MAINTENANCE
PT. Newmont Nusa Tenggara
1.1
Latar Belakang Sistem pendidikan pada masa kini menuntut mahasiswa untuk dapat memahami ilmu
pengetahuan, baik secara teori yang diajarkan pada perkuliahan di dalam kelas maupun secara praktek untuk dapat menerapkan teori yang telah diajarkan tersebut dalam dunia kerja yang nyata. Kenyataan yang ada pada masa kini, banyak terdapat mahasiswa yang menuntut ilmu di kampus hanya memperoleh penjelasan dari dosen yang bersifat teoritis saja tanpa dapat menerapkan teori yang telah dijelaskan dalam kehidupan nyata. Kegiatan kerja praktek sangat dibutuhkan sebagai wadah agar para mahasiswa dapat menerapkan teori yang telah diajarkan di kelas ke dalam dunia kerja yang nyata. Kerja praktek memiliki peranan yang sangat penting bagi para mahasiswa karena dalam dunia keteknikindustrian, permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan akan sangat jauh berbeda dengan teori yang diajarkan di kampus. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan dapat memanfaatkan wadah kerja praktek untuk melakukan eksplorasi terhadap kemampuan dan keterampilan yang dimiliki dalam rangka mengenali masalah yang terjadi pada dunia kerja yang sesungguhnya. Dalam kerja praktek ini, akan diamati mengenai bagian perencanaan dalam Management Operating System (MOS) Process Maintenance PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT), khususnya yang berkaitan dengan perencanaan manajemen sumber daya. Perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance meliputi perencanaan material yang dibagi menjadi raising issue atau purchase requisition, pemeriksaan komponen atau material yang diminta, proses penentuan komponen, dan perencanaan pemesanan material. Selain itu, perencanaan manajemen sumber daya juga meliputi perencanaan pekerja (orang) yang dibagi menjadi standard job dan maintenance scheduled task (MST). Sedangkan untuk perencanaan manajemen sumber daya lainnya adalah perencanaan equipment support yang terdiri dari crane, flatbed truck, dan boom truck. Seluruh komponen yang termasuk dalam perencanaan manajemen sumber daya tersebut bertujuan untuk memaksimalkan produktivitas dan meminimalkan downtime. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu analisis dan evaluasi terhadap kebijakan perencanaan manajemen sumber daya yang telah dilakukan untuk menentukan apakah kebijakan yang selama ini diterapkan telah mencapai tujuan atau belum. Selain itu, hasil dari analisis dan evaluasi tersebut kedepannya dapat digunakan sebagai saran perbaikan bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan performansi dalam proses perencanaan manajemen sumber daya pada MOS Process Maintenance.
1.3
Manfaat Kerja Praktek Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek dibagi menjadi 2, yaitu
1.3.1 Manfaat bagi Perusahaan Manfaat yang dapat diperoleh bagi PT. NNT antara lain : 1. Perusahaan dapat melakukan perbaikan dalam proses perencanaan manajemen sumber daya pada MOS Process Maintenance. 2. Performansi perusahaan dalam proses perencanaan manajemen sumber daya pada MOS Process Maintenance dapat ditingkatkan.
1.3.2 Manfaat bagi Penulis Adapun manfaat yang diperoleh bagi penulis adalah sebagai berikut : 1. Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk mengaplikasikan ilmu teori yang didapatkan dalam perkuliahan ke dalam dunia kerja yang nyata. 2. Dapat memberikan solusi untuk permasalahan perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance PT. Newmont Nusa Tenggara.
1.4
Batasan dan Asumsi Batasan dan asumsi yang digunakan dalam kerja praktek bertujuan agar permasalahan yang akan
1.4.1 Batasan Batasan yang digunakan antara lain : 1. Permasalahan yang dihadapi hanya terbatas pada kegiatan perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance PT. NNT. 2. Sumber daya yang dibahas hanya terbatas pada pekerja, material, dan equipment support. 3. Waktu kerja praktek dibatasi hanya selama 1 bulan dengan kebijakan 5 hari kerja mulai pukul 06.30 WITA sampai pukul 16.30 WITA.
1.5
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi enam bab, yaitu bab pendahuluan,
gambaran umum perusahaan, laporan aktivitas harian, analisis dan interpretasi, evaluasi, dan kesimpulan serta saran.
1.5.1 Bab I Pendahuluan Bab pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan kerja praktek, manfaat kerja praktek, batasan dan asumsi, serta sistematika penulisan.
1.5.2 Bab II Gambaran Umum Perusahaan Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang terdiri dari sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, deskripsi perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan.
1.5.3 Bab III Laporan Aktivitas Harian Pada bab ini dijelaskan mengenai lokasi kerja praktek, waktu pelaksanaan kerja praktek, pembimbing kerja praktek, dan detail aktivitas harian yang dilakukan oleh mahasiswa selama melakukan kerja praktek yang meliputi hari dan tanggal, pihak yang terlibat dalam kegiatan, serta aktivitas yang dilakukan.
1.5.4 Bab IV Analisis dan Interpretasi Pada bab ini dijelaskan mengenai analisis dan interpretasi dari seluruh kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek. Bab ini juga merujuk pada saran perbaikan yang dapat diberikan bagi perusahaan.
1.5.5 Bab V Evaluasi Bab ini menjelaskan mengenai kebijakan perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance yang diterapkan oleh perusahaan, analisis dan evaluasi mengenai kebijakan eksisting, serta saran perbaikan yang dapat diberikan untuk melakukan pengembangan terhadap perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance perusahaan. 1.5.6 Bab VI Kesimpulan dan Saran
Laporan Kerja Praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, visi dan misi, deskripsi, strukur organisasi, produk, dan informasi lain yang berkaitan dengan perusahaan.
2.1
Sejarah Perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) terletak di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan
lokasi tambang dari PT. NNT yang dikenal dengan sebutan Batu Hijau berada di Kabupaten Sumbawa Barat di barat daya Pulau Sumbawa. Batu Hijau adalah tambang penghasil tembaga dan emas terbesar yang ditemukan pada tahun 1990. PT. NNT menandatangani Kontrak Karya pada tanggal 2 Desember 1986 dengan Pemerintah RI untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi dalam wilayah Kontrak Karya di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Berdasarkan kontrak kerja ini, pada bulan Mei tahun 1990, ahli geologi dari pihak Newmont menemukan deposit Batu Hijau yang merupakan cebakan tembaga porfiri yang berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat. Selanjutnya pada bulan Oktober 1996, pemerintah RI menyetujui hasil analisa mengenai dampak lingkungan (AMDAL) yang dilakukan berkaitan dengan sistem penempatan tailing bawah laut yang akan dilakukan oleh PT. NNT untuk membuang material tak berharga dari proses produksi. Konstruksi proyek dimulai pada awal 2007 dengan nilai investasi sebesar USD 1,8 milyar. Pada Desember 1999, PT. NNT menyelesaikan konstruksi area tambang dan pada tanggal 1 Maret 2000 produksi komersial PT. NNT dimulai. Masa berlaku kontrak PT. NNT dengan Pemerintah RI adalah sampai dengan tanggal 28 Februari 2030.
2.2
Visi dan Misi Perusahaan Sebagai suatu perusahaan tambang tembaga dan emas yang besar, PT. NNT tentunya memiliki
visi dan misi yang menjadi dasar dan pedoman dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan. Adapun visi dari PT. NNT adalah Kita akan menjadi perusahaan tambang yang paling dihargai dan dihormati melalui pencapaian kinerja terdepan dalam industri tambang. Berdasarkan visi tersebut, terdapat 6 nilai utama yang dibangun oleh PT. NNT, diantaranya : 1. Bertindak atas dasar integritas, kepercayaan, dan rasa hormat. 2. Menghargai kreatifitas, tekad untuk menjadi yang terbaik, dan komitmen untuk bertindak. 3. Mewujudkan kepemimpinan di bidang kesehatan dan keselamatan kerja, perlindungan lingkungan, dan tanggung jawab sosial. 4. Mengembangkan karyawan untuk menjadi yang terbaik. 5. Mengutamakan dan mewujudkan kerja tim serta komunikasi yang jujur dan terbuka. 6. Mendukung perubahan yang positif dengan mendorong inovasi dan menerapkan praktek yang telah disepakati.
