Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

BUDIDAYA SINGKONG
Disusun untuk Melengkapi UAS Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
Muhammad Dzikry Alfarizi
22 / SMBP B / 23700

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selain beras dan jagung singkong termasuk makanan pokok bagi
masyarakat Indonesia. Singkong dapat dikembangkan dari waktu ke waktu di
hutan dan memiliki fleksibilitas yang tinggi terhadap kondisi tanah yang berbeda.
Meski diawasi secara langsung, tanaman singkong bisa memberikan hasil yang
tinggi. Oleh karena itu, singkong dijadikan sebagai hasil pilihan dalam budidaya.
Di Indonesia, singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu jenis
umbi-umbian yang potensial untuk dikembangkan. Singkong atau cassava atau
singkong adalah tiga nama yang unik namun memiliki arti yang hampir sama.
Seperti yang ditunjukkan oleh para peneliti alam, tanaman singkong dimulai di
Brasil. Dari Brazil itulah singkong dinilai oleh para ahli menyebar ke daratan
Afrika, Madagaskar, India, Hindia Belanda, kemudian, kemudian, ke China
terakhir ditambatkan di Indonesia.
Di Indonesia, khususnya, singkong merupakan produk pangan yang
berlimpah dan sering ditemukan di daerah provinsi dengan harga yang cukup
terjangkau. Oleh karena itu, untuk mengatasi akumulasi atau kelebihan singkong
saat panen dan untuk mencegah kerusakan singkong melalui respon karmelisasi,
penting untuk mencegah dan menyimpan singkong dengan tepat agar singkong
dapat bertahan cukup lama dan tidak ada kerugian besar. semakin berkurang
kualitasnya. Dengan cara ini, dalam penentuan dan kapasitas singkong, penting
untuk berhati-hati karena singkong merupakan komoditas pertanian sementara.
Singkong yang sudah dituai tidak bisa bertahan lama tanpa penanganan khusus
atau langsung dipromosikan
1.2 Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain :
1. Apakah kita mendapatkan laba/rugi dari hasil budidaya tanaman
singkong?
2. Apakah keuntungan atau manfaat dari tanaman singkong?
3. Apa saja hasil olahan singkong ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui laba/rugi dari hasil budidaya tanaman singkong.
2. Mengetahui keuntungan atau manfaat dari tanaman singkong.
3. Mengetahui Apa saja hasil olahan singkong .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Umbi singkong dengan nama latin Manihot esculenta adalah umbi akar
atau akar pohon dengan panjang normal sebenarnya lebar 2-3 cm dan panjang 50-
80 cm, tergantung jenis singkong yang ditanam. Jaringan umbinya berwarna putih
atau kekuningan.
Singkong, atau disebut juga singkong atau cassava, adalah pohon tahunan
tropis dan subtropis dari famili Euphorbiaceae. Umbinya dikenal sebagai makanan
pokok penghasil gula dan daunnya sebagai sayuran.(Bargumono, 2013)

2.2 Sistem Budidaya


Tanaman singkong tidak membutuhkan lingkungan tertentu untuk
perkembangannya. Cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman singkong adalah
sekitar 10 jam/hari, terutama untuk pematangan daun dan pertumbuhan umbi.
Tanaman singkong dapat tumbuh pada ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut
atau di sub-hutan dengan suhu normal 16oC. Pada ketinggian hingga 300 m di
atas permukaan laut, tanaman singkong dapat menghasilkan bunga dan biji. Bahan
alam singkong yang didapat dari negara tinggi akan memberikan return yang
tinggi dibandingkan dengan singkong dari rawa-rawa. Singkong yang
dikembangkan di daerah dengan curah hujan rendah memiliki kadar air yang lebih
rendah dibandingkan singkong yang dikembangkan di daerah dengan curah hujan
tinggi.(Chairiyah, 2021)
Tanaman singkong membutuhkan media tanam yang tepat untuk
menghasilkan kreasi terbaik. Tanah dengan desain bekas memiliki udara yang
bagus untuk para pemimpin, dan perangkat tambahan lebih terbuka dan mudah
diproses. Tanaman singkong akan tumbuh subur dengan anggapan bahwa
kotorannya sudah dewasa dan kaya akan bahan normal, baik skala penuh maupun
bagian yang lebih kecil dari biasanya. Tanaman singkong akan mekar dengan
tanah dengan pH 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Sementara itu, tanah di Indonesia
memiliki pH (asam) yang rendah, dari 4,0 hingga 5,5, sehingga tidak mendukung
perkembangan tanaman singkong. Sistem perbaikan singkong mencakup; bibit,
kepala tanah, penanaman, kesiapan, dukungan, penghindaran serangga dan
penyakit, perawatan pasca pemilahan.(Chairiyah, 2021)

