PENDAHULUAN
1
dan sasaran produksi tercapai. Peremukan batuan pada prinsipnya bertujuan
mereduksi material untuk memperoleh ukuruan butir tertentu melalui alat
peremuk dan pengayakan. Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan
dengan 3 tahap yaitu : Primary Crushing, Merupakan peremukan tahap pertama,
alat peremuk yang biasanya digunakan pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan
Gyratory Crusher, Umpan material yang digunakan biasanya berasal dari hasil
penambangan dengan ukuran berkisar 1500 mm, dengan ukuran setting antara 30
mm sampai 100 mm.
1.2.1. Maksud
1.2.2. Tujuan
2
2. Menjalin kerjasama yang baik antara perguruan tinggi dengan pihak
perusahaan, terutama adalah Jurusan Teknik Pertambangan.
3. Mengamati proses kegiatan peremukan batuan
4. Memenuhi mata kuliah kerja praktek menurut ketentuan kurikulum pada
a. Data primer yaitu pengambilan data secara langsung dilapangan seperti, batu
spilit pengukuran berat jenis
b. Data sekunder yaitu pengambilan data tanpa secara langsung kelapangan
seperti, data topograpi , data kwalitas batu spilit, data pengeboran, data
staus kawasan, data geotek.
3
1.7. Waktu Dan Lokasi
Waktu untuk melakukan Kerja Pratek adalah mulai 2 Juni 2022 sampai
dengan 2 Juli 2022. Lokasi dilakukannya Kerja Praktek ini adalah di PT. Makmur
Alam Sei Wampu. Merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang
kontruksi yang berlokasi di Dusun VIII Kepuh Nauli Tandem, Binjai , Kabupaten
Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Perusahaan
PT Makmur Alam Sei Wampu adalah berdiri sejak tahun 2017, perusahaan
ini bergerak dalam bidang crusher (peremuk batuan). Perusahaan ini dipimpin
oleh 4 orang yaitu Bapak Hantek, Bapak Pardiking, Bapak Juan Antonius, dan
Bapak Lajuardi. Selama ini aspek finansial memegang peranan yang penting
dalam mengukur kinerja perusahaan, terfokusnya pada aspek finansial inilah yang
sering membuat perusahaan terjebak pada orientasi pencapaian keuntungan dalam
jangka waktu yang pendek. Terus menurunnya target pencapaian perusahaan
menandakan bahwasannya ada hal yang salah dengan performance perusahaan.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada di perusahaan maka perlu digunakan
metode perbaikan performance perusahaan. Salah satu metode yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah metode Integrated Performance
Measurement System (IPMS) yang mengidentifikasikan kebutuhan pemangku
kepentingan (stakeholder requirements) untuk menentukan indikator kinerja
perusahaan untuk penilaian kinerja perusahaan yang dikombinasikan dengan
AHP, OMAX dan Traffic Light System digunakan untuk menentukan KPI yang
akan menjadi prioritas dalam perbaikan yang akan dilakukan oleh pihak
perusahaan.
Pada tahun 2022 terjadi perpecahan antara pengurus pemilik perusahaan, dan
dilakukan persidangan yang dimana hasilnya terpilih 2 orang pemilik perusahaan
yaitu bapak Juan Antonius dan bapak Lajuardi, dengan syarat mengembalikan
dana atau ganti rugi untuk dana awal pembangunan PT MAS dan mulai beroperasi
kembali di bulan Mei 2022.
System dengan metode OMAX dan Traffic Light System diketahui pencapaian
perusahaan secara keseluruhan memperoleh nilai kinerja sebesar 6,797% yang
berarti kinerja perusahaan berada pada kategori baik.
5
2.2. Sruktur Kepengurusan di PT. Makmur Alam Sei Wampu
6
2.2.1. Job Description
1. Pemilik Perusahaan (Owner) merupakan seseorang yang memegang saham
lebih dari 50% dari seluruh saham yang beredar. Selain itu juga disebut
sebagai pemilik perusahaan atau komisaris utama. Owner juga memiliki
tanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan dan mempunyai
wewenang penuh dalam mengatur perusahaan.
2. Manager merupakan orang yang bertanggung jawab untuk mengarahkan
usaha yang bertujuan membantu organisasi dalam mencapai sasarannya
3. Kepala Produksi merupakan seseorang yang bertanggung jawab dan
mengawasi pelaksanaan proses produksi, mulai dari bahan baku awal
sampai menjadi barang jadi.
4. Sekretaris merupakan seseorang yang membantu pemimpin untuk
melakukan pekerjaan kesekretariatan dalam kegiatan tulis menulis, catat
mencatat, menyusun laporan untuk rapat dan menyusun jadwal kegiatan.
5. Bendahara merupakan unsur didalam organisasi yang membantu kepala
atau ketua untuk melakukan pengelolaan keuangan beserta aktivitas terkait
keuangan.