2.3
Deskripsi Perusahaan Tambang batu hijau PT. NNT merupakan pit terbuka dengan metode penambangan konvensional
yang menggunakan shovel dan truk. Produk PT. NNT adalah berupa konsentrat tembaga yang mengandung sebagian emas dan perak yang dihasilkan melalui proses flotasi yang selanjutnya dikirimkan ke berbagai daerah pemasaran, seperti Jepang, Eropa, Korea Selatan, Australia, dan berbagai daerah lain untuk pengolahan selanjutnya. Tambang Batu Hijau PT. NNT berlokasi di Kabupaten Sumbawa Barat seperti ditunjukkan dalam gambar di bawah ini :
Berdasarkan studi kelayakan, cadangan bijih tambang Batu Hijau adalah sebesar 1,1 miliar ton dengan kandungan 0,43% tembaga dan 0,33% emas per ton batuan. Mengacu pada tingkat produksi saat ini, usia tambang Batu Hijau diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2023. PT. NNT saat ini tengah melakukan kegiatan eksplorasi di wilayah lain di dalam wilayah Kontrak Karya. Sebagai kontraktor Pemerintah Indonesia, PT. NNT memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan pembayaran royalti serta pajak. Saat ini, PT. NNT menyediakan lapangan kerja langsung bagi lebih dari 7.400 orang. Dari jumlah itu, lebih dari
2.4
Struktur Organisasi Perusahaan Seperti perusahaan lain pada umumnya, PT. NNT juga memiliki struktur organisasi yang
menggambarkan mengenai bagian-bagian atau jabatan pada perusahaan, mulai dari puncak hingga ke bawah. Pada sub bab ini akan dijabarkan mengenai struktur organisasi yang terbatas hanya pada Process Maintenance Department. Hal ini disebabkan karena struktur organisasi yang terlalu kompleks yang dimiliki oleh PT. Newmont Nusa Tenggara sehingga tidak memungkinkan untuk dijabarkan secara keseluruhan. Process Maintenance Department terdiri dari 4 bagian utama, yaitu Bagian Process
2.5
Produk Perusahaan Sebagaimana telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya, produk PT. NNT adalah berupa
konsentrat tembaga yang mengandung sebagian kecil emas dan perak. Berdasarkan data RKAB PT. NNT Kementrian ESDM tahun 2007, profil cadangan dan kandungan PT. NNT adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Tabel Profil Cadangan dan Kandungan PT. NNT
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa total cadangan bijih tambang PT. NNT adalah sebesar 1,1 milyar ton dengan kadar tembaga sebesar 0,43% dan kadar emas sebesar 0,33%. Berdasarkan data Kementrian ESDM, produksi mineral PT. NNT dalam kurun waktu antara tahun 2004-2010 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Produksi Mineral PT. NNT dalam Kurun Waktu 7 Tahun
2.6
Kebutuhan Pendukung Perusahaan PT. Newmont Nusa Tenggara membangun prasarana fisik dan manusia yang besar untuk
menunjang bisnis penambangan tembaga dan emas di Batu Hijau. Adapun prasarana yang dimiliki oleh PT. NNT, antara lain : 1. 2. Administrasi yang merupakan kantor kedaerahan yang berada di Mataram dan Sumbawa. Transportasi yang terdiri dari ferry, bus, mobil perusahaan, truk, kapal, helikopter, dan seaplane. 3. Sarana pelabuhan yang merupakan tempat penampungan kendaraan dan sekaligus sebagai gudang untuk menyimpan produk perusahaan sebelum dikirim ke beberapa negara tujuan. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Komunikasi yang terdiri dari komputer, telepon, radio, dan jaringan microwave. Pendukung medis yang terdiri dari klinik, stasiun P3K, bantuan medis, dan evakuasi. Kontraktor yang bertugas untuk mendirikan camp dan melaksanakan kegiatan kerja spesifik. Tenaga kerja terampil yang bertugas untuk menyediakan makanan, akomodasi, dan lain-lain. Tim Respon Keadaan Darurat. Sarana olahraga, seperti kolam renang, lapangan bola, lapangan tenis, lapangan voli, lapangan golf, lapangan bulutangkis, lapangan basket, fitness center, dan biliard. 10. Koperasi pegawai yang menyediakan perlengkapan atau kebutuhan hidup sehari-hari. 11. Bank dan ATM. 12. Rumah Makan. 13. Pembangkit listrik. 14. Pengolah air. 15. Sarana ibadah. 16. Sarana rekreasi. 17. Sarana pendidikan yang terdiri dari Sekolah Nasional dan Sekolah Internasional. 18. Perumahan dan camp.
2.7
Management Operating System (MOS) Process Maintenance Perusahaan Management Operating System (MOS) Process Maintenance merupakan suatu kebijakan yang
dibuat oleh PT. NNT untuk mengatur mengenai kegiatan pemeliharaan. Selama ini, kegiatan pemeliharaan membutuhkan biaya yang sangat besar, khususnya bagi kegiatan operasi tambang. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen pemeliharaan yang efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan produksi dan penurunan biaya pemeliharaan. Kebijakan ini bertujuan untuk mencapai suatu tingkat kinerja pemeliharaan yang memberikan keuntungan ekonomis terbaik dengan
mempertimbangkan biaya produksi satuan dan penggunaan anggaran cost center. Kebijakan ini juga
10
11
12
Laporan Kerja Praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara BAB III LAPORAN AKTIVITAS HARIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai laporan aktivitas harian mahasiswa selama melakukan kerja praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara.
13
3.1
Lokasi Kerja Praktek Kerja praktek dilakukan di PT. Newmont Nusa Tenggara yang terletak di daerah operasi tambang
Batu Hijau, Kabupaten Sumbawa Barat. Dalam kerja praktek ini, peserta kerja praktek ditempatkan pada Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, Process Department PT. Newmont Nusa Tenggara.
3.2
Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek Pelaksanaan kerja praktek berlangsung selama 1 bulan, terhitung mulai tanggal 10 Juli 2012
sampai dengan tanggal 10 Agustus 2012. Jam kerja peserta kerja praktek disepakati hanya 5 hari kerja, mulai hari Senin sampai dengan hari Jumat, sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur. Aktivitas kerja untuk hari Senin sampai hari Jumat dimulai pukul 06.30 WITA - 16.30 WITA dengan waktu istirahat selama 1 jam mulai pukul 12.00 WITA - 13.00 WITA. Sedangkan jam kerja untuk hari Jumat dimulai pukul 06.30 WITA - 16.30 WITA dengan waktu istirahat mulai pukul 11.30 WITA 13.00 WITA.
3.3
Pembimbing Kerja Praktek Peserta kerja praktek didampingi oleh beberapa orang pembimbing yang akan membantu dan
memberikan arahan atau masukan pada mahasiswa dalam melaksanakan tugas pada Bagian Process Maintenance Planning and Strategy. Adapun para pembimbing tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pembimbing Internal 2. Pembimbing Eksternal : Bapak Dody Hartanto : Bapak Zainul Wahidin
Selain dibimbing oleh para pembimbing yang disebut diatas, karyawan yang secara resmi bukan sebagai pembimbing pun banyak memberikan masukan-masukan mengenai data-data atau keterangan yang diperlukan oleh peserta kerja praktek.
3.4
Pelaksanaan Harian Kerja Praktek Dalam sub bab ini, akan diuraikan mengenai aktivitas harian peserta kerja praktek selama
melakukan kerja praktek di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy PT. NNT.
14
3.4.2 Laporan Hari Ke-2 (11 Juli 2012) Di hari kedua kerja praktek, kegiatan dilanjutkan dengan safety induction oleh Bapak Romli dan tes kesehatan oleh pihak International SOS.
3.4.2.1
Safety Induction Safety induction dilakukan untuk memberikan bekal awal bagi setiap orang, baik pengunjung
maupun karyawan PT. NNT terhadap keselamatan kerja sebelum bekerja langsung di lapangan. Adapun materi yang diberikan oleh Bapak Romli selaku instruktur, meliputi identifikasi bahaya, kasus-kasus yang sering terjadi, dan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri). Izin beraktifitas di lapangan baru akan keluar ketika peserta berhasil meraih skor minimal, yaitu skor 70 pada tes tertulis yang diadakan di akhir pertemuan.
3.4.2.2
Tes Kesehatan Lokasi tambang PT. NNT yang berada di daerah endemi malaria dan kondisi lingkungan yang
berdebu membuat perusahaan cukup concern terhadap kesehatan karyawan dan orang-orang yang berada di daerah sekitar lingkar tambang. Perhatian ini ditunjukkan dengan adanya tes mantoux dan penyuluhan tentang bahaya penyakit malaria, TBC, dan HIV/AIDS. Selain itu, peserta diberikan informasi terkait fasilitas kesehatan yang tersedia di sekitar lokasi perusahaan.
3.4.3 Laporan Hari Ke-3 (12 Juli 2012) Hari ketiga diisi dengan pembagian APD (Alat Pelindung Diri), tanda tangan agreement, dan penempatan departemen. Adapun departemen yang diperoleh peserta kerja praktek adalah Process Department, yaitu pada Bagian Process Maintenance Planning and Strategy. Setelah tiba di departemen penempatan, peserta mendapatkan materi singkat di sub unit Process Training oleh Bapak Boedi Arda terkait gambaran umum proses bisnis yang terjadi di Concentrator.
3.4.4 Laporan Hari Ke-4 (13 Juli 2012) Pada hari keempat, kegiatan diawali dengan penerimaan oleh Bapak Zainul Wahidin selaku General Foreman Planning di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, dimana Bapak Zainul Wahidin juga merupakan pembimbing eksternal peserta kerja praktek. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi terhadap objek amatan yang akan diamati oleh peserta kerja praktek terkait dengan Bagian Process Maintenance Planning and Strategy. Berikut adalah gambaran
15
Closure Executio n
Scheduli ng
Management Operating System (MOS) adalah panduan manajemen di dalam Process Maintenance Department. Secara umum, terdapat 6 fase atau langkah utama dalam MOS. Langkah pertama adalah penentuan jenis pekerjaan yang dibutuhkan dari berbagai sumber, termasuk feedback pekerja lapangan. Daftar pekerjaan ini kemudian dikelola oleh planner, mulai dari penyusunan maintenance scheduled task (MST), material requirement planning (MRP), dan lain-lain. Output dari perencanaan ini digunakan dalam kegiatan penjadwalan. Setelah jadwal kegiatan beserta work order (WO) telah terbit, maka dilanjutkan dengan eksekusi dan closure ketika perbaikan telah selesai dilakukan. Hasil pekerjaan perbaikan ini kemudian dianalisa dan menjadi feedback perbaikan untuk work identification selanjutnya. Di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, keseluruhan alur MOS Process Maintenance rutin dilakukan, kecuali alur eksekusi dan work closure.
3.4.5 Laporan Hari Ke-5 (16 Juli 2012) Aktivitas hari kelima diisi dengan beberapa diskusi dengan karyawan di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy.