2.3 Panen dan Pasca Panen


2.3.1. Panen
a) Ciri dan Umur Panen
Singkong dapat dikumpulkan ketika perkembangan daun bagian bawah mulai
berkurang. Bayangan pass on sudah ada yang warnanya menguning dan juga
banyak yang berguguran. Masa panen tanaman singkong mencapai 6–8 bulan
untuk varietas Genjah dan 9 tahun untuk varietas Dalam.(Indrayana et al.,
2018)
b) Cara Panen
Singkong dikumpulkan dengan dicabut bagian batang dan sisa umbinya
diambil dengan kultivator atau garpu tanah
2.3.2. Pasca Panen dan Penyimpanan
Hasil singkong sebagian besar sebagai ubi baru. Perawatan pasca-
pengumpulan ubi jalar baru mencakup tahapan-tahapan yang menyertainya.

A. Hasil Bermacam-macam

Bermacam-macam panen ubi di tempat (area) penting, yang merupakan


tempat terbuka yang aman dan efektif dengan transportasi.

B.kapasitas

Kapasitas diselesaikan dengan membuat pembukaan, dengan asumsi akan


disimpan cukup lama, strategi kapasitas adalah sebagai berikut:

1. Lapisi bagian bawah bukaan dengan daun, misalnya daun nangka


atau daun singkong.
2. Masukkan singkong secara rutin lalu tutup dengan lapisan daun baru
atau jerami.
3. Letakkan ubi di lapisan berikutnya, dll sampai lubang berisi
beberapa lapisan ubi. Setiap lapisan ubi ditutup dengan daun atau
jerami baru.
4. Isi lubang yang berisi ubi dengan tanah sampai lapisan luar lubang
melengkung.(Rosmiati, 2019)

