Anda di halaman 1dari 12

BALANCE SCORECARD DAN BENCHMARKING PADA

PERUSAHAAN “BRIGHT PLN BATAM”

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Six Sigma

Dosen Pengampu : Yesmizarti Muchtiar, S.T.,M.T.

Disusun Oleh:

1. Azli Miftahul Ihsan 1910017311005


2. Raehan Arbiruny 2010017311015
3. Vonny Prinita 2010017311025
4. Tara Ulva Dyla 2010017311041

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, rasa puji dan syukur penulis ucapkan atas


kehadirat Allah S.W.T Tuhan Yang Maha Esa atas semua nikmat yang telah
diberikannya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah mengenai balance
scorecard dan benchmarking pada perusahaan Bright PLN Batam ini. Shalawat
dan salam juga tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan semesta alam,
pemimpin segala umat yakni nabi besar Muhammad SAW.
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, penulis sebelumnya
memohon maaf apabila dalam penyusunannya terjadi kesalahan dan kekurangan.
Mungkin, ada kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah yang baik dan
benar, sehingga laporan ini menjadi kurang sempurna.
Semoga, setiap huruf, kata dan kalimat yang ada dalam laporan ini
menjadi bahan acuan nantinya bagi penulis dan pembaca lainnya, serta bisa
memberikan kemudahan pembaca.
Akhir kata kami sebagai penulis mengucapkan terimakasih atas
perhatiannya dan semua kritik serta saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah ini, akan penulis terima dengan senang hati. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Padang, 18 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan zaman membuat berbagai perubahan di segala aspek
kehidupan. Salah satu yang dapat dilihat yaitu pada sektor bisnis. Persaingan
dalam sebuah industri semakin ketat dan tidak dapat di hindari. Banyak
perusahaan yang berlomba-lomba untuk meningkatkan citranya di tengah
masyarakat atau konsumen dalam aspek produksi, biaya, harga, pelayanan,
pemasaran, dan lain-lain. Berangkat dari hal itu pihak pimpinan perusahaan selalu
melakukan perbaikan terhadap sistem yang ada di perusahaan. Oleh karena itu,
inovasi penting untuk dilakukan guna melakukan pengembangan produk dan jasa
yang dihasilkannya.
Arus perkembangan informasi dan komunikasi yang semakin canggih
menuntut pihak perusahaan untuk dapat menangani permasalahan dan keputusan
secara cepat dan tepat. Persaingan yang terjadi mengharuskan perusahaan dapat
beradaptasi baik dari segi struktur maupun sistem organisasi yang ada.
Setiap perusahaan tentunya memiliki visi dan misi yang hendak di capai
dalam kurun waktu yang telah ditentukannya. Adapun tujuan yang hendak di
capai salah satunya yaitu meraih laba sebesar-besarnya. Selain itu, kepuasan
konsumen harus tetap dijaga sehingga nantinya dapat melahirkan kepercayaan dan
loyalitas konsumen. Strategi yang tepat dibutuhkan sebagai landasan dan
kerangka kerja perusahaan.
Agar dapat terus bersaing maka perusahaan harus melakukan pengukuran
kinerja perusahaan. akan tetapi yang terjadi masih banyak perusahaan yang
melakukan pengukuran kinerja dari sisi finansial saja dengan menggunakan
indicator finansial seperti Return Of Investment (ROI), Net Profit Margin (NPM),
dan beberapa indikator lainnya.
Metode lain yang lebih tepat digunakan dalam melakukan pengukuran
kinerja perusahaan di masa depan yaitu Balanced Scorecard merupakan suatu
metode pengukuran untuk mengukur kinerja perusahaan dimana tidak hanya
mempertimbangkan aspek keuangan melainkan perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pem-belajaran-
