Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dunia pertambangan sebagai arena yang akan ditekuni mahasiswa teknik


pertambangan selalu berkaitan erat dengan berbagai hal yang membutuhkan
ketekunan dan keakuratan tinggi, baik menyangkut hal ekonomis maupun teknis.
Kemajuan kinerja akan mempengaruhi tingkat produksi, yang selalu menjadi titik
acuan untuk selalu menjadi lebih baik. Fakultas Teknik Mineral Teknik
Pertambangan (FTM-ISTP) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
menindak lanjuti permasalahan ini dengan mengadakan Kerja Praktek (KP) . KP
merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa jurusan Teknik Pertambangan FTM
untuk ISTP. menyelesaikan studinya. Selain sebagai mata kuliah wajib, KP juga
merupakan kegiatan yang memberikan dampak positif bagi mahasiwa.
Melalui KP mahasiswa dapat mengimplemantasikan teori-teori yang telah
didapatkan selama perkuliahan. Mahasiswa juga akan dapat membandingkan
antara teori dengan praktik di lapangan, jika terjadi perbedaan mahasiswa dapat
melakukan analisa perbedaan itu bisa terjadi.
Pabrik peremuk batuan merupakan suatu usaha untuk menghasilkan produk
pecah dengan ukuran tertentu. Mengingat semakin berkembangnya pembangunan
sector real saat ini yang ditandai dengan pesatnya pembangunan yang dilakukan,
maka pabrik peremuk batuan yang ada dituntut untuk dapat memenuhi
perkembangan pasar dengan pengoperasian pabrik seoptimal mungkin.
Pada prosesnya, peremukan batuan banyak mengalami kendala, salah satunya
adalah distribusi produk yang dihasilkan. Pada akhirnya sasaran produksi yang
diharapkan tidak dapat terpenuhi serta kurangnya efesiensi kegiatan diunit
peremukan. Dengan membandingkan kapasitas teoritis dengan kapasitas nyata
peralatan pada pengelolaan batu pecah maka dapat diketahui efektifitas dari tiap-
tiap unit peralatan yang digunakan. Mengacu pada kondisi tersebut, maka
produktifitas unit peremukan batu pecah saat ini belum memenuhi sasaran
produksi yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan peningkatan produksi nyata
terhadap proses peremukan batu pecah agar produksi perusahaan dapat meningkat

1
dan sasaran produksi tercapai. Peremukan batuan pada prinsipnya bertujuan
mereduksi material untuk memperoleh ukuruan butir tertentu melalui alat
peremuk dan pengayakan. Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan
dengan 3 tahap yaitu : Primary Crushing, Merupakan peremukan tahap pertama,
alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan
Gyratory Crusher, Umpan material yang digunakan biasanya berasal dari hasil
penambangan dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan ukuran setting antara 30
mm sampai 100 mm.

Fine Crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing,


alat yang digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills.
Umpan material yang biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm. Sekarang yang
diperlukan perusahaan pertambangan adalah meningkatkan produksi perusahaan
agar dapat memenuhi permintaan pasar, salah satunya adalah dengan
meningkatkan produktivitas dengan konsep-konsep dan strategi yang tepat agar
dapat menghasilkan produk yang maksimal.

1.2.Maksud Dan Tujuan

1.2.1. Maksud

Adapun maksud dilakukannya penelitian ini yaitu:

1. Mendeskripsikan proses kegiatan peremukan batuan


2. Mendeskripsikan tahapan-tahapan kegiatan peremukan batuan
3. Mendeskripsikan dan menentukan alat apa saja yang digunakan dalam
aktivitas peremukan batuan

1.2.2. Tujuan

Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut :

1. Melihat dan menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama


perkuliahan secara langsung dilapangan dan membandingkannya dengan
keadaan dilapangan.

2
2. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan pihak
perusahaan, terutama adalah Jurusan Teknik Pertambangan.
3. Mengamati proses kegiatan peremukan batuan
4. Memenuhi mata kuliah kerja praktek menurut ketentuan kurikulum pada

jurusan teknik pertambangan Institut Sains dan Teknologi T.D Pardede

1.3. Rumusan Masalah


Bagimana proses kegiatan peremukan batuan di PT. Makmur Alam Sei Wampu?

1.4. Batasan Masalah


Pada laporan Kerja Praktek ini penulis hanya membatasi masalah pada
efektifitas peralatan pengolahan yang digunakan seperti excavator, wheel loader,
dump truck. Dan bahan yang digunakan adalah batu spilit yang diambil dari
Pantai Bahorok Langkat, Pantai Piahan Langkat, dan Pantai Muga Langkat.

1.5. Pengambilan Data

Pengambilan data yang di lakukan adalah dengan metode observasi yaitu


suatu usaha untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan
prosedur yang standar melalui pengamatan, pengukuran dan perhitungan. Dalam
pengambilan data-data adalah sebagai berikut:

a. Data primer yaitu pengambilan data secara langsung dilapangan seperti, batu
spilit pengukuran berat jenis
b. Data sekunder yaitu pengambilan data tanpa secara langsung kelapangan
seperti, data topograpi , data kwalitas batu spilit, data pengeboran, data
staus kawasan, data geotek.

1.6. Pengolahan Data

Pengolahan data yaitu dengan melakukan beberapa perhitungan dan


penggambaran. Selanjutnya disajikan dalam bentuk table, grafik dan rangkaian
perhitungan dalam suatu proses tertentu.

3
1.7. Waktu Dan Lokasi

Waktu untuk melakukan Kerja Pratek adalah mulai 2 Juni 2022 sampai
dengan 2 Juli 2022. Lokasi dilakukannya Kerja Praktek ini adalah di PT. Makmur
Alam Sei Wampu. Merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang
kontruksi yang berlokasi di Dusun VIII Kepuh Nauli Tandem, Binjai , Kabupaten
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.

4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Perusahaan

PT Makmur Alam Sei Wampu adalah berdiri sejak tahun 2017, perusahaan
ini bergerak dalam bidang crusher (peremuk batuan). Perusahaan ini dipimpin
oleh 4 orang yaitu Bapak Hantek, Bapak Pardiking, Bapak Juan Antonius, dan
Bapak Lajuardi. Selama ini aspek finansial memegang peranan yang penting
dalam mengukur kinerja perusahaan, terfokusnya pada aspek finansial inilah yang
sering membuat perusahaan terjebak pada orientasi pencapaian keuntungan dalam
jangka waktu yang pendek. Terus menurunnya target pencapaian perusahaan
menandakan bahwasannya ada hal yang salah dengan performance perusahaan.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan maka perlu digunakan
metode perbaikan performance perusahaan. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Integrated Performance
Measurement System (IPMS) yang mengidentifikasikan kebutuhan pemangku
kepentingan (stakeholder requirements) untuk menentukan indikator kinerja
perusahaan untuk penilaian kinerja perusahaan yang dikombinasikan dengan
AHP, OMAX dan Traffic Light System digunakan untuk menentukan KPI yang
akan menjadi prioritas dalam perbaikan yang akan dilakukan oleh pihak
perusahaan.

Pada tahun 2022 terjadi perpecahan antara pengurus pemilik perusahaan, dan
dilakukan persidangan yang dimana hasilnya terpilih 2 orang pemilik perusahaan
yaitu bapak Juan Antonius dan bapak Lajuardi, dengan syarat mengembalikan
dana atau ganti rugi untuk dana awal pembangunan PT MAS dan mulai beroperasi
kembali di bulan Mei 2022.

System dengan metode OMAX dan Traffic Light System diketahui pencapaian
perusahaan secara keseluruhan memperoleh nilai kinerja sebesar 6,797% yang
berarti kinerja perusahaan berada pada kategori baik.

5
2.2. Sruktur Kepengurusan di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Dalam rangka mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki dan menangkap


peluang yang ada, diperlukan suatu struktur organisasi yang dinamis dan adaptif
dalam mengahadapi persaingan usaha yang kompetitif. Struktur organisasi
perusahaan telah disusun sedemikian rupa untuk mampu mengantisipasi
kebutuhan dan perkembangan organisasi baik untuk saat ini maupun untuk masa
depan. Penyusunan ini telah dilakukan atas dasar spesifikasi lengkap dengan
fungsi yang melekat agar mampu mendukung pencapaian target secara optimal
dan dapat dipertanggung jawabkan. Struktur organisasi PT. Makmur Alam Sei
Wampu dapat dilihat di bawah ini.

