Anda di halaman 1dari 49

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi yang pesat merupakan faktor utama dalam
mempengaruhi kemajuan dunia industri. Seluruh kebutuhan hidup yang di
butuhkan baik kebutuhan primer, skunder, maupun tersier merupakan hasil
industri yang tidak lepas dari teknologi yang di terapkan pada dunia industri.
Di berbagai belahan dunia terdapat berbagai industri dari taraf nasional
sampai dengan taraf internasional. Hal-hal yang dapat dipelajari oleh
mahasiswa peserta kerja praktik pada perusahaan proses produksi sangat
banyak dan beragam, antara lain melibatkan kegiatan produksi pemeliharaan
(maeintenance) yang dilakukan oleh mahasiswa tersebut. Proses produksi dari
mesin-mesin yang dioperasikan yang memerlukan perawatan-perawatan dan
menggunakan energy dari proses operasi mesin tersebut. prinsip kerja serta
pengoperasian berdasarkan aplikasinya, termeasuk jenis-jenis kelengkapan
tambahan yang harus digunakan sehingga dengan pemakaian yang benar akan
didapatkan life time yang cukup panjang.
Dalam dunia pertambangan, alat berat barangkali sudah bukan hal yang
asing lagi untuk didengar dan dilihat. Alat-alat ini digunakan untuk menunjang
proses pertambangan. Salah satu jenis alat berat yang banyak digunakan dalam
kegiatan ini adalah Crushing Machine Atau Crusher, alat ini biasa digunakan
untuk memecah batu bara. Crusher adalah salah satu peralatan yang
digunakan pada untuk menghancurkan batu bara sebelum masuk ke Stockpile.
Namun sering terjadi kerusakan pada crusher, Oleh karena itu perlu dilakukan
analisis kondisi peralatan akibat dari gangguan sebagai acuan untuk
melakukan upaya perawatan, perbaikan dan juga pencegahan baik terhadap
pengoperasian maupun pemeliharaan dari Crusher tersebut.
Gangguan yang sering terjadi adalah masuknya benda – benda asing ke
dalam ruang crusher yang dapat menggangu kinerja crusher. Adapun
kerusakan yang terjadi adalah pada bagian V-belt, Bagian ini sangat rentan

1
2017

terhadap kerusakan seperti putus dan meregangnya V-belt, serta keluarnya V-


belt dari jalurnya akibat loncatan batu bara dari dalam crusher.

1.2 Tujuan
Tujuan khusus dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Mengatahui cara kerja alat Crushing Machine di PT. Bukit Asam unit
Pelabuhan Tarahan.
2. Mengetahui malfungsi terbesar dari Crushing Machine di PT. Bukit Asam
unit Pelabuhan Tarahan.
3. Mengetahui cara perawatan dari alat Crushing Machine di PT. Bukit Asam
unit Pelabuhan Tarahan.

1.3 Waktu dan Tempat Kerja Praktik


Kerja Praktik ini dilaksanakan di PT. Bukit Asam Tbk. Unit Pelabuhan
Tarahan, Jalan Soekarno Hatta KM. 15, Tarahan, Srengsem Panjang, Kota
Bandar Lampung, Lampung, Adapun waktu pelaksanaan kerja praktik mulai
tanggal 23 Januari 2017 sampai dengan 24 Februari 2017.

1.4 Batasan Masalah


Dengan menyadari bahwa tidak semua bidang yang dapat dipelajari
karena keterbatasan waktu dan kemampuan, maka penulis membatasi
pembahasan masalahnya hanya pada “Perawatan Mesin Primary Crusher” di
PT Bukit Asam.

1.5 Metode Penelitian


Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode
and Effect Analysis (FMEA) yang merupakan salah satu metode sistematis
yang digunakan untuk menganalisis kerusakan, FMEA digunakan sebagai
bagian integral dari pelaksanaan analisis RCM (Reliability Centered
Maintenance). RCM digunakan untuk mencegah kerusakan dengan
mengeliminasi atau mengurangi penyebab kerusakan. Analisis FMEA
memfokuskan pada penyebab kerusakan dan mekanisme terjadinya

2
2017

kerusakan. Ketika penyebab dan mekanisme kerusakan telah diidentifikasi


untuk setiap failure mode, selanjutnya dapat diberikan saran atau waktu
pelaksanaan preventive maintenance, atau perencanaan tindakan monitoring
untuk menurunkan failure rate.
Langkah Awal adalah menentukan dampak malfungsi perawatan,
kemudian memberikan nilai RPN (Risk Priority Number) yang ditinjau dari
kejadian (occurrence) yang ditimbulkan dari malfungsi perawatan tersebut
(skala 0-100). Selanjutnya melakukan analisa melalui diagram pareto dari
dampak malfungsi perawatan. Setelah mendapat dampak terbesar malfungsi
perawatan, menentukan penyebab dominan melalui analisa diagram Ishikawa
(fish bone diagram). Lalu menentukan korelasi antara dampak terbesar
malfungsi perawatan dengan penyebab dominan. Lalu melakukan tindakan
pencegahan dari penyebab dominan tersebut.
1.6 Metode Pengumpulan Data
Selama pelaksanaan dan penulisan laporan kerja praktik ini, penulis
berusaha mendapatkan informasi yang diinginkan dengan metode sebagai
berikut :
1. Metode Wawancara
Dengan metode ini penulis mencari informasi dengan melakukan
wawancara dan diskusi secara lengsimg dengan pembimbing lapangan
maupun dengan karyawan di Satuan Kerja Bengkel.

2. Metode Observasi
Dengan metode ini penulis mencari informasi dengan melihat
langsung ke lapangan sehingga informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh
secara langsung melalui peralatan yang ada dengan bimbingan
pembimbing lapangan.

3. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka


Metode studi pustaka adalah metode pengumpulan data dengan cara
membaca buku-buku manual operasional dan buku-buku pendukung yang

3
2017

telah tersedia di perusahaan. Data-data tersebut selanjutnya dibandingkan


dengan keadaan nyata yang ada di lapangan.

1.7 Sistematika Penulisan


Dalam penulisan laporan kerja praktik ini, penulis membagi dalam 5
bab, antara lain :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang penulisan, tujuan Kerja
Praktik, waktu dan tempat dilaksanakannya Kerja Praktik, batasan masalah
dalam penulisan laporan Kerja Praktik, metode penelitian, metode
pengumpulan data, dan sistematika penulisan laporan Kerja Praktik.

BAB II : TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini menjelaskan sejarah dan perkembangan perusahaan, visi dan
misi, budaya kerja, nilai, lokasi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
serta work flow dari PT. Bukit Asam

BAB III : DASAR TEORI


Bab ini menjelaskan tentang definisi perawatan, jenis-jenis perawatan,
diagram pareto, diagram Ishikawa, definisi Crushing Machine, dan uraian
Crushing Machine.

BAB IV : ANALISA PERAWATAN CRUSHING MACHINE


Bab ini menjelaskan tentang metode perawatan yang digunakan system
penunjang perawatan, cara evaluasinya, dan analisa perawatan.

BAB V : PENUTUP
Bab ini adalah bagian terakhir yang berisi kesimpulan dan saran dari
permasalahan yang diangkat penulis dan saran penulis selama 1 bulan
melakukan Kerja Praktik di PT. Bukit Asam Indonesia Unit pelabuhan
Tarahan.

4
2017

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Pendahuluan
PT Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan atau di sebut juga
dengan PTBA merupakan salah satu perusahaan BUMN yang bergerak dalam
bidang distribusi batubara yang berpusat di Tanjung enim, Sumatera Selatan. PT
Bukit Asam (Persero) Tbk. adalah perusahaan milik negara yang bertujuan
mengembangkan usaha pertambangan nasional khususnya batubara. PTBA yang
berdiri sejak 1981 termasuk dalam daftar lima besar produsen batubara di
Indonesia. Bahkan penjualan PTBA di dalam negeri termasuk terbesar kedua.
Dunia pembangunan mengalami perkembangan yang cukup pesat baik
perkembanganya migas maupun non migas. Pada PTBA melakukan penjualan
baik dalam negri maupun luar negri dan melalui syarat dan ketentuan yang telah
di tetapkan.
Dalam mengekspor penjualan harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan
administrasi yang telah di tetapkan oleh KSOP dan PTBA. Setelah melakuan
administrasi maka pihak eksportir atau kapal eksportir mendapatkan izin sandar di
Pelabuhan Tarahan dan di pemandu pihak assis yaitu dari pihak PELINDO, untuk
melakukan pemuatan barang yang akan dieksport ke luar negri, negara Negara
tersebut adalah Jepang, Cina, Korea, Vietnam, Fhilipina, Malaysia, Myanmar,
Taiwan, Hongkong Dan India. Untuk mencapai kenaikan atau peningkatan
penjualan ekspor perusahaan harus memaksimalkan bauran pemasaran agar dapat
mencapai pangsa pasar ekspor yang di inginkan.