3.4.5.1
Resources Management Dalam perencanaan manajemen sumber daya, terdapat tiga objek yang dikelola, yaitu
material/komponen, manusia (man), dan equipment support. Pengelolaan sumber daya manusia dilakukan dalam bentuk penjadwalan kerja. Total kapasitas jam kerja yang dimanfaatkan hanya sekitar 80% untuk kegiatan planned maintenance (termasuk pekerjaan tertunda/backlog), sedangkan sisanya digunakan sebagai antisipasi terjadinya unplanned maintenance pada saat proses produksi berlangsung. Setiap pekerjaan diurutkan berdasarkan prioritas pekerjaan yang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
16
Breakdown (Emergent)
Routine (corrective)
Equipment Trial
Equipment Type Utilities (site wate, power, etc) Production Critical 1 Equipment - No Redudancy Production Critical 1 Equipment - With Redudancy Material Handling Systems Mobile Equipment Production Critical 2 Equipment - No Redudancy Production Critical 2 Equipment - With Redudancy Support Equipment Production Criticality 3 Equipment (buildings etc) Other
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
10 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10
9 90 81 72 63 54 45 36 27 18 9
8 80 72 64 56 48 40 32 24 16 8
7 70 63 56 49 42 35 28 21 14 7
6 60 54 48 42 36 30 24 18 12 6
5 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5
4 40 36 32 28 24 20 16 12 8 4
3 30 27 24 21 18 15 12 9 6 3
2 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2
3.4.5.2
Material Requirement Planning (MRP) dan Inventory Material requirement planning (MRP) merupakan salah satu cara untuk dapat mengetahui
kebutuhan material/komponen yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu. Komponen yang telah memiliki stock code di warehouse akan dikenakan raising issue (IR) yang merupakan slip pengambilan langsung komponen di warehouse. Sedangkan apabila komponen belum memiliki stock code, maka akan menghasilkan purchase requisition (PR) yang selanjutnya akan diarahkan kepada petugas purchasing untuk pengadaan barang.
3.4.5.3
Letterman List dan Cost Center Setiap minggu, pihak planner, warehouse, dan purchasing mengadakan pertemuan untuk
membahas masalah pembelian komponen, pemilihan supplier, penentuan stock level, dan koordinasi lainnya. Hal ini diharapkan dapat membangun koordinasi yang baik antara pihak planning, purchasing, maupun warehouse agar dapat meminimasi kesalahan pembelian dan optimisasi biaya. Adapun komponen yang dibahas pada pertemuan ini hanya diperuntukkan bagi komponen yang bersifat kritis.
Administration
1 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Housekeeping
Work Type
PM/PdM
17
Cost center code tentunya dapat mempermudah tracing (penelusuran) penggunaan biaya. Sedangkan tracing penggunaan biaya yang lebih detail dapat menggunakan kode expect element (EE). Jika cost center code mengelompokkan biaya ke dalam area aktivitas maintenance tertentu, kode EE mengelompokkan setiap peralatan yang digunakan. Berikut adalah sebagian contoh EE code :
Tabel 3.2 Expect Element (EE) Code
3.4.6 Laporan Hari Ke-6 (17 Juli 2012) Pada hari ini, kegiatan seperti biasa dimulai dengan safety talk. Topik pada safety talk kali ini terkait evaluasi kegiatan total plant shutdown yang telah berakhir. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan praktek scheduling bersama Bapak Hendra. Scheduling yang dilakukan adalah alokasi human resource pada tiap pekerjaan yang dibebankan secara kolektif (workgroup). Utilisasi pekerja ditetapkan antara 80% - 90%. Setiap minggunya dilakukan meeting commit dengan pekerja lapangan untuk mendiskusikan pekerjaan yang akan dikerjakan selama satu minggu kedepan.
3.4.7 Laporan Hari Ke-7 (18 Juli 2012) Aktivitas di hari ini diisi dengan diskusi mengenai pembuatan CIR (Catalogue Item Request) online bersama Bapak Edy. Berikut merupakan gambar form dari CIR online :
18
CIR merupakan form registrasi komponen baru yang ingin dibeli, akan tetapi belum terdaftar di dalam stock code. Pihak planner harus mengisi beberapa keterangan, diantaranya nama, deskripsi, harga, forecast kebutuhan, dan menentukan ROP (Re-Order Point) dan ROQ (Re-Order Quantity). Setelah CIR terbit, maka pihak katalog dan purchasing akan memproses lebih lanjut hingga item tersebut datang ke warehouse dan memiliki stock code. Dalam periode tertentu, ROP dan ROQ setiap item selalu diperbaharui pada Ellipse sesuai dengan pengalaman penggunaan (usage) di lapangan.
3.4.8 Laporan Hari Ke-8 (19 Juli 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan diskusi mengenai penjadwalan dan pengelolaan equipment support bersama Bapak Asri Noor. Equipment support merupakan salah satu dari tiga sumber daya yang didalamnya mencakup peralatan-peralatan yang membantu kegiatan pemeliharaan, seperti crane, boom truck, dan flatbed truck. Penjadwalan dilakukan dengan menggunakan planning horizon selama 22 hari dan database tersebut di-update setiap dua kali sehari ke dalam intra-net. Tugas planner adalah mengatur jadwal penggunaan equipment support dan berkoordinasi dengan petugas lapangan. PT. Newmont Nusa Tenggara kini tengah dalam proses pembelian crane baru semenjak beberapa crane milik perusahaan telah di-phase out. Untuk menjaga kelangsungan operasional, perusahaan menyewa sekitar sembilan crane dari perusahaan lain.
19
3.4.9 Laporan Hari Ke-9 (20 Juli 2012) Pada hari ini, kegiatan dimulai dengan safety talk membahas peristiwa PFO, yaitu karyawan yang mengalami kecelakaan di bagian electrical. Seluruh karyawan mendapatkan himbauan untuk lebih hatihati dan mampu mengidentifikasi bahaya di sekitar lingkungan kerja sebelum melakukan segala aktivitas. Selanjutnya peserta kerja praktek melakukan kunjungan ke warehouse untuk memeriksa ketersediaan komponen bersama Bapak Marthen.
3.4.10 Laporan Hari Ke-10 (23 Juli 2012) Di awal minggu ketiga ini, kegiatan diisi dengan diskusi hasil KPI Bagian Process Maintenance untuk minggu ke-28. KPI itu sendiri mencakup beberapa area, seperti performa sumber daya, produksi, penggunaan biaya, safety & environment, dan OEE score. Selanjutnya peserta kerja praktek melakukan kunjungan ke warehouse Con 1 untuk melakukan pengecekan komponen direct purchase bersama Bapak Sujito.
3.4.11 Laporan Hari Ke-11 (24 Juli 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan membantu merapikan APD dan mengidentifikasi masalah berdasarkan weekly report pada minggu ke-28. Secara garis besar, beberapa masalah yang dapat diidentifikasi dari laporan tersebut, antara lain utilitas workgroup yang bervariasi, tingginya jumlah backlog, work compliance, dan variasi budget yang cukup tinggi.
3.4.12 Laporan Hari Ke-12 (25 Juli 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan melanjutkan pengerjaan laporan dan penyusunan poin-poin evaluasi yang mencakup evaluasi kinerja penjadwalan manpower dan equipment support serta performa inventory level. Kegiatan selanjutnya diisi dengan diskusi bersama Bapak Dedy tentang list part-part yang termasuk ke dalam stock class routine, critical, dan insurance. Part ini nantinya akan masuk dalam analisa penetapan ROP dan ROQ.
20
3.4.14 Laporan Hari Ke-14 (27 Juli 2012) Kegiatan hari ini diisi dengan presentasi progress laporan kepada Bapak Wahid selaku pembimbing eksternal. Progress laporan yang disampaikan mencakup bab 1 hingga bab 4 yang dilanjutkan dengan penyampaian draft untuk bab 5. Disamping itu, Bapak Wahid selaku pembimbing eksternal juga memberikan beberapa masukan dan revisi terhadap progress laporan yang disampaikan. Beliau juga menyampaikan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh seorang planner di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy. Seorang planner seharusnya dapat mengerti kondisi lapangan dan memegang kontrol terhadap kegiatan maintenance tersebut. Terkait masalah penjadwalan, planning horizon yang digunakan tidak lagi satu minggu kedepan, melainkan beberapa minggu kedepan atau bahkan mungkin bulanan. Hal inilah yang menyebabkan pekerjaan seorang planner adalah pekerjaan yang dinamis dan memerlukan pemikiran strategis untuk jangka panjang maupun respon cepat untuk jangka pendek.
3.4.15 Laporan Hari Ke-15 (30 Juli 2012) Kegiatan kerja praktek hari ini diisi dengan melanjutkan penyelesaian laporan untuk bab evaluasi dan pencarian literatur yang membahas mengenai materi spare part inventory control. Materi ini akan digunakan sebagai referensi evaluasi dan tata cara inventory control terkait komponen yang bersifat kritis dalam kegiatan maintenance.
3.4.16 Laporan Hari Ke-16 (31 Juli 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan safety talk dan evaluasi bersama mengenai weekly planning schedule oleh Bapak Wahid. Beberapa isu yang muncul dari laporan mingguan adalah terdapat masalah dalam pelaksanaan perencanaan mingguan. Beberapa planner mengeluhkan masalah dalam membuat weekly planning schedule, diantaranya terdapat workgroup yang kekurangan resource manpower, absennya foreman dalam meeting commit, dan pengembalian job card yang tidak tepat waktu. Dari beberapa permasalahan tersebut, dalam safety talk ini dihasilkan beberapa kesimpulan, yaitu diperlukan koordinasi lebih lanjut terkait pengembalian job card dengan penanggung jawab masing-masing
21
3.4.17 Laporan Hari Ke-17 (1 Agustus 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan melanjutkan pengerjaan laporan dan perhitungan ROP dan ROL untuk part routine (stock code: 4051785) dengan menggunakan beberapa pendekatan, antara lain model klasik Economic Order Quantity (EOQ), Continous Review Model, dan Base Stock Model.