pertumbuhan. Untuk memiliki keunggulan bersaing dan mencapai kinerj
perusahaan yang baik, maka dibutuhkan Benchmarking. atas penerapan Balanced
Scorecard pada perusahaan-perusahaan dalam industri yang sejenis. Oleh karena
itu, diperlukan adanya pengukuran kinerja pada PT Bright PLN Batam dimana
perusahaan ini bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik yang berpusat di
wilayah pulau Batam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditentukan rumusan masalahnya
yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan balance scorecard dan benchmarking?
2. Apa permasalahan yang ada pada industri ini dan bagaimana
penyelesaiannya dengan metode balance scorecard?
3. Bagaimana benchmarking pada industri ini?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditentukan tujuan dari
dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Mengetahui definisi balance scorecard dan benchmarking.
2. Mengetahui permasalahan yang ada pada industri ini dan bagaimana
penyelesaiannya dengan metode balance scorecard.
3. Mengetahui benchmarking pada industri ini.
1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan diatas, dapat ditentukan manfaat
penulisannya yaitu sebagai berikut:
1. Penulis dan pembaca mengetahui mengenai balanced scorecard dan
benchmarking.
2. Penulis dan pembaca mengetahui cara-cara penyelesaian masalah
menggunakan metode balance scorecard dan benchmarking.
3. Penulis dan pembaca mengetahui alat yang digunakan untuk
memantau pengambilan keputusan strategis dalam permasalahan yang
ada pada industri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Balance Scorecard dan Benchmarking
Balanced scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja
perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja
perusahaan yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
proses pebelajaran dan pertumbuhan. Dari keempat perspektif tersebut dapat
dilihat bahwa Balanced ScoreCard menekankan perspektif keuangan dan non
keuangan. Pendekatan Balanced ScoreCard dimaksudkan untuk menjawab
pertanyaan pokok yaitu: bagaimana penampilan perusahaan dimata para
pemegang saham? (Perspektif keuangan), bagaimana pandangan para pelanggan
terhadap perusahaan? (perspektif pelanggan), apa yang menjadi keunggulan
perusahaan? (Perspektif proses internal), apa perusahaan harus terus menerus
melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara berkesinambungan.
Benchmarking adalah proses pengukuran secara berkesinambungan dan
membandingkan satu atau lebih bisnis proses perusahaan dengan perusahaan yang
terbaik di proses bisnis tersebut, untuk mendapatkan informasi yang dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi dan mengiplementasikan
peningkatan proses bisnis (Andersen, 1996).
2.2. Penerapan Balanced Scorecard pada Industri Bright PLN Batam
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa perusahaan Bright PLN Batam ini
bergerak dibidang sumber daya listrik. Ada 4 aspek yang digunakan dalam
metode ini yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman kerja praktek pada perusahaan ini, dilihat dari
perspektif keuangan dapat disimpulkan bahwa 3 tahun belakangan ini relatif baik
karena tidak ada masalah menganai keuangan.
Dilihat dari perspektif pelanggannya, dapat dilihat dari data beberapa
tahun terakhir terjadi penaikan data pelanggan baru yang lumayan di setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari perspektif ini bahwa tingkat
kepuasan pelanggan termasuk kategori baik.
Gambar 2.1. Data Pelanggan

