenai tariff angkutan kereta api kelas
dengan menaikkan tarif ekonomi. Tarif angkutan Kereta Api kelas
ekonomi ditetapkan oleh Pemerintah.
11 Menurunnya pendapatan Kenaikan biaya perawatan sarana dan
perseroan prasarana perkeretaapian
Pertumbuhan volume angkutan
penumpang selama lima tahun terakhir
cenderung stagnan
12 Kebakaran dan kecelakaan Perusahaan tidak mengasuransikan aset
kereta api tetap terhadap risiko kecelakaan,
kebakaran dan jenis resiko kerugian
lainnya
Kendala teknis berupa gangguan
komunikasi dan sistem persinyalan
Minimnya budaya keselamatan
21
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
pengguna jalan
Kerusakan prasarana kereta api
Kurangnya pengendalian perawatan dan
keselamatan kereta api
13 Bencana alam Kondisi alam yang rentan terhadap
bencana gempa bumi, tanah longsor,
banjir, dan dekat dengan gunung merapi
14 Terbatasnya tenaga ahli Minimnya jumlah pegawai yang
dan tenaga kerja dengan memenuhi kualifikasi untuk posisi-posisi
skill tertentu dengan keahlian khusus dan sangat sulit
dicari di pasar tenaga kerja
15 Pelanggaran aturan dan Kurangnya pengawasan dan pengendalian
kode etik dalam terhadap nilai-nilai perusahaan dan budaya
perusahaan bersih di seluruh jajaran perusahaan
16 Kondisi pasar jasa Deregulasi industri penerbangan,
transportasi cenderung perusahaan penerbangan telah
berubah mengembangkan model bisnis
penerbangan dengan tarif murah
Tumbuhnya jasa pengganti moda
transportasi darat lainnya, yaitu bus,
travel, dan persewaan mobil jarak jauh
17 Program kerja yang Adanya kendala internal dari sisi
dijadwalkan tidak dapat manajemen dan pemerintah, dan kendala
diimplementasikan eksternal berupa gangguan teknis, sarana,
dan prasarana
18 Minimnya sosialisasi dan
Minimnya sarana dan prasarana penunjang
konsultasi dengan
penyampaian informasi
pemangku kepentingan
22
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
19 Risiko investasi dengan Adanya pasal-pasal perjanjian kerja
mitra dalam negeri dan sama yang membebani perusahaan
luar negeri Ketidakmampuan mitra untuk
mengembalikan investasi perusahaan
yang telah jatuh tempo
20 Terbatasnya mitra Pesaing kereta angkutan barang adalah
pengguna angkutan kereta truk. Kelebihan jasa substitusi ini adalah
api barang lebih fleksibel menjangkau rute-rute yang
tidak terjangkau oleh jalur kereta api
21 Risiko komoditi Keterlambatan pelaksanaan pengadaan
pengadaan dan risiko kenaikan harga
22 Penyimpangan waktu start Kesulitan perizinan, penyiapan lokasi,
pelaksanaan proyek dan pembebasan lahan
Keterlambatan penyiapan desain,
AMDAL, persetujuan teknis, dan
persetujuan sumber dana
23 Penyimpangan waktu Kurang efektifnya pemantauan dan
delivery pelaksanaan evaluasi kemajuan proyek
proyek Tahapan proyek selesai di luar jadwal
yang telah dipersiapkan
24 Penyimpangan biaya Kenaikan harga dan lingkup proyek yang
realisasi proyek tidak di-cover dalam kontrak
25 Impor sebagian besar
Supply sarana dan suku cadang tidak dapat
sarana dan suku cadang
dipenuhi oleh dalam negeri
kereta api
26 Cash flow tidak seimbang Tidak terdapat sumber dana alternatif
untuk modal kerja/modal investasi
terutama dalam sarana dan prasarana
23
Risiko Operasional PT
No Penyebab
KAI
Kurangnya pemanfaatan dana pada
instrumen jangka pendek di pasar uang
atau pasar modal dengan keuntungan
tertentu
27 Risiko kesulitan Komposisi pendanaan perjanjian kerja
pendanaan sama operasi yang kurang layak
28 Pinjaman jangka pendek
dan jangka panjang Persyaratan pinjaman dengan bunga
dengan bunga mengambang dari pemberi pinjaman
mengambang
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Industri perkeretaapian Indonesia adalah industri strategis nasional yang
kompleks mencakupindustri perakitan kereta api, industri penyediaan dan
pengaturan jasa kereta api, yang meliputiproses perencanaan, pengelolaan,
sampai dengan pemeliharaan industri kereta api nasional.
Industriperkeretaapian berperan besar dalam mendukung pengembangan
ekonomi nasional. PT KAI berperan penting sebagai penyedia jasa utama dan
penunjang bisnis perkeretaapian, sebagaioperator, dan regulator.Rencana
pengadaan lokomotif sebagai program pemerintah yang termuat dalam
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan tahun 2010-2014 dan poses
tender lokomotif yang dilakukansecara terbuka dan dapat diikuti oleh peserta
luar negeri menjadi ancaman dan peluang untuk bisnis perkereta apian PT
KAI yang telah berubah dari perusahaan pelayanan publik menjadi
perusahaan jasa yang memungkinkan untuk meningkatkanlaba melalui jasa
perkeretaapian maupun non perkeretaapian yang juga menjadi ancaman
danpeluang untuk operasional PT KAI dalam melayani masyarakat dan
mempertahankan kinerja secaraprofesional.Kebijakan manajemen risiko
dalam industri perkereta apian merupakan bagian integral dari proses bisnis
perusahaan dan pengambilan keputusan oleh manajemen, serta tumbuh
menjadibudaya bagi seluruh personil perusahaan sesuai Keputusan Menteri
Negara BUMN Republik Indonesia No. KEP-117/M-MBU/2002 tentang
Penerapan.
B. Saran
Semoga PT KAI bisa memberikan pelayanan yang terbaiknya untuk
mengurangi resiko dalam setiap kefiatannya kepada masyarakat dan juga
menambah wawasan bagi pembaca.
25
DAFTAR PUSTAKA
Philip Kotler & Kevin Lane Keller, 2009, Manajemen pemasaran, Edisi 13 Jilid
2. Jakarta
Rujukan dari Internet berupa Profil PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
november 2014.