3.4.18 Laporan Hari Ke-18 (2 Agustus 2012) Kerja praktek hari ini diawali oleh safety talk yang dilanjutkan dengan melakukan diskusi dengan bapak Muis terkait review inventory dari Supply Chain Department yang sudah tidak digunakan selama kurun waktu 2 (dua) tahun, 3 (tiga) tahum, dan 4 (empat) tahun. Pihak planner ditugaskan untuk dapat membuat justifikasi terhadap komponen tersebut apabila memang masih diperlukan. Apabila sudah tidak dibutuhkan, stock class komponen yang saat ini bersifat critical dan routine dapat diubah menjadi obsolate, insurance, atau order on demand. Pada siang hari, kegiatan dilanjutkan dengan menghadiri meeting commit dengan pimpinan workgroup upstream.
3.4.19 Laporan Hari Ke-19 (3 Agustus 2012) Kegiatan pada hari ini diisi dengan safety meeting membahas topik tips mengatasi mata lelah di depan monitor. Topik ini merupakan wujud nyata kampanye K3 PT. NNT, khususnya pada Bagian Process Maintenance Planning and Strategy untuk menjaga kesehatan para karyawan agar tetap fit dalam beraktivitas karena sebagian besar aktivitas para karyawan dihabiskan di depan layar monitor. Selanjutnya, kegiatan diisi dengan pengerjaan laporan untuk bagian evaluasi equipment support dan bab kesimpulan dan saran.
Laporan Kerja Praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara Halaman ini sengaja dikosongkan
22
Laporan Kerja Praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengertian umum Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, Management Operating System (MOS) Process Maintenance, maintenance scheduled task (MST), perencanaan manajemen sumber daya, material yang meliputi raising issue atau purchase requisition, pemeriksaan komponen atau material yang diminta, proses penentuan komponen, dan perencanaan pemesanan material, pekerja (orang) yang meliputi standard job dan maintenance scheduled task (MST), serta equipment support yang meliputi crane, flatbed truck, dan boom truck.
23
4.1
Bagian Process Maintenance Planning and Strategy Bagian Process Maintenance Planning and Strategy merupakan salah satu bagian yang berada
dalam Process Maintenance Department yang mengurusi mengenai perencanaan kegiatan pemeliharaan dalam proses produksi PT. NNT. Walaupun tidak terlibat langsung dalam prosesnya, namun Bagian Process Maintenance Planning and Strategy memiliki peran yang sangat penting dalam keberlangsungan kegiatan pemeliharaan karena seluruh proses perencanaan yang terkait dengan pekerjaan, penjadwalan, penentuan sumber daya, dan sebagainya harus disusun sebaik mungkin agar dapat meningkatkan kemampuan produksi dan menghemat biaya pemeliharaan melalui manajemen pemeliharaan yang efektif. Secara umum, fungsi kerja dari Bagian Process Maintenance Planning and Strategy digambarkan dalam sebuah flowchat yang disebut sebagai Management Operating System (MOS) Process Maintenance, dimana kegiatan utamanya meliputi identifikasi dan inisiasi kerja, perencanaan kerja, penjadwalan kerja, pelaksanaan kerja, penutupan kerja, dan analisis serta perbaikan terhadap hasil kerja. Bagian Process Maintenance Planning and Strategy dipimpin oleh seorang superintendent dan dibagi dalam 3 sub bagian, yaitu planning, reliability, dan process training. Seluruh sub bagian inilah yang akan berkoordinasi untuk membuat perencanaan kegiatan pemeliharaan dalam proses produksi PT. NNT, baik dari sisi perencanaan, uji ketahanan/keandalan terhadap equipment, dan pelatihan kepada para pekerja (manpower) yang akan melakukan kegiatan pemeliharaan.
4.2
Management Operating System (MOS) Process Maintenance Secara umum, Management Operating System (MOS) merupakan bagian dari program kerja
business excellence yang merupakan sekumpulan set proses, pengukuran, dan peralatan untuk memaksimalkan efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Metodologi ini menggunakan sebuah pendekatan sistematis dan berulang dalam membuat rencana, mengelola, mengeksekusi, dan mengawasi performa bisnis dengan cara menguraikan rencana bisnis jangka panjang ke dalam tugas kerja terpisah. Management Operating System (MOS) Process Maintenance merupakan suatu kebijakan yang dibuat oleh PT. NNT untuk mengatur mengenai kegiatan pemeliharaan. Selama ini, kegiatan pemeliharaan membutuhkan biaya yang sangat besar, khususnya bagi kegiatan operasi tambang. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu manajemen pemeliharaan yang efektif sehingga dapat meningkatkan
24
25
4.3
Maintenance Scheduled Task (MST) Maintenance Scheduled Task (MST) yang terdapat dalam Ellipse secara sederhana dapat diartikan
sebagai preventive maintenance task. Pengembangan program preventive maintenance bertujuan untuk menentukan tugas pemeliharaan rutin yang harus dilakukan untuk mencapai tingkat kinerja yang diharapkan guna memenuhi kebutuhan bisnis. Jika program preventive maintenance berjalan efektif, maka program preventive maintenance akan dapat mengidentifikasi dan menemukan kerusakan yang dapat dicegah melalui pemeliharaan. Terdapat 4 fase atau langkah dalam proses pembuatan MST, yaitu pembuatan equipment group identifier (EGI), pembuatan applied parts list (APL), pembuatan standard job, dan pembuatan MST itu sendiri. Secara umum, keempat fase atau langkah tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam perencanaan manajemen sumber daya material dan pekerja. Untuk perencanaan manajemen sumber daya material dapat melalui fase EGI dan APL, sedangkan untuk perencanaan manajemen sumber daya pekerja dapat melalui fase standard job dan MST.
4.4
26
27
4.4.1.1
Raising Issue atau Purchase Requisition Material yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi item yang berupa stok dan item yang berupa
purchase requisition. Item berupa stok ditandai dengan adanya stock code dari material yang dibutuhkan. Sedangkan purchase requisition muncul akibat belum adanya stock code dari material yang dibutuhkan. Kemudian, dari purchase requisition tersebut akan muncul purchase order yang selanjutnya akan dilakukan proses pemesanan material oleh pihak purchasing. Material yang dibutuhkan diminta langsung oleh user yang dalam hal ini adalah planner atau pengguna akhir dengan sistem transaksi sebagai berikut : 1. Item stok akan menghasilkan warehouse requisition, dimana slip pengambilan akan dicetak secara otomatis untuk warehouse requisition pada warehouse yang telah ditentukan. 2. Item purchase requition akan menghasilkan purchase requisition, dimana purchase requisition tersebut akan diarahkan kepada petugas purchasing untuk dilakukan pengadaan barang. Kedua proses transaksi tersebut pada dasarnya tidak memerlukan dokumen sebagai input. Namun bagaimanapun juga, beberapa dokumen mungkin saja diperlukan untuk prosedur dalam departemen. Proses pembuatan rekuisisi (daftar isian permintaan) memiliki tiga jenis barang, dimana masing-masing barang memiliki wewenang pembuatan yang berbeda, yaitu : 1. District stocked item only. 2. Purchase requisition item only. 3. Any item. Purchase requisition memerlukan persetujuan dan tidak akan diproses tanpa otoritas yang sesuai, sedangkan warehouse requisition tidak memerlukan persetujuan tersebut. Seluruh item yang distok dalam requisition akan dialokasikan/ditempatkan pada nomor IR yang sama oleh sistem, begitu pula dengan PR yang akan dikelompokkan pada nomor PR yang sama. Setelah dilakukan persetujuan, maka : 1. Requisition untuk stocked item akan diteruskan secara elektronik menuju warehouse. Selanjutnya slip pengambilan akan dicetak secara otomatis sebagai pemberitahuan kepada pihak warehouse.
28
4.4.1.1.1 Equipment Group Identifier (EGI) Equipment Group Identifier (EGI) merupakan pengelompokan komponen yang memiliki persamaan spesifikasi dan karakteristik, seperti APL, standard jobs, MST, dan profil serta hirarki komponen ke dalam kelompok tertentu. Hal ini bertujuan untuk mempermudah analisa performa dan biaya secara kolektif. Aplikasi equipment group identifier (EGI) digunakan untuk mengelola informasi yang bertujuan untuk : 1. Menyediakan daftar kelompok komponen peralatan yang memiliki kebutuhan pemeliharaan yang sama atau sejenis. 2. Menyediakan profil semua komponen yang ada (kode komponen) yang dapat digunakan pada satu komponen peralatan. 3. Menentukan hirarki konfigurasi komponen sebagai suatu struktur dalam EGI, termasuk indikator komponen yang dapat diperbaiki. 4. Mencatat jumlah komponen yang harus dipasang di tempat tertentu pada suatu peralatan.
4.4.1.1.2 Applied Parts List (APL) Sub sistem applied parts list (APL) menyediakan informasi mengenai daftar material atau komponen apa saja yang diperlukan untuk memelihara suatu peralatan tertentu. Fungsi ini juga terintegrasi dengan sistem kalatog/stock code yang memudahkan identifikasi komponen usang. Dengan adanya APL, identifikasi komponen dan servis yang diperlukan untuk pemeliharaan suatu peralatan dapat secara cepat diketahui. Fungsi utama APL adalah untuk mendukung maintenance strategy dengan menyediakan daftar komponen material untuk melakukan perbaikan pada : 1. Pekerjaan yang direncanakan dan dijadwalkan. 2. Pekerjaan perbaikan terencana. 3. Perlengkapan perbaikan standar untuk menjalankan kegiatan yang gagal. 4. Perlengkapan tipe re-build untuk pemeliharaan komponen yang dapat diperbaiki. APL dapat menghemat waktu bagi petugas pemeliharaan dengan memudahkan identifikasi terhadap stock code dan jumlah yang diperlukan untuk melaksanakan masing-masing tugas pemeliharaan. Manfaat nyata dari penggunaan APL dapat dilihat pada saat APL dihubungkan dengan tugas pada standard job yang dihasilkan dari proses maintenance schedule. APL dapat digunakan secara tersendiri atau dilampirkan pada APL lain (induk) untuk membentuk suatu hirarki APL.