2.3.3. Syarat penyimpanan


Selama jangka waktu pengembangan, kandungan pati dalam umbi
singkong meningkat dan muncul pada waktu yang tepat, khususnya umbi yang
layak untuk dikumpulkan. Tanda-tanda pintu terbuka singkong yang ideal ialah
berkurangnya pertumbuhan daun ; naungan bagian mulai mengering dan sebagian
besar mulai jatuh; serta usia tanaman cukup (bergantung pada bermacam-
macamnya).(maghfiroh & Nuswardhani, 2019)
Ketika berumur satu tahun dan belum dikumpulkan, singkong tidak
membesar, bahkan bisa dikatakan kurang kualitas. Tanpa ragu, dengan asumsi
singkong tidak dikumpulkan cukup lama, kandungan air dalam umbi bakal
meningkat, tepung, protein dan kandungan HCN akan berkurang. Di lahan bebas,
pemilahan singkong dilakukan secara fisik. Singkatnya, di tanah yang berat,
singkong dikumpulkan dengan menggunakan kayu atau bambu sebagai
pengaruhnya. (Wahyu, 2009)
Memang singkong hanyalah barang periodik, artinya pada umumnya akan
dipanen kapan saja asalkan cukup umur, yaitu hamper setahun. Di Indonesia,
penanaman dan pengumpulan dilakukan dengan mengikuti perubahan musim
dengan panen yang beragam. Itu membuat prosesor saat ini terdorong untuk
mengubah kondisi tersebut dengan upaya keamanan yang tidak tetap saat duduk
ketat untuk panen kedepannya. Dengan begitu, perolehan bahan bisa diselesaikan
dengan andal.(Indrayana et al., 2018)
Mengumpulkan singkong secara perlahan, menyarankan agar setiap kali
hanya mengandalkan keadaan, tidak sebagian besar langsung dikumpulkan. Jika
seluruh singkong telah terkumpul, penting untuk segera menyortir (secara
mandiri) singkong yang halus (tidak terbuka) dan singkong yang kekurangan.
Tidak adanya singkong (terbuka untuk kulit dan jaringan) dulu atau dipertahankan
dengan pengupasan dan percikan air. Air rendaman harus diganti setiap hari.
Metodologi ini dapat digunakan untuk menyimpan singkong selama 3-4 minggu,
namun tanpa kandungan pati. Dengan perlakuan ini, kandungan HCN berkurang
dengan penjelasan bahwa ketika direndam HCN (sianida) akan lepas kendali dan
musnah di dalam air rendaman.(Alita et al., 2020)
2.3.4 Tujuan Penyimpanan
Penyimpanan adalah interaksi untuk mengikuti rentang waktu kegunaan
dan sifat singkong. Intinya adalah:
A. Mengikuti rentang waktu kegunaan singkong.
B. Menambahkan nilai uang dari umbi singkong.
C. Bekerja dengan penanganan tambahan.
D. Umbi singkong terlindung dari bahaya karena pembusukan, parasit, dan
lain-lain.
2.4. Analisis Usaha Budidaya Singkong
Selanjutnya adalah investigasi terhadap bisnis singkong yang dikirim dari
berbagai sumber. Misalnya, dari berita yang disebarkan AntaraNews yang
menyatakan bahwa di beberapa titik dan peternak dengan 1 hektar lahan singkong,
mereka bisa menghasilkan keuntungan bersih Rp. 52 juta dalam pengembangan
singkong.(Ishwara, 2005)
Jika imbal hasil normal adalah Rp. 52 juta untuk satu hektar lahan dan
tanaman singkong, menyiratkan bahwa bisnis singkong adalah salah satu jenis
pengembangan singkong yang paling berharga di Indonesia. Bagaimana kalau kita
coba menghitung investigasi bisnis singkong berikut ini:
2.4.1. Biaya Produksi
Jika selama ini biaya sewa tanah atau ladang seluas satu hektar adalah Rp.
7.000.000. Kemudian, pada saat itu, biaya pembukaan lahan untuk penanaman
singkong adalah Rp. 3.000.000 untuk biaya pencurian dan pembukaan lahan
untuk penanaman singkong.
Artinya modal dasar yang harus diberikan adalah Rp. 10.000.000.
Selain itu, tanah yang akan diawasi ditentukan sebagai berikut:
• Upah buruh yang harus ditetapkan adalah Rp. 2.000.000
• Bibit singkong 7.000 batang x Rp. 600 Rp. 4.200.000
• Kapur agraris untuk penetapan wilayah 2.000 kg x Rp. 1.500 Rp. 3.000.000
• Penetapan upah (apabila tidak sama dengan upah kerja) Rp. 750.000
• Biaya pemeliharaan (waktu simpan) Rp. 1.000.000
• Pestisida (diganti sesuai dengan pestisida yang digunakan) Rp. 200.000
• Persiapan Tanaman Singkong Rp. 4.000.000
• Upah pengumpul singkong sebesar Rp. 1.500.000
• Transportasi singkong Rp. 2.000.000
• Pengeluaran yang berbeda – lainnya Rp. 1.000.000
• Penggunaan mutlak Rp. 29.650.000
(Ishwara, 2005)
2.4.2. Pendapatan