2.2 Sejarah Singkat PT. Bukit Asam


Sejarah pertambangan batubara di Tanjung Enim dimulai sejak zaman
kolonial Belanda tahun 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka
(open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di tambang Air Laya.
Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah
(underground mining) hingga 1940, sedangkan produksi untuk kepentingan
komersial dimulai pada 1938. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial
Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang menuntut

5
2017

perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional. Pada 1950,


Pemerintah RI kemudian mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada 1981, PN TABA kemudian
berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang Batubara
Bukit Asam (Persero) Tbk, yang selanjutnya disebut Perseroan. Dalam rangka
meningkatkan pengembangan industri batubara di Indonesia, pada 1990
Pemerintah menetapkan penggabungan Perum Tambang Batubara dengan
Perseroan. Sesuai dengan program pengembangan ketahanan energi nasional,
pada 1993 Pemerintah menugaskan Perseroan untuk mengembangkan usaha
briket batubara. Pada 23 Desember 2002, Perseroan mencatatkan diri sebagai
perusahaan publik di Bursa Efek Indonesia dengan kode “PTBA”.
Pertambangan di Tanjung Enim dimulai pada masa pemerintahan Kolonial
Belanda di tahun 1919 dengan mengoperasikan tambang bersistem pertambang
terbuka di Air Laya. Dengan menggunakan metode pertambangan dalam tanah,
kegiatan pertama dimulai pada tahun 1923 dan bertahan sampai tahun 1940,
sementara produksi komersil dimulai pada tahun 1938. Ketika periode Kolonial
Belanda berakhir di Indonesia, para pekerja tambang berjuang untuk
menasionalisasikan tambang.
Pada tahun 1950, pemerintah Indonesia mengesahkan pembentukan
Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981,
PN TABA mengubah status perusahaan menjadi perseroan tertutup dibawah nama
PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk, yang seterusnya menjadi nama
perusahaan ini. Untuk mengembangkan perusahaan pertambangan batubara di
Indonesia, pada tahun 1990 pemerintah meleburkan Perum Tambang Batubara
dengan PTBA. Seiring dengan program Pengamanan Energi Nasional, pada tahun
1993 PTBA ditugaskan oleh pemerintah untuk mengembangkan unit bisnis briket.
Pada 23 Desember 2002 PTBA terdaftar sebagai perseroan terbuka di Indonesian
Stock Exchange dibawah bendera "PTBA".

2.3 Visi, Misi, Arti, dan Komitmen PT. Bukit Asam


2.3.1 Visi
Perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan

6
2017

2.3.2 Misi
Mengelola sumber energi dengan mengembangkan kompetensi
korporasi dan keunggulan insani untuk memberikan nilai tambah
maksimal bagi stakeholder dan lingkungan.
2.3.3 Arti
Untuk mendedikasikan sumber daya energi untuk kehidupan yang
lebih baik dari dunia dan bumi.
2.3.4 Komitmen
Kami berkomitmen untuk mewujudkan visi, misi dan nilai-nilai
dari PTBA dan untuk mendirikan budaya perusahaan sebagai dasar dari
keberhasilan jangka panjang.

2.4 Budaya Kerja, dan Nilai PT. Bukit Asam


2.4.1 Budaya Kerja PT. Bukit Asam
 Bekerja Cerdas
 Bekerja Keras
 Bekerja Ikhlas
 Bekerja Tuntas

2.4.2 Nilai PT. Bukit Asam


 Visioner
Bekerja Cerdas
 Integritas
Mengedepankan perilaku percaya, terbuka, positif, jujur,
berkomitmen dan bertanggung jawab.
 Inovatif
Selalu bekerja dengan kesungguhan untuk memperoleh terobosan
baru untuk menghasilkan produk dan layanan terbaik dari
sebelumnya.
 Professional

7
2017

Melaksanakan semua tugas sesuai dengan kompetensi, dengan


kreativitas, penuh keberanian, komitmen penuh, dalam kerjasama
untuk keahlian yang terus menerus meningkat.
 Sadar biaya dan lingkungan
Memiliki kesadaran tinggi dalam setiap pengelolaan aktivitas dengan
menjalankan usaha atau asas manfaat yang maksimal dan kepedulian
lingkungan.

2.5 Cabang Perushaan

Gambar 2.1 Cabang Lokasi PT. Bukit Asam

2.6 Denah Perusahaan


Nama Tempat Perusahaan : PT Bukit Asam
(Persero) Tbk. Unit
Pelabuhan Tarahan

8
2017

Alamat : Jalan Soekarno-Hatta


KM. 15 Tarahan Bandar Lampung
Luas Areal : 42,5 Ha
Tahun Berdiri : 1986
Jumlah Pekerja : 335 orang

Gambar 2.2 Denah PT. Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan

9
2017

2.7 Produksi Batubara di PT Bukit Asam

Gambar 2.3 Work Flow PT Bukit Asam Dari Penambangan Hingga


Penjualan

10
2017

Proses produksi dari PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Secara keseluruhan
berasal dari ketiga sumber tambang utama yaitu Tambang Air Laya, Tambang
Muaro Tigo, dan Tambang Bangko Barat, ketiga sumber tambang tersebut
memiliki stockpile atau tempat menyimpan batubara yang telah ditambang untuk
kemudian akan di distribusikan ke berbagai macam tempat seperti penggunaannya
untuk Mine Mouth Power Plants dan PT. Semen Baturaja serta untuk keperluan
industry lain yang menggunakkan batubara sebagai sumber energi. Lalu dari
Train Loading Station itu sendiri kemudian dihantarkannya batubara tersebut pada
kedua port atau pelabuhan milik PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. yaitu pelabuhan
Tarahan dan pelabuhan Kertapati.
2.7.1 Alur Proses
a. Batubara dari tambang batubara Tanjung Enim Sumatera Selatan
diangkut dengan Kereta Api Babaranjang (Kereta Api Batubara
Rangkaian Panjang) ke Pelabuhan Batubara Tarahan Lampung
dengan jarak tempuh kurang lebih 420 km. Setiap rangkaian kereta
api babaranjang terdiri dari 45-60 gerbong yang masing-masing
gerbong berisi 50 ton batubara.

b. Setibanya di Pelabuhan Batubara Tarahan, rangkaian kereta


api ini menuju ke RCD (Rotary Car Dumper) I-IV yaitu alat
penumpahan gerbong, dimana gerbong- gerbong yang bermuatan
batubara satu persatu akan dibalikkan guna menumpahkan isinya.
Operasi penumpahan batubara di RCD dilakukan secara otomatis.

c. Dari RCD I, II, III, IV batubara diangkut dengan ban berjalan (Belt
Compeyor) ke mesin penghancur batubara pertama (Primary
Crusher) dimana batubara akan dipecahkan menjadi bongkahan-
bongkahan yang lebih kecil.

d. Selanjutnya batubara akan dibawa dengan menggunakan ban


berjalan ke tempat penimbunan batubara yang disebut Stock Pile.

11
2017

PT. Bukit Asam memiliki 4 unit Stock Pile dengan kapasitas stock
batubara sebagai berikut :
1. Stock Pile I ± 60.000 ton
2. Stock Pile II ± 250.000 ton
3. Stock Pile III ± 250.000 ton
4. Stock Pile IV ± 250.000 ton

e. Penimbunan batubara pada Stock Pile I, II, III, IV untuk memenuhi


kebutuhan domestik di wilayah Lampung, juga untuk
memenuhi kebutuhan batubara PLTU Suralaya dan kegiatan
ekspor.

f. Pemuatan batubara dari tempat penimbunan (Stock Pile) ke dalam


kapal dilakukan dengan mempergunakan Bulldozer yang
mendorong batubara dari tempat penimbunan kedalam sumur
pengambilan (Reclaim Pit) untuk selanjutnya dibawa ke mesin
penghancur batubara kedua (Secondary Crush), dimana
bongkahan batubara akan dipecahkan lagi sampai butirannya
sesuai dengan spesifikasi ukuran yang dikehendaki oleh pemesan.
Untuk pengambilan batubara dari Stock Pile I dan II tidak
menggunakan Bulldozer tetapi menggunakan Steacker Recleamer.

g. Batubara yang sudah dipecah di secondary crusher kemudian


diangkut dengan ban berjalan ke mesin pemuat kapal dan
selanjutnya akan memuatkannnya ke dalam kapal, kapasitas
pemuat kapal ini adalah 5000 ton batubara/jam.
Pelabuhan Tarahan sendiri memiliki sistem dalam menampung serta
mengkapalkan batubara yang berasal dari Tanjung Enim, yang ditunjukkan
seperti pada gambar berikut :

12
2017

Gambar 2.4 Diagram Alir Produksi PTBA Unit Pelabuhan Tarahan

Proses produksi yang dijalankan dari PTBA Unit Pelabuhan Tarahan


Tergambar melalui gambar 2.4 terbagi menjadi 5 bagian yang terbagi
berdasarkan tahun pembuatannya, dijelaskan sebagai berikut :
1. Phase 1
Pada bagian phase 1 tersebut dimulai dengan pembangunan satu jalur produksi
yaitu RCD001 (Rotary Car Dumper) I hingga SLT001 (Shiploader Tarahan) I
yakni sesuai dengan tahap pembangunannya sekitar tahun 1988.
2. Phase 2
Pada bagian phase 2 ini berupa dua bagian yaitu S/R (Stacker Reclaimer) dan
pembangunan Stockpile 2 yang dibangun setelah phase 1, sekitar tahun 1991.

13
2017

3. Phase 3
Pada bagian phase 3 ini juga berupa pembangunan dua bagian yaitu RCD
(Rotary Car Dumper) 2 dan pembangunan Stockpile 3 yang dibangun setelah
phase 2, sekitar tahun 1997.
4. Phase 4
Pada bagian phase 4 ini berupa pembangunan CHF suplai menuju ke PLTU yang
selesai pembangunannya pada tahun 2006.
5. Phase 5
Pada bagian phase 5 tersebut pembangunan berupa beberapa lini produksi yaitu
RCD503 (Rotary Car Dumper) 3, RCD504 (Rotary Car Dumper) 4 hingga
pembangunan SLT002 (Shiploader Tarahan) 2 yang selesai dibangun pada akhir
2014.

2.8 Spesifikasi market brand batubara produk PT Bukit Asam


2.8.1 Sertifikasi yang sudah diimplementasikan di PT Bukit Asam Unit
Pelabuhan Tarahan
a. ISO 9001:2000
Sertifikasi dari AFAQ AFNOR Prancis mengenai
sistem Manajemen Mutu.
b. SNI ISO/IEC 1705:2008
Sertifikasi dari Komite Akreditasi Nasional mengenai
Sistem Standart Laboratorium Penguji dan Kalibrasi .
c. ISO 14001:2004
Sertifikasi dari AFAQ Prancis mengenai sistem
Manajemen Lingkungan.
d. ISO 18001:2007
Sertifikasi dari TUV NORD mengenai OHSAS
(Occupatinal Health and Safety Assement Series)
e. SMK3
Sertifikasi dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI mengenai Sistem Manajemen Keselamatan Kerja.
f. ISTOK PILES Code

14
2017

Sertifikasi dari Dirjen Hubungan Laut Mengenai


International Ship and Port Facility Security Code.
Tabel 2.1 Tabel Spesifikasi batubara PT Bukit Asam

Sumber: “PT Bukit Asam ; http://ptba.co.id/id/about/marketing”

2.8.2 Produk Batubara di PT Bukit Asam (Persero) Tbk


PT Bukit Asam (Persero) Tbk. (PTBA) pasar 6 (lima) jenis batu
bara yang berbeda - IPC 53, BA 55, BA 59, BA 63, BA 67, BA 70.
Produk yang dihasilkan PT. Bukit Asam (Persero) .Tbk adalah berupa
batubara yang siap di distribusikan ke berbagai tempat untuk diolah
lebih lanjut.dengan spesifikasi sebagai berikut :

Tabel 2.2 Brand/produk batubara PT. Bukit Asam (Persero) .Tbk

IPC – 53 Bukit Asam – 45 Bukit Asam – 50 Bukit Asam – 55


Parameter Bukit Asam – 64
Range Typical Range Typical Range Typical Range Typical Range Typical
Total Moisture 26 –
34 30 20-30 28 17-24 24 13-17 14
(TM) %ar 35
Proximate
Analysis 15 10 – 15 10- 12 9-14 10 3–7 5

15
2017

 Inherent 17 14,5
Moisture (%, 8 4 – 10 6 3–8 6 3–8 6 4–8 6
ar) 39 31 – 35 31-36 35 33-42 34 33-40 34
 Ash Content 37
(%, ar) 40 28 – 29 30-37 31 35-40 36 42-49 46
 Volatile 34
Matter (%, ar)
 Fixed Carbon
(%, ar)
Caloric Value
(CV)
4400
 Gross Caloric 4500 4900-
– 5400- 6300-
Value 5100 5000 5500 6400
4600 5600 6500
(kcal/kg, ar) 5464 5989-
5343 6395- 6959-
 Gross Caloric 6233 6111 6513 7070
– 6623 7180
Value
5586
(kcal/kg, adb)
Total Sulphur 0.25 – 1,00 0,3- 1,00 0,45- 1,00 0,4-
1,2 Max
(TS) (%, adb) 1.2 Max 1,2 Max 1,2 Max 1,2
Ultimate
Analysis (%,
adb) 56,13 51,69- 60,63 54,25- 66,55-
52,28- 60,91 68,74
 Carbon (C) 68,72 67,56 74,45
60,3
4,25 2,97- 4,45 1,71- 3,14-
3,96- 3,74 4,41
 Hydrogen (H) 5,94 5,86 6,19
4,54

0,67-
0,76 0,25- 0,8 0,3- 0,75-
0,85 0,72 1,11
 Nitrogen (N) 1,35 1,14 1,48
13,64-
14,14 13,51- 13,56 10,19- 8,83-
21,64 16,35 12,79
 Oxygen (O) 20,7 20,9 20,74
Ash Analysis
(%, adb in ash)
 Silicon 43,91- 52,13 35,56- 52,12 38,82- 54 44,97- 61,31
Dioxide 74,82 64,1 61,18 78,88
(SiO2) 10,02- 18,37 13,34- 19,01 13,78- 21,31 13,64- 24,02
 Aluminium 26,72 30,16 31,36 37,2
Oxide (Al2O3) 1.81- 5,12 1,94- 5,19 2,67- 4,94 1,66- 4,34
 Iron Oxide 8.42 11,84 6,87 7,55
(Fe2O3) 1,81- 5,04 2,44- 2,84 2,17- 3,52 0,08- 0,71
8,28 7,25 6,87 1,49
 Calcium 0,86- 2,24 0,88- 1,83 0,93- 1,8 0,03- 0,48

16
2017

Oxide (CaO) 3,63 4,79 4,33 0,92


 Magnesium 0,33- 0,59 0,12- 0,9 0,45- 0,88 0,43- 0,89
Oxide (MgO) 0,85 1,97 1,32 1,35
 Titanium 0,04- 0,38 0,15- 0,38 0,23- 0,46 0,12- 0,36
Dioxide 0,75 0,6 0,69 0,59
(TiO2) 0,01- 0,25 0,01- 0,44 0,02- 0,63 0,16- 0,55
 Potassium 0,79 1,11 1,48 0,94
Oxyde (K2O) 0,05- 2,49 1,43- 3,64 0,91- 2,97 0,00- 0,25