29
4.4.1.1.3 Catalogue Item Requisition (CIR) Catalogue Item Requisition (CIR) merupakan formulir registrasi komponen baru yang akan dibeli, tetapi belum terdaftar dalam stock code. Pihak planner harus mengisi beberapa keterangan yang terdapat dalam formulir CIR, diantaranya identitas pemesan, seperti nama, nomor badge, asal departemen, posisi, dan sebagainya. Selain itu, untuk data komponen yang ingin dipesan, pihak planner juga harus mengisi beberapa keterangan, seperti nama komponen, deskripsi komponen, estimasi harga komponen, forecast jumlah kebutuhan komponen, lokasi dan jenis warehouse yang dibutuhkan untuk menyimpan komponen, kode dan jumlah peralatan yang akan menggunakan komponen tersebut, dan penentuan ROP (Re-Order Point) serta ROQ (Re-Order Quantity). Setelah CIR terbit, maka pihak katalog dan purchasing akan memproses lebih lanjut dengan menentukan supplier sebagai pemasok komponen yang ingin dipesan hingga komponen tersebut datang ke warehouse dan memiliki stock code. Dalam formulir CIR juga terdapat bagian dalam bentuk rangkaian pertanyaan, dimana jawaban yang diberikan oleh planner atas pertanyaan tersebut berfungsi untuk mengetahui stock class dari komponen/item yang ingin dipesan. Hal tersebut dilakukan agar pihak warehouse lebih mudah dalam mengelompokkan komponen/item dan dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan perubahan terhadap ROP dan ROQ dari komponen/item tersebut. Untuk periode tertentu, ROP dan ROQ setiap komponen/item dapat diperbaharui pada Ellipse sesuai dengan riwayat penggunaan (usage) di lapangan. Berikut ini adalah gambar dari formulir CIR :
30
4.4.1.2
Pemeriksaan Komponen atau Material yang Diminta Setelah barang diterima dari gudang, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa dan
mengidentifikasi material tersebut untuk mengetahui adanya kecacatan atau kerusakan yang mungkin terjadi selama proses pengiriman atau penyimpanan. Pemerikasaan dilakukan dengan memperhatikan jenis barang, kemasan yang ada, dan lokasi penyimpanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemeriksaan adalah sebagai berikut : 1. Kain yang terpapar harus ditempelkan Denso. 2. Pinggiran roda yang terbuka harus dilapisi dan ditutupi. 3. Lubang port harus disumbat atau ditutup. 4. Memastikan tidak ada kerusakan pada produk yang terbuat dari karet. 5. Setiap poros harus dilapisi dengan segel lunak. 6. Permukaan yang dibuat dengan menggunakan mesin harus dilindungi. 7. Bearing harus tetap dalam keadaan asli. 8. Instrumentasi dan alat kontrol harus tetap berada dalam kotak pengiriman asli. 9. Gearbox disimpan sesuai dengan volume dan tipe pelindung yang diperlukan. Selain itu, poros juga harus memiliki keterangan rotasi berkala.
4.4.1.3
Proses Penentuan Komponen Untuk memudahkan kebijakan pengontrolan inventarisasi, maka komponen dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggunaannya, yaitu : 1. Komponen Usang Kategori ini termasuk pada barang yang memiliki stok melebihi dari kebutuhan dan secara ekonomis tidak dapat digunakan lagi. Barang jenis ini timbul akibat pemesanan, perencanaan, dan forecast yang tidak akurat. Item ini disimpan secara terpisah dari sistem manajemen inventory dalam Ellipse pada nilai $0 sampai akhirnya barang tersebut dapat dibuang. Pembuangan ini sendiri dapat menyebabkan timbulnya biaya khusus pembuangan yang dibebankan pada departemen pengguna. Apabila item ini tidak terkait oleh departemen manapun, maka akan dialihkan ke Site Management G&A. Departemen Supply Chain
31
32
33
34
No
Yes Item Classified as : Vendor Held Stock Repair/Return Supersedes Existing Reguler Use < 24 Months? No No Yes Bulk Item? No High Risk of Loss?
CIR Approved Item Classified as Routine Stock No CIR Approved Item Classified as Critical Stock
No
Yes
No
No
Obsolete
Yes
Yes
No No Not Planned or Expected to Use No High Risk of Loss? Yes Value < $10,000? No Yes CIR Approved Item Classified as Insurance Annual Review of Attributes No
Yes
No
No
Yes
35
4.4.1.4
Perencanaan Pemesanan Material Sebagaimana diketahui, perencanaan pemesanan material atau yang biasa disebut dengan
MRP merupakan sistem informasi berbasis komputer yang didesain untuk memesan dan menjadwalkan permintaan (raw material, komponen, dan sub assemblies) dengan cara yang terkoordinasi (Oden, et al., 1998). Perencanaan MRP mencakup semua kebutuhan akan semua komponen MRP, yaitu kebutuhan material dimana terdapat dua fungsi dengan diterapkannya MRP, yaitu pengendalian persediaan dan penjadwalan produksi. Sedangkan tujuan dari MRP adalah untuk menentukan kebutuhan sekaligus mendukung jadwal produksi induk, mengendalikan persediaan, menjadwalkan produksi, dan menjaga jadwal valid serta up-to date. Semakin detail informasi yang disampaikan dalam MRP, maka akan semakin baik MRP tersebut. Catatan pengiriman Departemen Maintenance mengenai pekerjaan akan datang dikaji setiap 6 minggu untuk rentang operasi selama 12 minggu. Semua pemesanan komponen yang diketahui untuk periode ini dapat dikirim kepada inventory control sebagai sebuah MRP. Semua permintaan komponen yang direncanakan harus diproses melalui Ellipse Issue Plan (IP) dan akan ditetapkan sebagai reserve item dalam Ellipse. Selanjutnya, inventory control akan membuat dan mengirimkan informasi mengenai perkiraan komponen atau material apa saja yang perlu dipesan kepada
36
37
38
4.4.2.1
Standard Job Inisiatif utama PT. NNT untuk meningkatkan standar kerja dilakukan dengan menerapkan
suatu standar khusus pada pekerjaan berulang. Standarisasi bertujuan untuk menyediakan informasi pemeliharaan yang lebih akurat dan memastikan bahwa pekerjaan telah menggunakan sumber daya yang sesuai. Hal ini tentunya dapat meminimasi waktu pengalokasian sumber daya. Fungsi utama standard job adalah untuk mendukung maintenance strategy dengan menyediakan tempat untuk melakukan perbaikan terhadap : 1. Pekerjaan terjadwal terencana. 2. Pekerjaan perbaikan dan shutdown terencana. 3. Mengaktifkan pembacaan dan inspeksi perbaikan standar yang akan dijalankan untuk kegiatan yang gagal. 4. Kegiatan re-build pemeliharaan komponen. Di dalam sistem ERP (Ellipse), standard job merupakan template pekerjaan yang menyediakan perencanaan pemeliharaan, mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Setelah dibuat, standard job dapat digunakan berulang kali untuk membuat work order (WO) sesuai keinginan. Standard job juga dapat diperbaharui apabila terdapat perubahan dari penerapan di lapangan. Standarisasi suatu pekerjaan akan memastikan bahwa material, sumber daya, dan peralatan dapat segera dialokasikan untuk suatu pekerjaan. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan bahwa peralatan tersebut tidak dapat tersedia secara cepat untuk pekerjaan penting. Pembuatan template bagi pekerjaan yang sangat penting dan berpotensi bahaya akan memastikan bahwa seluruh persyaratan wajib terhadap keselamatan dapat dicatat untuk setiap pekerjaan yang dibuat berdasarkan template standard job. Selain itu, standard job juga dapat digunakan sebagai template untuk membuat work order secara online dan otomatis yang berasal dari maintenance scheduling. Pembuatan suatu standard job untuk menentukan suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan menggunakan MST, dimana MST akan menentukan kapan dan siapa yang akan melakukan pekerjaan tersebut, sehingga memungkinkan Ellipse untuk membuat work order secara otomatis pada saat pekerjaan yang bersifat rutin telah mengalami jatuh tempo.
39
40
2. Pembuatan Work Order Setelah dicapai kesepakatan antara pihak planner dan pihak penanggung jawab untuk masing-masing workgroup, pihak planner kemudian memasukkan daftar masing-masing pekerjaan yang telah disepakati tersebut ke dalam work order yang terdapat dalam Ellipse. Selanjutnya, berdasarkan input masing-masing pekerjaan tersebut secara otomatis akan memunculkan number of work order untuk masing-masing pekerjaan. Dalam work order juga
41
3. Job Card Secara umum, job card adalah bentuk cetak dari work order yang telah dibuat. Job card digunakan sebagai surat perintah kerja yang ditujukan kepada masing-masing manpower atau pekerja agar para pekerja dapat mengetahui mengenai instruksi pekerjaan yang harus dilakukan. Dalam job card juga terdapat informasi mengenai safety instruction dan kemungkinan bahaya yang mungkin terjadi dalam pekerjaan sesuai dengan standard job dari pekerjaan tersebut. Pada bagian belakang job card, terdapat kolom terhadap hasil pekerjaan yang telah dilakukan dan identitas pekerja yang harus diisi oleh para manpower atau pekerja setelah melakukan pekerjaan. Setelah itu, para manpower atau pekerja harus mengembalikan job card yang telah diisi kepada penanggung jawab masing-masing workgroup untuk selanjutnya diserahkan kepada pihak planner yang bertugas untuk memeriksa hasil pekerjaan sekaligus sebagai laporan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan. Berikut adalah contoh dari job card untuk work order :
42
4.4.2.2
Maintenance Scheduled Task (MST) Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, MST merupakan template untuk pekerjaan yang
dapat dimasukkan ke dalam jadwal pemeliharaan dan dapat dibuat dari standard job. Template ini ditentukan terlebih dahulu berdasarkan pekerjaan pemeliharaan terjadwal. Terdapat 3 fungsi utama MST, yaitu : 1. Menentukan Tugas MST adalah suatu template yang ditentukan terlebih dahulu berdasarkan pekerjaan pemeliharaan terjadwal dan dapat dibuat untuk memenuhi suatu kebutuhan khusus sebagai MST tersendiri. MST yang baru juga dapat disalin dari MST yang telah ada yang hampir dapat memenuhi kebutuhan dari MST baru yang akan dibuat. Dalam hal ini, MST dapat digunakan untuk menentukan : a. Equipment yang akan dikerjakan. b. Sumber daya yang diperlukan untuk kegiatan tersebut. c. Penjadwalan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
43
4.4.3 Equipment Support Equipment support merupakan salah satu bagian dari sumber daya yang dibutuhkan dalam kegiatan pemeliharaan. Equipment support berfungsi sebagai peralatan pendukung dalam kegiatan pemeliharaan. Meskipun hanya sebagai peralatan pendukung, namun ketersediaan terhadap equipment support dalam kegiatan pemeliharaan harus diperhatikan oleh pihak planner. Jadwal pemakain terhadap
44
4.4.3.1
Crane Crane merupakan kategori equipment support/alat berat sebagai pengangkut material. Fungsi
crane secara umum adalah untuk memindahkan material/beban dari satu tempat ke tempat lain. Secara khusus fungsi crane dibagi menjadi 3 fase, yaitu mengangkat material/beban secara tegak lurus, memindahkannya secara mendatar, dan menurunkannya secara tegak lurus. Terdapat beberapa jenis crane yang sering digunakan, diantaranya mobile crane, overhead crane, tower crane, portal crane, dan sebagainya. Namun, jenis crane yang biasanya digunakan sebagai equipment support dalam kegiatan pemeliharaan di PT. Newmont Nusa Tenggara hanya mobile crane dan overhead crane. Overhead crane atau biasa disebut bridge crane merupakan suatu jenis crane yang ditemukan di lingkungan industri. Overhead crane terdiri dari dua roda paralel dan sebuah titian/anjungan diantaranya. Derek yang merupakan komponen pengangkat pada crane diletakkan di tengah anjungan yang dapat bergerak leluasa ke arah kiri dan kanan. Umumnya, crane jenis ini digunakan untuk aktivitas manufaktur atau berbagai aplikasi maintenance/pemeliharaan, dimana efisiensi atau downtime adalah faktor kritis yang sangat dipertimbangkan. Saat ini PT. NNT telah mengoperasikan 45 unit overhead crane di berbagai departemen dengan kapasitas angkut yang berbeda-beda, mulai dari 250 kg hingga 100 ton. Pemeliharaan terhadap overhead crane tersebut dilakukan secara rutin setiap 3 bulan oleh mitra kerja PT. NNT, yaitu PT. MHE-Demag. Namun, pemeliharaan juga dapat dilakukan juga pada saat terjadi kerusakan terhadap overhead crane diluar jadwal pemeliharaan yang telah ditentukan. Berikut merupakan contoh overhead crane yang dioperasikan di PT. NNT :
45
Proses penyewaan terhadap mobile crane diatur oleh pihak planner berdasarkan request dari departemen yang ingin menggunakan atau menyewa mobile crane melalui formulir pada gambar di bawah ini :
46
Berdasarkan gambar di atas, pada saat melakukan request terhadap crane, departemen yang ingin menggunakan/menyewa crane diwajibkan untuk mengisi beberapa keterangan yang terdapat dalam formulir, seperti tipe crane yang ingin digunakan, prioritas, area yang menunjukkan tempat crane akan digunakan, jangka waktu penyewaan crane, estimasi jarak pemindahan peralatan/material, estimasi berat dari peralatan/material yang akan diangkat, nama penyewa sekaligus sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap crane yang disewa, dan data-data lain yang dibutuhkan. Selanjutnya dari formulir crane request tersebut, pihak planner akan melakukan penyesuaian dengan jadwal penggunaan untuk masing-masing crane yang terdapat dalam database. Jika jadwal waktu penyewaan terhadap jenis crane yang diusulkan oleh pihak penyewa ternyata sudah terisi oleh jadwal pihak lain yang menyewa sebelumnya, maka pihak planner akan menghubungi pihak penyewa tersebut untuk melakukan negosiasi mengenai alternatif waktu lain penyewaan crane yang dibutuhkan. Namun, jika jadwal waktu penyewaan terhadap jenis crane yang diusulkan oleh pihak penyewa masih belum terisi, maka pihak planner akan langsung memasukkan data penyewa ke dalam database dan melakukan konfirmasi kepada pihak penyewa crane tersebut bahwa crane siap digunakan pada jadwal waktu penyewaan berdasarkan data dalam formulir crane request. Database mengenai jadwal penggunaan terhadap masing-masing jenis crane selalu di-update oleh pihak planner setiap 2 kali sehari dan dapat diakases oleh seluruh pihak perusahaan melalui Ellipse, namun hanya dalam bentuk read only.
47
48
Berdasarkan gambar formulir di atas, departemen/pihak yang akan menggunakan flatbed truck atau boom truck harus mengisi beberapa keterangan yang terdapat dalam formulir, seperti tanggal pemesanan, tanggal peralatan dibutuhkan/digunakan, penjelasan singkat mengenai pekerjaan yang akan dilakukan, load dan unload used, dan identitas pengirim serta penerima.
49
5.1
Identifikasi Masalah Secara umum, pelaksanaan MOS Process Maintenance, khususnya yang berkaitan dengan
masalah perencanaan manajemen sumber daya di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy telah berjalan cukup baik. Permasalahan yang sering terjadi dalam manajemen sumber daya, antara lain pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan biaya pemeliharaan yang tidak sesuai rencana, tertundanya pekerjaan (backlog), dan beban kerja antar workgroup yang sangat berbeda. Adapun data yang digunakan dalam evaluasi ini adalah data berdasarkan weekly report pada minggu ke-28 (8-14 Juli 2012) yang termasuk dalam periode total plant shutdown (major maintenance).
5.1.1 Utilitas Salah satu permasalahan yang muncul dalam manajemen sumber daya, khususnya manpower adalah utilitas pekerja yang tidak merata. Setiap pekerjaan yang diberikan untuk masing-masing workgroup memiliki beban kerja yang sangat beragam. Hal ini terjadi karena adanya jadwal pekerjaan yang mengharuskan pemeliharaan pada sektor tertentu dan jumlah manpower yang tersedia berbeda antara satu workgroup dengan workgroup yang lain. Berikut adalah laporan utilisasi tiap workgroup pada minggu ke-28 :
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa workgroup pada sektor crushing, electrical, dan condition monitoring (Co-Mo) yang memiliki utilitas diatas 90% (batas ideal yang direncanakan).
50
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa terdapat backlog yang cukup tinggi untuk workgroup 3850 (electrical). Sedangkan backlog terendah dimiliki oleh workgroup 3525 (condition monitoring).
5.1.3 Schedule & Preventive Maintenance (PM) Compliance Salah satu cara untuk mengukur performa dari workgroup adalah dengan merekap persentase pekerjaan aktual di lapangan yang terselesaikan. Seorang maintenance planner harus dapat mengolah informasi ini sebagai feedback yang baik dalam evaluasi serta perbaikan schedulling untuk minggu selanjutnya. Berikut adalah rekap data tersebut :
Tabel 5.1 Planned & Actual Work Compliance
Work Group 2030 Crushing 2031 2032 3720 Grinding 3721 3722 Floatation & CCD 3730 3731 3750 2030E Electrical 3820 3820A 3830 Electrical 3850 EIPR Electrical DCS PCI 3530 Outage & Service COMO Total 3530R 3540 3730U 3525 SUPRA 27 38 1 4 14 9 2 31 353 27 32 1 4 14 9 2 31 326 P1/P2 Assign 6 6 3 3 13 6 27 17 14 4 14 25 43 46 Com plete % Com ply 6 6 3 3 4 6 27 17 14 3 8 22 41 46 100% 100% 100% 100% 31% 100% 100% 100% 100% 75% 57% 88% 95% 100% 0% 100% 84% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 20 1 168 1 149 1 20 8 2 10 35 30 39 1 7 2 1 16 6 1 7 35 30 34 1 7 2 1 4 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 Assign P3 Com plete % Com ply 0% 100% 33% 0% 100% 50% 100% 100% 0% 100% 80% 75% 50% 70% 100% 100% 87% 100% 100% 100% 0% 0% 100% 15 1 4 12 9 27 21 29 72 426 12 9 27 15 29 72 355 Assign 9 23 47 54 38 32 12 11 11 5 2 4 1 2 P4/P5 Com plete % Com ply 8 15 19 50 31 26 10 10 10 4 1 4 1 2 89% 65% 40% 93% 82% 81% 83% 91% 91% 80% 50% 100% 100% 100% 0% 0% 0% 100% 100% 100% 71% 100% 100% 17 Assign 15 30 53 57 52 42 40 30 25 10 36 37 46 58 35 58 81 14 20 43 30 31 104 947 Total Com plete % Com ply 14 22 23 53 36 34 38 29 24 8 25 32 43 55 35 57 66 14 20 43 24 31 104 830 93% 73% 43% 93% 69% 81% 95% 97% 96% 80% 69% 86% 93% 95% 100% 98% 81% 100% 100% 100% 80% 100% 100% 88%
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa beberapa workgroup memiliki penyelesaian pekerjaan dibawah target. Bahkan untuk klasifikasi pekerjaan prioritas 1 dan 2, terdapat dua workgroup hanya mampu menyelesaikan pekerjaan tidak lebih dari 60% saja. Disamping itu, beberapa pekerjaan dengan prioritas lebih rendah justru memiliki penyelesaian lebih baik dibandingkan prioritas diatasnya. Hal
51
5.2
Analisis dan Rekomendasi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, permasalahan maupun tantangan yang terdapat pada
Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, khususnya yang berkaitan dengan manajemen sumber daya dapat diklasifikasikan dalam tiga aspek besar, yaitu perencanaan manpower, perencanaan material, dan perencanaan equipment support. Setelah itu dilakukan analisis terhadap penyebab terjadinya berbagai permasalahan tersebut dengan menggunakan beberapa metode dan tools untuk selanjutnya diberikan rekomendasi perbaikan sebagai solusi atau pembenahan dari sistem yang sudah ada.
5.2.1 Manpower Perencanaan manpower merupakan salah satu bagian penting dalam manajemen sumber daya. Aktivitas yang dilakukan juga cukup variatif, mulai dari mengumpulkan informasi ketersediaan human resources dan list pekerjaan untuk satu minggu ke depan hingga penjadwalan kerja yang dirancang sedemikian rupa agar memenuhi standar utilisasi pekerja. Output dari perencanaan ini adalah keluarnya work order dan job card yang diberikan kepada pekerja lapangan. Konsep manajemen maintenance yang digunakan di Process Maintenance Department adalah konsep decentralized maintenance. Konsep ini memanfaatkan beberapa grup maintenance atau biasa disebut dengan workgroup yang mengerjakan aktivitas di area tertentu saja, seperti workgroup di area cruching, grinding, electrical, dan sebagainya. Hal ini terbukti berhasil untuk meminimasi waktu pengerjaan, meningkatkan koordinasi antar pekerja, dan pekerja lebih terspesialisasi pada bidangnya (Dhillon, 2002). Berikut adalah flowchart yang menjelaskan alur aktivitas perencanaan manpower :
52
Start
Meeting commit
Work done?
Backlog
Work closure
End
Prosedur ini pada dasarnya telah tertera dalam dokumen MOS Process Maintenance yang merupakan panduan sistem kerja. Namun, pelaksanaan yang ada di lapangan sangat berbeda. Berdasarkan weekly report yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, terdapat beberapa indikator negatif, diantaranya jumlah backlog yang tinggi, work compliance yang rendah, dan utilisasi yang tidak sesuai. Pekerjaan backlog yang tinggi dapat disebabkan karena beban kerja yang memang berbeda antara satu workgroup dengan workgroup yang lain. Beban kerja ini sangat dipengaruhi oleh availability pekerja di lapangan. Apabila pada minggu tertentu terdapat cukup banyak pekerja yang off atau absen, maka potensi pekerjaan backlog akan semakin tinggi. Disamping itu, adanya kegiatan unplanned akan dapat mengganggu progress pekerjaan dan mengakibatkan pekerjaan yang dilakukan menjadi tertunda. Berikut adalah proporsi perbandingan antara pekerjaan planned dan unplanned untuk minggu ke-28 :
53
Berdasarkan dokumen MOS Process Maintenance, target minimum perbandingan antara planned dan unplanned adalah 9:1. Data ini menunjukkan bahwa perbandingan masih berada pada batas toleransi sehingga pekerjaan unplanned tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap penyelesaian pekerjaan planned. Selain permasalahan backlog, utilitas pekerja yang melibihi 100% menjadi suatu persoalan tersendiri. Hal ini disebabkan bahwa pada minggu ke-28 adalah jadwal TPS (Total Plant Shutdown) yang membuat beberapa volume pekerjaan meningkat. Situasi ini membuat overtime menjadi solusi satu-satunya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penyelesaian pekerjaan/work compliance juga menjadi isu penting di lapangan, selain permasalahan utilitas dan backlog. Walaupun realita atau kenyataan di lapangan tidak selalu tepat dengan yang direncanakan, tetapi indikator ini memberikan panduan untuk menilai performa pekerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan improvement. Dalam MOS Process Maintenance telah ditetapkan beberapa target persentase penyelesaian sesuai dengan prioritas pekerjaan. Untuk pekerjaan P1/P2 ditargetkan selesai 100%, P3 > 95%, sedangkan P4/P5 > 80%. Pada weekly report minggu ke-28, workgroup 3721 (grinding) menjadi sorotan tersendiri karena hanya mampu menyelesaikan pekerjaan P1/P2 sebesar 31%. Meskipun workgroup di bagian grinding memiliki over utilization akibat kekurangan ketersediaan manpower, akan tetapi rendahnya compliance untuk pekerjaan dengan prioritas utama tidak terjadi di workgroup lainnya. Oleh karena itu, penyelesaian pekerjaan dengan prioritas utama perlu mendapatkan perhatian lebih dengan cara membantu tracing masalah dan koordinasi yang baik antara pekerja lapangan dan planner. Koordinasi antara planner dengan pekerja lapangan pada kenyataannya sudah cukup baik. Sistem kerja yang diatur dalam MOS Process Maintenance mampu memberikan ruang untuk terjadinya komunikasi tersebut, misalnya meeting commit yang secara rutin diadakan setiap minggu untuk membahas pekerjaan yang akan dilakukan untuk satu minggu kedepan. Namun berdasarkan hasil observasi dan data weekly report, terdapat masalah dalam proses pengembalian job card harian pekerja. Pekerja lapangan seharusnya melakukan pengembalian job card setiap kali pekerjaan tersebut selesai
54
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaannya sebagian besar workgroup baru melakukan pengembalian terhadap job card para pekerja di akhir minggu (jumat, sabtu, dan minggu) sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan. Penumpukan tersebut membuat beberapa masalah, seperti : 1. Penumpukan pekerjaan work closure di Ellipse. 2. Kemungkinan kurangnya keakurasian pengisian job card yang tertunda. 3. Proses planning atau perancangan strategi menjadi kurang responsif. Sebagian besar pekerja lapangan/workgroup menganggap bahwa tanggung jawab pengisian job card adalah tugas dari foreman. Selain itu, pekerja lapangan juga masih merasa kesulitan dalam mengisi lembar job card sehingga banyak informasi mengenai pekerjaan yang seharusnya terekam dengan detail hanya diisi dengan singkat. Solusi dari permasalahan ini adalah pada penguatan komunikasi antara pekerja lapangan dan planner. Sosialisasi tentang cara pengisian job card harus dilakukan kembali. Selain itu, aturan khusus yang berkaitan dengan pengembalian job card secara harian harus dibuat dan dilengkapi dengan sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran terhadap aturan tersebut.
5.2.2 Material Seperti halnya perencanaan manpower, perencanaan material juga memegang peran yang cukup penting dalam menjaga seluruh kegiatan pemeliharaan agar berjalan sesuai rencana. Terkadang, aktivitas perbaikan/pemeliharaan sering terganggu akibat minimnya perhatian pada pengelolaan sumber daya ini. Mengingat pentingnya keberadaan sumber daya ini, Bagian Process Maintenance Planning and Strategy bekerja sama dengan pihak purchasing dan warehouse (Supply Chain Management Department) untuk melakukan pengelolaan terhadap material. Secara umum, prosedur pengelolaan material dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
55
Material Request
Stocked Item?
Y Catalogue Item Database Catalogue Item Request (CIR) Does it have Stock Code?
Order/Purchasing
Request to Warehouse
Delivery
End
Berdasarkan hasil observasi, order material melalui purchase requisition (PR) tidak banyak mengalami kendala. Barang-barang tersebut dipesan secara langsung tanpa melalui proses penyimpanan di dalam gudang. Sementara itu, inventory yang dalam hal ini adalah stocked items sering menjadi permasalahan, khususnya bagi process maintenance. Process maintenance memiliki faktor kritis pada availability material/komponen, sehingga inventory memegang peranan penting untuk menjaga ketersediaan material tersebut. Disisi lain, inventory yang berlebihan justru menunjukkan performa yang tidak baik. Planner di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy bertugas untuk memastikan keperluan material yang dibutuhkan, baik untuk kegiatan pemeliharaan rutin maupun untuk kegiatan skala besar, seperti shutdown. Sebelum melakukan kegiatan pemeliharaan, segala material yang dibutuhkan harus sudah tersedia di tempat kerja. Oleh karena itu, planner sebagai user harus dapat menentukan inventory control agar ketersediaan dari material tersebut dapat terjaga. Inventory control yang terdapat di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy meliputi penetapan re-order point (ROP) dan re-order level (ROL). Pada awalnya, kebijakan ini ditetapkan oleh planner selaku user dan dapat di-review kembali, baik oleh user maupun oleh pihak warehouse.
5.2.2.1
Inventory Control in Maintenance Inventory control pada dasarnya memiliki tiga fungsi dasar, yaitu memenuhi demand,
melindungi dari shortage, dan menjaga operasi agar tetap berjalan (availability). Dalam hal maintenance, fungsi inventory control untuk menjaga opearsi agar tetap berjalan adalah fungsi yang
56
Tujuan inventori
Melindungi dari shortage Menjaga operasi tetap berjalan
Pemilihan keputusan inventory spare parts secara umum dipengaruhi oleh dua hal, yaitu jenis kebijakan pemeliharaan dan efek apabila terjadi stockout. Menurut (Dhilon, 2002), planner dapat mengambil keputusan pada area-area inventory control tertentu, seperti : Item/material yang akan disimpan di gudang. Keputusan ini diambil berdasarkan kemampuan vendor untuk menyediakan material. Jumlah yang akan disimpan. Keputusan ini mempertimbangkan tingkat penggunaan (usage) dan lead time. Jumlah yang akan dipesan. Keputusan ini mempertimbangkan pengalaman pembelian dan riwayat penggunaan. Di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy, penentuan keputusan inventory didasarkan pada jenis kebijakan pemeliharaan dan tingkat criticality komponen tersebut. Formulir yang terdapat dalam CIR online atau Ellipse telah mendukung hal ini. Klasifikasi komponen berdasarkan stock class maupun klasifikasi komponen untuk jenis maintenance yang berbeda telah tersedia. Penentuan ROP dan ROL komponen dilakukan oleh planner dengan estimasi kebutuhan sesuai dengan tingkat criticality dari equipment. Apabila equipment tersebut mudah rusak atau dapat mengakibatkan equipment lain breakdown, maka ROP dan ROQ level dibuat lebih tinggi. Level ini akan diperbaharui setiap tahun dengan menggunakan sistem by experience. Dari hasil observasi, cara ini cukup mudah dilakukan, namun tidak menutup kemungkinan terjadinya stockout di warehouse. Beberapa kasus telah terjadi pada komponen-komponen electric, seperti adanya komponen yang memiliki ROP dan ROL level yang terlalu rendah pada tahun-tahun awal penggunaan. Namun, dalam dua tahun ini demand komponen tersebut mengalami peningkatan sehingga mengakibatkan stockout terus terjadi. Oleh karena itu, diperlukan cara atau metode perhitungan estimasi ROP dan ROL yang lebih baik.
