Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

PREVENTIVE MAINTENANCE GUIDE BAR CHAIN HARVESTER KOMATSU


DI WORKSHOP PT. RIAU ANDALAN PULP PAPER ESTATE TESO EAST

Oleh:

Primsha Julio Corry


2107034681

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2024
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI

PREVENTIVE MAINTENANCE GUIDE BAR CHAIN KOMATSU


DI WORKSHOP PT. RIAU ANDALAN PULP PAPER ESTATE TESO EAST

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Tugas Akhir


Program Studi Diploma-III Teknik Mesin

Oleh:
Primsha Julio Corry
NIM. 2107034681

Pekanbaru, Maret 2024

Koordinator Praktik Industri


Jurusan Teknik Mesin, Pembimbing Praktik Industri

Iwan Kurniawan.ST., MT Ir. Herisiswanto, MT


NIP. 19790524 20051 1 002 NIP. 19660205 1997702 1 001

Mengetahui,
Koordinator Program Studi Diploma-III
Jurusan Teknik Mesin

Muftil Badri,ST., MT
NIP. 19800728 200501 1 003
PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan praktik
industri (PI) selama satu bulan hingga menyusun laporan praktik industri (PI) ini
dengan judul “PREVENTIVE MAINTENANCE GUIDE BAR CHAIN
HARVESTER KOMATSU DI WORKSHOP PT. RIAU ANDALAN PULP PAPER
ESTATE TESO EAST”
Praktik industri merupakan progam wajib bagi setiap mahasiswa program studi
Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau sebagai salah satu persyaratan dalam
penyelesaian studi, dengan adanya Praktik Industri ini diharapkan penulis dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku perguruan tinggi dengan
situasi dan kondisi di lapangan sesungguhnya.
Laporan ini juga merupakan suatu hasil yang diperoleh setelah melewati
berbagaiproses dengan dukungan dari berbagai pihak tersebut sangat berarti bagi
penulis oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak dan ibu tercinta yang telah memberikan doa dan dukungan demi
kelancaran penyusunan laporan ini.
2. Bapak Prof. Dr. Eng. Azridjal Aziz, ST.,MT., IPU selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Riau
3. Bapak Dr. Feblil Huda, ST., MT., Ph.D selaku Ketua Program Studi Teknik
Universitas Riau.
4. Bapak Muftil Badri, ST., MT selaku Koordinator Prodi D3 Teknik Mesin
Universitas Riau.
5. Bapak Dr. Eng. Rahmat Iman Mainil, ST.,MT selaku dosen Pembimbing
Akademik.
6. Bapak Iwan Kurniawan , ST.,MT selaku Koordinator Praktik Industri.
7. Bapak Ir. Herisiswanto, MT selaku dosen Pembimbing Praktik Industri.
8. Bapak Eddo Gustiawan selaku Coordinator Workshop PT. RAPP Estate
Teso East.
9. Bapak Kasman Hutagalung selaku Supervisor Workshop PT. RAPP Estate
Teso East.
10. Bapak Tata Haira selaku Humas yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan praktik industri di PT.RAPP.
11. Seluruh staf dan karyawan PT.RAPP Workshop Estate Teso East yang telah
memberikan pengalaman dan bimbingan kepada penulis selama melakukan
praktik industri ini.
12. Teman-teman seperjuangan Prodi D3 Teknik Mesin Universitas Riau
Angkatan 21. Selesaikan apa yang telah kamu mulai.
13. Pihak-pihak lain yang tidak bias penulis sebutkan satu per satu atas semua
bantuannya kepada penulis dalam pelaksanaan praktik industri dan
penyusunan laporan
Penulis menyadari bahwa laporan praktik industri (PI) ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna
menambah kesempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis
ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Februari 2024