Untuk perspektif proses bisnis internal dengan adanya inovasi dalam


pelayanan dari tahun ke tahunnya maka dapat dikatakan bahwa untuk perspektif
ini dikatakan baik. Dilihat dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yang
diukur dari adanya pelatihan karyawan yang wajib diikuti oleh seluruh karyawan
dimana perusahaan sadar akan pentingnya pembelajaran dan pelatihan guna
meningkatkan produktivitas pegawai, maka disimpulkan bahwa dari perspektif ini
relatif baik. Untuk pertumbuhan pelanggan juga dinilai baik karena ada
penambahan jumlah data pelanggan yang cukup tinggi tiap tahunnya, seperti data
dibawah ini.

Gambar 2.2. Data Pertumbuhan Pelanggan

Karena perusahaan ini bergerak dibidang sumber daya listrik tentunya


bisa dilihat bahwa banyak resiko yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja di
lingkungan kerja. Tidak sedikit kasus kecelakaan kerja yang bisa dilihat terjadi
pada para pekerja bahkan kepada tamu dan pengunjung industrinya. Sebagai
pengalaman di perusahaan ini, suatu permasalahan yang terjadi ialah kurangnya
pelayanan untuk pekerja, berupa fasilitas medis dan kesehatan. Contohnya yaitu
peralatan P3K nya yang kurang memadai, kurang lengkap dan bisa dikatakan
kurang safety untuk para pekerjanya.
Kesehatan dan keselamatan kerja untuk karyawan suatu perusahaan itu
sangatlah penting, menimbang hasil yang baik dari perusahaan ini tergantung dari
tingkat produktivitas karyawannya. Banyak alat medis yang kurang di perusahaan
ini. Serta inspeksinya juga kurang rutin dilaksanakan. Untuk itu dari metode
balance scorecard ini hendaknya diputuskan keputusan strategis untuk terus
memperbaiki sistem, menambah jumlah alat medis dan meningkatkan
ketersediaan APD baik itu untuk karyawan maupun pengunjung industri. Serta
lebih terjadwalnya inspeksi yang akan dilakukan di lapangan. Tentunya hal ini
menjadi suatu keputusan strategis karena ini menyangkut hal yang penting dalam
kinerja perusahaan.