57
Keterangan: Ps t n q = probabilitas spare part tersedia saat dibutuhkan = failure rate = waktu/lead time = jumlah spare part dalam inventory = jumlah part yang spesifik untuk satu equipment
Nilai Ps disebut juga sebagai safety factor. Safety factor mengindikasikan level proteksi yang diinginkan untuk mengestimasi kebutuhan. Semakin besar nilai Ps, maka semakin besar pula inventory cost yang dibutuhkan.
5.2.2.3
Calculation Sebagai contoh perhitungan model spare part quantity estimation, dilakukan perbandingan
dengan salah satu routine item (stock code : 4051785), yaitu circuit breaker 1 pole. Berdasarkan data yang diperoleh di Ellipse, diketahui bahwa annual usage item ini adalah 55 unit dengan ROP sebesar 18 unit dan ROQ sebesar 14 unit. Pertama-tama, dilakukan perhitungan failure rate dengan menggunakan rumus : = jumlah failure / running hours = 55 / (365 x 24) = 0,00627 Selanjutnya, data variabel diperoleh sebagai berikut : t n q = 3 bulan (diperoleh dari rekord Ellipse) = 18 unit (berdasarkan ROP/base stock) = 1 unit (hanya satu komponen spesifik yang digunakan)
18
Kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam rumus utama seperti di bawah ini : = {[(1) ] }/!
=0
18
58
= = 0,9063 90,63%
Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa dengan ROP sebesar 18 unit, terdapat probabilitas komponen tersebut tersedia adalah sebesar 90,63%. Jika dibandingkan dengan panduan inventory control dari Supply Chain Management Department, stock class routine memiliki service level antara 87% - 90% sehingga data ROP dan ROQ untuk item ini telah memenuhi kriteria. Untuk mengetahui fleksibilitas penetapan ROP, perlu dilakukan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat berapa besar perubahan service level/nilai Ps terhadap perubahan nilai ROP. Berikut adalah hasil dari analisis sensitivitas menggunakan software Ms. Excel :
Analisis sensitivitas Service level, 19 unit, 0.9407
19 unit
18 unit
17 unit
16 unit
15 unit
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa ketika ROP turun sebanyak satu unit, service level item ini turun menjadi 85,8% (diluar ketentuan), sedangkan apabila ROP ditambah sebanyak satu unit, service level meningkat menjadi 94,07% (menyamai standar stock class critical).
5.2.3 Equipment Support Perencanaan equipment support di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy lebih difokuskan pada penggunaan crane. Untuk peralatan yang lain, seperti flatbed truck dan boom truck, request dapat disampaikan langsung setiap hari tanpa diperlukan planning khusus. Perencanaan crane dilakukan dengan membuat penjadwalan menggunakan spreadsheet yang memiliki planning horizon selama 22 hari. Utilisasi setiap crane sangat beragam. Beberapa crane dengan kapasitas tertentu memiliki jadwal penggunaan yang lebih sering dibandingkan dengan crane yang memiliki kapasitas lain. Utilisasi crane
59
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa crane dengan kapasitas 45 ton memiliki utilisasi tertinggi, sedangkan crane dengan kapasitas 400 ton hanya memiliki utilisasi sebesar 20%. Hal ini menunjukkan crane dengan kapasitas antara 30 hingga 40 ton lebih sering digunakan. Sedangkan crane dengan kapasitas besar lebih banyak dialokasikan untuk pekerjaan khusus, seperti membantu change out (C/O) mantle primary crusher. Variansi utilisasi ini akan lebih rendah apabila crane dengan kapasitas besar juga digunakan dalam mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan karena terdapat crane yang tergolong highly utilitized. Namun, mengingat dinamika perubahan kegiatan maintenance atau kegiatan training operator yang dilakukan di Process Department, maka tidak menutup kemungkinan bahwa di periode tertentu crane dengan kapasitas besar akan terutilisasi lebih tinggi dibandingkan crane dengan kapasitas kecil. Permasalahan yang terjadi di lapangan adalah planner mengalami kesulitan untuk melakukan tracing terhadap lama penggunaan crane secara aktual. Alokasi waktu peminjaman juga tidak fleksibel karena crane memerlukan waktu handling yang cukup lama untuk pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sehingga jangka waktu peminjaman biasanya dihitung per hari atau per setengah hari. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memperkuat kembali koordinasi planner dengan pekerja lapangan yang meng-handle crane. Penempatan crane beserta rute yang akan dituju sebaiknya mempertimbangkan pekerjaan crane untuk jadwal selanjutnya. Apabila terdapat request pekerjaan yang harus dialokasikan, sementara jarak antara tempat crane yang telah dipesan berada dengan lokasi pekerjaan cukup jauh, maka request tersebut dapat dialihkan ke crane lain yang lebih dekat dengan lokasi pekerjaan. Perencanaan equipment support masih memiliki beragam potensi untuk dikelola menggunakan software tersendiri yang mempertimbangkan routing lokasi pekerjaan, namun dengan tetap menggunakan konstrain kapasitas.
60
Laporan Kerja Praktek di PT. Newmont Nusa Tenggara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang didapatkan dari kerja praktek dan saran yang dapat diberikan, baik untuk perusahaan maupun untuk pelaksanaan kerja praktek selanjutnya.
61
6.1
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil setelah melakukan kerja praktek di Bagian Process Maintenance
Planning and Strategy, antara lain : 1. Perencanaan manajemen sumber daya dalam MOS Process Maintenance PT. Newmont Nusa Tenggara meliputi tiga elemen, yaitu manpower, material, dan equipment support. Manajemen sumber daya merupakan salah satu bagian kecil dalam MOS Process Maintenance yang terletak pada bagian planning (perencanaan). 2. Manajemen sumber daya manpower meliputi penjadwalan aktivitas mingguan (weekly planning schedule) yang dilanjutkan dengan merilis work order dan job card bagi pekerja lapangan. Pada bagian ini, planner bertugas untuk menjaga utilitas pekerja antara 80 - 90% untuk mengantisipasi unplanned schedule work. Manajemen sumber daya material meliputi pembuatan stockcode untuk item baru, me-review inventory level di warehouse, melakukan order material, dan lain-lain. Planner bertugas untuk menjaga aliran material dan ketersediannya di warehouse sebelum suatu pekerjaan pemeliharaan dilakukan. Sementara itu, manajemen sumber daya equipment support meliputi pembuatan jadwal request crane selama 22 hari kedepan dan mengelola daily request untuk flatbed truck dan boom truck. 3. Pelaksanaan perencanaan manajemen sumber daya di Bagian Process Maintenance Planning and Strategy sudah berjalan dengan baik. Terdapat laporan mingguan yang memaparkan performa setiap pekerjaan. Namum terdapat beberapa evaluasi, antara lain terkait perencanaan manpower, dimana terdapat utilitas workgroup yang tidak merata, pekerjaan backlog yang menumpuk, dan pengembalian job card yang tidak tepat waktu. Hal ini dapat diatasi dengan mengutamakan penyelesaian pekerjaan backlog dan pekerjaan dengan prioritas P1/P2 terlebih dahulu serta menguatkan kembali koordinasi antara planner dengan pekerja lapangan untuk dapat menghimbau agar job card dapat dikembalikan tepat waktu. Kemudian, untuk perencanaan material dievaluasi kembali mengenai penetapan ROP dan ROL menggunakan spare part estimation model. ROP yang baik akan menghasilkan nilai Ps yang berada dalam range service level komponen sesuai dengan stock class dari komponen tersebut. Sedangkan dalam perencanaan equipment support, diperlukan penguatan koordinasi (follow up) tentang update status crane dan alokasi crane dengan mempertimbangkan rute pekerjaan crane untuk beberapa hari kedepan.
62
63
Dhillon, B. S., 2002. Engineering Maintenance, A Modern Approach. CRC Press: BocaRaton, Florida.
Nurria, E., 2010. Sejarah Singkat PT. Newmont Nusa Tenggara for Contoh. Universitas Indonesia. http://www.scribd.com/doc/36382772/5/III-1-2-Sejarah-Singkat-PT-Newmont-Nusa-Tenggara diakses tanggal 16 Juli 2012.
Oden, et all., 1998. Material Requirement Planning. http://e-je.blogspot.com/2009/03/materialrequirements-planning-mrp.html diakses tanggal 24 Juli 2012.
Process Maintenance Department PT. Newmont Nusa Tenggara, Kerja Praktek 2012.
PT. NNT., 2010. Inventory and Catalogue Management. Supply Chain Assets Management Department.
Rego, J.R., Mesquita, M.A., 2010. Spare Parts Inventory Control: A Literature Review. Produo v.21, (656-666).
Rengkodrider,
2011.
Macam-macam
Alat
berat
dan
Fungsinya. diakses
Risvandi,
S.,
2009.
Pengetahuan
Crane.
Wikipedia, 2012. Flatbed Truck. http://en.wikipedia.org/wiki/Flatbed truck diakses tanggal 31 Juli 2012.
64
WiseGEEK, 2012. What is Boom Truck?. http://www.wisegeek.com/what-is-a-boom-truck.html diakses tanggal 2 Agustus 2012.