 Phosphorus 5,29 7,85 6,74 0,7

Pentaoxide 0,86- 0,1 0,01- 0,1 0,01- 0,09 0,04

(P2O5) 0,17 0,15 0,2 0,04-

 Sodium 1,35- 4,79 2,19- 4,24 0,46- 3,3 0,04 0,43

Oxyde 8,24 9,1 8,14 0,1-

(Na2O) 0,77

 Manganese
Oxyde
(Mn3O4)
 Sulphur
Trioxyde
(SO3)

Ash Fusion
Temperature
(Reducing/Oxid
izing) oC 1466
1065- 1204- 1176- 1308 1389-
 Deformation 1216 1323
1367 1441 1440 1500
1488
1170- 1254- 1249- 1374 1447-
 Spherical 1246 1379
1329 1500 1499 1500
1491
1283- 1276- 1274- 1388 1442-
 Hemisphere 1384 1381
1485 1486 1499 1500
1493
1123- 1304- 1274- 1409 1461-
 Flow 1413 1398
1504 1791 1502 1500

Hardgrove
46 –
Grindability 52 46-62 55 46-62 54 55-65 60
58
Index
Sumber : http://www.ptba.co.id/en/about/business#brand
2.9 Sarana dan Prasarana Pelabuhan
2.9.1 Mesin Utama
a. RCD (Rotary Car Dumper) 1 dan 2 adalah alat
penumpahan gerbong, dimana gerbong-gerbong yang

17
2017

bermuatan batubara satu persatu akan dibalikkan guna


menumpahkan isinya.
b. RCD (Rotary Car Dumper) 3 dan 4 adalah alat penumpahan
gerbong, Dimana gerbong-gerbong yang bermuatan
batubara dibalikkan 2 gerbong secara bersamaan.
c. Fasilitas coal handling batu bara:
a) Dumper adalah untuk pembongkaran.
b) Apron feeder adalah untuk pengangkutan batubara yang sudah
ditumpahkan dari gerbong kereta api ke Stock Pile I.
c) Car clamp adalah penjepit gerbong kereta api.
d) Water spray adalah untuk membersihkan debu yang
keluar dari bongkaran gerbong.
e) Positioned arm adalah untuk membawa gerbong ke RCD.
f) Sensor adalah untuk menentukan pas atau tidaknya RCD.
g) Control room adalah ruangan control.
h) Chair feeder adalah rantai.
d. Belt Conveyor adalah ban berjalan yang digunakan untuk membawa
batubara ke mesin penghalus atau membawa batubara menuju
dermaga.
e. Crusher adalah mesin penghalus batubara dari belt conveyor
menjadi partikel yang kecil.
f. Stacker Reclaimer adalah gabungan di satu mesin dengan roda
timba di mesin.
g. Barge loading adalah alat pengisian batubara ke
kapal tongkang.
h. Ship loader adalah alat pencurah batubara ke kapal
atau tongkang.

2.9.2 Sarana Penunjang Pelabuhan


Sarana penunjang yang digunakan PT Bukit Asam dalam kegiatan
produksi batubara antara lain; Bulldozer, Excavator, Whell Loader,
Mobil Vacuum, Truck Crain, Tangki, Dump Truck, Forklift.

18
2017

Sedangkan alat pengangkutan batu bara ke konsumen adalah;


Kapal, Tongkang, Dump Truck.
Tabel 2.3 Daftar Equipment di PT. Bukit Asam (Persero) Tbk. Tarahan
NO NAMA ALAT KODE
1 RCD1 RCT001
2 AFRON FEEDER AFT001
3 CONVEYOR C2 CRT002
4 PRIMARY CRUSHER PCT001
5 CONVEYOR C3 CRT003
6 MAGNETIC SEPARATOR MG-2
7 HAULAGE DRIVE/ INDEKSER RCD1 HDT001
8 WHELL CLAMP WCT001
9 STACKER RECLAMER SRT001
10 CONVEYOR C11 CRT 011
11 CONVEYOR C12 CLT012
12 RCD 2 RD301
13 CHAIN FEDEER FE301
14 CRHUSER 301 CR301
15 SCREEN 301 SC301
16 MAGNETIC SEPARATOR MG 301
17 VIBRATING FEEDER FE302
18 CRUSHER 302/303 CR302/CR03
19 HAULAGE DRIVE / INDEKSER RCD 2 HDT301
WHCT301
20 WHELL CHOCK
ENTRY/EXIT
21 CONVEYOR 301 CV301
22 CONVEYOR 302 CV302
23 CONVEYOR 303 CV303
24 CONVEYOR 304 CV304
25 RCD3 RD503
26 WAGON CAR DUMPER A03 WCD503A

19
2017

27 WAGON CAR DUMPER B03 WCD503B


28 WHEEL GRIPPER INCOMING 03 WCT503A
29 WHEEL GRIPPER OUTGOING 03 WCT503B
30 POSITIONER 03 PST503
31 APRON FEEDER A 03 AFT503A
32 APRON FEEDER B 03 AFT503B
33 RCD4 RD504
34 WAGON CAR DUMPER A 04 WCD504A
35 WAGON CAR DUMPER B 04 WCD504B
36 WHEEL GRIPPER INCOMING 04 WCT504A
37 WHEEL GRIPPER IOUTGOING 04 WCT504B
38 POSITIONER 04 PST504
39 APRON FEEDER A04 AFT504A
40 APRON FEEDER B04 AFT504B
41 BELT FEEDER 5A BF5A
42 BELT FEEDER 5B BF5B
43 CONVEYOR 501A CV501A
44 CONVEYOR 501B CV501B
45 MAGNETIC SEPARATOR 501A MG501A
46 MAGNETIC SEPARATOR 501B MG501B
47 QUADROLL CRUSHER 5A QC5A
48 QUADROLL CRUSHER 5B QC5B
49 CONVEYOR 502 A CV502A
50 CONVEYOR 502 B CV502B
51 CONVEYOR 503A CV503A
52 CONVEYOR 503B CV503B
53 CONVEYOR 504 CV504
54 CONVEYOR 505 CV505
55 CONVEYOR 506 CV506
56 CONVEYOR 507 CV507
57 FEEDING VALVE 501 FV501

20
2017

58 FEEDING VALVE 502 FV502


59 FEEDING VALVE 503 FV503
60 FEEDING VALVE 504 FV504
61 FEEDING VALVE 505 FV505
62 CONVEYOR 508 CV508
63 SAMPLER 508 SPL508
64 CONVEYOR 509 CV509
65 CONVEYOR 510 CV510
66 SHIPLOADER 2 SLT502

2.10 Profil Anak Perusahaan


1. PT BUKIT PEMBANGKIT INNOVATIVE
PT Bukit Pembangkit Innovative dibentuk tahun 2005 dengan kepemilikan
saham 59,75% bergerak pada bidang pembangkit listrik tenaga uap PLTU
2x110MW di Banjarsari, Sumatra Selatan.
2. PT BUKIT ASAM PRIMA
PT Bukit Prima dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan saham 99,99%
bergerak pada bidang perdagangan batu bara.

3. PT INTERNATIONAL PRIMA COAL


PT International Prima Coal diakuisisi PTBA pada tahun 2008 dengan
kepemilikan saham 51% bergerak pada bidang penambangan batu bara di
samarinda, Kalimantan Timur, sudah mulai beroperasi komersial sejak
tahun 2010.
4. PT BUKIT ASAM BANKO
PT Bukit Asam Banko dibentuk tahun 2008 dengan kepemilikan saham
65% bergerak pada bidang Penambangan batubara.
5. PT BUKIT ASAM TRANSPACIFIC RAILWAYS
PT Bukit Asam Transpacific Railways dibentuk pada tahun 2008 dengan
kepemilikan saham 10% bergerak pada bidang angkutan batubara dengan
kereta api dari Tanjung Enim ke Lampung.
6. PT HUADIAN BUKIT ASAM POWER

21
2017

PT Huadian Bukit Asam Power dibentuk tahun 2011 dengan kepemilikan


saham 45% bergerak di bidang pembangkit listrik tenaga uap.
7. PT BUKIT ASAM METHANA ENIM
PT Bukit Asam Methana Enim dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan
saham 99,99% bergerak pada bidang penambangan gas methana.
8. PT BUKIT ASAM METANA OMBILIN
PT Bukit Asam Metana Ombilin dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan
saham 99,99% bergerak pada bidang penambangan gas metana.
9. PT BUKIT ASAM METANA PERANAP
PT Bukit Asam Metana Peranap dibentuk tahun 2007 dengan kepemilikan
saham 99,99% bergerak pada bidang penambangan gas metana.

2.11 Struktur Organisasi Perushaaan

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Perusahaan

22
2017

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Metodologi Penelitian


3.1.1 Diagram Alir

MULAI

IDENTIFIKASI MASALAH

OBSERVASI
LAPANGAN/INDUSTRI

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA
PERAWATAN

ANALISA Tidak
DATA

YA
PENARIKAN KESIMPULAN

PENYUSUNAN LAPORAN

SELESAI

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.

3.1.2 Metode Pengumpulan Data


Dalam Melakukan Penelitian Penulis Melakukan Beberapa
metode untuk melengkapi data-data yang diperlukan. Metode tersebut
adalah sebagai berikut:

23
2017

1. Metode Observasi
2. Metode Interview
3. Metode Studi Literatur
3.2 Definisi Perawatan
Perawatan (maintenance) adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan terus menerus secara berulang untuk mempertahankan atau
memulihkan suatu peralatan agar tetap kembali dalam keadaan yang sama
dengan spesifikasi awalnya.

3.3 Jenis-jenis Perawatan


Pemeliharaan dapat dikelompokan dalam lima macam yaitu Breakdown
Maintenance, Preventive Maintenance, Tima Based Maintenance, Predictive
Maintenance, dan Proactive Maintenance.
 Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance adalah kegiatan perawatan tidak terencana,
tindakan perawatan dilakukan apabila telah terjadi kerusakan yang fatal.
 Preventive Maintenance
Preventive Maintenance adalah kegiatan perawatan pencegahan
untuk menghindari kerusakan yang fatal.
 Time Based Maintenance
Time Based Maintenance adalah kegiatan perawatan yang dilakukan
secara rutin berdasarkan waktu : Harian, Mingguan, Bulanan, Tahunan.
Berdasarkan jam operasi : 8000 jam, 16000 jam, 32000 jam.
 Predictive Maintenance
Predictive Mintenance adalah kegiatan perawatan pencegahan untuk
menghindari kerusakan yang fatal serta mempertahankan umur peralatan
yang optimal, perencanaan perawatan berdasarkan hasil monitoring
kondisi peralatan, diagnosa, dan analisis kerusakan.

24
2017

 Proactive Maintenance
Proactive maintenance adalah kegiatan perawatan yang langsung
memberikan tindakan-tindakan corrective atas kelainan atau
penyimpangan kinerja peralatan dengan tidak mengganggu operasi karena
breakdown time oleh kegiatan proactive maintenance.
3.4 Diagram Pareto
Diagram Pareto pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli ekonomi
dari italia, bernama Vilvredo Pareto pada tahun 1897 dan kemu dian
digunakan oleh Dr. M. Juran dalam bidang pengendalian mutu. Diagram
Pareto adalah distribusi frekuensi mengenai jumlah persen kejadian yang
disajikan bersama-sama dengan persen kumulatifnya.
Pembuatan diagram pareto bertujuan untuk menunjukan urutan prioritas
dari sejumlah problem yang biasanya terkonsentrasi hanya pada satu atau dua
jenis masalah utama saja, dari berbagai jenis masalah yang muncul selama
pengamatan.
Kegunaan diagram Pareto adalah sebagai berikut :
 Untuk menganalisa suatu fenomena, agar dapat diketahui hal hal yang
prioritas dari fenomena tesebut
 Untuk dapat menentukan pangkal persoalan
 Sebagai alat interpretasi dalam menentukan frakuensi atau tingkat
kepentingan relative dari berbagai persoalan atau sebab.
 Memfokuskan pada pokok persoalan vital dengan cara mengurutkan
berdasarkan kepentingan.
 Menunjukan hasil perbaikan.\menusun data menjadi informasi yang
berguna.
Langkah-langkah pembuatan diagram preto adalah sebagai berikut :
 Tentukan kategori dan unit untuk membandingkan data sebagai frekuensi,
biaya atau waktu.
 Jumlahkan data pada setiap kategori, lalu jumlahkan secara keseluruhan.
 Susunlah kategori dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit.

25
2017

 Tentukan presentasi kumulatif dari setiap kategori (yaitu jumlah dari setiap
kategori ditambah dengan semua kategori yang mendahului, dibagi dengan
grand total dikalikan dengan 100)
 Gambar dan beri label pada sumbu vertikal sebelah kiri dengan unit data,
seperti frekuensi, biaya atau waktu.
 Gambar sumbu horizontal dan beri nama kategori, urutkan setiap kategori
dari kiri ke kanan.
 Gambar sumbu vertikal kanan dan beri nama persen dari 0 hingga 100.
 Gambarkan diagram batang dari kategori yang paling banyak ke yang
paling sedikit.
 Gambar diagram garis dari pojok kiri bawah ke kanan atas mengikuti
persentasi kumulatif.

3.5 Diagram Ishikawa


Diagram Ishikawa sering juga disebut dengan Fishbone Diagram.
Penyebutan diagram Ishikawa karena yang mengembangkan model diagram
ini adalah Dr. Kaoru Ishikawa pada sekitar tahun 1960-an. Diagram ini
menyerupai kerangka tulang ikan.
Diagram Ishikawa merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,
Mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua
penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan.
Diagram Ishikawa terdiri dari bagian kepala ikan yang berisi tentang
masalah atau topic yang akan dicari tahu penyebabnya, dam bagian tulang
ikan yang berisi tentang kategori-kategori yang bias berpengaruh terhadap
masalah.
Fungsi dari diagram Ishikawa adalah sebagai berikut:
 Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah.
 Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah.
 Mengidentifikasi tindakan (bagimana) untuk menciptakan hasil yang
diinginkan.
 Membahas issue secara lengkap dan rapi.
 Menghasilkan pemikiran baru.

26
2017

Langkah-langkah pembuatan diagram Ishikawa adalah sebagai berikut:


 Membuat kerangka diagram Ishikawa yang terdiri dari kepala ikan dan tulang
ikan.
 Merumuskan masalah utama yang ditempatkan pada kepala ikan.
 Mencari factor-faktor utama yang berpengaruh pada permasalahan yang
ditempatkan pada tulang ikan.

3.6 Definisi Roll Crusher


Roll Crusher adalah type crusher dengan sistem gilas rotary dengan
kecepatan rpm yang realatif lebih rendah dari impact crusher yaitu sekitar
300 rpm dan memiliki kapasitas produksi yang jauh lebih besar. Unjuk kerja
dari mesin Roll Crusher ini bergantung pada jenis / kualiatas material gigi
gilasnya, ukuran shaft dan ukuran Roda nya, yang semuanya harus
disesuaikan dengan raw material dan target kapasitas produksi.
Roll Crusher biasa banyak digunakan didunia pertambangan, yaitu
untuk menghancurkan batuan dengan tingkat kekerasan & keuletan yang
relatif rendah, seperti batu bara, batu kapur, bahan semen, batu tembaga,
belerang, dsb. Roll crusher memiliki rasio MAKSIMUM pengurangan teoritis
4:1. Jika partikel 2 inci diumpankan ke crusher melempar satu ukuran absolut
terkecil bisa harapkan dari crusher adalah 1 / 2 inci. Roll Crusher hanya akan
menghancurkan materi ke ukuran partikel minimum sekitar 10 Mesh (2 mm).
Roll crusher digunakan sebagai crusher sekunder atau crusher terseier
setelah batuan melewati crusher tipe lain yang berfungsi sebagai crusher
primer. Roll crusher terdiri dari single roll dan double roll. Single roll
digunakan untuk memecahkan batuan yang lembab dan tidak menguntungkan
jika digunakan untuk memecahkan batuan yang abrasive. Kapasitas roll
crusher tergantung pada jenis batuan, ukuran crusher primer, ukuran batuan
yang diinginkan, lebar roda dan kecepatan roda berputar.

27
2017

Gambar 3.2 Roll Crusher

3.7 Uraian Crushing Machine


3.7.1 Cara Kerja Roll Crusher
Roll Crusher atau pemecah batu jenis roll, memecah batu dengan
menjepitnya diantara satu roll, dua roll atau lebih, dimana roll-roll akan
berputar berlawanan dengan adanya berat tersendiri dan gusuran dari batu,
maka batu akan pecah.
Adapun permukaan dari Roll bermacam-macam ada yang rata,
bergelombang, beralur dengan bermacam-macam, gigi-gigi dan sebagainya,
sesuai dengan jenis batu dan hasil pemecahan yang diharapkan.

3.7.2 Keunggulan Roll Crusher


Beberapa keuntungan utama dari roll crusher mereka memberikan
distribusi produk ukuran yang sangat halus dan mereka menghasilkan debu
yang sangat sedikit. Crusher Rolls secara efektif digunakan dalam material
penghancur dimana bijih tidak terlalu kasar dan juga digunakan dalam

28
2017

pertambangan skala produksi lebih kecil antara lain bijih logam abrasif,
seperti emas.
Batubara mungkin adalah pengguna terbesar roll Crusher saat ini,
meskipun batubara akan menggunakan roll crusher, baik single roll Crusher
maupun double roll Crusher, crusher primer dapat mengurangi batubara
ROM.Biasanya, crusher ini akan memiliki bentuk gigi yang berada di muka
gulungan. (Roll crusher yang digunakan untuk mineral dan bijih logam
memiliki gulungan yang halus.)

3.7.3 Jenis-Jenis Roll Crusher


1. Single Roll Crusher
Single roll crusher adalah roll crusher yang didesain mempunyai 1 roller
saja dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan batubara/ satuan
luas.

Gambar 3.3 Single Roll Crusher

 Cara Kerja Single Roll Crusher


Pada single roll crusher memiliki satu buah roda. Bagian utamanya
adalah bagian roda silinder yang dapat berputar yang berfungsi

29
2017

sebagai penghancur batuan . Pelat befungsi untuk menahan . Single Roll


Crusher melakukan pengurangan ukuran di daerah panghancuran berbentuk
baji yang mendapat tekanan. Tubuh penghancur terdiri dari satu roll berputar
dan pegas peredam dan piringan yang terletak di sisi berlawanan. Jarak antara
dasar dari pelat penghancur dan ujung gigi roll crusher memeliki jarak yang
dapat bervariasi tergantung pada ukuran produk yang diinginkan.
Setiap keausan yang mungkin terjadi dapat disesuaikan melalui
pela penghancur. Tergantung pada tepian. Pelat menghancurkan dilengkapi
dengan diganti sisir plat.

2. Double roll Crusher


Double roll crusher adalah roll crusher yang mempunyai 2 buah
roller, dengan sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama.
Double roll crusher sangat cocok digunakan untuk batuan mineral
jenis Batu bara, lime stone, kaolin, phospat, dan tersier crusher pada batu
split/andesit. Dengan kecepatan 300-350 rpm double roll crusher
memiliki kecepatan dalam menghancurkan berbagai jenis batuan.

Gambar 3.4 Double Roll Crusher

30
2017

 Cara Kerja Double Roll Crusher


Double roll crusher melakukan peremukan dengan cara menjepit
benda yang hendak diremukkan diantara satu buah roller yang dikenal
dengan sebutan crushing roll.
Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar
pada bidang horizontal yang sama kedua roller berdekatan lalu berputar
dengan arah putaran berlawanan kemudian batubara mentah diumpan
masuk akan dijepit diantara dua roller, akibat tekanan yang kuat akhirnya
batubara mentah remuk dan jatuh kedalam roller truk ke penampungan.

3.7.4 Keunggulan Roll Crusher


Tabel 3.1 Keunggulan dari Single Roll dan Double Roll Crusher
Single Roll Crusher Double Roll Crusher
 Mudah dan ringan dalam  Tidak mudah terjadi
melakukan penghancuran peremukan atau perumusan
partikel. secara berlebihan.
 Mudah dalam melakukan  Jarang terjadi penyumbatan
preparasi alat. pada ruang peremukan.
 Preparasi mudah
dilakukan.

3.7.5 Kekurangan dari Single Roll dan Double Roll Crusher


Tabel 3.2 Kekurangan dari Single Roll dan Double Roll Crusher
Single Roll Crusher Double Roll Crusher
 Terjadi penyumbatan  Proses peremukan hanya
terhadap partikel yang mudah berlangsung pada sebagian kecil
melengket. dari seluruh badan rolter yang
besar.

 Hasil dari peremukan nya


sedikit kasar

31
2017

3.7.6 Tipe Roll Crusher


1. Tipe Roll Crusher Dari Bentuk Permukaan Roll
a. Smooth roll
Tipe roll berdasar bentuk permukaan ini mempunyai kegunaan
khusus terutama dalam mengolah bahan. Smooth roll adalah
permukaan roll yang halus tanpa gerigi. Roll jenis ini biasanya
digunakan untuk memeras minyak dari biji-bijian, dll. Roll ini
biasanya banyak terdapat pada double roll. Tipe smooth roll
digunakan pada bahan yang mempunyai tinkat kekerasan yang
rendah contohnya biji-bijian.

b. Roll yang bergerigi


Tipe roll yang mempunyai permukaan yang bergerigi
digunakan untuk memecah bahan yang memiliki tingkat
kekerasan medium sampaihigh. Roll jenis ini memiliki ketahanan
dan energi yang besar sehingga mampu memecah batuan yang keras
dengan permukaannya yang kasar. Tipe roll yang bergerigi ini baik
digunakan pada single maupun double roll.

c. Roll bergerigi dengan hammer


Tipe roll ini digunakan untuk hasil pengolahan yang lebih
halus. Hasil yang dihasilkan menjadi lebih kecil atau halus.
Penggunaan roll ini pada single roll crusher.

2. Tipe roll crusher dari gerakan roll (double roll crusher)


1. Dua roll yang bergerak
Pada umumnya roll crusher mengandalkan gerak roll untuk
memecah bahan. Pada single roll, yang bekerja hanya sebuah roll saja,
sehingga dapat diketahui pasti bahwa gerakan rollnya memutar.
Sedangkan pada double roll crusher, ada dua buah roll yang bekerja.
Keduanya adalah roll yang memiliki fungsi sama yaitu memecah
bahan. Karena ada dua buah roll yang bekerja, dapat dipastikan bahwa

32
2017

gerak roll dapat sama dapat pula tidak. Tipe dua roll yang bergerak
pada double roll crusher berarti kedua buah roll bergerak bersamaan
dengan arah yang berlawanan.
2. Satu roll yang bergerak dan satu roll diam (double roll crusher)
Pada double roll yang mempunyai cara kerja seperti ini, maka
hanya ada satu roll di antara kedua roll yang bergerak memutar
memecah bahan. Sedangkan satu roll tidak bergerak, fungsinya
sebagai penahan pemecahan atau pengolahan bahan. Sekilas jika
dicermati, seperti cara kerja pada single roll, namun memiliki roll
yang berbeda. Tapi dilihat dari fungsinya, maka akan terlihat berbeda.
Karena dari segi hasil double roll yang memiliki satu buah roll
yang bergerak, memiliki hasil lebih halus dibanding single roll. Pada
tipe roll jenis ini, hanya digunakan pada roll yang memiliki
permukaan halus atau smooth roll. Karena dilihat dari cara gerak,
tidak memungkinkan jika roll dengan permukaan bergerigi bekerja
dengan metode seperti ini.

3.7.7 Karateristik dan Bagian dari Roll crusher


 Base Frame dan Hopper
Semua konstruksi baja dibuat, terbuat dari pelat baja Roll memiliki
akses dilepas meliputi untuk memungkinkan pemeliharaan berkala dan
pemeriksaan gulungan.
 Bearings
Bearing bekerja sebagai anti-gesekan atau bantalan bulat roller
yang mendukung poros roll. Mereka adalah adaptor yang dipasang dan
dilumasi, dan terkandung dalam heavysection. Sebuah plat yang terletak
antara bantalan geser dan dasar bingkai untuk mencegah keausan pada
bantalan dasar.
 Segel Debu
Segel Debu sekitar roll poros mencegah debu dari melarikan diri ke
atmosfer. V-belt drive adalah sala satunya.
 Desain Roll

33
2017

Kerang Roll tersedia dalam berbagai paduan untuk mengolah


bahan pakan. Permukaan roll mencakup berbagai elemen penghancur,
seperti intermeshing gigi, manik-manik dilas, bergalur dan smoothfaced
atau kombinasi halus dan manik-manik, semuanya dirancang untuk siap
mengubah bahan dan menghancurkan sampai tahap yang diinginkan.

 Tramp Perlindungan
Otomatis perlindungan terhadap baja, sampah dan
lainnya uncrushables disediakan oleh toggle khusus pengaturan. Toggle
akan terbuka dan bergerak roll bergerak kembali, membuat lubang besar
untuk lulus mekanisme beralih uncrushable material.The menyediakan
produk positif ukuran kontrol dan bar torsi dan keterkaitan balik roll
bergerak menjamin keselarasan paralel gulungan sepanjang waktu.
 Penyesuaian Ukuran Hidrolik
Penyesuaian ukuran produk dicapai melalui suatu mekanisme
hidrolik yang beroperasi melalui batang torsi. Shims baja ketebalan yang
bervariasi yang di gunakan untuk menjaga pengaturan sementara crusher
yang sedang bekerja

34
2017

BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

4.1 Gambaran Objek Penelitian


Primary Cruser yang merupakan salah satu alat berat untuk membantu
dalam proses pencacahan batubara yang datang dari Conveyor menuju Stockpile
atau diteruskan ke proses berikutnya, untuk menghancurkan batubara kedalam
size yang lebih kecil. Dimana batubara yang dicacah dari ukuran -400mm menjadi
-100mm. Primary Crusher ini merupakan crusher pertama dan terletak pada jalur
phasa 1 yang mengarah pada tempat penyimpanan batubara 1 atau stockpile 1
Berikut merupakan gambaran dari Primary Crusher.

Gambar 4.1 Primary Crusher

35
2017

Gambar 4.2 Drum Roll Primary Crusher

4.1.1. Ruang Lingkup Daerah Primary Crusher


Primary Crusher terletak di daerah Phasa 1, Daerah Phasa
1 yaitu daerah yang berawal dari RCD 1, Conveyor C2, Primary
Crusher, Conveyor C3, Stockpile 1, dan berakhir di Shiploader 1.
Selain mengarah ke stockpile batubara pada phasa 1 ini bisa di
arahkan ke phasa 2 melalui Conveyor C11 yang akan disalurkan ke
Secondary Crusher untuk pencacahan batubara yang lebih kecil (-
32mm).

Gambar 4.3 Phasa 1 PT. Bukit Asam Pelabuhan Tarahan (Sumber :


Dokumen Teknis PT. Bukit Asam

36
2017

Spesifikasi yang dimiliki oleh Primary Crusher itu sendiri diuraikan pada
tabel berikut.
Tabel 4.1 Spesifikasi pada Primary Crusher
Roll Diameter 800 mm
Roll Width 2500 mm
Roll
Roll Speed 250 rpm
10,52 m/s
Drive Pulley Crusher 1400 mm
Pulley
Motor pulley 280 mm
Motor Rating 300 Hp
Motor
Motor Speed 900 rpm
Total weight excl. motor and
bases 18600 kg
Dimension Heaviest single unit 4200 kg
LxWxH = 3.340 mm x 210 mm x
Main Dimension 500 mm
Throughput rate 3133 m3/h
Gap Width 85 mm
Feed Size 0 – 400 mm
Dimension of
Material Product Size 0 – 100 mm
Bulk Density 0,8
Max. Adjusting path 90
Max Deflecting Path 40

komponen dari Rotary Car Dumper unit 4 adalah sebagai berikut.

Gambar 4.4 Drum Crusher (Sumber: Dokumen Teknis PT. Bukit Asam)

37
2017

Keterangan
1. Set of Rolls
2. Crushing Segment
3. Roll Body With Shaft
4. Expansion Pipe
5. Pair of Tangen Key
6. Screw DIN 912-M24 x 80
7. Screw DIN 931-M16 x 55
8. Disc

Gambar 4.5 Drive Pulley With Hub (Sumber: Dokumen Teknis PT. Bukit Asam)
Keterangan
1. Drive Pulley
2. Hub
3. Retaining Plate

38
2017

4. Screw DIN 931-M30 x 100


5. Spring Washer DIN 128-A30
6. Screw DIN 931-M24 x 120
7. Spring Washer 128-A24
8. Nut

4.2 Metode Perawatan Primary Crusher


Prosedur perawatan pada Rotary Car Dumper unit 4 yang terdapat di
PT. Bukit Asam unit Pelabuhan Tarahan ada 3 (tiga), yaitu preventive
maintenance, predictive maintenance dan corrective maintenance.
1. Preventive Maintenance
Metode preventive maintenance pada mesin Primary Crusher
dilakukan pada jadwal yang teratur. Fungsi penting dari cara perawatan ini
adalah menjaga kondisi operasional peralatan serta meningkatkan
kehandalannya. Tujuannya menghilangkan penyebab-penyebab kerusakan
sebelum kerusakan terjadi. Perwatan yang terjadwal selalu lebih ekonomis
daripada kerusakan yang tidak terjadwal.
Pekerjaan perawatan preventive ini dilakukan dengan mengadakan
inspeksi, Pelumasan dan pengecekan peralatan dan lain.
a. Inspeksi
Kegiatan Inspeksi ini terbagi atas inspeksi bagian luar dan inspeksi
bagian dalam. Inspeksi bagian luar dapat ditujukan untuk mengamati
dan mendeteksi kelainan kelainan yang terjadi pada mesin yang sedang
beroperasi, misalnya : timbulnya suara yang tidak normal, getaran,
panas, asap dan lain-lain. Sedangkan inspeksi bagian dalam ditujukan
untuk pemeriksaan elemen-elemen mesin yang dipasang pada bagian
dalam, seperti : Roda gigi, Pilow Block, Bearing, dan lain lain.
b. Pelumasan
Komponen-komponen mesin yang bergesekan seperti beraing, Rantai,
Pilow Block, dan sebagainya harus di beri peumasan secara benar agar
dapat bekerja dengan baik dan tahan lama. Dalam pemberian pelumas
yang benar perlu diperhatikan jenis pelumasnya jumlah pelumas,

39
2017

bagian yang di beri pelumas dan waktu pemberian pelumas. Pelumasan


pada komponen Primary Crusher dapat dilihat pada table 4.2

Tabel 4.2 Komponen Primary Crusher yang di berikan tindakan greasing


HOUSE BEARING PULLEY CRHUSER ( 4 TITIK ) AUTO
PCT001
PLOPER GATE ( DARAT /LAUT ) MANUAL

c. Perencanaan Penjadwalan
Suatu jadwal program perawatan perlu disiapkan dan harus ditaati
dengan baik. Program perawatan harus dibuat secara lengkap dan
terperinci menurut spesifikasi yang di perlukan, seperti adanya jadwal
harian, mingguan, bulanan dan sebagainya. Suatu contoh bagan untuk
jadwal perawatan preventive pada bulan desember 2016 bisa dilihat
pada Tabel 4.3 dibawah ini
Tabel 4.3 Jadwal Greasing Primary Cruher Bulan Desember 2016
Hari/Tanggal/Bulan

Desember
Deskripsi Ket
K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S M S S R K J S

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
HOUSE
BEARING
PULLEY AUTO
CRHUSER ( 4
TITIK ) V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V
PLOPER
GATE (
MANUAL
DARAT
/LAUT ) V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V V

d. Pencatatan dan analisis


Catatan-catatan yang perlu dibuat untuk membantu kelancaran
pekerjaan perawatan ini adalah :
1. Buku manual operasi
2. Manual instruksi perawatan
3. Kartu riwayat mesin
4. Daftar permintaan suku cadang
5. Kartu inspeksi
6. Catatan kegiatan harian
7. Catatan kerusakan

40
2017

2. Breakdown Maintenance
Metode Corrective Maintenance pada mesin Primary Crusher
diterapkan melalui pemberian tindakan-tindakan corrective atas kelainan
atau penyimpangan kinerja peralatan. Dan penyediaan spare parts untuk
penggantian cepat.
Sekilas tentang catatan kerusakan-kerusakan yang terjadi pada Primary
Crusher pada tahun 2016.
 13 Februari 2016 : Halangan pada head pulley mengenai dinding
Crusher arah darat.
Penyebab : Pemasangan yang kurang kencang
Tindakan Peraikan : Pembongkaran dan pemasangan kembali.
 13 Mei 2016 : Halangan belt robek
Penyebab : Terjadi slip antara belt dan pulley
Tindakan Perbaikan : Replace belt
 25 Juni 2016 : Mesin terhenti
Penyebab : Primary Crusher overflow (batubara menumpuk)
Tindakan Perbaikan : Pembongkaran Crusher dan pembersihan batubara
 6 Juli 2016 : Belt meregang
Penyebab : Muatan Berlebih yang masuk ke Primary Crusher
(Overload)
Tindakan Perbaikan : Pembongkaran Crusher dan pembersihan batubara
 14 Juli 2016 : Kebocoran pada dinding Primary Crusher
Penyebab : dinding Primary Crusher bocor akibat retak.
Tindakan Perbaikan : Perbaikan dinding dengan cara di las.
 22 Agustus 2016 : Belt meregang
Penyebab : Muatan Berlebih yang masuk ke Primary Crusher
(Overload)
Tindakan Perbaikan : Replace belt
 8 September 2016 : Halangan belt robek
Penyebab : Terlemparnya batubara dari dalam crusher
Tindakan Perbaikan : Replace Belt

41
2017

 5 Oktober 2016 : Crusher Segment terkikis habis


Penyebab : Overflow
Tindakan Perbaikan : Replace Crusher Segment
 6 Oktober 2016 : Mesin terhenti
Penyebab : Primary Crusher overflow
Tindakan Perbaikan : Pembongkaran crusher dan pembersihan batubara.

4.3 Analisa Data


4.3.1 Diagram Pareto
Diagram Pareto merupakan grafik batang yang menunjukan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Diagram ini digunakan untuk :
1. Menentukan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab.
2. Memberi perhatian pada hal kritis dan penting melalui pembuatan ranking
terhadap maslah.
3. Untuk pengklasifikasikan kerusakan pada equipment Primary Crusher
yang dimiliki PT. Bukit Asam unit Pelabuhan Tarahan.

Dalam pembuatan diagram pareto ini penulis menggunakan data selama


1 tahun, yaitu data kerusakan alat selama tahun 2016. Diagram pareto sangat
penting untuk memudahkan penulis dalam mengurutkan klasifikasi data dari
kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga terendah. Hal ini dapat
membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk segera
diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan tidak harus segera
diselesaikan (ranking terendah), oleh karena itu penulis menggunakan
diagram pareto untuk mengetahui dampak kerusakan yang paling banyak
terjadi pada mesin Primary Crusher.
Data yang diperoleh diolah untuk mengetahui prosentase kerusakan
dihitung menggunakan rumus : Jumlah kerusakan pada equipment (i)

kerusakan = x 100%

42
2017

Berdasarkan data part rusak yang diperoleh penulis dari perusahaan dapat di
spesifikasikan sebagai berikut:
A = Belt
B = Room Crusher
C = Head Pulley
D = Segment

Tabel 4.4 Tanggal Kerusakan Pada Primary Crusher


KERUSAKAN JUMLAH WAKTU
NO TANGGAL A B C D KERUSAKAN PERBAIKAN (JAM)
1 13/02/2016 1 1 1:45
2 13/05/2016 1 1 2:40
3 25/06/2016 1 1 2:00
4 6/7/2016 1 1 2:15
5 14/07/2016 1 1 1:20
6 22/08/2016 1 1 1:30
7 8/9/2016 1 1 2:00
8 5/10/2016 1 1 4:10
9 6/10/2016 1 1 1:35
JUMLAH 4 3 1 1 9 19:04

Tabel 4.5 Kerusakan Pada Primary Crusher

BANYAKNYA
NO KERUSAKAN PRESENTASE PERSENTASE
WAKTU PERBAIKAN
KUMULATIF
1 Belt 8:25 44,14% 41,14%
2 Room Segment 4:44 24,83% 68,97%
3 Head Pulley 4:10 21,84% 90,82%
4 Segment 1:45 9,18% 100%
Total 19:04 100%

Dibawah ini merupakan diagram pareto banyaknya jumlah kerusakan


suatu part dan presentase kumulatif dari Primary Crusher.

43
2017

Gambar 4.6 Diagram Pareto Kerusakan pada Crusher

4.3.2 Diagram Ishikawa


yang dihasilkan oleh mesin Primary Crusher dipengaruhi oleh
beberapa faktor, faktor tesebut dilihat pada analisa diagram tulang ikan
dibawah ini.

Man Lingkungan material

Kurang Kondisi panas material terabrasi


Teliti dan dingin terlalu cepat
disekitar mesin

Tumpulnya
Crushing
Tidak Menikuti Kondisi Segment
SOP equipment

Kurang
Maintenance

Method Machine

Gambar 4.7 Diagram Ishikawa Penyebab Tumpulnya Crusher Segment

44
2017

Tulisan yang berada didalam kotak adalah factor kemungkinan yang


meyebabkan permasalahan dalam hal ini faktornya adalah mesin, metode,
lingkungan, dan material. Setiap factor mempunyai beberapa kemungkinan
penyebab yang di jabarkan lebih spesifik dan ditulis di bagian batang dari diagram
fishbone tersebut. Fishbone diagram diatas adalah hasil dari brainstomig yang
dilakukan dengan para Engineer dan Inspector. Dapat dilohat dari data yang
diperoleh dan dari diagram fishbone diatas maka kita dapat mengetahui dampak
malfungsi terbesar adalah pada bagian belt.

45
2017

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kegiatan kerja praktik hingga pengolahan data dan analisa data,
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Cara kerja Primary Crusher adalah meremukan batubara dengan cara
menjepit benda yang hendak diremukkan diantara satu buah roller yang
dikenal dengan sebutan crushing roll. Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller)
dengan sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama kedua roller
berdekatan lalu berputar dengan arah putaran berlawanan kemudian
batubara mentah diumpan masuk akan dijepit diantara dua roller, akibat
tekanan yang kuat akhirnya batubara mentah remuk dan jatuh kedalam
roller truk ke penampungan.
2. Dapat dilihat dari Analisa yang dilakukan diatas maka kita dapat
mengetahui dampak malfungsi terbesar adalah pada bagian belt yaitu
44,14% dari persentase keseluruhan kerusakan di karenakan belt
mempunyai dampak buruk yang paling besar terhadap kelancaran proses
produksi batubara di phasa 1 PT. Bukit Asam. Maka dari itu perlu
dilakukan perawatan yang lebih optimal untuk menghindari kerusakan
yang akan terjadi pada bagian belt dengan cara melakukan pengecekan
guna mencegah kerusakan dan mengoptimalkan waktu pemakaian Primary
crusher agar proses produksi batubara menjadi lebih maksimal.
3. Metode yang digunakan pada mesin Primary Crusher adalah preventive
maintenance, dan Breakdown maintenance.

5.2 Saran
Dari kegiatan kerja praktik yang telah dilakukan, penulis menyarankan
sebagai berikut :
1. Perawatan mesin Primary Crusher perlu ditingkatkan agar meningkatkan
kualitas dan megurangi Corrective maintenance.

46
2017

2. Keamanan Karyawan harus ditingkatkan, khususnya juga berada di daerah


dengan kebisingan tinggi dengan menggunakan pelindung telinga.
3. Dengan kondisi mesin Primary Crusher yang cukup baik, maka
diusahakan agar adanya modifikasi pada bagian-bagian mesin Primary
Crusher agar performa lebih meningkat lagi

47
2017

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo, Herry. 2002. Diktat Kuliah Perawatan Teknik. Cilegon:


Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
_________. Dokumen Teknis PT. Bukit Asam – Primary Crusher.
Lampung : PT. Bukit Asam Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan
https://noviwilyaini.wordpress.com/2013/10/14/pengertian-diagram-
ishikawa/ (URL dikunjungi pada tanggal 17 Februari 2017)

48
2017

49

Anda mungkin juga menyukai