Dengan modal Rp. 29.650.000 maka yang diperoleh dari hasil keuntungan
usaha budidaya singkong adalah :
Jika dalam 1 hektar dan 7000 batang bibit singkong berjumlah 125ton,
dengan harga yang didapat kurang lebih Rp. 700 per kg, jadi yang diperoleh
dalam usaha ini adalah Rp. 87.500.000. (Ishwara, 2005)
2.4.3. Keuntungan
Dapat disimpulakan keuntungan dari budidaya singkong ini adalah :
Keuntungan bersih – modal usaha tanam singkong = Rp. 87.500.000 – Rp.
29.650.000 = Rp. 57.850.000. (Ishwara, 2005)

2.5. Manfaat atau Keuntungan Singkong


2.5.1. Singkong Bagi Kesehatan
Di dalam singkong, terkandung aneka nutrisi yang berguna bagi
kesehatan meliputi:
 Karbohidrat.
 Protein.
 Serat.
 Mineral, termasuk kalium, magnesium, fosfor, dan kalsium.
 Vitamin, yakni vitamin C dan vitamin A.
 Air.
Karena kandungan nutrisinya yang beragam, singkong dianggap
memiliki manfaat bagi kesehatan, seperti:
1. Energi tambahan
Singkong mengandung kalori yang cukup tinggi. Dalam 100 gram
singkong, terkandung 110-150 kalori. Jumlah kalori ini lebih tinggi
daripada kalori dalam banyak jenis umbi-umbian, seperti kentang dan
ubi jalar. Dengan cara ini, Anda bisa mendapatkan energi tambahan
untuk melakukan latihan harian Anda dengan asumsi Anda makan
singkong.
2. Berikut ini adalah sumber serat dan karbohidrat kompleks:
Selain kalori, singkong juga kaya akan karbohidrat kompleks dan
serat. Kedua suplemen ini mampu menjaga sistem usus yang solid,
mengurangi iritasi, dan mengontrol kadar glukosa. Ketika kadar
glukosa tidak terkontrol, risiko terkena diabetes tipe 2 juga akan lebih
rendah. Padahal, manfaat singkong dalam kadar glukosa sebenarnya
harus lebih pekat.
3. Mengandung zat pencegah kanker yang tepat
Berbagai keunggulan singkong bisa didapatkan dari kandungan nutrisi
C, nutrisi A, dan betakaroten di dalamnya. Nutrient C dan Nutrient An
merupakan cell booster yang dapat melindungi tubuh dari efek radikal
bebas, mencegah penyakit jantung, dan mengatasi kerutan pada kulit.
Sedangkan beta-karoten berupaya meningkatkan daya tahan
tubuh, mencegah kambuhnya gejala asma, mengurangi risiko
pertumbuhan ganas, dan sangat baik untuk kesehatan kulit dan mata.
Penerimaan suplemen ini juga dapat mencegah berbagai infeksi mata
seperti air terjun dan degenerasi makula terkait usia.(Jaya, 2016)
Selain manfaat di atas, singkong juga diklaim dapat digunakan
sebagai obat pilihan untuk mengobati kelelahan, kelonggaran,
kontaminasi, masalah kekayaan, dan melancarkan kerja. Namun, manfaat
singkong sebagai obat pilihan belum terbukti secara terapeutik.
2.5.2. Singkong Sebagai Bahan Baku Industri Bioetanol
Penggunaan berkelanjutan sumber daya bioetanol terpilih harus
dilakukan dengan mempertimbangkan biaya bahan bakar minyak (BBM)
hortikultura di pasar planet dan menipisnya cadangan fosil. Singkong
sangat memungkinkan sebagai bahan alam untuk usaha ethanol karena
sangat cocok untuk membuat 2.000-7.000 1/ha/tahun etanol. Kandungan
pati yang tinggi pada singkong merupakan substrat yang cocok untuk
mengantarkan glukosa sebagai media dalam produksi etanol.(Firdausi et
al., 2013)
Cara paling umum untuk mengolah singkong menjadi etanol adalah
dengan gelatinisasi pati, hidrolisis enzimatik menjadi glukosa
menggunakan bahan kimia amilase dan glukoamilase, kemudian
difermentasi menjadi etanol dan dilanjutkan dengan pemurnian dan
pengeringan untuk mendapatkan keasaman.
99,5 persen.(Nanlohy, 2012)
2.6 Hasil Olahan Singkong
2.6.1 Gaplek
Gaplek diproduksi menggunakan singkong yang dikeringkan setelah
dikupas. Masyarakat umumnya membuat singkong sederhana, terutama
singkong yang dikupas, utuh atau dibelah kemudian dijemur. Ada dua jenis
singkong, yaitu singkong putih yang biasa ditaburi tepung atau dibuat thiwul
dan singkong gelap yang disebut gatot.(Wulan Sari & Anna, 2016)
Warna gelap gatot disebabkan oleh berbagai organisme dan mikroba
yang tumbuh subur karena selama pengeringan dibiarkan terus menerus.
Pemecahan pati menjadi campuran lebih mudah oleh pertumbuhan yang
berbeda dan organisme mikroskopis menyebabkan permukaan gatot menjadi
kenyal.(Muntoha, 2015)
2.6.2 Tepung Kasava
Singkong dapat diolah menjadi tepung yang dikenal dengan tepung
singkong atau tepung singkong agar lebih tahan terhadap daya tampung
dalam waktu yang lama dan mudah dalam pengolahannya. Interaksinya
masih mendasar, lebih tepatnya: singkong setelah dikupas dan dibersihkan,
kemudian ditiriskan dan dikeringkan. Bagian sawit yang sudah kering
digiling dan diayak dengan ayakan 80 bagian. Untuk mencegah menumis,
singkong menyerap larutan natrium bisulfit 0,02% selama 15 menit. Tepung
singkong juga sangat berharga sebagai bahan baku modern.(Taqwim et al.,
2019)

2.6.3 Tapioka
Tapioka atau pati singkong sangat membantu sebagai bahan baku
modern. Setelah singkong dibersihkan, kemudian digiling dengan air.
Parutan ditempatkan dalam air dan dipisahkan, dan ditekan sampai semua
pati keluar. Jus kemudian didorong keluar dan airnya dikeringkan. Tandan
pati dihaluskan dengan blender agar.(Mustafa, 2015)
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Untuk mengembangkan singkong, kita wajib merancang area
pengembangan yang benar supaya item yang ideal dapat dicapai. Singkong
termasuk tanaman yang cocok di iklim tropis, namun di daerah sub-tropis juga
bisa menyesuaikan. Tanaman singkong tidak membutuhkan lingkungan tertentu
untuk perkembangannya.
Karena zat makanannya yang berbeda, singkong dianggap memiliki
manfaat medis, misalnya,
• Peningkatan Energi
• Sumber serat dan karbohidrat kompleks
• Mengandung konten agen pencegah kanker yang hebat
Singkong memiliki manfaat sebagai bahan alami untuk bisnis bioetanol.
Kandungan pati yang tinggi dalam singkong merupakan substrat yang layak untuk
mengantarkan glukosa sebagai bahan moderat dalam produksi etanol. Cara
pengolahan singkong yang paling umum menjadi etanol adalah dengan
gelatinisasi pati, hidrolisis enzimatik menjadi glukosa menggunakan protein
amilase dan glukoamilase, kemudian dimatangkan menjadi etanol dan dilanjutkan
dengan pemurnian dan pengeringan hingga mencapai kadar 99,5 persen.
Dalam tulisan ini diharapkan masyarakat umum dapat melihat bagaimana
mengembangkan singkong secara tepat dan akurat, sehingga dapat memperluas
manfaat pengembangan singkong.

3.2. Saran
Dalam tulisan ini diharapkan masyarakat umum dapat melihat bagaimana
mengembangkan singkong secara tepat dan akurat, sehingga dapat memperluas
manfaat pengembangan singkong.
DAFTAR PUSTAKA

Alita, D., Tubagus, I., Rahmanto, Y., Styawati, S., & Nurkholis, A. (2020).
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PEMETAAN WILAYAH
KELAYAKAN TANAM TANAMAN JAGUNG DAN SINGKONG PADA
KABUPATEN LAMPUNG SELATAN. Journal of Social Sciences and
Technology for Community Service (JSSTCS), 1(2), 1–09.
https://doi.org/10.33365/jsstcs.v1i2.815
Bargumono. (2013). 9 Umbi Utama Sebagai Pangan Alternatif Nasional. Agrica
Ekstensia, 186.
Chairiyah, N. (2021). Dasar Agronomi. Syiah Kuala University Press.
Firdausi, N. Z., Samodra, N. B., Kimia, J. T., Teknik, F., Diponegoro, U.,
Soedarto, J. P., & Fax, T. (2013). Untuk Produksi Bioetanol Fuel Grade
Melalui Proses Distilasi-Dehidrasi Menggunakan Zeolit Alam. Jurnal
Teknologi Kimia Dan Industri, 2(3), 76–81.
Indrayana, K., Sirappa, M. P., & Ricky, M. (2018). Diversifikasi pengolahan ubi
kayu dalam meningkatkan ketahanan pangan di Sulawesi Barat. Jurnal
Agrotan, 4(1), 37–45.
Ishwara, L. (2005). Catatan-catatan jurnalisme dasar (Vol. 1). Penerbit Buku
Kompas.
Jaya, A. (2016). Pembuatan Beras Hybrid Berbasis Singkong (Manihot
Esculentra) dan Labu Kuning (Cucurbita Moschata) sebagai Makanan
Pokok Alternatif. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
maghfiroh, khoirin, & Nuswardhani, R. R. S. K. (2019). Diversifikasi pengolahan
singkong untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. TEKNOLOGI
PANGAN: Media Informasi Dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian,
10(2), 101–108. https://doi.org/10.35891/tp.v10i2.1647
Muntoha, M. (2015). PELATIHAN PEMANFAATAN DAN
PENGOLAHANSINGKONGMENJADI MAKANAN RINGAN TELA
RASA. Asian Journal of Innovation and Entrepreneurship, 4(03), 188–193.
Mustafa, A. (2015). Analisis proses pembuatan pati ubi kayu (tapioka) berbasis
neraca massa. Agrointek, 9(2), 118–124.
Nanlohy, H. Y. (2012). PEMANFAATAN SINGKONG (MONIHOT
ESCULENTA) MENJADI BIOETANOL SEBAGAI BAHAN BAKAR
ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH. Jurnal TEKNIK MESIN,
1(1), 52–59.
Rosmiati, R. (2019). ANALISIS PERFORMANSI PUTARAN MESIN DINAMO
ALAT PEMARUTSINGKONG (Manihot Utillisima) TERHADAP
KAPASITAS PRODUKSI. Universitas Muhammadiyah Mataram.
Taqwim, M. R., M Faisal, M. F., Hersanyo, B. B. D., & Santoso, J. (2019).
PERANCANGAN FASILITAS PELATIHAN AGROBISNIS di KABUPATEN
MOJOKERTO. UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945.
Wahyu, M. K. (2009). Pemanfaatan Pati Singkong Sebagai Bahan Baku Edible
Film. Beswan Jarum, 6, i–21.
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/51165190/laporan_saran_kobet.pdf?
1483456949=&response-content-disposition=inline%3B+filename
%3DLaporan_saran_kobet.pdf&Expires=1619349323&Signature=QGUUQz
-
MQ8n0nRZqNwQi8qjqkQ93AaPZY0cY5aS4o0kLNwmEcIpPAhpG4TCeez
8~xSfk9
Wulan Sari, A., & Anna, C. N. (2016). PEMANFAATAN SINGKONG PADA
MASYARAKAT DI DUSUN KRAMPYANG DESA KALIPANG
KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI. Jurnal Tata Boga, 5(1),
30–36. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/21/article/view/13617

Anda mungkin juga menyukai