Gambar 2.1. Sruktur Organisasi di PT. Makmur Alam Sei Wampu

6
2.2.1. Job Description
1. Pemilik Perusahaan (Owner) merupakan seseorang yang memegang saham
lebih dari 50% dari seluruh saham yang beredar. Selain itu juga disebut
sebagai pemilik perusahaan atau komisaris utama. Owner juga memiliki
tanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan dan mempunyai
wewenang penuh dalam mengatur perusahaan.
2. Manager merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan
usaha yang bertujuan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya
3. Kepala Produksi merupakan seseorang yang bertanggung jawab dan
mengawasi pelaksanaan proses produksi, mulai dari bahan baku awal
sampai menjadi barang jadi.
4. Sekretaris merupakan seseorang yang membantu pemimpin untuk
melakukan pekerjaan kesekretariatan dalam kegiatan tulis menulis, catat
mencatat, menyusun laporan untuk rapat dan menyusun jadwal kegiatan.
5. Bendahara merupakan unsur didalam organisasi yang membantu kepala
atau ketua untuk melakukan pengelolaan keuangan beserta aktivitas terkait
keuangan.
6. Mekanik merupakan seseorang yang ahli dalam bidang mesin.
7. Operator loader merupakan seseorang yang mampu mengoperasikan wheel
loader secara benar dan aman, melaksanakan perawatan harian sesuai
petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.
8. Operator panel merupakan seseorang yang mampu mengoperasikan
kegiatan alat crusher.
9. Security merupakan satuan pengamanan yang sering disebut dengan
satpam.

2.3 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi PT MAS berada di Dusun VIII Kepuh Nauli Tandem, Binjai,


Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Letak geografis PT MAS
adalah 03 LU sampai 3 LU dan 98 BT sampai 98
BT. Batas-batas wilayah kecamatan adalah :

7
Sebelah Utara : Kota Stabat
Sebelah Selatan : Kec. Mencirim
Sebelah Timur : Kec. Diski
Sebelah Barat : Kec. Bahorok

Lokasi PT MAS memiliki bentuk fisiografi yang beragam, mulai dari tanah
datar, tanah bergelombang, hingga bentuk sungai. Lokasi PT MAS dapat
ditempuh dangan jalur darat. Dapat ditempuh dengan mengendarai motor dengan
jarak 19 km dari Medan melalui Diski dengan waktu tempuh antara 1 jam.

Nama daerah PT.MAS Batas daerah Jalan raya Aliran sungai

Gambar 2.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

8
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Crusher
Crusher merupakan mesin yang di rancang untuk memecahkan batu-batu
besar menjadi batu-batu kecil, krikil, atau debu. Setiap batuan dari alam (quarry)
memiliki ukuran yang besar sehingga perlu dilakukan pemecahan terhadap batuan
tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan aspal, beton dan
lain-lain. Untuk mendapatkan kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan
ukuran yang diharapkan maka diperlukan suatu alat untuk memecahkan material
tersebut. Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan dengan 3 tahap
yaitu :
3.1.1. Primary Crusher.
Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya digunakan
pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Material yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1500
mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari
produk peremukan material tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm.

3.1.1.1. Jaw Crusher


Alat peremuk jaw crusher merupakan alat yang mempunyai 2 buah rahang (jaw),
yang satu dalam keadaan bergerak (swing jaw) sedangkan yang satu lagi tetap
(fixed jaw). Berdasarkan mata gigi (jaw) dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Jaw primary ( hasil rasio peremukan 5 cm)
2) Jaw secondary ( hasil rasio peremukan 4 cm)
Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain
dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan.

9
Gambar 3.1. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu

1) Pecahnya batuan dari Double Jaw Crusher karena adanya :


a) Daya tahan batuan lebih kecil dari gaya yang menekan.
b) Nip angle.
c) Resultan gaya yang arahnya ke bawah.
2) Gaya-gaya yang ada pada double jaw crusher, adalah :
a) Gaya tekan : gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun yang
bergerak menekan batuan
b) Gaya gesek : gaya yang bekerja pada permukaan antara rahang diam
maupun rahang ayun dengan batuan
c) Gaya gravitasi : gaya yang bekerja pada batuan sehingga mempengaruhi
arah gerak material kearah bawah.
d) Gaya menahan : gaya tahan yang dimilki batuan atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam. Batuan akan pecah
dengan hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan akan pecah dengan
hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan
ataupun tarikan, sebaliknya akan halus jika pecahnya batuan tersebut
disebabkan akibat gesekan.
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultan gaya
akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan.
Tapi jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ke
atas saja.

10
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Double Jaw Crusher :
a) Lebar lubang bukaan.
b) Variasi dari throw.
c) Kecepatan.
d) Ukuran umpan.
e) Ketahanan batuan
f) Dua Tenaga peremuk
g) Kapasitas
h) Reduction ratio (RR).

Reduction ratio merupakan perbandingan antara ukuran umpan dengan


ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 5
cm, sedangkan untuk secondary crushing adalah 4 cm.
Kegunaan Double Jaw Crusher adalah untuk memecahkan bongkahan batu
yang sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian
yang tidak bergerak, gerakannya seperti rahang yang sedang menguyah.

Penghancuran akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material
yang dihancurkan. Untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cara mengatur bukaan (feed).

A. Kapasitas Produksi Jaw Crusher


Kapasitas Double Jaw Crusher dipengaruhi oleh kekerasan dan juga kuat tahan
batu. kapasitas produksi Double Jaw Crusher dapat dihitung dengan menggunakan
pendektan rumus Currie sebagai berikut.

TR =

Keterangan :
TR = Kapasitas jaw crusher, ton
Kc = Faktor kekerasan batuan
Km = Faktor kandungan air,
Kf = Faktor pengumpan material
Ta = Kapasitas desain alat peremuk, ton

11
B. Efisiensi Kerja Jaw Crusher
Eisiensi kerja Double Jaw Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara nyata dengan kapasitas yang seharusnya dicapai.
Secara matematisnya dapat di hitung dengan rumus :

Ecr =

Keterangan :
Ecr = Efesiensi kerja premuk batu ,%
Tn = Berat keseluruhan alat jaw crusher, ton
Ta = Kapasitas desain jaw crusher, ton

C. Energi Input Peremuk Batu


Energi input merupakan energi yang dibutuhkan peremuk batu untuk dapat
mereduksi ukuran batuan, dapat dihitung dengan rumus.

W=

Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan, Kw/ton
Wi = Indeks batu split kerja, ton.
F = ukuran hasil dari ayakan, mm
P = ukuran yang masuk ke Cold Bin, cm

3.1.1.2. Gyratory Crusher


Pada mesin crusher ini material diperoleh secara pressure dan rubbing
(menggesek) yaitu dengan memasukkan batu kedalam rongga diantara dua
kerucut, dimana bentuk kerucut bagian luar makin kebawah makin mengecil,
sedangkan kerucut yang ada didalamnya semakin kebawah semakin membesar,
sehingga rongga diantara kedua kerucut menyempit. Kerucut dibagian dalam akan
berputar secara eksentik yang digerakkan oleh motor dengan perantara roda gigi
reduksi sehingga batu yang dimasukkan akan pecah akibat tekanan dan gesekan
yang disebabkan oleh putaran kerucut tersebut karena permukaan akan saling
berdekatan. Faktor yang mempengaruhi grygatory crusher yaitu, ukuran butir,
kandungan air dari feed, kecepatan putaran, dan Gape.

12
3.1.1.3. Impact Crusher
Impact crusher (pemecah tipe pukulan), penggunaan dengan abrasi lebih
rendah. Terdapat dua jenis, yaitu impact breaker dan hammer mill. Keduanya
mempunyai prinsip sama, perbedaan terletak pada jumlah rotor dan ukurannya.
Impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan ukurannya lebih besar
daripada hammer mill. Impact breaker menghasilkan produk berbentuk kubus
yang semula berupa batu lempengan, meningkatkan kualitas agregat dan
mempertinggi kapasitas plant.

3.1.2. Secondary Crusher


Merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan adalah
Jaw Crusher ukuran kecil, Gyratory Crusher ukuran kecil, Cone Crusher,
Hammer Mill dan Rolls. Umpan yang digunakan berkisar 150 mm, dengan ukuran
antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk terbesar yang dihasilkan adalah 75 mm.

3.1.2.1. Cone Crusher


Mesin Cone Crusher terdiri dari bingkai, perangkat transmisi, hollow
eccentric shaft, bearing berbentuk mangkuk, penghancur berbentuk kerucut,
springs dan tempat pengaturan tekanan hidrolik untuk mengatur discharging
opening.
Selama masa pengoperasian, motor menjalankan eccentric shaft shell untuk
berbalik melalui poros horizontal dan sepasang bevel gear. Poros dari crushing
cone berayunan dengan kekuatan eccentric shaft shell sehingga permukaan dari
dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini, batu split akan tertekan dan kemudian hancur.
Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu
pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran
aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan
kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka
diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang
digunakan adalah crusher.

13
Gambar 3.2. Cone Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Cone Crusher digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan


jalan, kimia dan industri fosfat. Cone Crusher tepat untuk batu dan bijih keras dan
setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur, kuarsa, granite,
gritstone, dan sebagainya. Tipe dari lubang crushing disesuaikan dengan batuan.

A. Keunggulan dari Mesin Cone Crusher


a) Tingkat produksi tinggi, kualitas tinggi.
b) Mesin kurang menghentikan waktu.
c) Mudah dalam perawatan dan rendah biaya

B. Kapasitas Produksi Cone Crusher


Kapasitas yang dihitung berdasarkan spesifikasi dari alat tersebut secara
aktual dan dihitung dari hasil ukuran Cone Crusher. Dengan rumus :

Kc =

Keterangan :
Kc = Kapasitas Cone Crusher, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
F = Ukuran dari hasil cone cruher, cm

14
C. Efesiensi Kerja Cone Crusher
Efesiensi kerja Cone Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :

Ec = x 100%

Keterangan :
Ec = Efesiensi kerja Cone Crusher,%
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton

3.1.2.2. Roll Crusher

Roll Crusher adalah type crusher dengan sistem gilas rotary dengan
kecepatan rpm yang realatif lebih rendah dari impact crusher yaitu sekitar 300
rpm dan memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Unjuk kerja dari
mesin Roll Crusher ini bergantung pada jenis / kualiatas material gigi gilasnya,
ukuran shaft dan ukuran Roda nya, yang semuanya harus disesuaikan dengan raw
material dan target kapasitas produksi.
Roll Crusher biasa banyak digunakan didunia pertambangan, yaitu untuk
menghancurkan batuan dengan tingkat kekerasan dan keuletan yang relatif
rendah, seperti batu bara, batu kapur, bahan semen, batu tembaga, belerang, dan
sebagainya. Roll Crusher hanya akan menghancurkan materi ke ukuran partikel
minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).
Roll crusher digunakan sebagai crusher sekunder atau crusher terseier
setelah batuan melewati crusher tipe lain yang berfungsi sebagai crusher primer.
Roll crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll digunakan untuk
memecahkan batuan yang lembap dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk
memecahkan batuan yang abrasive. Kapasitas roll crusher tergantung pada jenis
batuan, ukuran crusher primer, ukuran batuan yang diinginkan, lebar roda dan
kecepatan roda berputar.

15
3.1.2.3. Hammer Mill
Hammer mill (pemecah tipe pukulan), digunakan untuk batu kapur
berkualitas tinggi dengan kadar abrasif kurang dari 5% menghasilkan material
halus dalam jumlah besar. Hammer mill menerima feed material berukuran
sampai dengan 20 cm. Crusher ini digunakan untuk memecah batu yang memiliki
sifat non abrasive dengan strength ultimate 1500 kg/cm2. Cara kerja dari crusher
ini adalah batu dipecah dengan cara pemukulan yang dilakukan oleh flail yang
berputar, batu yang terkena pukulan akan menumbuk dinding yang disebut dengan
braker plate, yang akan memecahkan batu untuk kedua kalinya. Hal tersebut
berlangsung berulang-ulang sehingga batu pecah berukuran cukup kecil dapat
keluar dari bawah crusher melewati saringan.

3.1.3. Pemecah Tersier (Tertiary Crusher)

Merupakan tahap kelanjutan dari Secondary Crushing, alat yang digunakan


adalah Cone crusher. Umpan yang biasanya digunakan adalah material yang tidak
lolos ayakan (vibrating Screen). Tertiary Crusher dapat di bagi menjadi 3 jenis
yaitu Roll Crushing, Rod Crusher, dan Ball Crusher.

3.1.3.1. Roll Crusher

Roll Crushing mempunyai bermacam-macam bentuk antara lain berbentuk


rata, bergelombang atau beralur. Batu yang masuk kedalam crusher jenis ini akan
pecah karena adanya tekanan serta kikisan dari kedua roll tesebut. Untuk
memperoleh ukuran dari batu pecah yang di inginkan dapat dilakukan dengan
mengtur jarak antara kedua roll tersebut. Prinsip kerja dari crusher ini adalah
dengan memasukkan batu diantara dua roll yang berlawanan.

3.1.3.2. Ball Crusher

Ball mill (pemecah tipe bola), mendapatkan material yang lebih halus.
Dalam praktek di lapangan, pekerjaan crusher dilakukan hanya sampai pada tahap
kedua. Tipe crusher yang dipakai umumnya menggunakan tipe jaw to jaw, yaitu
jaw pertama sebagai primary crusher untuk pemecahan tahap pertama, jaw kedua
sebagai secondary crusher guna pemecahan tahap kedua, disebabkan oleh

16
konstruksi sederhana, tenaga relatif kecil dan ekonomis, kapasitas produksi besar
tergantung lebar bukaan pada jaw dan ukuran butir yang dikehendaki.

3.2. Jenis-jenis Batuan


Batuan merupakan hasil dari pembentukan ilmiah. Dari proses
pembentukannya, umumnya batuan dibagi menjadi tiga yaitu, batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorf.

3.2.1. Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan sebagai hasil kristalisasi dari larutan magma yang
mendingin. Magma adalah batuan pijar yang terdiri dari tiga atau lebih komponen
lelehan cair silikat, kristal padat, dan gelembung gas. Magma yang membeku di
bawah permukaan bumi akan menghasilkan batuan intrusi, sedangkan magma
yang membeku di permukaan bumi menghasilkan batuan ekstrusif. Umumnya
magma terbentuk akibat dari lelehan sebagian batuan/lapisan pada mantel bumi
bagian atas. Pelelehan batuan dapat terjadi karena perubahan 3 parameter dasar
yaitu, tekanan, temperatur/suhu, dan komposisi kimia. Magma akan keluar dari
dalam bumi melalui pluton. Pluton sendiri terbagi menjadi beberapa saluran
tergantung dari ukuran dan posisinya seperti, dike, sill, laccolith, dan lain-lain.

3.2.1.1. Macam-macam Batuan Beku


Ada 3 macam batuan baku yaitu batuan beku dalam , batuan gang , batuan beku
luar.
1. Batuan Beku Dalam
Batuan beku dalam Merupakan jenis batuan beku yang terbentuk dari hasil
pembekuan magma yang jaraknya sangat jauh dari permukaan bumi
(>45km dibawahpermukaanbumi),dengan
proses pembekuan yang sangat lambat sehingga kristal kristalnya terbentuk secara
sempurna. Contoh batuan beku dalam yaitu granit, dorit, gabro, dan pagmatite

17
2. Batuan Beku Gang
Batuan beku gang merupakan jenis batuan beku yang pembekuan magmanya
didalam celah-celah kerak bumi atauapun rongga-rongga yang menuju ke
permukaan bumi, dengan proses pembekuan yang cukup sehingga kristal-kristal
pembentukannya tidak sempurna pada batuan beku dalam. Contoh batuan beku
gang yaitu batu profir granit, batu profir gabro, batu profir syenit, dan batu granit
fosfir.

3. Batuan Beku Luar


Batuan beku luar merupakan jenis batuan beku yang pembekuan magmanya di
permukaan bumi sehingga proses pembekuannya sangat cepat sehingga kristal
yang terbentuk cenderung kecil atau bahkan tidak terjadi kristal. Contoh batuan
beku luar yaitu batu andesit, batu basalt, batu obsidian, batu apung, batu riolit,
batu tuff, batu scoria.

3.2.2. Batuan Sedimen


Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun
organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang
kemudian mengalami pembatuan.

3.2.2.1. Macam-Macam Batuan Sedimen


Batuan sedimen terdiri dari 4 jenis yaitu batuan sedimen klasik, batuan sedimen
biokimia, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen vulkanis.
1. Batuan Sedimen Klasik
Batuan sedimen klasik merupakan jenis batuan yang terdiri dari silikat dan
beberapa fragmen batuan yang diangkut menggunakan sebuah fluida dan
kemudian material yang diangkut oleh fluida ini akan terhenti, di mana fluida ini
juga terhenti. Bentuk dan ukuran dari batuan sedimen klasik dibedakan lagi sesuai
skala ukuran partikel yang mendominasi dan menggunakan ukuran skala butir.
Contoh batuan sedimen klasik yaitun breksi, konglomerat, batu pasir.

18
2. Batuan Sedimen Biokimia
Batuan sedimen biokimia terdiri dari berbagai organisme, biasanya merupakan
organisme mikro yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat
tertentu dan membentuk sebuah batuan. Contoh batuan sedimen biokimia yaitu
batu gamping, batubara.

3. Batuan Sedimen Vulkanis

Batuan sedimen vulkanis terbentuk karena adanya arus piroklastik, breksi


vulkanik, breksi impact, dan proses lainnya yang jarang sekali ditemukan. Contoh
batuan sedimen vulkanis yaitu breksi dan anglomerat.

4. Batuan Sedimen Kimia

Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuah kejadian
ketika kumpulan material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan
mineral di dalam larutannya menjadi jenuh dan membeku dengan proses
anorganik atau secara kimiawi. Contoh dari batuan sedimen kimia yang paling
banyak ditemukan, yaitu batu gamping, dolomite dan batuan lain yang
mengandung evaporit, seperti silvit, halit, barit, serta gypsum.

3.2.3. Batuan Metamorf

Batuan metamorf atau malihan merupakan jenis batuan yang berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku. Batuan ini merupakan hasil transformasi dari
suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya, atau biasa disebut dengan
metamorfosis. Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau
fisika yang cukup besar.

3.2.3.1. Macam-Macam Batuan Metamorf

Batuan metamorf terdiri dari 4 macam yaitu batuan metamorf kontak, batuan
metamorf regional, batuan metamorf katalakstik, batuan metamorf tindihan.

19
1. Batuan Metamorf Kontak

Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan yang mengalami proses


metamorfisis akibat adanya suhu yang sangat tinggi. Suhu ini berasal dari
aktivitas magma yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna
batuan. Contoh batuan metamorf kontak yaitu batu marmer, batolit, lakolit, dan
batuan sill.

2. Batuan Metamorf Regional

Batuan metamorf regional merupakan sebuah kumpulan batuan metamorf


dalam ukuran yang cukup besar dan luas. Sebagian besar batuan di bawah kerak
bumi merupakan batuan metamorf yang mengalami proses metamorfosis. Contoh
batuan metamorf regional yaitu basalt, tuff.

3. Batuan Metamorf Katalakstik

Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi,
ketika ada dua lempeng yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas
yang sangat tinggi.

4. Batuan Metamorf Tindihan

Batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang tertimbun dalam
kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat
drastis. Batuan ini bisa berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi
perubahan suhu dan tekanan yang terjadi secara terus menerus. Contoh batuan
metamorf tindihan yaitu batu zeolit.

3.3. Peralatan Alat Unit Peremuk di PT. Makmur Alam Sei Wampu
Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah
sebagai berikut:
3.3.1. Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan mencegah

20
bongkahan oversize masuk ke jaw crusher, bongkahan oversize harus dipecah
dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.

Gambar 3.3. Cold Bin


3.3.1.1. Kapasitas produksi Cold Bin
Vol = P x L x T
Keterangan :
Vol = Volume Cold Bin sekali tampung, m3
T = Tinggi Cold Bin, m
L = Lebar Cold Bin, m
P = Panjang Cold Bin, m

3.3.2. Vibrating Feeder


Vibrating feeder adalah salah satu unit pada proses peremukan yang
berfungsi untuk menampung material dari cold bin dan mengalirkan material
umpan menuju jaw crusher. Feeder adalah alat pengumpan material dari hopper
ataupun dari ROM ke unit peremuk atau ke atas belt conveyor dengan kecepatan
konstan. Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari
hopper menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang konstan,
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah terjadinya
penumpukan batuan atau tidak ada umpan di dalam hopper.

21
Gambar 3.4 Vibrating Feeder di PT.MAS

3.3.3. Ayakan Guli B


Tujuan dari ayakan Guli B adalah memisahkan umpan menjadi dua atau
lebih produk dalam ukuran yang berbeda. Parameter utamanya adalah ukuran
partikel.

Gambar 3.5. Ayakan Guli B

3.3.4. Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
stockpile antara lain:
a. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan
distribusi kecil (berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran
maksimal derajat material. Keseragaman ukuran-ukuran material dapat
diperoleh melalui proses pengayakan.

22
b. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar (oversize).
Tujuan dilakukannya proses screening adalah :
a. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
b. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
c. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
d. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
e. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.

3.3.4.1. Kapasitas Produksi Screening


Kapasitas yang dihitung berdasarkan spesifikasi dari alat tersebut secara
aktual, dapat dihitung dengan rumus :

Ks =

Keterangan :
Ks = Kapasitas screen, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain screen, ton
P = Panjang alat screen, m
L = Lebar alat screen, m

3.3.4.2. Efesiensi Kerja Screening


Efesiensi kerja Screen adalah faktor yang menunjukan kemampuan produksi
yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :

Es = x 100%

Keterangan :
Es = Efesiensi kerja screen,%
Ta = Kapasitas desain screen, ton

23
Ks = Kapasitas produksi screen, ton

Faktor yang mempengaruhi kapasitas produksi ayakan getar adalah :


a. Luas ayakan
b. Ukuran lubang ayakan
c. Kedudukan ayakan
d. Distribusi ukuran umpan
e. Kondisi umpan

Gambar 3.6 Screening di PT.Makmur Alam Sei Wampu

3.3.5. Belt Conveyor


Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Belt Conveyor digerakkan oleh motor
penggerak yang dipasang pada head pulley. Belt Conveyor akan kembali ke
tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material
yang didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt Conveyor dan
berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt
Conveyor harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada Belt
Conveyor.

24
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor adalah :
a. Sifat fisik dan keadaan material.
b. Keadaan topografi.
c. Jarak pengangkutan.
d. Produksi.

3.3.5.1. Kapasitas Produksi Belt Conveyer

Qt =

Keterangan:
Qt = Kapasitas produksi Belt Conveyer, ton
A = Luas penampang melintang Rdi atas belt, m2
V = Kecepatan translasi belt berjalan, m/s
Bi = Berat material, kg
S = Ukuran material, cm

3.3.5.2. Kondisi Berjalan (Kb)


Dihitung dengan rumus :

Kb =

Keterangan
Kb = Kapasitas ban berjalan dalam kondisi berjalan, ton
Bi = Berat material, kg
V = kecepatan translasi belt berjalan, m/s

Komponen-komponen ban berjalan (Belt Conveyer) adalah sebagi berikut :


a. Drive unit (Motor penggerak belt)
b. Jib dan selivery unit (penggerak belt)
c. Tail end atau return end (yang digerakkan)
d. Idier (menahan belt)

3.3.5.3. Efisiensi Kerja ban berjalan (Belt Conveyer)

25
Efisiensi produksi ban berjalan (Belt Conveyer) adalah faktor yang
menunjukkan perbandingan kapasitas produksi dengan kapasitas kondisi Belt
Conveyer dalam kondisi berjalan yang dapat dicapai secara aktual. secara
matematisnya dapat dihitung dengan rumus:
Ebc = Qt / Kb x 100%
Keterangan :
Ebc = Efisiensi kerja Belt Conveyer,%
Qt = Kapsitas produksi Belt Conveyer, ton
Kb = Kapasitas Belt Conveyer dalam kondisi berjalan , ton

Table 3.1 Belt Conveyor PT Makmur Alam Sei Wampu

No BC CV (Conveyor) Lebar / width Panjang / length


BC 1 001 110 cm 13 m
BC 2 002 100 cm 12 m
BC 3 003 110 cm 6m
BC 4 004 100 cm 10 m
BC 5 005 110 cm 7m

Gambar 3.7 Belt Conveyer di PT.Makmur Alam Sei Wampu

3.3.6. Control Panel


Control panel biasanya dilengkapi dengan tombol yang dapat menggerakkan
unit peremuk batu dan mengoperasikan dengan tombol turn on. Hal ini bertujuan
agar control panel dan unit peremuk saling berhubung dan aman untuk digunakan.

26
Gambar 3.8 Control Panel di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Faktor-faktor yang mempengaruhi control panel sebagai berikut :


1. Biaya alat
2. Perawatan
3. Lokasi alat
4. Kinerja alat sebagai pendukung
5. Tegangan atau arus listrik
6. Keahlian operator dalam penggunaan
7. Keselarasan antara control panel dan alat peremuknya

3.3.7. Wheel Loader


Wheel Loader adalah alat yang sering digunakan untuk pengangkutan batu
split dari ROM ke truck hino 130 DT lalu di pindahkan ke mesin peremuk batuan
(crusher). Pada unit peremuk hanya menggunakan 1 unit Wheel Loader Komatsu
WA 300 di lapangan.

Gambar 3.9 Wheel Loader Komatsu WA 300

27
Faktor-faktor dalam penentuan produktivitas Wheel Loader sebagai berikut:
1. Kondisi material
2. Tipe bucket dan kapasitasnya
3. Area untuk pergerakan Wheel Loader
4. Waktu siklus loader
5. Waktu efisiensi loader

3.3.7.1. Produktivitas Wheel Loader


Prod = uk.bucket x x BFF x waktu efisiensi

Keterangan :
Ukuran bucket = Ukuran bucket Wheel Loader
CT Wheel Loader = LT + HT + DT + RT
BFF = faktor pemuatan bucket
Waktu efisiensi = waktu normal kerja perjamnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas Wheel Loader sebagai berikut:
1) Berat mesin
2) Lokasi alat
3) Power alat

3.3.7.2.Kapasitas Wheel Loader Sebagai Alat Pemasuk Umpan

Kaps. Loader =

3.3.7.3.Kapasitas ukuran bucket Wheel Loader


V=

Keterangan :
V = Kapasitas ukuran bucket, ton
P = Panjang bucket, m
L = Lebar bucket, m
T = Tinggi bucket,

28
3.3.8. Excavator Hitachi ZX 200

Excavator hitachi ZX 200 adalah alat yang sering digunakan untuk


pengangkutan batu split dari ROM ke truck hino 130 DT lalu di pindahkan ke
mesin peremuk batuan (crusher). Pada unit peremuk hanya menggunakan 1
excavator hitachi ZX 200 di lapangan.

3.3.8.1. Kapasitas Excavator Sebagai Alat Pemasuk Umpan

Kapasitas Excavator =

3.3.8.2. Produktivitas Excavator

Produktivitas Excavator =

Gambar 3.10. Excavator Hitachi ZX 200

3.4. Alat Pendukung

Alat pendukung agar berjalannya proses produksi dengan lancar dan yang
menjadi faktor pendukung sebagai penggerak dan penyambung pada unit peremuk
batu. Faktor-faktor yang mempengaruhi alat pendukung sebagai berikut :
1. Biaya alat
2. Perawatan perharinya
3. Lokasi alat
4. Kinerja alat sebagai pendukung

Alat pendukung antara lain :


4. Genset Nippon Saryo Nes 36

29
Genset sebagai penggerak unit control panel dan sebagai arus listrik.
Kemampuan genset ini adalah 380 V, dan perawatan genset ini berupa
pengisian bahan bakar 150 L untuk 7 jam/hari dan pengecekan karbulator
yang kotor.

Gambar 3.11 Genset Nippon Saryo Nes 360 PT.Makmur Alam Sei Wampu

3.5. Stockpile

Stockpile adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung material hasil
grinding yang sudah melewati proses pengecilan ukuran atau peremukan,
Stockpile yang dirancang berbentuk lingkaran dapat menampung material siap
produksi sebanyak 1100 ton/hari. Stockpile memiliki lubang bukaan di dasar
lantainya yang berfungsi untuk mengalirkan material secara otomatis
menggunakan gaya gravitasi bumi. Material yang jatuh dari bawah (lubang
bukaan) stockpile akan digunakan untuk campuran pada aspal cair menjadi aspal
hotmix yang siap digunakan untuk kebutuhan pembangunan.

30
Gambar 3.12 Stockpile di PT. Makmur Alam Sei Wampu

3.6.Kondisi Penggunaan Peralatan


Kondisi mekanis dan efektivitas penggunaan peralatan dapat diketahui dari
beberapa pengertian berikut :
1. Availability indek atau mechanical availability adalah untuk mengetahui
kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang sedang digunakan. dapat
dihitung dengan persamaan :

AI = x 100%.

2. Physical availability atau operasional availybility adalah kondisi fisik dari


suatu alat yang sering dipergunakan. Dapat dihitung dengan persamaan :

PA = x 100%

Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
3. Use of availability adalah untuk menentukan persen waktu yang dipergunakan
oleh suatu alat untuk beropersi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan,
dapat dihitung dengan persamaan:

UA = x 100%

Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam

31
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
4. Effective utilization untuk menetukan persen waktu yang dapat digunakan
oleh suatu alat beroperasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Efective
utilization dengan effisiensi kerja alat. Dapat dihitung dengan persamaan :

EU = x 100%

3.7.Hambatan Teknis Pada Unit Peremuk Batu


Pada dasarnya , hambatan teknis pada unit peremuk batu adalah hambatan
komponen yang ditemukan pada unit peremuk batu yang mengalami perbaikan
waktu panjang dan perbaikan waktu pendek.
1. Gangguan pada Belt Conveyer berupa :
3.8.Baut yang kendor
3.9.Karet belt yang sobek harus diganti baru
2. Gangguan pada Jaw Crusher berupa :
3.10. Mata gigi yang aus harus diganti baru
3.11. Longgarnya ban penggerak jaw
3. Gangguan pada ayakan getar berupa :
a. Pengelasan pada batang ayakan
4. Gangguan pada genset berupa :
a. Karbulator yang kotor
5. Gangguan Wheel Loader berupa :
a. Gigi bucket yang aus
b. sheel hydrolic yang bocor

Berdasarkan rumus sebagai berikut :

Ht = x 100%

Keterangan :
Ht = hambatan teknis, (%)

32
3.8.Hambatan Non Teknis pada Unit Peremuk Batu
Hambatan non teknis yang dialami oleh peralatan unit rangkaian peremuk
adalah akibat keterlambatan umpan, akibat batu sangkut. Dalam pengurangan
hambatan non teknis, hambatan cuaca merupakan hambatan yang tidak dapat
diatasi.
Hambatan batu sangkut disebabkan akibat umpan yang masuk pada tempat
umpan (cold bin) berlangsung serempak akibat ditumpahkan langsung oleh wheel
loader sehingga sering menyumbat lubang bukaan cold bin sebelah bawah atau
disebabkan karena umpan bercampur dengan tanah atau sampah pengotor yang
dimasukkan kedalam tempat umpan (cold bin). Hambatan batu sangkut tersebut
dapat diatasi dengan penambahan alat pengumpan yaitu feeder dibawah tempat
umpan (cold bin). Dengan melakukan penambahan alat pengumpan, maka
hambatan akibat batu sangkut dapat diatasi.
Hambatan umpan terlambat disebabkan karena alat pemasuk umpan (Wheel
loader) juga sering diperbantukan mengangkut material lain seperti membatu
mengangkat genset, drum dan alat lainnya, sehingga efektivitas kerja alat
pemasuk umpan tersebut untuk alat pemasuk umpan menjadi rendah. Untuk
mengatasi hambatan umpan terlambat, perlu dilakukan perubahan terhadap waktu
kerja alat angkut untuk mengatasi kerja untuk pengangkutan material.
Pembahasan yang disarankan adalah dengan melakukan pembagian kerja yaitu
untuk kerja pengangkutan material dilakukan pada jam (12.00 wib) selain dari
waktu tersebut alat angkut sepenuhnya bekerja sebagai alat pemasuk umpan.
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Hnt = Total hambatan non teknis (jam)-lama hambatan (jam)
Keterangan :

Hnt = Hambatan non teknis, (%)

3.9.Peningkatan Produksi Unit Peremuk Batu


Berdasarkan hasil yang diketahui pada kapasitas tiap-tiap unit peremuk yang
dicapai akan dikalkulasi dengan waktu kerja normal perhari. Dengan tercapainya
target produksi perhari, pihak perusahaan tidak perlu menambah waktu lembur.
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Tp = Kapasitas tiap-tiap unit / waktu kerja normal perhari

33
Keterangan :
Tp = Peningkatan Produksi, ton/hari

3.10. Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Peremukan Batu Spilit


Kandungan batu split dalam campuran konstruksi bangunan biasanya sangat
tinggi. berdasarkan pengamatan, komposisi batu split berkisar 30%-45% dari berat
campuran aspal cair.
Untuk aspal hotmix batu split sangat berpengaruh besar karena kualitas aspal
hotmix dan umur dari pada aspal hotmix tidak terlepas dari tingkat kepadatan dan
kekerasan batu. Batu split menempati 30-45% volume total dari aspal hotmix,
sifat-sifatnya sangat mempengaruhi kualitas aspal hotmix. Batu split yang baik
seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Keras dan kuat
2. Bersih
3. Tahan lama
4. Massa jenis tinggi
5. Butir bulat
6. Distribusi ukuran butir yang cocok

Dan untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam campuran material batu dengan
aspal cair agar menjadi aspal hotmix antara lain, yaitu :
1. Volume Udara
Volume beban yang tidak terisi penuh oleh campuran aspal cair lainnya,
dengan semakin besar volume udara maka kekuatan semakin berkurang dan
sebaliknya.
2. Volume Padat
Perbandingan antara, berat dengan volume suhu material. Ini juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu sebagai berikut :
a. Kepadatan material, dimana semakin padat suatu material maka volume
akan semakin besar, karena jika suatu material semakin padat rongganya
juga berkurang maka massanya bertambah.
b. Ukuran perbutiran agregat, untuk angregat yang butirnya seragam tidak

34
baik untuk campuran aspal cair karena banyak ruang-ruang kosongnya.
Agregat yang baik adalah agregat yang heterogen bentuknya karena
rongganya semakin sedikit.
c. Suhu/temperatur, jika suhu rendah atau tinggi akan dipengaruhi berat air
tersebut.
3. Berat Jenis
Berat jenis batu split adalah perbandingan antara kuat butir dan berat butiran
terhadap air yang sama. Dimana terbagi atas tiga bagian menurut keadaanya
adalah :
a. Berat jenis kering, perbandingan antara kuat butir dan berat air pada
volume yang sama dimana material.
b. Berat jenis surface reted dry, didapat setelah material sudah kering
dipermukaan,
c. Berat jenis semu, yakni pada seat butir masih benar-benar jenuh baik
porinya maupun permukaanya.

Kekuatan suatu aspal hotmix dipenuhi oleh berat jenis dan daya serap atau
besar absorsi dari agregat yang digunakan untuk campuran aspal cair. Makin keras
agregat makin tinggi jenisnya dan semakin murah daya serapnya.

4. Penyerapan, yakni serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap
oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering, kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam aspal
cair, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak rnendekati kondisi saturated surface
dry, daripada kondisi kering tungka.

5. Kadar air permukaan batu split, yakni banyaknya air terkandung dalam
suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
a. Kadar kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi

35
sedikit mengandung air dalam porinya dan masih menyerap air.
b. Jenuh kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan
agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air.
c. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air
campuran aspal cair.

Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kering tungku dan kondisi saturated surface dry. Jika agregat basah ditimbang
beratnya (w), kemudian dimasak dan dicampur di hot dryer blending dalam
tungku dengan suhu 100°C + 60°C sampai beratnya konstan maka kadar air dapat
diketahui. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menetukan berat jenis dari
aspal hotmix sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat
dalam campuran aspal cair. Hubungan antara berat jenis agregat maka semakin
kecil daya serap air agregat tersebut.
Untuk pengolahan batu spilit hasil dari unit peremuk dapat digunakan
berbagai kontruksi bangunan, contohnya : Aspal hotmix, beton, jalan, bangunan
dan kontruksi lainnya yang didasarkan oleh kuat tekan dan kepadatan dari batu
split tersebut.
Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu batu split
kasar dan batu split halus. Batasan antara batu split kasar dan batu split halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara batu spilit halus dengan batu split kasar.
Batu split kasar adalah batuan yang ukuran butirannya 20 mm, 30 mm. Batu split
halus adalah batuan yang ukuran butirannya 5 mm, 12 mm, 20 mm. Batu split
yang digunakan dalam campuran aspal hotmix biasanya berukurang lebih kesil
dari 30 mm. Batu spilit yang ukurannya lebih besar dari 30 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bendungan dan lain-lain. Dari keterangan di atas disebut dengan agregat,
dimana agregat tersebut terbagi atas dua, yakni : yang lebih halus biasanya
dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, split, batu pecah, kricak dan

36
lainnya. Dan di bawah ini syarat-syarat batu split berdasarkan menurut SII,
ASTM, dan SK SNI :
1. Butirannya tajam, kuat dan keras
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10.

Pengolahan batu split ini juga harus disesuaikan dengan kuat tekan dan tingkat
kekerasannya, dan untuk kuat tekan sekitar 15-40 Mpa, berat jenis, adalah 2,5-2,7
atau tidak boleh kurang dari 1,2 kg/m2.

37
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
4.1. DATA
Proses peremukan pada unit peremuk batuan didukung oleh peralatan
mekanis yang terangkai menjadi satu kesatuan berkelanjutan.

4.1.1. Bahan Baku

Bahan Baku yang tersedia pada perusahaan adalah batu split yang
berukuran mulai dari bongkahan sampai kerikil. Bahan baku ini diambil dari
Pantai Bahorok Langkat, Pantai Piahan Langkat, dan Pantai Muga Langkat.
Bahan baku yang tersedia berukuran antara 9 cm sampai 21 cm dan umumnya
berbentuk bulat lonjong, sedangkan alat yang digunakan pada aktivitas
penambangan adalah excavator hitachi PC 200 untuk pengambilan bahan
galian berupa batu split dan dump truck hino 130 DT untuk digunakan
mengangkut bahan galian hasil penambangan menuju pengolahan atau
peremukan batuan. Jarak lokasi penambangan ±37 km dari tempat pengolahan
atau peremukan batuan, produksi per hari aktivitas penambangan tersebut
1.127,874 ton/hari dengan efektif kerja 8 jam. Sedangkan produksi perbulan
28.196,849 ton/bulan.

Gambar 4.8. Bahan Baku Yang Digunakan di PT. Makmur Alam Sei
Wampu

38
4.1.2. Alat Peremuk Yang Digunakan Di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah


sebagai berikut:

A. Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan mencegah
bongkahan oversize masuk ke jaw crusher, bongkahan oversize harus dipecah
dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.

Gambar 4.1. Cold Bin

B. Vibrating Feeder
Vibrating feeder adalah salah satu unit pada proses peremukan yang berfungsi
untuk menampung material dari cold bin dan mengalirkan material umpan menuju
jaw crusher. Feeder adalah alat pengumpan material dari hopper ataupun dari
ROM ke unit peremuk atau ke atas belt conveyor dengan kecepatan konstan.
Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari hopper
menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang konstan, tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah terjadinya penumpukan
batuan atau tidak ada umpan di dalam hopper.

39
Gambar 4.2 Vibrating Feeder di PT.MAS

C. Ayakan Guli B
Tujuan dari ayakan Guli B adalah memisahkan umpan menjadi dua atau lebih
produk dalam ukuran yang berbeda. Parameter utamanya adalah ukuran partikel.

Gambar 4.3. Ayakan Guli B

D. Jaw Crusher
Alat peremuk jaw crusher merupakan alat yang mempunyai 2 buah rahang
(jaw), yang satu dalam keadaan bergerak (swing jaw) sedangkan yang satu lagi
tetap (fixed jaw). Berdasarkan mata gigi (jaw) dibagi menjadi 2 yaitu :
3) Jaw primary ( hasil rasio peremukan 5 cm)
4) Jaw secondary ( hasil rasio peremukan 4 cm)

Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas desain


dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan produksi yang
seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang kapasitas nyata

40
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan.

Gambar 4.4. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu

4) Pecahnya batuan dari Double Jaw Crusher karena adanya :


d) Daya tahan batuan lebih kecil dari gaya yang menekan.
e) Nip angle.
f) Resultan gaya yang arahnya ke bawah.
5) Gaya-gaya yang ada pada double jaw crusher, adalah :
e) Gaya tekan : gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun yang
bergerak menekan batuan
f) Gaya gesek : gaya yang bekerja pada permukaan antara rahang diam
maupun rahang ayun dengan batuan
g) Gaya gravitasi : gaya yang bekerja pada batuan sehingga mempengaruhi
arah gerak material kearah bawah.
h) Gaya menahan : gaya tahan yang dimilki batuan atas gaya yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam. Batuan akan pecah
dengan hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan akan pecah dengan
hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan
ataupun tarikan, sebaliknya akan halus jika pecahnya batuan tersebut
disebabkan akibat gesekan.

41
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultan gaya
akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi
jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ke atas saja.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Double Jaw Crusher :
i) Lebar lubang bukaan.
j) Variasi dari throw.
k) Kecepatan.
l) Ukuran umpan.
m) Ketahanan batuan
n) Dua Tenaga peremuk
o) Kapasitas
p) Reduction ratio (RR).

Reduction ratio merupakan perbandingan antara ukuran umpan dengan


ukuran produk. Reduction ratio yang baik untuk ukuran primary crushing adalah 5
cm, sedangkan untuk secondary crushing adalah 4 cm.
Kegunaan Double Jaw Crusher adalah untuk memecahkan bongkahan batu
yang sangat kasar. Proses pemecahan dengan alat pemecah yang melawan bagian
yang tidak bergerak, gerakannya seperti rahang yang sedang menguyah.

Penghancuran akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari


material yang dihancurkan. Untuk memperoleh ukuran dari produk yang
diinginkan dapat diperoleh dengan cara mengatur bukaan (feed).

E. Cone Crusher
Mesin Cone Crusher terdiri dari bingkai, perangkat transmisi, hollow
eccentric shaft, bearing berbentuk mangkuk, penghancur berbentuk kerucut,
springs dan tempat pengaturan tekanan hidrolik untuk mengatur discharging
opening.
Selama masa pengoperasian, motor menjalankan eccentric shaft shell untuk
berbalik melalui poros horizontal dan sepasang bevel gear. Poros dari crushing
cone berayunan dengan kekuatan eccentric shaft shell sehingga permukaan dari

42
dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini, batu split akan tertekan dan kemudian hancur.
Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu
pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran
aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan
kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka
diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang
digunakan adalah crusher.

Gambar 4.5. Cone Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Cone Crusher digunakan dalam industri metalurgi, konstruksi, pembangunan


jalan, kimia dan industri fosfat. Cone Crusher tepat untuk batu dan bijih keras dan
setengah keras, seperti bijih besi, bijih tembaga, batu kapur, kuarsa, granite,
gritstone, dan sebagainya. Tipe dari lubang crushing disesuaikan dengan batuan.

F. Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
stockpile antara lain:
c. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan
distribusi kecil (berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran
maksimal derajat material. Keseragaman ukuran-ukuran material dapat
diperoleh melalui proses pengayakan.

43
d. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar (oversize). Tujuan dilakukannya
proses screening adalah :
f. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
g. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
h. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
i. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
j. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.

Gambar 4.6 Screening di PT.Makmur Alam Sei Wampu

G. Belt Conveyor
Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Belt Conveyor digerakkan oleh motor
penggerak yang dipasang pada head pulley. Belt Conveyor akan kembali ke
tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material
yang didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt Conveyor dan
berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt
Conveyor harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada Belt

44
Conveyor. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor
adalah:
e. Sifat fisik dan keadaan material.
f. Keadaan topografi.
g. Jarak pengangkutan.
h. Produksi.

Table 4.1 Belt Conveyor PT Makmur Alam Sei Wampu

No BC CV (Conveyor) Lebar / width Panjang / length


BC 1 001 110 cm 13 m
BC 2 002 100 cm 12 m
BC 3 003 110 cm 6m
BC 4 004 100 cm 10 m
BC 5 005 110 cm 7m

Gambar 4.7 Belt Conveyer di PT.Makmur Alam Sei Wampu

45
4.1.3.1. Karakteristik Batuan Spilit

Batu spilit merupakan material bangunan yang umum digunakan sebagai


konstruksi dari sebuah pondasi. Sifat batu spilit ini tetap, atau tidak mudah
mengalami perubahan bentuk dan kualitas walau tertanam didalam tanah.
Karakteristik batuan spilit umumnya berwarna kehitaman, abu-abu tua atau
cokelat. Batu split masa kini dihasilkan melalui kerja mesin guna menciptakan
ukuran batu yang bervariasi. Dari batu berukuran besar dipecah menjadi batu-batu
berukuran kecil. Usai dihancurkan, batu kemudian diseleksi sesuai kelompok
ukuran yang sama. Ukurannya mulai dari 10 mm sampai 50 mm. Berbeda ukuran
maka akan berbeda juga fungsi dan penggunaannya.

Untuk mengetahui kualitas batu split yang baik adalah tidak berpori. Tidak
adanya pori menunjukkan bahwa batu sangat padat sehingga tidak ada ruang
untuk udara. Selain itu, jika diamati dengan penelitian, batu split berkualitas
memiliki kadar lumpur hanya 1%. Lebih dari itu, maka split harus dicuci dulu
sebelum dipakai membangun atau mencampurnya dengan bahan beton.

Gambar 4.10 batu spilit

46
4.1.3. Kegiatan Peremuk

BC

ROM Hopper Ayakan Guli B Cone 1 dan 2

BC

Secondary Crusher Primary Crushing

BC

BC

Vibrating Screening

Abu Batu (<0,5 inch) Medium 0,5 inch 1,2 inch 2,3 inch

Gambar 4.9. Kegiatan Peremuk

47
Unit peremuk berfungsi untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkahan menggunakan alat peremuk. Dengan
dibuatnya Rom mampu menampung material hasil penambangan sebelum diolah
dan sebagai persediaan. Jarak dari Rom ke unit Crusher ± 50 m. Mula-mula alat
pendukung seperti genset dan control panel harus siap sebelum material dari Rom
(ukuran 21 cm) masuk melalui Hopper (ukuran 9 cm) dengan kapasitas 40 ton,
dan dalam perjam mecapai 160 ton/jam. Kemudian dialirkan menuju Vibrating
Feeder ke ayakan guli B, dimana di ayakan guli B material nya dibagi menjadi 2
bagian yaitu ada yang masuk ke Jaw Crusher Primer dan ada yang masuk ke cone
untuk memperkecil material, dimana material yang masuk melalui Jaw Crusher
Primer berukuran ±21 cm sebanyak 100 ton dan material yang masuk kedalam
cone berukuran sebanyak 60 ton. Kemudian material dialirkan dari Jaw
Crusher Primer melalui Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Sekunder dengan
ukuran 10 cm. Kemudian material dialirkan melalui Belt Conveyer tembak
menuju ayakan Screening Dimana Diayakan Screening Dilakukan Pengayakan
Untuk Mendapatkan Hasil Jadi Yang Sudah Ditentukan Dan material yang tidak
sesuai dengan yang sudah ditentukan akan disalurkan ke cone melalui conveyer
size untuk dilakukan peremukan lagi. Kemudian material dari Cone Crusher
disalurkan dengan Belt Conveyer menuju ayakan screening dan mendapatkan
hasil yaitu 2/3, 1/2, medium, dan abu batu. Hasil produksi rata-rata yang didapat
mencapai 1.487,054 ton/hari, dimana untuk hasil produksi batuan 2,3 rata-rata
dapat mencapai 419,180 ton/hari, untuk hasil prosuksi batuan 1,2 rata-rata
mencapai 374,361 ton/hari, untuk hasil prosuksi batuan medium rata-rata
mencapai 169,986 ton/hari dan untuk hasil produksi batuan abu batu rata-rata
mencapai 169,986 ton/hari. Untuk kegunaan batu split hasil dari unit peremuk
dapat digunakan berbagai konstruksi bangunan antara lain : beton, jalan,
bangunan, aspal hotmix dan konstruksi lainnya.