6. Mekanik merupakan seseorang yang ahli dalam bidang mesin.
7. Operator loader merupakan seseorang yang mampu mengoperasikan wheel
loader secara benar dan aman, melaksanakan perawatan harian sesuai
petunjuk pemeliharaan dan membuat laporan operasi.
8. Operator panel merupakan seseorang yang mampu mengoperasikan
kegiatan alat crusher.
9. Security merupakan satuan pengamanan yang sering disebut dengan
satpam.
7
Sebelah Utara : Kota Stabat
Sebelah Selatan : Kec. Mencirim
Sebelah Timur : Kec. Diski
Sebelah Barat : Kec. Bahorok
Lokasi PT MAS memiliki bentuk fisiografi yang beragam, mulai dari tanah
datar, tanah bergelombang, hingga bentuk sungai. Lokasi PT MAS dapat
ditempuh dangan jalur darat. Dapat ditempuh dengan mengendarai motor dengan
jarak 19 km dari Medan melalui Diski dengan waktu tempuh antara 1 jam.
8
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Crusher
Crusher merupakan mesin yang di rancang untuk memecahkan batu-batu
besar menjadi batu-batu kecil, krikil, atau debu. Setiap batuan dari alam (quarry)
memiliki ukuran yang besar sehingga perlu dilakukan pemecahan terhadap batuan
tersebut agar dapat dimanfaatkan sebagai campuran pembuatan aspal, beton dan
lain-lain. Untuk mendapatkan kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan
ukuran yang diharapkan maka diperlukan suatu alat untuk memecahkan material
tersebut. Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan dengan 3 tahap
yaitu :
3.1.1. Primary Crusher.
Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya digunakan
pada tahap ini adalah Jaw Crusher dan Gyratory Crusher. Material yang
digunakan biasanya berasal dari hasil penambangan dengan ukuran berkisar 1500
mm, dengan ukuran setting antara 30 mm sampai 100 mm. Ukuran terbesar dari
produk peremukan material tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm.
9
Gambar 3.1. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu
10
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Double Jaw Crusher :
a) Lebar lubang bukaan.
b) Variasi dari throw.
c) Kecepatan.
d) Ukuran umpan.
e) Ketahanan batuan
f) Dua Tenaga peremuk
g) Kapasitas
h) Reduction ratio (RR).
Penghancuran akan terjadi apabila crusher melampaui batas plastis dari material
yang dihancurkan. Untuk memperoleh ukuran dari produk yang diinginkan dapat
diperoleh dengan cara mengatur bukaan (feed).
TR =
Keterangan :
TR = Kapasitas jaw crusher, ton
Kc = Faktor kekerasan batuan
Km = Faktor kandungan air,
Kf = Faktor pengumpan material
Ta = Kapasitas desain alat peremuk, ton
11
B. Efisiensi Kerja Jaw Crusher
Eisiensi kerja Double Jaw Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara nyata dengan kapasitas yang seharusnya dicapai.
Secara matematisnya dapat di hitung dengan rumus :
Ecr =
Keterangan :
Ecr = Efesiensi kerja premuk batu ,%
Tn = Berat keseluruhan alat jaw crusher, ton
Ta = Kapasitas desain jaw crusher, ton
W=
Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan, Kw/ton
Wi = Indeks batu split kerja, ton.
F = ukuran hasil dari ayakan, mm
P = ukuran yang masuk ke Cold Bin, cm
12
3.1.1.3. Impact Crusher
Impact crusher (pemecah tipe pukulan), penggunaan dengan abrasi lebih
rendah. Terdapat dua jenis, yaitu impact breaker dan hammer mill. Keduanya
mempunyai prinsip sama, perbedaan terletak pada jumlah rotor dan ukurannya.
Impact breaker mempunyai satu atau dua buah rotor dan ukurannya lebih besar
daripada hammer mill. Impact breaker menghasilkan produk berbentuk kubus
yang semula berupa batu lempengan, meningkatkan kualitas agregat dan
mempertinggi kapasitas plant.
13
Gambar 3.2. Cone Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu
Kc =
Keterangan :
Kc = Kapasitas Cone Crusher, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
F = Ukuran dari hasil cone cruher, cm
14
C. Efesiensi Kerja Cone Crusher
Efesiensi kerja Cone Crusher adalah faktor yang menunjukan kemampuan
produksi yang dicapai secara aktual, dapat dihitung dengan rumus :
Ec = x 100%
Keterangan :
Ec = Efesiensi kerja Cone Crusher,%
Ta = Kapasitas desain Cone Crusher, ton
Tn = Berat keseluruhan alat Cone Crusher, ton
Roll Crusher adalah type crusher dengan sistem gilas rotary dengan
kecepatan rpm yang realatif lebih rendah dari impact crusher yaitu sekitar 300
rpm dan memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Unjuk kerja dari
mesin Roll Crusher ini bergantung pada jenis / kualiatas material gigi gilasnya,
ukuran shaft dan ukuran Roda nya, yang semuanya harus disesuaikan dengan raw
material dan target kapasitas produksi.
Roll Crusher biasa banyak digunakan didunia pertambangan, yaitu untuk
menghancurkan batuan dengan tingkat kekerasan dan keuletan yang relatif
rendah, seperti batu bara, batu kapur, bahan semen, batu tembaga, belerang, dan
sebagainya. Roll Crusher hanya akan menghancurkan materi ke ukuran partikel
minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).
Roll crusher digunakan sebagai crusher sekunder atau crusher terseier
setelah batuan melewati crusher tipe lain yang berfungsi sebagai crusher primer.
Roll crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll digunakan untuk
memecahkan batuan yang lembap dan tidak menguntungkan jika digunakan untuk
memecahkan batuan yang abrasive. Kapasitas roll crusher tergantung pada jenis
batuan, ukuran crusher primer, ukuran batuan yang diinginkan, lebar roda dan
kecepatan roda berputar.
15
3.1.2.3. Hammer Mill
Hammer mill (pemecah tipe pukulan), digunakan untuk batu kapur
berkualitas tinggi dengan kadar abrasif kurang dari 5% menghasilkan material
halus dalam jumlah besar. Hammer mill menerima feed material berukuran
sampai dengan 20 cm. Crusher ini digunakan untuk memecah batu yang memiliki
sifat non abrasive dengan strength ultimate 1500 kg/cm2. Cara kerja dari crusher
ini adalah batu dipecah dengan cara pemukulan yang dilakukan oleh flail yang
berputar, batu yang terkena pukulan akan menumbuk dinding yang disebut dengan
braker plate, yang akan memecahkan batu untuk kedua kalinya. Hal tersebut
berlangsung berulang-ulang sehingga batu pecah berukuran cukup kecil dapat
keluar dari bawah crusher melewati saringan.
Ball mill (pemecah tipe bola), mendapatkan material yang lebih halus.
Dalam praktek di lapangan, pekerjaan crusher dilakukan hanya sampai pada tahap
kedua. Tipe crusher yang dipakai umumnya menggunakan tipe jaw to jaw, yaitu
jaw pertama sebagai primary crusher untuk pemecahan tahap pertama, jaw kedua
sebagai secondary crusher guna pemecahan tahap kedua, disebabkan oleh
16
konstruksi sederhana, tenaga relatif kecil dan ekonomis, kapasitas produksi besar
tergantung lebar bukaan pada jaw dan ukuran butir yang dikehendaki.
17
2. Batuan Beku Gang
Batuan beku gang merupakan jenis batuan beku yang pembekuan magmanya
didalam celah-celah kerak bumi atauapun rongga-rongga yang menuju ke
permukaan bumi, dengan proses pembekuan yang cukup sehingga kristal-kristal
pembentukannya tidak sempurna pada batuan beku dalam. Contoh batuan beku
gang yaitu batu profir granit, batu profir gabro, batu profir syenit, dan batu granit
fosfir.
18
2. Batuan Sedimen Biokimia
Batuan sedimen biokimia terdiri dari berbagai organisme, biasanya merupakan
organisme mikro yang ikut mengangkut material sehingga berkumpul pada tempat
tertentu dan membentuk sebuah batuan. Contoh batuan sedimen biokimia yaitu
batu gamping, batubara.
Batuan sedimen kimia merupakan batuan yang terbentuk dari sebuah kejadian
ketika kumpulan material terperangkap di dalam sebuah tempat dan kandungan
mineral di dalam larutannya menjadi jenuh dan membeku dengan proses
anorganik atau secara kimiawi. Contoh dari batuan sedimen kimia yang paling
banyak ditemukan, yaitu batu gamping, dolomite dan batuan lain yang
mengandung evaporit, seperti silvit, halit, barit, serta gypsum.
Batuan metamorf atau malihan merupakan jenis batuan yang berasal dari
batuan sedimen dan batuan beku. Batuan ini merupakan hasil transformasi dari
suatu tipe batuan yang sudah ada sebelumnya, atau biasa disebut dengan
metamorfosis. Proses pembentukan batuan ini berasal dari batuan yang sudah ada
sebelumnya, yaitu protolith. Batuan ini akan mengalami perubahan kimia atau
fisika yang cukup besar.
Batuan metamorf terdiri dari 4 macam yaitu batuan metamorf kontak, batuan
metamorf regional, batuan metamorf katalakstik, batuan metamorf tindihan.
19
1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan ini terjadi karena adanya proses mekanisme deformasi mekanis. Jadi,
ketika ada dua lempeng yang saling bergesekan maka akan menghasilkan panas
yang sangat tinggi.
Batuan metamorf tindihan ini merupakan hasil dari batuan yang tertimbun dalam
kedalaman yang sangat dalam hingga mencapai perubahan suhu yang sangat
drastis. Batuan ini bisa berubah menjadi batuan metamorf regional jika terjadi
perubahan suhu dan tekanan yang terjadi secara terus menerus. Contoh batuan
metamorf tindihan yaitu batu zeolit.
3.3. Peralatan Alat Unit Peremuk di PT. Makmur Alam Sei Wampu
Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah
sebagai berikut:
3.3.1. Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan mencegah
20
bongkahan oversize masuk ke jaw crusher, bongkahan oversize harus dipecah
dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.
21
Gambar 3.4 Vibrating Feeder di PT.MAS
3.3.4. Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
stockpile antara lain:
a. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan
distribusi kecil (berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran
maksimal derajat material. Keseragaman ukuran-ukuran material dapat
diperoleh melalui proses pengayakan.
22
b. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar (oversize).
Tujuan dilakukannya proses screening adalah :
a. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
b. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
c. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
d. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
e. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.
Ks =
Keterangan :
Ks = Kapasitas screen, ton
V = Kecepatan alat, m/s
Ta = Kapasitas desain screen, ton
P = Panjang alat screen, m
L = Lebar alat screen, m
Es = x 100%
Keterangan :
Es = Efesiensi kerja screen,%
Ta = Kapasitas desain screen, ton
23
Ks = Kapasitas produksi screen, ton
24
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor adalah :
a. Sifat fisik dan keadaan material.
b. Keadaan topografi.
c. Jarak pengangkutan.
d. Produksi.
Qt =
Keterangan:
Qt = Kapasitas produksi Belt Conveyer, ton
A = Luas penampang melintang Rdi atas belt, m2
V = Kecepatan translasi belt berjalan, m/s
Bi = Berat material, kg
S = Ukuran material, cm
Kb =
Keterangan
Kb = Kapasitas ban berjalan dalam kondisi berjalan, ton
Bi = Berat material, kg
V = kecepatan translasi belt berjalan, m/s
25
Efisiensi produksi ban berjalan (Belt Conveyer) adalah faktor yang
menunjukkan perbandingan kapasitas produksi dengan kapasitas kondisi Belt
Conveyer dalam kondisi berjalan yang dapat dicapai secara aktual. secara
matematisnya dapat dihitung dengan rumus:
Ebc = Qt / Kb x 100%
Keterangan :
Ebc = Efisiensi kerja Belt Conveyer,%
Qt = Kapsitas produksi Belt Conveyer, ton
Kb = Kapasitas Belt Conveyer dalam kondisi berjalan , ton
26
Gambar 3.8 Control Panel di PT. Makmur Alam Sei Wampu
27
Faktor-faktor dalam penentuan produktivitas Wheel Loader sebagai berikut:
1. Kondisi material
2. Tipe bucket dan kapasitasnya
3. Area untuk pergerakan Wheel Loader
4. Waktu siklus loader
5. Waktu efisiensi loader
Keterangan :
Ukuran bucket = Ukuran bucket Wheel Loader
CT Wheel Loader = LT + HT + DT + RT
BFF = faktor pemuatan bucket
Waktu efisiensi = waktu normal kerja perjamnya
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas Wheel Loader sebagai berikut:
1) Berat mesin
2) Lokasi alat
3) Power alat
Kaps. Loader =
Keterangan :
V = Kapasitas ukuran bucket, ton
P = Panjang bucket, m
L = Lebar bucket, m
T = Tinggi bucket,
28
3.3.8. Excavator Hitachi ZX 200
Kapasitas Excavator =
Produktivitas Excavator =
Alat pendukung agar berjalannya proses produksi dengan lancar dan yang
menjadi faktor pendukung sebagai penggerak dan penyambung pada unit peremuk
batu. Faktor-faktor yang mempengaruhi alat pendukung sebagai berikut :
1. Biaya alat
2. Perawatan perharinya
3. Lokasi alat
4. Kinerja alat sebagai pendukung
29
Genset sebagai penggerak unit control panel dan sebagai arus listrik.
Kemampuan genset ini adalah 380 V, dan perawatan genset ini berupa
pengisian bahan bakar 150 L untuk 7 jam/hari dan pengecekan karbulator
yang kotor.
Gambar 3.11 Genset Nippon Saryo Nes 360 PT.Makmur Alam Sei Wampu
3.5. Stockpile
Stockpile adalah suatu tempat yang dibuat untuk menampung material hasil
grinding yang sudah melewati proses pengecilan ukuran atau peremukan,
Stockpile yang dirancang berbentuk lingkaran dapat menampung material siap
produksi sebanyak 1100 ton/hari. Stockpile memiliki lubang bukaan di dasar
lantainya yang berfungsi untuk mengalirkan material secara otomatis
menggunakan gaya gravitasi bumi. Material yang jatuh dari bawah (lubang
bukaan) stockpile akan digunakan untuk campuran pada aspal cair menjadi aspal
hotmix yang siap digunakan untuk kebutuhan pembangunan.
30
Gambar 3.12 Stockpile di PT. Makmur Alam Sei Wampu
AI = x 100%.
PA = x 100%
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
3. Use of availability adalah untuk menentukan persen waktu yang dipergunakan
oleh suatu alat untuk beropersi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan,
dapat dihitung dengan persamaan:
UA = x 100%
Keterangan :
W = Working hours atau jam kerja, jam
31
R = Repair hours atau jam perbaikan, jam
S = Hours of standby atau jam siap nunggu, jam
T = W + R + S = scheduled hours (jam tersedia), jam
4. Effective utilization untuk menetukan persen waktu yang dapat digunakan
oleh suatu alat beroperasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia. Efective
utilization dengan effisiensi kerja alat. Dapat dihitung dengan persamaan :
EU = x 100%
Ht = x 100%
Keterangan :
Ht = hambatan teknis, (%)
32
3.8.Hambatan Non Teknis pada Unit Peremuk Batu
Hambatan non teknis yang dialami oleh peralatan unit rangkaian peremuk
adalah akibat keterlambatan umpan, akibat batu sangkut. Dalam pengurangan
hambatan non teknis, hambatan cuaca merupakan hambatan yang tidak dapat
diatasi.
Hambatan batu sangkut disebabkan akibat umpan yang masuk pada tempat
umpan (cold bin) berlangsung serempak akibat ditumpahkan langsung oleh wheel
loader sehingga sering menyumbat lubang bukaan cold bin sebelah bawah atau
disebabkan karena umpan bercampur dengan tanah atau sampah pengotor yang
dimasukkan kedalam tempat umpan (cold bin). Hambatan batu sangkut tersebut
dapat diatasi dengan penambahan alat pengumpan yaitu feeder dibawah tempat
umpan (cold bin). Dengan melakukan penambahan alat pengumpan, maka
hambatan akibat batu sangkut dapat diatasi.
Hambatan umpan terlambat disebabkan karena alat pemasuk umpan (Wheel
loader) juga sering diperbantukan mengangkut material lain seperti membatu
mengangkat genset, drum dan alat lainnya, sehingga efektivitas kerja alat
pemasuk umpan tersebut untuk alat pemasuk umpan menjadi rendah. Untuk
mengatasi hambatan umpan terlambat, perlu dilakukan perubahan terhadap waktu
kerja alat angkut untuk mengatasi kerja untuk pengangkutan material.
Pembahasan yang disarankan adalah dengan melakukan pembagian kerja yaitu
untuk kerja pengangkutan material dilakukan pada jam (12.00 wib) selain dari
waktu tersebut alat angkut sepenuhnya bekerja sebagai alat pemasuk umpan.
Berdasarkan rumus sebagai berikut :
Hnt = Total hambatan non teknis (jam)-lama hambatan (jam)
Keterangan :
33
Keterangan :
Tp = Peningkatan Produksi, ton/hari
Dan untuk hal-hal yang perlu diperhatikan dalam campuran material batu dengan
aspal cair agar menjadi aspal hotmix antara lain, yaitu :
1. Volume Udara
Volume beban yang tidak terisi penuh oleh campuran aspal cair lainnya,
dengan semakin besar volume udara maka kekuatan semakin berkurang dan
sebaliknya.
2. Volume Padat
Perbandingan antara, berat dengan volume suhu material. Ini juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor tertentu sebagai berikut :
a. Kepadatan material, dimana semakin padat suatu material maka volume
akan semakin besar, karena jika suatu material semakin padat rongganya
juga berkurang maka massanya bertambah.
b. Ukuran perbutiran agregat, untuk angregat yang butirnya seragam tidak
34
baik untuk campuran aspal cair karena banyak ruang-ruang kosongnya.
Agregat yang baik adalah agregat yang heterogen bentuknya karena
rongganya semakin sedikit.
c. Suhu/temperatur, jika suhu rendah atau tinggi akan dipengaruhi berat air
tersebut.
3. Berat Jenis
Berat jenis batu split adalah perbandingan antara kuat butir dan berat butiran
terhadap air yang sama. Dimana terbagi atas tiga bagian menurut keadaanya
adalah :
a. Berat jenis kering, perbandingan antara kuat butir dan berat air pada
volume yang sama dimana material.
b. Berat jenis surface reted dry, didapat setelah material sudah kering
dipermukaan,
c. Berat jenis semu, yakni pada seat butir masih benar-benar jenuh baik
porinya maupun permukaanya.
Kekuatan suatu aspal hotmix dipenuhi oleh berat jenis dan daya serap atau
besar absorsi dari agregat yang digunakan untuk campuran aspal cair. Makin keras
agregat makin tinggi jenisnya dan semakin murah daya serapnya.
4. Penyerapan, yakni serapan air dihitung dari banyaknya air yang mampu diserap
oleh agregat pada kondisi jenuh permukaan kering, kondisi ini merupakan :
a. Keadaan kebasahan agregat yang hampir sama dengan agregat dalam aspal
cair, sehingga agregat tidak akan menambah maupun mengurangi air dari
pastanya.
b. Kadar air di lapangan lebih banyak rnendekati kondisi saturated surface
dry, daripada kondisi kering tungka.
5. Kadar air permukaan batu split, yakni banyaknya air terkandung dalam
suatu agregat. Kadar air agregat dapat dibedakan menjadi empat jenis :
Kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair.
a. Kadar kering udara yaitu kondisi agregat yang permukaanya kering tetapi
35
sedikit mengandung air dalam porinya dan masih menyerap air.
b. Jenuh kering permukaan, yaitu keadaan dimana tidak ada air di permukaan
agregat, tetapi agregat tersebut masih mampu menyerap air.
c. Kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir-butir agregat banyak
mengandung air sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air
campuran aspal cair.
Dari keempat kondisi tersebut hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu
kering tungku dan kondisi saturated surface dry. Jika agregat basah ditimbang
beratnya (w), kemudian dimasak dan dicampur di hot dryer blending dalam
tungku dengan suhu 100°C + 60°C sampai beratnya konstan maka kadar air dapat
diketahui. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menetukan berat jenis dari
aspal hotmix sehingga secara langsung menentukan banyaknya campuran agregat
dalam campuran aspal cair. Hubungan antara berat jenis agregat maka semakin
kecil daya serap air agregat tersebut.
Untuk pengolahan batu spilit hasil dari unit peremuk dapat digunakan
berbagai kontruksi bangunan, contohnya : Aspal hotmix, beton, jalan, bangunan
dan kontruksi lainnya yang didasarkan oleh kuat tekan dan kepadatan dari batu
split tersebut.
Secara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya yaitu batu split
kasar dan batu split halus. Batasan antara batu split kasar dan batu split halus
berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian,
dapat diberikan batasan ukuran antara batu spilit halus dengan batu split kasar.
Batu split kasar adalah batuan yang ukuran butirannya 20 mm, 30 mm. Batu split
halus adalah batuan yang ukuran butirannya 5 mm, 12 mm, 20 mm. Batu split
yang digunakan dalam campuran aspal hotmix biasanya berukurang lebih kesil
dari 30 mm. Batu spilit yang ukurannya lebih besar dari 30 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bendungan dan lain-lain. Dari keterangan di atas disebut dengan agregat,
dimana agregat tersebut terbagi atas dua, yakni : yang lebih halus biasanya
dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, split, batu pecah, kricak dan
36
lainnya. Dan di bawah ini syarat-syarat batu split berdasarkan menurut SII,
ASTM, dan SK SNI :
1. Butirannya tajam, kuat dan keras
2. Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut :
a. Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12%
b. Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10%
4. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
5. Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya
sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6-7,10.
Pengolahan batu split ini juga harus disesuaikan dengan kuat tekan dan tingkat
kekerasannya, dan untuk kuat tekan sekitar 15-40 Mpa, berat jenis, adalah 2,5-2,7
atau tidak boleh kurang dari 1,2 kg/m2.
37
BAB IV
DATA DAN ANALISA DATA
4.1. DATA
Proses peremukan pada unit peremuk batuan didukung oleh peralatan
mekanis yang terangkai menjadi satu kesatuan berkelanjutan.
Bahan Baku yang tersedia pada perusahaan adalah batu split yang
berukuran mulai dari bongkahan sampai kerikil. Bahan baku ini diambil dari
Pantai Bahorok Langkat, Pantai Piahan Langkat, dan Pantai Muga Langkat.
Bahan baku yang tersedia berukuran antara 9 cm sampai 21 cm dan umumnya
berbentuk bulat lonjong, sedangkan alat yang digunakan pada aktivitas
penambangan adalah excavator hitachi PC 200 untuk pengambilan bahan
galian berupa batu split dan dump truck hino 130 DT untuk digunakan
mengangkut bahan galian hasil penambangan menuju pengolahan atau
peremukan batuan. Jarak lokasi penambangan ±37 km dari tempat pengolahan
atau peremukan batuan, produksi per hari aktivitas penambangan tersebut
1.127,874 ton/hari dengan efektif kerja 8 jam. Sedangkan produksi perbulan
28.196,849 ton/bulan.
Gambar 4.8. Bahan Baku Yang Digunakan di PT. Makmur Alam Sei
Wampu
38
4.1.2. Alat Peremuk Yang Digunakan Di PT. Makmur Alam Sei Wampu
A. Cold Bin
Cold Bin adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi penambangan
sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk dan mencegah
bongkahan oversize masuk ke jaw crusher, bongkahan oversize harus dipecah
dengan menggunakan mata gigi di jaw crusher.
B. Vibrating Feeder
Vibrating feeder adalah salah satu unit pada proses peremukan yang berfungsi
untuk menampung material dari cold bin dan mengalirkan material umpan menuju
jaw crusher. Feeder adalah alat pengumpan material dari hopper ataupun dari
ROM ke unit peremuk atau ke atas belt conveyor dengan kecepatan konstan.
Penggunaan alat pengumpan bertujuan agar proses pengumpanan dari hopper
menuju ke alat peremuk dapat berlangsung dengan laju yang konstan, tidak terlalu
besar dan tidak terlalu kecil, sehingga dapat mencegah terjadinya penumpukan
batuan atau tidak ada umpan di dalam hopper.
39
Gambar 4.2 Vibrating Feeder di PT.MAS
C. Ayakan Guli B
Tujuan dari ayakan Guli B adalah memisahkan umpan menjadi dua atau lebih
produk dalam ukuran yang berbeda. Parameter utamanya adalah ukuran partikel.
D. Jaw Crusher
Alat peremuk jaw crusher merupakan alat yang mempunyai 2 buah rahang
(jaw), yang satu dalam keadaan bergerak (swing jaw) sedangkan yang satu lagi
tetap (fixed jaw). Berdasarkan mata gigi (jaw) dibagi menjadi 2 yaitu :
3) Jaw primary ( hasil rasio peremukan 5 cm)
4) Jaw secondary ( hasil rasio peremukan 4 cm)
40
merupakan kemampuan produksi mesin peremuk sesungguhnya yang didasarkan
pada sistem produksi yang diterapkan. Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi
yang dibuat oleh pabrik pembuat mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan
dengan cara pengambilan contoh produk yang dihasilkan.
Gambar 4.4. Double Jaw Crusher di PT. Makmur Alam Sei Wampu
41
Arah-arah gaya tergantung dari kemiringan atau sudutnya. Resultan gaya
akhir arahnya harus ke bawah, yang berarti material itu dapat dihancurkan. Tapi
jika gaya itu arahnya ke atas maka material itu hanya meloncat-loncat ke atas saja.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi Double Jaw Crusher :
i) Lebar lubang bukaan.
j) Variasi dari throw.
k) Kecepatan.
l) Ukuran umpan.
m) Ketahanan batuan
n) Dua Tenaga peremuk
o) Kapasitas
p) Reduction ratio (RR).
E. Cone Crusher
Mesin Cone Crusher terdiri dari bingkai, perangkat transmisi, hollow
eccentric shaft, bearing berbentuk mangkuk, penghancur berbentuk kerucut,
springs dan tempat pengaturan tekanan hidrolik untuk mengatur discharging
opening.
Selama masa pengoperasian, motor menjalankan eccentric shaft shell untuk
berbalik melalui poros horizontal dan sepasang bevel gear. Poros dari crushing
cone berayunan dengan kekuatan eccentric shaft shell sehingga permukaan dari
42
dinding penghancur berdekatan dengan dinding roll mortar dari waktu ke waktu.
Dalam hal ini, batu split akan tertekan dan kemudian hancur.
Pemanfaatan agregat dalam proyek konstruksi sangatlah luas. Salah satu
pemanfaatan agregat adalah sebagai bahan dasar pembuat beton dan campuran
aspal. Selain itu juga digunakan sebagai bahan pembuat jalan. Guna mendapatkan
kerikil atau batuan pecah yang sesuai dengan ukuran yang diharapkan maka
diperlukan suatu alat untuk memotong material. Alat pemecah batuan yang
digunakan adalah crusher.
F. Screening
Screening adalah proses pengelompokkan material berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan screening
disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung berhubungan dengan alat
stockpile antara lain:
c. Proses pengolahan material memerlukan ukuran-ukuran partikel dengan
distribusi kecil (berukuran relatif seragam) yang sesuai dengan ukuran
maksimal derajat material. Keseragaman ukuran-ukuran material dapat
diperoleh melalui proses pengayakan.
43
d. Screen sendiri merupakan alat yang digunakan untuk pemilahan ukuran butir
material dengan cara melewatkan material dari atas ayakan, material yang
lebih kecil dari lubang ayakan dapat lolos kebawah ayakan sebagai produk
halus (undersize) sedangkan partikel yang lebih kasar dari ukuran ayakan
teratahan di atas ayakan sebagai produk kasar (oversize). Tujuan dilakukannya
proses screening adalah :
f. Menghasilkan produk akhir yang berukuran relatif seragam agar sesuai dengan
spesifikasi pasar.
g. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya.
h. Mencegah undersize masuk ke dalam mesin crusher.
i. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya.
j. Mencegah terjadinya over crushing atau over grinding.