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Studi D3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau merupakan salah
satu Lembaga pendidikan yang bertugas untuk mengembangkan Pendidikan di
Indonesia khususnya di Provinsi Riau yang berbasis ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK), dan Program Studi D3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau juga memiliki
tujuan untuk menghasilkan lulusan yang handal di bidang Perawatan dan Produksi.
Salah satu upaya untuk memahami tujuan di atas, dengan jalan menugaskan
mahasiswa untuk melaksanakan Praktik Industri (PI) di perusahaan. Dalam hal ini
Penulis sebagai mahasiswa Program Studi D3 Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau
berusaha untuk menerapkan dan mengembangkan ilmu yang didapatkan ke dunia
industri.
PT. Riau Andalan Pulp Paper merupakan perusahaan terkemuka dibidang
industri serat pulp (bubur kertas) dan kertas global. Perusahaan pulp dan kertas ini
terletak di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, Indonesia, yang mampu memproduksi
sehingga 2,8 juta ton pulp dan 1,15 juta ton kertas per tahun, bahan baku proses
pembuatan pulp Pabrik Riau Pulp adalah kayu yang berasal dari kayu tanaman
eucalyptus, acasia mangnium dan pinussilvetris. Kayu yang digunakan perusahaan
pada umumnya kayu keras (hardwood), sedangkan kayu lunak (softwood) digunakan
dalam jumlah sedikit. Bahan baku untuk proses pembuatan kertas adalah pulp, yaitu
pulp serat pendek (hardwood) dan pulp serat panjnga (softwood), yang proses
pemanenannya menggunakan mechanized harvesting.
Harvester adalah sebuah alat canggih yang dipasangkan pada head excavator
yang digunakan sebagai alat pada proses pemanenan, harvester digunakan dalam
pengerjaan penebangan cut-to-length, delimbing dan bucking pohon. Harvester dapat
digunakan untuk menjepit, menebang, memotong sesuai ukuran yang ditentukan dan
mengupas kulit kayu.
Harvester memiliki beberapa bagian komponen yang salah satunya adalah
chain and bar yang berfungsi sebagai alat pemotong, agar proses mechanized
harvesting yang dilakukan berjalan dengan lancer tentunya tergantung dengan kondisi
alat yang digunakan, chain and bar memiliki peran sangat besar pada harvester oleh
karna itu perawatan chain and bar dilakukan secara rutin agar proses harvesting
maksimal.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktik industri ini adalah sebagai berikut ;
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang proses-proses yang
berlangsung selama praktik industri.
2. Mengetahui komponen-komponen pada harvester komatsu.
3. Mengetahui dan memahami permasalahan yang terjadi pada guide bar chain.
4. Mengetahui perawatan dan perbaikan pada guide bar chain.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat diadakannya praktik industri untuk mahasiswa adalah sebagai
berikut :
1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya
dibidang industri.
2. Memperoleh kesempatan untuk melatih keterampilan dalam melakukan
pekerjaan atau kegiatan lapangan.
3. Tercipta pola kemitraan dengan perusahaan tempat mahasiswa
melaksanakan kerja praktek mengenai berbagai persoalan yang muncul
untuk kemudian dicari solusi bersama.
4. Memperoleh pengetahuan yang berguna dalam perwujudan kerja yang akan
dihadapi kelak, setelah mahasiswa tersebut menyelesaikan perkuliahannya.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Industri
Adapun waktu dan tempat pelaksaan praktik industri adalah sebagai berikut :
1. Waktu pelaksanaan praktik industri
Waktu pelaksaan praktik industri ini dilaksanakan selama 30 hari yang
dimulai dari tanggal 5 Februari 2024 – 5 Maret 2024.
2. Tempat pelaksaan praktik industri
Tempat pelaksaan praktik industri dilaksanakan di PT. Riau Andalan Pulp
Paper Estate Teso East Workshop.

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab yaitu
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisikan tentang latar belakang, tujuan, manfaat, waktu
dan tempat pelaksanaan praktik industri dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang berhubungan dengan
perusahaan, excavator, harvester, serta guide bar chain.
BAB III METODOLOGI
Pada bab ini berisikan tentang tahapan pelaksanaan praktik industri,
tujuan studi kasus, prosedur kerja, alat dan bahan.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini bersikan tentang langkah kerja perawatan dan perbaikan
pada guide bar chain harvester komatsu.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil PT. Riau Andalan Pulp And Paper


2.1.1 Sejarah Perusahaan
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) adalah anggota
dari RGE Grup yang didirikan oleh Sukanto Tanoto pada tahun 1973. Di bawah
kepemimpinannya, RGE Grup telah berkembang menjadi kelompok usaha global yang
mempekerjakan lebih dari 60.000 karyawan, dengan total aset lebih dari US$ 25 miliar
serta jangkauan penjualan di seluruh dunia. Sebagai salah satu pelopor perusahaan
yang bertanggung jawab, Grup APRIL dan anak perusahaannya melaksanakan prinsip
5C yang dipercaya oleh Bapak Sukanto Tanoto. Praktek bisnis harus membawa
kebaikan bagi Masyarakat (Community), Negara (Country), Iklim (Climate),
Pelanggan (Customer) dan pada akhirnya baik bagi Perusahaan (Company). Dengan
demikian, tanggung jawab sosial perusahaan diaplikasikan dalam operasional dan
manajemen Grup APRIL untuk memajukan lingkungan dan mengembangkan
masyarakat serta untuk memenuhi tanggung jawab sosial korporasi. Tanoto
Foundation yang didirikan pada tahun 1981 merupakan penerapan visi ini.

Gambar 2.1 Sejarah Berdirinya PT RAPP


Melalui anak perusahaannya di Indonesia, Grup APRIL memulai
pengembangan perkebunan di provinsi Riau Sumatra dan pembangunan pabrik di
Pelalawan Kerinci sejak tahun 1993. Pada saat itu, Kotapraja Kerinci adalah rumah
bagi 200 rumah tangga; populasi yang akan tumbuh hingga lebih dari 200.000 pada
2010 ketika bisnis Grup APRIL berkembang dan beraneka ragam, mengubah Kerinci
menjadi pusat regional sosial dan komersial.
Produksi pulp komersial dimulai pada tahun 1995, diikuti dengan produksi
kertas komersial pada tahun 1998. Sejak awal, pertumbuhan kawasan ini akan
mencerminkan pertumbuhan operasi Grup APRIL di Indonesia, dengan Kabupaten
Pelalawan didirikan pada tahun 1999, diikuti oleh pembentukan Kabupaten Pelalawan
Kerinci dengan Kabupaten Pelalawan pada tahun 2001. Pertumbuhan Kerinci yang
berlanjut akan menjadikan pembagiannya menjadi tiga wilayah pada tahun 2005.

Gambar 2.2 Perkembangan PT RAPP

Pada tahun 2006, Grup APRIL ikut menjadi salah satu penandatangan Prinsip-
Prinsip Perjanjian Global PBB. Di tahun yang sama, PT Riau Andalan Pulp & Paper
(RAPP), anak perusahaan dari APRIL, disertifikasi untuk Pengelolaan Hutan Tanaman
Berkelanjutan berdasarkan standar Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI). APRIL
berhasil mendapatkan sertifikasi kembali di bawah SPFM-LEI pada tahun 2011 lima
tahun kedepan.
Pada tahun 2007, APRIL melalui anak perusahaan menjadi yang pertama dan
satu-satunya perusahaan Indonesia yang diakui Dewan Bisnis Dunia untuk
Pengembangan yang Berkelanjutan (WBCSD).
Pada tahun 2008 penyelesaian pulp line 3 menjadikan Riau rumah untuk pabrik
pulp dan kertas terintegrasi terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi 2,8 juta ton
per tahun. Pabrik yang bersetifikat ISO 9001 yang : 8000 dan ISO 14001 terus
berinvestasi dalam teknologi untuk memastikan perusahaan dapat berswadaya
memenuhi kebutuhan tenaga listriknya sendiri.
Pada tahun 2010, operasi kehutanan Grup APRIL diukur memberikan
kontribusi 6,9% dari total output ekonomi Provinsi Riau. Grup APRIL telah
menciptakan sekitar 90.000 peluang kerja, yang bila digabungkan dengan inisiatifnya
untuk memberikan akses yang lebih baik ke pendidikan dan dukungan sosial di bidang-
bidang seperti perawatan kesehatan dan perumahan, telah mengalami peningkatan
standar hidup dan pengurangan tingkat kemiskinan sebesar 30%.
Grup APRIL adalah salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia.
Bubur APRIL digunakan untuk berbagai aplikasi, termasuk produksi kertas tisu dan
khusus, sementara produk kertasnya digunakan untuk mencetak dan menulis oleh
jutaan orang setiap hari. Merek andalannya, PaperOne ™ terbuat dari serat terbarukan
100% dari perkebunan dan dijual di lebih dari 70 negara di seluruh dunia.
Pabrik hemat energi APRIL memiliki kapasitas produksi ztahunan sebesar 2,8
juta ton untuk pulp dan 1,15 juta ton untuk kertas. Ini disertifikasi berdasarkan ISO
9001: 2000, ISO 14001 dan OHSAS 18001. APRIL disertifikasi di bawah Program
Pengesahan Sertifikasi Hutan (PEFC) untuk pengelolaan hutan berkelanjutan.
APRIL adalah salah satu pelopor di kawasan ini untuk pelaporan
keberlanjutan, penilaian Stok Karbon Tinggi (HCS) dan Nilai Konservasi Tinggi
(HCV), sertifikasi Chain of Custody, dan adopsi pendekatan lanskap untuk
pengelolaan kebakaran.
Ini bekerja dengan kelompok lingkungan, masyarakat lokal dan pemangku
kepentingan utama lainnya untuk menerapkan praktik terbaik di bidang sosial,
lingkungan dan ekonomi. Ini adalah anggota Tropical Forest Alliance 2020, kemitraan
publik-swasta global yang mempromosikan rantai pasokan berkelanjutan, bebas
deforestasi.
Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan APRIL (SFMP 2.0) mengatur
operasinya. Ini mengadopsi model Perlindungan Produksi perkebunan, melakukan
tujuan 1-untuk-1 melestarikan satu hektar hutan untuk setiap hektar perkebunan. Ini
melestarikan 250.000 hektar hutan HCV dan bekerja dengan berbagai pemangku
kepentingan dalam kemitraan publik-swasta yang disebut Restorasi Ekosistem Riau
(RER) untuk memulihkan lebih dari 150.000 hektar hutan gambut yang sangat penting
secara ekologis di Semenanjung Kampar Indonesia. Sebanyak 400.000 hektar hutan
dilestarikan dan dilindungi.

2.1.2 Tata Letak PT RAPP (Riau Andalan Pulp and Paper)


PT. Riau Andalan Pulp and Paper berlokasi di Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi ini berjarak sekitar 70 kilometer dari ibukota Riau,
Pekanbaru. PT. RAPP juga terletak di dekat sungai, yakni Sungai Kampar yang berada
kurang lebih 4 kilometer dari lokasi pabrik. Disamping itu PT Riau Andalan Pulp &
Paper juga memiliki pelabuhan sendiri di daerah Buatan dan Futong yang berjarak
kurang lebih 40 kilometer dari pabrik dan digunakan sebagai pelabuhan utama dalam
proses pengiriman produk ke konsumen di seluruh dunia. Lokasi PT RAPP
memberikan keuntungan, antara lain :
1. Proses transportasi produk dapat melalui Sungai Kampar, dimana sungai
ini berhubungan langsung ke perairan internasional.
2. Sumber bahan baku kayu relatif dekat, karena di daerah Pelalawan sampai
Pekanbaru masih merupakan daerah perkebunan.
3. Sumber air pendingin dapat diambil dari Sungai Kampar.
4. Air yang sudah diolah pada water treatment plant dapat dibuang
l angsung ke Sungai Kampar.
PT Riau Andalan Pulp & Paper terletak di lahan seluas 1750 hektar yang diisi
oleh perumahan karyawan, empat perusahaan pendukung dan empat pabrik yang
terintegrasi satu sama lain. Riau Pulp (RPL) merupakan perusahaan dan pabrik
pendukung RAPP yang produksi utamanya adalah pulp dimana sebagian pulp dari
RPL akan dikirim ke RAK (Riau Andalan Kertas) untuk dijadikan kertas dan sebagian
lagi dijual dalam bentuk pulp. RAK merupakan perusahaan dan pabrik pendukung
RAPP yang bertugas mengolah pulp basah dari RPL menjadi kertas siap jual. RPE (Riau
Prima Energi) merupakan perusahaan dan pabrik penghasil listrik dan air untuk
keperluan pabrik dan perumahan di dalam pabrik. Riau fiber merupakan perusahaan
yang bertugas dalam pengelolaan perkebunan kayu dan HPH yang diberikan
pemerintah daerah untuk menghasilkan kayu sebagai bahan baku pabrik. Chemical
Plant merupakan pabrik pendukung yang berfungsi untuk menghasilkan bahan-bahan
kimia yang digunakan sebagai bahan dasar proses dalam pabrik. Denah dan letak
PT.RAPP diberikan dalam gambar di bawah ini :

Gambar 2.3 Denah PT RAPP

2.1.3 Struktur Organisasi


PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) merupakan bagian dari perusahaan
dari APRIL (Asia Pacific Resources International Holding Limited) grup yang
bergerak pada bidang industri pulp dan paper. APRIL grup berada dalam satu kelompok
perusahaan yang bernama RGE (Royal Golden Eagle) yang didirikan oleh Bapak
Sukanto Tanoto pada tahun 1973. RGE mengelola beberapa perusahaan manufaktur
yang berbasis pada sumber daya alam pada berbagai negara, seperti di Indonesia,
China, dan Brasil.

Gambar 2.4 Skema Perusahaan RGE

Pada gambar 2.4 diatas menunjukan bahwa PT. Riau Andalan Pulp and Paper
memiliki beberapa bagian perusahaan, antara lain :
1. Riau Fiber merupakan unit yang mengelola kayu mulai dari bidang
pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan penebangan kayu untuk
menjadi produksi bahan baku serta pengembangan untuk jenis bibit kayu.
2. Riau Pulp merupakan unit yang memproduksi pulp dengan kayu dari Riau
Fiber sebagai bahan baku.
3. Riau Paper merupakan unit yang memproduksi kertas dengan pulp dari Riau
Pulp sebagai bahan baku.
4. Riau Power merupakan unit yang mengelola pada bidang pembangkitan
energi listrik dan mengolah kembali black liquor, air, dan bahan kimia.
5. Shared Service (Common Service) merupakan unit yang mengelola pada
bidang pelayanan seluruh unit dan mengelola keseluruhan logistik
perusahaan, diantaranya adalah supply chain management, finance, HRD,
dan accounting.

2.2 Maintenance
Maintenance adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjaga peralatan
dalam kondisi terbaik. Proses maintenance meliputi pengetesan, pengukuran,
penggantian, menyesuaian, dan perbaikan. Ada tiga jenis maintenance yang biasa
dilakukan, yaitu:
1. Corrective Maintenance.
Corrective maintenance adalah aktivitas perbaikan peralatan yang
beroperasi secara tidak normal.
2. Preventive Maintenance
Maintenance jenis ini memiliki tujuan mencegah terjadinya kerusakan
peralatan selama operasi berlangsung. Maintenance peralatan dilakukan
secara terjadwal sesuai dengan estimasi umur peralatan. Kegiatan preventif
dibuat berdasarkan maintenance tasklist maintenance sesuai dengan tingkat
kritikal peralatan tersebut.
3. Predictive Maintenance
Predictive maintenance mengantisipasi kegagalan suatu peralatan sebelum
terjadi kerusakan total. Predictive maintenance menganalisa suatu kondisi
peralatan dari trend perilaku peralatan. Trend ini dapat digunakan untuk
memprediksi sampai kapan peralatan mampu beroperasi secara normal.
4. Breakdown Maintenance
Breakdown Maintenance merupakan perbaikan yang dilakukan tanpa
adanya rencana terlebih dahulu. Dimana kerusakan terjadi secara mendadak
pada suatu alat atau produk yang sedang beroperasi, yang mengakibatkan
kerusakan bahkan hingga alat tidak dapat beroperasi.
2.3 Excavator
Excavator adalah alat berat yang memiliki fungsi sebagai penggali,
pengangkut, dan pemindah material. Excavator merupakan suatu kendaraan yang
menggunakan track shoe atau roda sebagai penumpu beban serta dilengkapi dengan
attachment dalam melakukan pekerjaan. Pada mechanized harvesting head pada
excavator dimodifikasi menggunakan harvester head.

Gambar 2.4 Excavator

2.4 Harvester
Harvester merupakan sebuah alat canggih yang dipasangkan pada head
excavator yang digunakan sebagai alat pada proses pemanenan mekanis (mechanized
harvesting), harvester digunakan dalam pengerjaan penebangan cut-to-length,
delimbing dan bucking pohon. Harvester dapat digunakan untuk menjepit, menebang,
mengupas kulit kayu dan memotong sesuai ukuran yang telah ditentukan.

Gambar 2.5 Harvester SP


2.4.1 Guide Bar
Guide Bar merupakan tongkat panjang dan datar yang berada pada harvester
yang dimana fungsinya sebagai rel mata rantai, Pada sisi luar bar dipasangkan rantai
dengan mata pisau yang tajam dimana rantai ini akan berputar dengan bantuan
mekanisme dan daya putar yang cepat sehingga dapat memotong benda.

Gambar 2.6 Guide bar

2.4.2 Chain
Chain merupakan alat potong yang langsung bergesekan dengan kayu yang
berputar pada bar dengan kecepatan tinggi.

Gambar 2.7 Chain

2.5 Chain Grinding Machine


Chain grinding machine merupakan alat yang berfungsi untuk mempertajam
chain dengan proses pengasahan chain dengan sudut-sudut tertentu, alat ini bergerak
secara otomatis dengan melakukan penyetelan pada display tergantung jumlah mata
pada chain yang ingin dilakukan pengasahan.

Gambar 2.8 Chain grinding machine

2.6 Dongkrak Hidrolik


Dongkrak hidrolik merupakan alat yang bisa mendongkrak benda yang sangat
berat. Dongkrak ini disebut hidrolik karena menggunakan liquid atau cairan khusus,
dongkrak jenis hidrolik ini menggunakan sistem gaya yang bertumpu pada cairan
fluida, yang kemudian cairan fluida tersebut akan menyalurkan tekanan dan berhasil
memunculkan gaya angkat.

Gambar 2.8 Dongkrak hidrolik

2.7 Eukaliptus
Eukaliptus (Eucalyptus) merupakan jenis tanaman berkayu yang tidak
membutuhkan persyaratan tumbuh yang tinggi terhadap lingkungannya. Olahan kayu
dari tanaman eucalyptus merupakan tanaman yang dibudidayakan untuk bahan olahan
tissu dan kertas, memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena banyak digunakan dalam
kehidupan sehari-hari seperti furniture, pulp dan paper (Badan Litbang Departemen
Kehutanan, 1994).
Eukaliptus (Eucalyptus) adalah salah satu jenis yang dikembangkan untuk Hutan
Tanaman Industri (HTI) karena sifatnya yang mudah menyesuaikan diri dan kayunya
dapat digunakan untuk bahan pulp. Jenis ini merupakan salah satu spesies endemik
Indonesia yang tumbuh di Papua sampai dengan ketinggian di atas 800 m dpl dengan
curah hujan 900 mm-2.100 mm/tahun dan iklim kering yang jelas (Adinugraha et al.
2007). Iklim tropis yang panas dan lembab juga sesuai untuk perkembangbiakan
berbagai jenis hama dan penyakit sehingga berpotensi mengancam kelestarian hutan
tanaman (Rimbawanto et al. 2014)

Gambar 2.9 Pohon eukaliptus

2.8 Akasia Mangium


Acacia mangium Willd merupakan salah satu tanaman hutan yang sangat
dikenal oleh masyarakat Indonesia dan populer sebagai sumber kayu yang sangat
potensial untuk dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai bahan baku pulp, kertas dan
papan partikel. Spesies ini dikembangkan untuk HTI karena pertumbuhannya yang
cepat dan kayunya juga dapat dimanfaatkan menjadi kayu pertukangan maupun kayu
energi. Selain itu juga berpotensi untuk mebel dan vinir (Krisnawati et al., 2011).
A.mangium banyak dipilih karena sifat-sifatnya yang menguntungkan yaitu
kualitas kayu yang baik (untuk pulp, kayu gergajian dan kayu bakar) dan toleransinya
pada berbagai jenis tanah dan keasaman (pH). A.mangium juga merupakan jenis yang
cocok ditanam pada daerah-daerah yang banyak ditumbuhi alang-alang, yang tersebar
luas di daerah tropis Asia, selain itu juga baik digunakan sebagai tanaman dalam
pengendalian erosi (Fadjar, 1996).

Gambar 2.10 Akasia


BAB III
METODOLOGI

3.1 Tahapan Pelaksanaan Praktik Industri


Pelaksanaan program praktik industry (PI) ini di lakukan dalam beberapa
tahapan proses. Mulai dari proses studi literatur, pencarian tugas khusus penyelesaian
tugas khusus tersebut. Keseluruhan proses saling berkaitan dilakukan.

Mulai

Studi literatur

Mencari permasalahan yang terjadi di


perusahaan

Diskusi dengan dosen pembimbing

Menentukan topik

Tidak
Disetujui

Ya

Pengambilan Data

Penulisan Laporan

Selesai
3.2 Tujuan Studi Kasus
Adapun tujuan dari studi kasus adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses mechanized harvesting.
2. Mengetahui cara perawatan dan perbaikan guide bar dan chain harvester.
3. Mengetahui penyebab kerusakan pada guide bar dan chain harvester.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Prosedur Umum
Adapun prosedur umum yang dilakukan pada pelaksanaan praktik industri ini
adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan alat pelindung diri.
2. Briefing pagi dan pembagian job.
3. Mendengarkan dan memahami instruksi dari pembimbing lapangan.
4. Berdoa sebelum memulai praktik industri.

3.4 Alat dan Bahan


3.4.1 Alat
Adapun alat yang digunakan selama praktik industri dalam perawatan dan
dan perbaikan guide bar dan chain adalah sebagai berikut :
1. Chain grinding machine
Chain grinding machine merupakan mesin yang digunakan untuk
pengasahan ketajaman chain dengan sudut yang telah ditentukan.

Gambar 3.1 Chain grinding machine


2. Dongkrak hidrolik 20 ton
Dongkrak hidrolik digunakan sebagai alat untuk pengepressan body guide
bar yang bengkok atau tidak lurus.

Gambar 3.2 Dongkrak hidrolik

3. Palu
Palu digunakan sebagai alat untuk memukul pada pemasangan sprocket kit.

Gambar 3.3 Palu

4. Penitik
Penitik digunakan sebagai alat untuk memasang dan melepaskan sprocket
kit lalu dipukul dengan palu.
Gambar 3.4 Penitik

5. Gerinda
Gerinda digunakan sebagai alat pengasahan guide rail yang tajam kesisi luar.

Gambar 3.5 Gerinda

6. Kawat
Kawat digunakan sebagai alat untuk membersihkan rel guide bar dan saluran
oli guide bar.

Gambar 3.6 Kawat


7. Tang jepit
Tang jepit digunakan sebagai alat untuk menjepit guide bar pada saat proses
melepaskan dan pemasangan sprocket kit.

Gambar 3.7 Tang jepit

8. Trafo las smaw


Trafo las smaw digunakan untuk proses pengelasan penambahan daging
pada guide bar yang pecah, dengan melakukan pengelasan smaw
menggunakan elektroda 7018.

Gambar 3.8 Trafo las

9. Topeng las
Topeng las digunakan untuk melindungi wajah dan mata dari asap dan
cahaya dari pengelasan.
Gambar 3.9 Topeng las

3.4.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan selama praktik industri dalam perawatan
dan perbaikan guide bar dan chain adalah sebagai berikut :
1. Chain
Chain merupakan alat potong yang langsung bergesekan dengan kayu yang
berputar pada bar dengan kecepatan tinggi, penggantian chain baru
dilakukan jika chain lama sudah mencapai lebar mata minimum 3.5 mm.

Gambar 3.10 Chain

2. Guide bar
Guide bar merupakan tongkat panjang dan datar yang berada pada harvester
yang dimana fungsinya sebagai rel mata rantai, penggantian guide bar ketika
sudah mencapai 1800 jam kerja.
Gambar 3.11 Guide bar

3. Sprocket kit
Sprocket kit merupakan bantalan chain pada ujung guide bar yang mengikuti
putaran chain.

Gambar 3.12 Sprocket kit

4. Elektroda 7018 2,5 mm


Elektroda 7018 2,5 mm digunakan sebagai bahan pengisi yang digunakan
untuk pengelasan repair guide bar.

Gambar 3.13 Elektroda


5. Majun
Majun digunakan sebagai media untuk membersihkan guide bar dari
kotoran.

Gambar 3.14 Majun


6. Grinding wheel
Grinding wheel digunakan sebagai bahan untuk mengasah, mempertajam
chain yang dipasangkan pada chain grinding machine.

Gambar 3.15 Grinding wheel

7. Sarung tangan
Sarung tangan digunakan untuk melindungi tangan dari benda tajam dan
panas.
Gambar 3.16 Sarung tangan

8. Mata gerinda
Mata gerinda digunakan untuk memotong dan mengasah material.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja dalam proses perawatan dan perbaikan bar dan chain
adalah sebagai berikut :
4.1.1 Perawatan Guide Bar
1. Membersihkan kotoran dari body guide bar, rel chain, dan aliran oli pada
guide bar.

Gambar 4.1 Membersihkan guide bar

2. Memeriksa bahwa guide bar tidak bengkok. Bengkoknya guide bar dapat
diluruskan dengan syarat tidak ada tikungan tajam atau keruskan pada rel.
Pastikan bahwa chain berputar dengan bebas. Jika terdapat sisi yang
bengkok maka dilakukan perbaikan dengan pengepressan bar.
a. Kondisi guide bar bengkok.

Gambar 4.2 Guide bar bengkok


b. Posisikan bar yang bengkok pada titik tumpuan dongkrak hidrolik.

Gambar 4.3 Posisikan bar pada tumpuan dongkrak

c. Lakukan pengepresan dengan memompa dongkrak hidrolik hingga posisi


bengkok pada bar menjadi berlawanan arah, lalu tahan 1 hingga 2 detik
lalu lepaskan pengunci dongkrak hidrolik.

Gambar 4.4 Pengepressan guide bar

d. Lepaskan bar lalu perhatikan apakah masi terdapat kebengkokan pada bar
atau tidak jika masih terdapat bengkokan ulangi kembali proses
pengepressan hingga bar benar benar lurus.
Gambar 4.5 Kondisi bar setelah pengepressan

3. Memeriksa bahwa guide rel tidak runcing ke sisi luar gerinda semua body
guide bar dari dalam ke luar. Gerinda ujung-ujungnya menjadi sudut 45
derajat.

Gambar 4.6 Proses pengerindaan body guide bar

4. Waktu penggergajian normal sekitar 1-5 detik. Waktu yang lebih lama
menimbulkan risiko panas yang berlebihan, menyebabkan guide bar menjadi
biru dan keras guide bar yang mengeras menjadi rapuh, yang dapat
menyebabkan retakan dan kepingan terkelupas.
5. Memeriksa celah/jarak bebas chain idler tidak lebih dari 0,2 mm. Ganti guide
bar jika jarak bebas terlalu besar. Penggantian guide bar setelah 1800 jam
kerja.
Gambar 4.7 Kondisi guide bar yang sudah aus

6. Memeriksa kondisi sprocket kit dari keausan jika sudah aus maka dilakukan
penggantian sprocket kit yang baru, penggantian sprocket kit setelah 110 jam
kerja.
a. Kondisi sprocket kit yang sudah aus.

Gambar 4.8 Kondisi bar yang sudah aus

b. Letakkan guide bar pada meja kerja dan jepit bagian atas guide bar dengan
tang jepit, lalu posisikan penitik tepat pada pin sprocket kit lalu pukul
menggunakan palu hingga pin terlepas.

Gambar 4.9 Proses pelepasan pin


c. Setelah terlepas, pasang sprocket kit yang baru pada guide bar dan jepit
menggunakan tang jepit lalu pukul semua pin menggunakan palu hingga
sprocket kit menempel pada bar dan berputar sempurna.

Gambar 4.10 Proses pemasangan pin

4.1.2 Perbaikan Guide Bar


1. Kondisi bar yang pecah

Gambar 4.11 Kondisi bar pecah

2. Letakkan kawat elektroda pada rel chain agar rel chain tidak melekat pada
body guide bar.
Gambar 4.12 Letakkan kawat pada rel chain

3. Lakukan pengelasan smaw untuk menambal pecahan pada guide bar dengan
elektroda 7013 2,6 mm.

Gambar 4.13 Proses pengelasan guide bar

4. Selanjutnya proses meratakan pengelasan pada body guide bar dan rel chain
menggunakan gerinda.

Gambar 4.13 Proses meratakan pengelasan pada body guide bar

5. Lakukan proses pengetesan dengan memasang chain pada guide bar apakah
bergerak dengan sempurna.

Gambar 4.14 Pengetesan chain pada guide bar

4.1.3 Perawatan Chain


1. Memeriksa apakah terjadi kemiringan, keretakan dan patahan pada chain,
jika terdapat kemiringan, keretakan dan patahan maka dilakukan
penggantian mata chain yang rusak dengan mata chain yang baru
berdasarkan jumlah yang rusak.
a. Kondisi chain rusak

(a) (b)
Gambar 4.15 (a) Kondisi chain putus (b) Kondisi chain retak

b. Lakukan penggerindaan pada sebelah pin chain yang rusak


Gambar 4.16 Proses menggerinda pin

c. Lepaskan pin pada chain menggunakan penitik dan dipukul menggunakan


palu.

Gambar 4.17 Proses melepaskan pin

d. Lakukan penyambungan chain dengan connecting link lalu pukul pin


dengan palu hingga rapat, pastikan chain bisa bergerak bebas.

Gambar 4.18 Proses pemasangan pin

2. Lakukan proses pengasahan chain menggunakan chain grinding machine,


dengan jumlah mata 43 dan sudut 35 derajat.
a. Pasang chain pada chain roller dan pulley chain lalu atur posisi top chain
(bentuk chain yang sama) diposisi tuas pengatur lebar pemakanan.

Gambar 4.19 Mengatur posisi top chain

b. Atur jumlah mata chain sampai ke angka 5

Gambar 4.20 Mengatur jumlah mata chain

c. Lalu hidupkan swing untuk melihat apakah proses lebar pengasahan pada
chain sudah pas, sambil mengatur lebar pengasahan dengan memutar tuas
pengatur.

Gambar 4.21 Mengatur lebar pengasahan


d. Jika lebar pengasahan sudah pas atur kembali posisi top chain ke posisi
semula dan atur jumlah mata chain pada display menjadi 43.

Gambar 4.22 Mengatur jumlah mata chain

e. Hidupkan mesin dan amati apakah proses pengasahan sudah pas untuk
lebar dan kedalaman pengasahan chain, mesin akan beroperasi secara
otomatis lalu tunggu mesin berhenti dengan sendirinya.

Gambar 4.23 Proses pengasahan chain


3. Penggantian chain jika cutter links sudah terkikis hingga 3,5 mm atau 125
jam kerja.

Gambar 4.24 Cutter link sudah mengecil


4.2 Prosedur Akhir
Adapun prosedur akhir dari perawatan dan perbaikan guide bar chain harvester
adalah sebagai berikut :
1. Bersihkan alat-alat yang telah digunakan lalu simpan kembali
2. Bersihkan kembali tempat kerja setelah melakukan pekerjaan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari laporan praktik industri ini adalah
sebagai berikut :
1. Mechanized harvesting merupakan proses pemanenan pohon secara mekanis
menggunakan harvester, harvester adalah sebuah alat canggih yang
dipasangkan pada head excavator, harvester dapat digunakan untuk
menjepit, menebang, mengupas kulit kayu dan memotong sesuai ukuran
yang ditentukan.
2. Komponen-komponen harvester komatsu yaitu : rotator, motor feeder, knife,
roller, separate length measuring unit, guide bar and chains.
3. Permasalahan yang sering terjadi pada guide bar yaitu : terjadi kebengkokan
pada guide bar akibat tertimpa atau terjepit pohon pada proses penebangan,
terjadinya pecahan pada guide bar, bar yang aus akibat pelumasan yang tidak
sempurna. Sedangkan permasalahan pada chain yaitu : chain putus akibat
sambungan terlalu ketat mengakitbakan chain tidak bergerak bebas, chain
bengkok akibat tertimpa atau terjepit pada saat proses penebangan.
4. Perawatan dan perbaikan pada guide bar yaitu, membersihkan body guide
bar, rel chain dan saluran pelumas, mengganti sprocket kit jika sudah aus,
repair bar yang bengkok dengan proses pengepressan hidrolik, repair bar
yang pecah dengan menambah daging menggunakan pengelasan smaw.
Perawatan dan perbaikan chain yaitu, mengasah ketajaman chain
menggunakan chain grinding machine, penyambungan chain yang
putus,retak dan bengkok dengan chain baru dan connecting link.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam laporan praktik industri ini
adalah sebagai berikut :
1. Utamakan kesehatan dan keselamatan kerja saat melaksanakan Pratik
indusri
2. Perlunya perawatan dan perbaikan rutin untuk chain bar agar kelancaran
proses pemanenan lebih maksimal.

Anda mungkin juga menyukai