48
4.2. Hasil Produksi
Tabel 4.2. Hasil Produksi di PT. Makmur Alam Sei Wampu

Hasil Ukuran (Inch)


No Tanggal Produksi/Hari
(ton) 2,3 1,2 0,5 Abu Batu
1 14-06-2022 1.257,44 465.252 414.954 188.616 188.616
2 15-06-2022 1.279,46 473.398 422.219 191.918 191.918
3 16-06-2022 1.255,68 464.641 414.373 188.332 188.332
4 17-06-2022 1.310,86 485.019 432.585 196.629 196.629
5 18-06-2022 1.267,76 469.070 418.360 190.164 190.164
6 20-06-2022 617.856 228.606 203.893 92.678 92.678
7 21-06-2022 1.283,84 475.020 423.666 192.576 192.576
8 22-06-2022 1.266,94 468.788 418.090 190.041 190.041
9 23-06-2022 1.304,82 486.718 430.588 191.282 191.282
10 24-06-2022 1.268,48 469.377 418.598 190.272 190.272
11 25-06-2022 1.285,86 475.766 424.331 192.877 192.877
12 27-06-2022 1.306,56 483.426 431.163 195.983 195.983
13 28-06-2022 1.279,57 473.439 422.256 191.934 191.934
14 29-06-2022 1.263,47 467.484 416.945 189.520 189.520
15 30-06-2022 1.269,94 451.314 419.078 190.490 190.490
16 1-06-2022 665.360 246.183 219.568 99.804 99.804
17 2-06-2022 653.056 241.630 215.508 97.958 97.958
18 4-06-2022 618.032 228.671 203.950 92.704 92.704
19 5-06-2022 653.072 241.636 215.513 97.960 97.960
20 6-06-2022 633.312 234.325 208.992 94.996 94.996
21 7-06-2022 1.286,83 476.127 424.654 193.024 193.024
22 8-06-2022 1.296,26 479.614 427.763 194.888 194.888
23 9-06-2022 1.298,77 480.544 428.593 194.815 194.815
24 11-06-2022 1.291,84 477.980 426.306 193.776 193.776
25 12-06-2022 1.281,79 474.263 422.991 191.640 191.640
26 13-06-2022 1.298,34 480.384 428.450 194.749 194.749
27 Total 38.663,425 10.898,675 9.733,387 4.419,626 4.419,626
28 Rata-rata 1.487,054 419.180 374.361 169.986 169.986

49
4.2.1. Hasil Produksi Dengan Menggunakan Diagram

hasil produksi/hari
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0

30 Juni 2022
1 Juli 2022
2 Juli 2022
14 Juni 2022

11 Juli 2022
12 Juli 2022
13 Juli 2022
8 Juli 2022
27 Juni 2022

4 Juli 2022
5 Juli 2022
6 Juli 2022
7 Juli 2022

9 Juli 2022
15 Juni 2022
16 Juni 2022
17 Juni 2022
18 Juni 2022
20 Juni 2022
21 Juni 2022
22 Juni 2022
23 Juni 2022
24 Juni 2022
25 Juni 2022

28 Juni 2022
29 Juni 2022
hasil produksi/hari

Dalam hasil produksi dengan menggunakan diagram diatas membuktikan


bawasanya ada beberapa perbedaan dari hasil produksinya. Dimana setiap
produksi perhari bisa terjadi penurunan dan peningkatan diakibatkan dari
beberapa faktor yaitu:
1.Faktor Penurunan
 Cuaca (hujan)
 Control panel meledak
 Belt conveyer robek
 Rusaknya ayakan guli B akibat benturan dengan batuan
2. Faktor Peningkatan
 Cuaca bagus
 Daya control panel stabil
 Alat crushing stabil

50
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan dan hambatan-hambatan terhadap parameter-


parameter produksi dalam unit peremuk batu pada PT. MAS , maka dapat
diperoleh beberapa kesimpulan dari pengamatan ini sebagai berikut :
1. Pabrik peremuk batuan merupakan suatu usaha untuk menghasilkan produk
pecah dengan ukuran tertentu. Peremukan batuan pada prinsipnya bertujuan
mereduksi material untuk memperoleh ukuruan butir tertentu melalui alat
peremuk dan pengayakan.
2. Tingkat produksi Unit peremuk batu dengan produktivitas semua alat
sebesar 38.663.425 ton/bulan. Tenaga yang terpasang atau efesiensi kerja
tiap unit alat rata-rata > 70%, untuk meningkatkan kapasitas produksi akan
sesuai target.
3. Hasil produksi rata-rata yang didapat mencapai 1.487,054 ton/hari, dimana
untuk hasil produksi batuan 2,3 rata-rata dapat mencapai 419,180 ton/hari,
untuk hasil prosuksi batuan 1,2 rata-rata mencapai 374,361 ton/hari, untuk
hasil prosuksi batuan medium rata-rata mencapai 169,986 ton/hari dan
untuk hasil produksi batuan abu batu rata-rata mencapai 169,986 ton/hari.
4. Perbaikan yang dilakukan secara rutin pada hambatan teknis dan non teknis
untuk kapasitas unit peremuk meningkat sebesar 80% sementara produksi
sebelum perbaikan hanya mencapai 50%. Dengan demikian kapasitas unit
peremuk siap digunakan sesuai target produksi.
5. Adapun pemanfaatan Batu Spilit setelah hasil produksi dari peremuk batu
adalah dapat digunakan untuk kebutuhan aspal, beton, bangunan, jalan dan
konstrusi lainnya.
5.2. Saran
1. Perusahaan agar lebih lagi memperhatikan dan mempersiapkan safety para
pekerja untuk mejaga keselamatan kerja.
2. Perusahaan agar lebih meningkatkan mutu atau kualitas dari alat crusher
agar produksi yang dilakukan lebih efisien.

51
DAFTAR PUSTAKA

Fatena Susy, 2014, “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi” , Jakarta; Renika
Cipta.

Zulkifli Ali, 2014, “Pengelolaan Tambang Berkelanjutan” Yogyakarta; Graha


Ilmu

Rochmandi, 1998, “Produksi Unit Rangkaian Peremuk Batu” Jakarta ;


Eirlangga

Sucipto Adi, 1993, “Construction Planning”, https://www.perfomance.com


Handbok

Suwandi, A., 2004, “peremukan mekanis-kominusi”. Diktat Perencanaan


Tambang terbuka. Universitas Negeri Islam Bandung.

Ivan, Zaenal, Pulungan, L.2016 “Kajian Teknis Peremuk Batuan Unit


Pengolahan Batu Gamping Untuk Memenuhi Target Produksi Bahan Baku
Semen Studi Kasus Unit Operasi Crushing Plant Tuban-1 PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur” Prosiding Teknik
Pertambangan. ISSN:2460-6499

52
LAMPIRAN A

Gambar A.1. Control Panel

Gambar A.2. Vibrating Feeder

Gambar A.3. Cold Bin Gambar A.4. Jaw Crusher

53
Gambar A.5. Cone Crusher Gambar A.6. Screening

Gambar A.7. Belt Conveyer

Table 3.1 Belt Conveyer PT Makmur Alam Sei Wampu

No BC CV (Conveyor) Lebar / width Panjang / length


BC 1 001 110 cm 13 m
BC 2 002 100 cm 12 m
BC 3 003 110 cm 6m
BC 4 004 100 cm 10 m
BC 5 005 110 cm 7m

54
LAMPIRAN B
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT

Gambar B.1. Wheel Loader Komatsu 300 Wa

Chassis Wheel Loader Komatsu 300 Wa


Kapasitas Bucket 3,2 m3
Bobot 19000 kg
Tinggi Pembuangan 3160 mm
Jangkauan Pembuangan 1200 mm
Waktu Pengangkatan Bucket 5,7 s
Dimensi Keseluruhan 8360 x 2950 x 3600 mm

Gambar B.2. Dump Truck Mistubishi Fuso Fn 527

Chassis MITSUBISHI FUSO FN 527


Capacity 23 Meter Cubik (m3)
Dinding Bak Plat Hitam 4.0 mm
Lantai Bak Plat Kapal 6.0 mm
Subframe Unp 200
Top Frame Unp 150
Side Frame Unp 120
Cros Member Unp 120
Hydraulik ShinMaywa KRM 201
Gear Pump Kp 1405 A
Adittional Unp 200 Pintu Belakang
ACC Spakbor, Prisai Kolong

55
Gambar B.3. Dump Truck Hino Dutro 130 Hd Lsd

Chassis HINO DUTRO 130 HD


Model Mesin WO4D
Panjang Total 6,026 m
Lebar 1,945 m
Tinggi 2,165 m

Gambar B.4. Excavator Hitachi Zx 200

Chassis Hitachi ZX 200


Berat Operasional (Kg) 19400
Kapasitas Bucket (m3) 0,8
Kedalaman Gali Maksimum (m) 5.980
Tinggi (m) 3,13
Lebar (m) 2,8
Panjang (m) 9,62

56

Anda mungkin juga menyukai