G. Belt Conveyor
Belt Conveyor merupakan alat angkut pada unit peremukan yang berfungsi
untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos ayakan untuk
dilakukan proses peremukan lagi. Belt Conveyor digerakkan oleh motor
penggerak yang dipasang pada head pulley. Belt Conveyor akan kembali ke
tempat semula karena dibelokkan oleh pulley awal dan pulley akhir. Material
yang didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh Belt Conveyor dan
berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit peremuk dimulai, Belt
Conveyor harus bergerak lebih dulu sebelum alat peremuk bekerja. Hal ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan muatan (over load) pada Belt
44
Conveyor. Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian Belt Conveyor
adalah:
e. Sifat fisik dan keadaan material.
f. Keadaan topografi.
g. Jarak pengangkutan.
h. Produksi.
45
4.1.3.1. Karakteristik Batuan Spilit
Untuk mengetahui kualitas batu split yang baik adalah tidak berpori. Tidak
adanya pori menunjukkan bahwa batu sangat padat sehingga tidak ada ruang
untuk udara. Selain itu, jika diamati dengan penelitian, batu split berkualitas
memiliki kadar lumpur hanya 1%. Lebih dari itu, maka split harus dicuci dulu
sebelum dipakai membangun atau mencampurnya dengan bahan beton.
46
4.1.3. Kegiatan Peremuk
BC
BC
BC
BC
Vibrating Screening
Abu Batu (<0,5 inch) Medium 0,5 inch 1,2 inch 2,3 inch
47
Unit peremuk berfungsi untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkahan menggunakan alat peremuk. Dengan
dibuatnya Rom mampu menampung material hasil penambangan sebelum diolah
dan sebagai persediaan. Jarak dari Rom ke unit Crusher ± 50 m. Mula-mula alat
pendukung seperti genset dan control panel harus siap sebelum material dari Rom
(ukuran 21 cm) masuk melalui Hopper (ukuran 9 cm) dengan kapasitas 40 ton,
dan dalam perjam mecapai 160 ton/jam. Kemudian dialirkan menuju Vibrating
Feeder ke ayakan guli B, dimana di ayakan guli B material nya dibagi menjadi 2
bagian yaitu ada yang masuk ke Jaw Crusher Primer dan ada yang masuk ke cone
untuk memperkecil material, dimana material yang masuk melalui Jaw Crusher
Primer berukuran ±21 cm sebanyak 100 ton dan material yang masuk kedalam
cone berukuran sebanyak 60 ton. Kemudian material dialirkan dari Jaw
Crusher Primer melalui Belt Conveyer menuju Jaw Crusher Sekunder dengan
ukuran 10 cm. Kemudian material dialirkan melalui Belt Conveyer tembak
menuju ayakan Screening Dimana Diayakan Screening Dilakukan Pengayakan
Untuk Mendapatkan Hasil Jadi Yang Sudah Ditentukan Dan material yang tidak
sesuai dengan yang sudah ditentukan akan disalurkan ke cone melalui conveyer
size untuk dilakukan peremukan lagi. Kemudian material dari Cone Crusher
disalurkan dengan Belt Conveyer menuju ayakan screening dan mendapatkan
hasil yaitu 2/3, 1/2, medium, dan abu batu. Hasil produksi rata-rata yang didapat
mencapai 1.487,054 ton/hari, dimana untuk hasil produksi batuan 2,3 rata-rata
dapat mencapai 419,180 ton/hari, untuk hasil prosuksi batuan 1,2 rata-rata
mencapai 374,361 ton/hari, untuk hasil prosuksi batuan medium rata-rata
mencapai 169,986 ton/hari dan untuk hasil produksi batuan abu batu rata-rata
mencapai 169,986 ton/hari. Untuk kegunaan batu split hasil dari unit peremuk
dapat digunakan berbagai konstruksi bangunan antara lain : beton, jalan,
bangunan, aspal hotmix dan konstruksi lainnya.
48
4.2. Hasil Produksi
Tabel 4.2. Hasil Produksi di PT. Makmur Alam Sei Wampu
49
4.2.1. Hasil Produksi Dengan Menggunakan Diagram
hasil produksi/hari
600.000
500.000
400.000
300.000
200.000
100.000
0
30 Juni 2022
1 Juli 2022
2 Juli 2022
14 Juni 2022
11 Juli 2022
12 Juli 2022
13 Juli 2022
8 Juli 2022
27 Juni 2022
4 Juli 2022
5 Juli 2022
6 Juli 2022
7 Juli 2022
9 Juli 2022
15 Juni 2022
16 Juni 2022
17 Juni 2022
18 Juni 2022
20 Juni 2022
21 Juni 2022
22 Juni 2022
23 Juni 2022
24 Juni 2022
25 Juni 2022
28 Juni 2022
29 Juni 2022
hasil produksi/hari
50
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
51
DAFTAR PUSTAKA
Fatena Susy, 2014, “Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi” , Jakarta; Renika
Cipta.
52
LAMPIRAN A
53
Gambar A.5. Cone Crusher Gambar A.6. Screening
54
LAMPIRAN B
SPESIFIKASI ALAT ANGKUT
55
Gambar B.3. Dump Truck Hino Dutro 130 Hd Lsd
56