Gambar 2.3. Data Kurangnya Fasilitas P3K

Gambar 2.4. Data Kurangnya Fasilitas P3K


Gambar 2.5. Data Fasilitas P3K

Gambar 2.6. Proses Inspeksi

Gambar 2.7. Proses Inspeksi


2.3. Benchmarking pada Perusahaan Bright PLN Batam
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh World Benchmarking
Alliance (WBA) berdasarkan penilaian terhadap komitmen menekan emisi
karbon, PLN terpilih menjadi satu dari 50 perusahaan kelistrikan di dunia.
Kelimapuluh perusahaan tersebut terpilih dari 450 perusahaan energi dunia yang
dinilai, dan dianggap memiliki pengaruh terhadap pencapaian target Perjanjian
Paris untuk memperlambat perubahan iklim. PLN meraih peringkat 28 dunia
mengungguli Tenaga Nasional Berhad, Malaysia (Peringkat 29), Chubu Electric
Pouwer, Jepang (Peringkat 32), Tokyo Electric Power Company, Jepang
(Peringkat 37), Taiwan Power Company (Peringkat 38), Korea Electric Power
Corporation (Peringkat 39) dan Eskom Holdings, Afrika Selatan (Peringkat 41).
Sementara itu, perusahaan listrik Orsted yang berkantor di Denmark meraih
rangking pertama dan menjadi benchmark bagi perusahaan-perusahaan listrik lain
di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki target carbon neutrality di tahun 2040.
Maka dapat diketahui pengaruh dari benchmark terhadap 3 hal yaitu,
Pengaruh dari benchmarking terhadap keunggulan bersaing, Pengaruh dari
keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan, Pengaruh dari Benchmarking
terhadap kinerja perusahaan. dari Pengaruh dari benchmarking terhadap
keunggulan bersaing dapat disimpulkan bahwa benchmarking memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keunggulan bersaing.
Pengaruh yang dihasilkan oleh benchmarking terhadap keunggulan
bersaing adalah positif yang berarti apabila penggunaan benchmarking semakin
tinggi maka akan berakibat semakin tinggi pula keunggulan bersaing. Contoh
implikasinya dalam perusahaan adalah jika perusahaan melakukan benchmark
mengenai kualitas ke perusahaan mitra benchmark, maka dari hasil benchmark
tersebut akan diperoleh informasi mengenai kualitas dan dari informasi tersebut
perusahaan bisa membangun produk yang memiliki kualitas yang lebih baik lagi
sehingga bisa menjadi keunggulan bersaing dari perusahaan tersebut sendiri.
Pengaruh dari keunggulan bersaing terhadap kinerja perusahaan dapat
disimpulkan bahwa keunggulan bersaing memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Pengaruh yang dihasilkan oleh keunggulan bersaing
terhadap kinerja perusahaan adalah positif yang berarti apabila keunggulan
bersaing semakin tinggi maka akan berakibat semakin tinggi pula kinerja
perusahaan. Contoh implikasinya dalam perusahaan adalah jika perusahaan
memiliki keunggulan bersaing di bidang harga dan kualitas, karena perusahaan
dapat membuat produk dengan harga yang kompetitif tetapi dengan kualitas yang
baik, maka penjualan perusahaan (kinerja keuangan perusahaan) tersebut bisa
terus meningkat ke depannya karena konsumen menjadi senang akan produk yang
telah dihasilkan oleh perusahaan tersebut karena memiliki kualitas yang baik
dengan harga yang kompetitif.
Pengaruh dari Benchmarking terhadap kinerja perusahaan dapat
disimpulkan bahwa benchmarking memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja perusahaan. Pengaruh yang dihasilkan oleh benchmarking terhadap kinerja
perusahaan adalah positif yang berarti apabila penggunaan benchmarking semakin
tinggi maka akan berakibat semakin tinggi pula kinerja perusahaan. Contoh
implikasinya dalam perusahaan adalah jika perusahaan melakukan benchmark
mengenai tingkat produktivitas dan cara-cara untuk mencapai tingkat
produktivitas tersebut dari perusahaan mitra benchmark, maka dari hasil
benchmark tersebut akan diperoleh informasi mengenai tingkat produktivitas dan
cara - cara untuk mencapai tingkat produktivitas mitra benchmark tersebut.
Berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut, maka perusahaan dapat
mengevaluasi dan menetapkan tingkat produktivitas yang ingin dicapai dan
perusahaan pun mengetahui cara-cara untuk pencapaian tingkat produktivitas
yang telah ditargetkan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Balanced scorecard merupakan suatu metode penilaian kinerja
perusahaan dengan mempertimbangkan empat perspektif untuk mengukur kinerja
perusahaan yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
proses pebelajaran dan pertumbuhan. Dari keempat perspektif tersebut dapat
dilihat bahwa Balanced ScoreCard menekankan perspektif keuangan dan non
keuangan.
Benchmarking adalah suatu cara yang sangat sistematis atau suatu upaya
penilaian performa pada layanan, produk atau proses perusahaan dengan
membandingkannya dengan layanan, produk atau proses dari kompetitor lain yang
dinilai lebih baik dari perusahaan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa pada
perusahaan ini rata-rata untuk perspektif aspek dengan metode balance
scorecardnya relatif baik. Benchmark yang dilakukan juga atas dasar pengurangan
gas emisi karbon yang dilakukan oleh sebuah aliansi benchmark dunia dengan
patokannya yaitu perusahaan listrik yang menduduki peringkat 1dengan
pengelolaan emisi gas rumah kaca terbaik.
3.2. Saran
Berdasarkan pemaparan dan kesimpulan diatas maka penulis
menyarankan bahwa:
1. Sistem pengukuran kinerja dengan metode balance scorecard
sebaiknya tidak hanya dipandang sebagai alat ukur kinerja semata,
tetapi yang lebih penting adalah juga dipandang sebagai instrument
strategis bagi pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
2. Benchmark yang dilakukan sebaiknya rutin agar bisa dijadikan
sebagai bahan evaluasi untuk perusahaan guna meningkatkan
produktivitas perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Andersen, B., & Pettersen, P. 1996. The Benchmarking Handbook. London:
Chapman & Hall.
Gasperz, V. 2002. Balanced Scorecard dengan Six Sigma. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard. Jakarta: Salemba Empat.
Rahman, T. 2013. Benchmarking. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Sari, Maya dan Tika Arwinda. 2015. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat
Pengukuran Kinerja Perusahaan PT. Jamsostek Cabang Belawan. Jurnal
Riset Akuntansi dan Bisnis. Volume 15 Nomor 1. Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai