Anda di halaman 1dari 24

Pengembangan Investasi

Budidaya Rumput Laut Terintegrasi


di Kabupaten Sumbawa Barat

Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan SDA Lainnya


Kedeputian Perencanaan Penanaman Modal, BKPM
Tahun Anggaran 2020
Kata Pengantar
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas nikmat kesehatan dan
kesempatan yang diberikan, sehingga Buku Investment Project Ready to Offer (IPRO) Pengembangan
Investasi Budidaya Rumput Laut Terintegrasi di Kabupaten Sumbawa Barat ini dapat terselesaikan
dengan baik. Buku ini merupakan hasil akhir dari keseluruhan pelaksanaan kajian Investment Project
Ready to Offer (IPRO) Pengembangan Investasi Budidaya Rumput Laut Terintegrasi di Kabupaten
Sumbawa Barat.
Buku IPRO ini terbagi dalam 4 (empat) Bab, yang rinciannya adalah : Bab 1. Pendahuluan, Bab 2.
Review Kebijakan dan Arah Pengembangan Rumput Laut KSB, Bab 3. Potensi Produksi dan Kesiapan
Wilayah, dan Bab 4. Kemudahan Perizinan Berusaha dan Fasilitasi Insentif Investasi.
Penyusunan Buku ini terlaksana atas dukungan dari berbagai pihak terutama Tim Teknis Direktorat
Perencanaan Industri Agribisnis dan SDA Lainnya BKPM, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Sumbawa Barat, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Sumbawa
Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NTB, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, Direktorat
Produksi dan Usaha Budidaya KKP, Direktorat Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan
Kemenperin, Biro Pembinaan dan Pengawasan Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang Komoditas
Kemendag. Melalui kesempatan, kami mengucapkan terima kasih atas dukungan data, informasi dan
saran-saran yang diberikan sehingga memperkaya substansi Buku IPRO ini.
Semoga Buku ini dapat memberi gambaran konkrit terkait potensi dan peluang pengembangan
investasi rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB kepada investor, acuan bagi Pemerintah
Daerah dalam penyusunan kebijakan investasi rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat NTB, serta
menjadi informasi penting bagi daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam promosi peluang
pengembangan investasi rumput laut di Kabupaten Sumbawa Barat, NTB
Akhir kata, kami mengundang Bapak/Ibu untuk berinvestasi Budidaya Rumput Laut Terintegrasi di
Kabupaten Sumbawa Barat. Dengan senang hati, kami siap memfasilitasi rencana investasi Bapak/Ibu.
Salam hormat.

Jakarta, November 2020

Direktorat Perencanaan Industri Agribisnis dan SDA Lainnya


Kedeputian Perencanaan Penanaman Modal, BKPM
Daftar Isi
| Kata Pengantar
| Daftar Isi

Pendahuluan
2 | Kontribusi dan Potensi Komoditas Rumput Laut Nasional
3 | Potret NTB dan KSB dalam Pengembangan Rumput Laut

Review Kebijakan dan Arah Pengembangan Rumput Laut KSB


5 | Kebijakan yang Mendukung Pengembangan Investasi Rumput Laut KSB
6 | Arahan Pengembangan Wilayah di Sektor Rumput Laut

Potensi Produksi dan Kesiapan Wilayah


8 | Potensi Produksi Rumput Laut KSB
9 | Kontribusi KSB terhadap Produksi Rumput Laut NTB
10 | Kesesuaian Areal Pengembangan Rumput Laut dan Kualitas Air
11 | Wilayah dan Lahan yang Clean and Clear
12 | Potensi Sumber Daya Manusia
13 | Kesiapan Sarana dan Prasarana Wilayah
14 | Rantai Suplai Rumput Laut KSB

Kemudahan Perizinan Berusaha dan Fasilitasi Insentif Investasi


16 | Prinsip Dasar PP 24 Tahun 2018 tentang Lembaga OSS
17 | Proses Perizinan Berusaha melalui OSS
20 | Kebijakan Insentif Daerah

ii
Pendahuluan
Ÿ Kontribusi dan Potensi Komoditas Rumput Laut Nasional
Ÿ Potret NTB dan KSB dalam Pengembangan Rumput Laut

1
KONTRIBUSI DAN POTENSI Tiongkok

KOMODITAS RUMPUT LAUT Norwegia


3,64 ribu ton
16,50 ribu ton

NASIONAL Jepang
1,36 ribu ton

Filipina
11,05 ribu ton
Indonesia
BOOST YOUR

PRODUCTIVITY Produksi 212,96 ribu ton

Chili
75,92 ribu ton
Tahun 2019, produksi rumput laut Indonesia mencapai 9,9 juta ton.
Di tahun 2020 ditargetkan menjadi 10,99 juta ton.
Volume Ekspor Rumput Laut dari Beberapa Negara Pengekspor Utama di Dunia Tahun 2019
(map : futuready.com)
Pertumbuhan Produksi
Potensi Lahan Budidaya
Produksi rumput laut terus meningkat di berbagai wilayah pesisir
dengan rata-rata kenaikan sebesar 22,25% per tahun sedangkan Ÿ Potensi lahan budidaya laut Indonesia mencapai 12,13 juta Ha
nilai produksi rata-rata naik 11,80% per tahun. Lahan yang telah dimanfaatkan untuk budidaya rumput laut
sekitar 272.336 Ha (2,25 %) dengan sistem budidaya
monokultur (Eucheuma sp.)
Ekonomi Pesisir Ÿ Potensi lahan budidaya air payau (tambak) sekitar 2,96 juta Ha
Budidaya air payau menggunakan sistem : (a) sistem
Komoditas rumput laut menjadi pengungkit perekonomian budidaya monokultur, dam (b) sistem budidaya polikultur
masyarakat pesisir yang jumlahnya mencapai sekitar 60% dari (Bandeng, Udang dengan Gracilaria sp.) dan sekitar 4,5%.
total penduduk Indonesia.

Ekspor
Sub Sektor Budidaya
Indonesia merupakan negara pengkespor rumput laut terbesar di
Ÿ Sekitar 98 % produksi rumput laut dihasilkan dari kegiatan dunia. Negara pengekspor utama lainnya adalah Chili, Tiongkok,
budidaya. Filipina, Norwegia, dan Jepang. Tahun 2019, ekspor rumput laut
Ÿ 2 % merupakan pengambilan langsung dari alam (Sargassum Indonesia mencapai 212,96 ribu ton. Nilai tersebut sekitar 18,91%
sp., Gelidium sp., Caulerpa sp., Ulva sp., dan Halymenia sp.). dari total volume ekspor hasil perikanan.

2
Sentra Rumput Laut Nasional POTRET NTB DAN KSB DALAM
Pada awal pembentukan Kementerian Kelautan dan
Perikanan yang sebelumnya bernama Departemen PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT
Eksplorasi Laut (DEL), ditetapkan menjadi salah satu sentra
pengembangan rumput laut.

Rumput Laut bagi NTB


Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas
utama NTB (Program PILAR). Komoditas lainnya adalah :
sapi dan jagung.

Pertumbuhan Areal Rumput Laut NTB


Ÿ Tahun 2012 : 25 ribu Ha
Ÿ Tahun 2014 : 30 ribu Ha
Ÿ Tahun 2016 : 35 ribu Ha
Ÿ Tahun 2019 : > 85 ribu Ha

Progress Pemanfaatan Lahan


Pemanfaatan potensi areal tersebut hanya berkisar 15 -30 %
dari yang dikonsenterasikan di 10 wilayah pengembangan
utama rumput laut.

Posisi KSB
Ÿ Wilayah Desa Kertasari KSB masuk dalam 10 wilayah
pengembangan rumput laut.
Ÿ Pertumbuhan produksi rumput laut tertinggi di NTB (tahun
2019).
Ÿ Bersama Kabupaten Sumbawa menjadi penyumbang
50 % produksi rumput laut NTB.
Ÿ Ditetapkan sebagai tujuan investasi dengan rasio paling
besar di NTB dan potensi koniknya paling rendah di NTB. 3
Review dan Arah Kebijakan Pengembangan
Rumput Laut di KSB
Ÿ Kebijakan yang Mendukung Pengembangan Investasi Rumput Laut di KSB
Ÿ Arahan Pengembangan Wilayah di Sektor Rumput Laut

4
KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI
RUMPUT LAUT DI KSB
Undang-Undang:
Ÿ UU No. 31 Tahun 2004 jo. UU No. 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan
Ÿ UU No. 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang
Ÿ UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Ÿ UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Ÿ UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Ÿ UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup

Peraturan Pemerintah,
Peraturan Daerah : Peraturan Presiden dan Keputusan Menteri:
Ÿ PERDA Provinsi NTB No. 12 Tahun 2007 tentang Rencana Ÿ Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2018 tentang
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Ÿ PERDA Provinsi NTB No. 1 Tahun 2019 tentang Rencana Elektronik
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Ÿ Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2019 tentang
Provinsi NTB Tahun 2019-2023 Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Daerah
Ÿ PERDA Kab. Sumbawa Barat No.2 Tahun 2012 tentang Ÿ Peraturan Presiden No. 33 Tahun 2019 tentang Peta
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumbawa Panduan (Road Map) Pengembangan Industri Rumput
Barat Laut Nasional Tahun 2018-2021
Ÿ Naskah Akademik Kajian Potensi dan Peluang Ÿ Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2015 tentang
Pengembangan Investasi Kawasan Kertasari Kabupaten Kementerian Kelautan dan Perikanan
Sumbawa Barat Ÿ KepmenKP No. 1 Tahun 2019 tentang Pedoman Umum
Pembudidayaan Rumput Laut

5
ARAH PENGEMBANGAN WILAYAH
DI SEKTOR RUMPUT LAUT
Acuan Umum
Pengembangan wilayah KSB di sektor rumput laut
mengacu kepada UU, Perpres, Permen, Kepmen, dan
Perda yang mengatur/terkait usaha rumput laut.

RZWP3K 2017-2037
Dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau -
Pulau Kecil (RZWP3K) Provinsi NTB Tahun 2017-2037 :
pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
Provinsi NTB harus dilakukan secara terpadu dan
berkelanjutan, dengan mengutamakan aspek
pemanfaatan, pelayanan publik, dan partisipasi
Revolusi Biru
masyarakat. Pengembangan dan pemanfaatan Pengembangan rumput laut KSB juga dilakukan sejalan
potensi pesisir dan PPK termasuk komoditas rumput dengan tujuan ekonomi biru Provinsi NTB, yaitu :
laut KSB diarahkan untuk :
Ÿ Peningkatan nilai manfaat wilayah perairan pesisir
Ÿ Optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai daya untuk budidaya laut
dukung lingkungan Ÿ Pengembangan sarana dan prasarana perikanan
Ÿ Optimalisasi pembangunan ekonomi berbasis budidaya laut
bahari dan berwawasan lingkungan Ÿ Pengembangan teknologi budidaya laut dan
Ÿ Investasi dan penciptaan iklim usaha yang kondusif pasca panen hasil perikanan berbasis ramah
Ÿ Koordinasi pengembangan infrastruktur wilayah lingkungan
pesisir dan pulau-pulau kecil Ÿ Pembangunan sistem dan usaha minabisnis
Ÿ Promosi pariwisata pesisir dan pulau-pulau kecil berorientasi pada industri produk olahan dan pasar
Ÿ Stimulasi pengembangan daya saing produk Ÿ Pengembangan sarana dan prasarana umum
kelautan dan perikanan penunjang ekonomi biru
Ÿ Peningkatan pemberdayaan masyarakat dan
pembudidaya laut.
6
Potensi Produksi
dan Kesiapan Wilayah
Ÿ Potensi Produksi Rumput Laut di
KSB
Ÿ Kontribusi KSB terhadap Produksi
Rumput Laut NTB
Ÿ Kesesuaian Areal Pengembangan
Rumput Laut dan Kualitas Air
Ÿ Wilayah dan Lahan yang Clean
and Clear
Ÿ Potensi Sumberdaya Manusia
Ÿ Kesiapan Sarana dan Prasarana
Ÿ Wilayah Rantai Suplai Rumput Laut
di KSB

7
POTENSI PRODUKSI RUMPUT LAUT DI KSB
Ÿ Potensi produksi rumput laut Kabupaten
Sumbawa Barat umumnya berasal genus Produksi (Ton basah)
No Kecamatan
Eucheuma sp (Eucheuma cottoni Saccul dan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Kultur Jaringan (Kuljar)). 1 Sekongkang - - - - - - - -
2 Jereweh - - - - - - - 37.800
3
Ÿ Eucheuma cottoni Saccul dipilih karena Maluk - - - - - - - -
4 Taliwang 37.325 54.939 61.291 33.587 71.048 50.500 58.606 71.313
pertumbuhan lebih cepat, mampu bertahan / 5 Brang Ene - - - - - - - -
terpapar selama sekian jam ketika perairan 6 Brang Rea - - - - - - - -
surut, serta sesuai dengan karakteristik pantai 7 Seteluk - - - - - - - -
Kabupatan Sumbawa Barat yang umumnya 8
Poto Tano 4.260 - 5,14 9,87 4.260 14.500 24.250 21.142
landai. Sedangkan untuk Eucheuma cottoni
Jumlah 41.585 54.939 61.296 33.597 75.308 65.000 82.856 130.255
kuljar, dipilih karena tahan terhadap
gelombang yang tinggi, sehingga dapat
diandalkan untuk budidaya di perairan yang 140.000 130.25
lebih dalam (misalnya dengan metode 5
120.000 y = 9679,7x +
rawai/long line). 24546 R² =
100.000 0,6291
80.000

Basah
Ÿ Di samping itu, genus Eucheuma sp juga 75.30
82.85
61.29

Ton
8
banyak dibutuhkan oleh industri pengolahan 60.000 54.93 6 6
dan pasar global rumput laut dan juga sesuai 40.000
9 65.00
0
dengan arahan Perpres No. 33 Tahun 2019 41.58 33.59
y = 833,44x3 - 8767,7x2 + 30249x +
tentang Road Map Pengembangan Industri 20.000 5 7
20546
Rumput Laut Nasional. R² = 0,8607
-
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Tahun

8
KONTRIBUSI KSB TERHADAP PRODUKSI RUMPUT LAUT NTB
1.200.000 y = 25569x + 775402
Produksi (Ton) 1.000.000
R² = 0,2764

800.000

600.000

400.000

200.000

2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019


Tahun
PRODUKSI RUMPUT LAUT NTB TAHUN 2013-2019

Perbandingan Trend
Jumlah Produksi Kontribusi KSB Produksi
Pada tahun 2019, produksi rumput Produksi Kabupaten Sumbawa Bila trend peningkatan
laut NTB mencapai 980.000 ton. Barat tersebut berkontribusi sekitar produksinya diperbandingkan,
13,29 % terhadap produksi maka trend peningkatan produksi
rumpuat laut NTB, Kontribusi rumput laut Kabupaten Sumbawa
produksi tersebut relatif tinggi, Barat lebih baik daripada
mengingat wilayah Kabupaten keumuman peningkatan produksi
Sumbawa Barat yang tidak begitu rumput laut di Provinsi NTB
luas di NTB dan paling kecil di Pulau
Sumbawa.

9
KESESUAIAN AREAL PENGEMBANGAN
RUMPUT LAUT DAN KUALITAS AIR
Riset terpadu kesesuaian areal pengembangan
rumput laut KSB (2012-2014) :
Ÿ Sistem pembudidayaan di dasar : areal yang
sangat sesuai sekitar 43,8%, areal sesuai sekitar
54,9%, dan areal yang cukup sesuai sekitar 1,3%.

Ÿ Sistem pembudidayaan di permukaan/apung:


areal yang sangat sesuai sekitar 46,89%, areal sesuai
sekitar 52,0%, dan areal yang cukup sesuai sekitar
0,296%.

Kualitas Air Untuk Budidaya Rumput Laut KSB Peubah (Parameter) Satuan (Units) Kisaran (Range)
Kecerahan (Transparency) m 0,8 – 14
Ÿ KepmenKP No. 1 Tahun 2019, parameter penting Kedalaman (Water depth) m 0,8 – 25,5
untuk kualitas air rumput laut adalah suhu, salinitas, Suhu (Temperature) 0C
26,24 – 27,74
dan pH. Kisarannya adalah : (a) suhu : 26-32 oC, (b) Total dissolve solid (TDS) g/L 32,54 – 33.11
sanitas 28-34 psu, dan (c) pH : 7-85. Salinitas (Salinity) psu 32,77 – 33.38
Oksigen terlarut (Dissolve oxygen) mg/L 6,23 – 8,35
Bahan organik total (Total organic matter) mg/L 25,87 – 52,27
Ÿ Kualitas air di perairan KSB masuk semua kisaran
pH 7,01 – 8,56
parameter dalam Kepmen KP No. 1 Tahun 2019 NO3-N mg/L 0,023 – 3,775
tersebut NO2-N mg/L < 0,0008
NH3-N mg/L 0,073 – 0,439
PO4-P mg/L 0,024 – 0,25
SIO2 mg/L 0,0018 – 0,0138
Fe2+ mg/L 0 – 0,007

10
WILAYAH DAN LAHAN YANG CLEAN AND CLEAR
1.400
1.200
1030; 43% 1.200
1385; 57%
1.000 930
865
775
800
600

Lahan Terpakai (Ha) Lahan Terbuka untuk Investasi (Ha) 400


270 210 200
200 90 100 100
40 40
Lahan Terpakai 0
Kec. Taliwang
10
Kec. Poto Tano Kec. Jereweh Kec. Maluk Kec. Sekongkang
Ÿ Kecamatan Poto Tano : 90 Ha Potensi Areal RL (Ha) Areal Terpakai Jumlah (Ha) Areal untuk Investasi RL (Ha)
Ÿ Kecamatan Taliwang : 930 Ha
Ÿ Kecamatan Jereweh : 10 Ha
Ÿ Kecamataan Maluk :- Wilayah Prioritas
Ÿ Kecamatan Sekongkang :- KSB masuk dalam 10 wilayah prioritas pengembangan
rumput laut NTB. Wilayah prioritasnya berada di Kecamatan
Lahan Belum Terpakai Taliwang (tepatnya Desa Kertasari), dengan luas areal
Ÿ Kecamatan Poto Tano : 775 Ha pengembangan rumput laut mencapai 1.200 Ha.
Ÿ Kecamatan Taliwang : 270 Ha
Ÿ Kecamatan Jereweh : 200 Ha Wilayah Penyangga
Ÿ Kecamataan Maluk : 100 Ha
Ÿ Kecamatan Poto Tano : 865 Ha
Ÿ Kecamatan Sekongkang : 40 ha
Ÿ Kecamatan Jereweh : 210 Ha
Lahan Clean and Clear Ÿ Kecamataan Maluk : 100 Ha
Ÿ Semua lahan tersebut berstatus clean and clear. Ÿ Kecamatan Sekongkang : 40 Ha
Ÿ Terbuka peluang pengembangan investasi rumput laut Wilayah ini mempunyai kesesuaian areal pengembangan
dengan porsi lahan yang besar, yaitu mencapai 1.385 rumput laut yang tinggi, baik untuk sistem pembudidayaan
Ha (57,35 %) rumput laut di dasar maupun di permukaan / apung.

11
Potensi Sumber Daya Manusia

Ketersediaan SDM untuk pengembangan investasi rumput laut

Sebaran RTP Yang Sudah Mengembangkan Usaha Rumput Laut


Penduduk Pesisir
Ÿ Potensi : 34.507 orang atau 29,70% dari
total penduduk Kabupaten Sumbawa
Barat. Dari jumlah tersebut, yang belum
terpakai dan siap menyambut investasi
baru rumput laut sekitar 32.039 orang.
Ÿ SDM tersebar di 19 desa pada lima
kecamatan potensial (Kec. Poto Tano,
Kec. Taliwang, Kec. Jereweh, Kec. Maluk,
dan Kec. Sekongkang)

Kalangan RTP Budidaya


Ÿ Potensi SDM dari kelompok pembudidaya
: 1.480 RTPP
Ÿ Kelompok yang belum mengembangkan
usaha rumput laut mencapai 863 RTP

12
KESIAPAN SARANA DAN PRASARANA WILAYAH
Jalan raya berhotmix (+241,5 km),
tersebar 5 lokasi pengembangan
budidaya rumput laut.

Bandar Udara Benete Penerbangan dari


Mataram 35 menit, Denpasar 60 menit.

Pelabuhan Penyeberangan : PP. Poto


Tano (beroperasi 24 jam), Pelabuhan
Lalar, Pelabuhan Benete.

Depo/gudang rumput laut di 3 lokasi


(Desa Kertasari, Desa Tuanaga, Desa
Jelenga)

Pabrik rumput laut : CV Ocean Fresh di


Desa Kertasari, Kec.Taliwang

Jasa pengiriman (PT. Pos, JNE, TIKI)


tersedia setiap hari menjangkau 5 lokasi
pengembangan budidaya rumput laut

13
Rantai Suplai
Rumput Laut
KSB
Secara bertahap,
pengembangan investasi
rumput laut di Kabupaten
Sumbawa Barat, dapat
diarahkan pada :

Ÿ Pembudidayaan rumput laut,


Ÿ Penanganan produk di
Gudang Logistik dan Industri
Produk Antara.

Tenaga kerja yang Cocok semua


Lahan yang tersedia banyak : (a) skema bisnis
tersedia sangat pembudidaya (1.480 RTP) , (mandiri/murni,
luas, yaitu 1.385 Ha (b) masyarakat pesisir kerjasama, inti
34.507 orang plasma)

14
Kemudahan Perizinan Berusaha
dan Fasilitasi Insentif Investasi
Prinsip Dasar PP 24 Tahun 2018 tentang Lembaga OSS
Proses Perizinan Berusaha melalui OSS
Kebijakan Insentif Daerah

15
Prinsip Dasar PP 24 Tahun 2018
LEMBAGA OSS SEBAGAI PENERBIT PERIZINAN BERUSAHA

SISTEM PERIZINAN
BERUSAHA
PUSAT/ DAERAH OSS SISTEM
LAINNYA

Ÿ BKPM (PTSP Pusat) Ÿ Pengambilan data


SPIPISE Akta : AHU ONLINE
Ÿ Provinsi/Kab/Kota Integrasi Integrasi Ÿ NIK : DUKCAPIL
(DPMPTSP) SPIPISE + Ÿ AKSES PABEAN : iNSW
SISTEM DAERAH Ÿ NPWP : DJP
Ÿ dan lainnya
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

16
Proses Perizinan Berusaha melalui OSS

OSS
NOMOR INDUK BERUSAHA
IZIN USAHA IZIN USAHA IZIN IZIN
NIB OPERASIONAL/ OPERASIONAL/
KOMERSIAL KOMERSIAL

AKUN OSS Dengan Komitmen “Efektif” “Komitmen” “Efektif”


(*belum efektif)

KOMITMEN
PRASARANA
IZIN LOKASI
IZIN LINGKUNGAN
IMB
SLF DPMPTSP
K/L/DPMPTSP K/L/DPMPTSP

17
Insentif Fiskal
Insentif Fiskal - Tax Allowance (TA)
Peraturan Pemerintah No. 78/2019
Ketentuan Kriteria

dari nilai investasi Menyerap tenaga kerja


Pengurangan Pajak yang besar
penghasilan badan untuk TA untuk Industri
Pengolahan Rumput laut
6 tahun,5% per tahun
Memiliki nilai investasi
Bidang Usaha :
yang tinggi untuk ekspor Industri Pengolahan Rumput Laut
Bidang usaha Baru Kode KBLI (2020)

183 Yang berhak untuk


mendapatkan Tax
Allowance, bertambah dari
Memiliki tingkat kandungan
lokal yang tinggi
10298
Cakupan Produk :
Refined Carragenan
sebelumnya hanya
145 bidang usaha

Skema Insen f

Pengurangan penghasilan Penyusutan yang Pengenaan Pajak Kompensasi kerugian


neto sebesar 30 persen dipercepat atas aktiva tetap Penghasilan atas yang lebih lama dari
dari jumlah nilai berwujud dan amortisasi dividen sebesar 5 tahun tetapi tidak
Penanaman Modal selama yang dipercepat 10 persen lebih dari 10 tahun
6 tahun masing - masing atas aktiva tak berwujud
sebesar 5 persen per tahun;

18
Insentif Fiskal - Fasilitas Bea Impor
Peraturan Kemenkeu No. 176/PMK.011/2009 jo. No. 188/PMK.010/2015
Sektor yang disasar Ketentuan
Seluruh Industri Penghasil Barang Mesin dan Peralatan
Ÿ Untuk kebutuhan sendiri
Ÿ Diajukan max 3 tahun dari Izin Prinsip/Izin Investasi
/Pendaftaran Investasi/NIB dan/atau Izin Usaha (OSS)
Ÿ Jangka waktu 2 tahun + perpanjangan 1 tahun
Ÿ Dapat diberikan untuk barang modal yang berasal dari
Industri Jasa Telekomunikasi KPBPB, KEK atau Kawasan Penimbunan Berikat

Pariwisata Pelayanan Kesehatan


dan Kebudayaan Publik Ketentuan
Barang dan Bahan
Ÿ Untuk kebutuhan sendiri, dan kebutuhan 2 tahun produksi
(atas mesin impor berfasilitas atau mesin impor beli
didalam negeri)
Pertambangan Pelabuhan Ÿ Diajukan max 1 tahun setelah siap melaksanakan
kegiatan komersil (TKDN; max 1 tahun)
Ÿ Jangka waktu 2 tahun + perpanjangan 1 tahun
Ÿ TKDN => 30% bisa 4 tahun
Ÿ Dapat diperpanjang + 1 tahun (khusus untuk tata niaga)
Konstruksi Transportasi

19
Kebijakan Insentif Daerah
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi di Daerah

Kebijakan Insentif
Kebijakan Insentif Tambahan dan Kemudahan
Bagi investor yang berinvestasi besar pada URL rumput Ÿ Fasilitasi dan percepatan perizinan
laut, diberikan : Ÿ Keringanan pembayaran pajak dan retribusi
Ÿ Prioritas pemanfaatan lahan secara terpusat di (misalnya : per siklus)
suatu kawasan Ÿ Penyediaan data dan informasi penanaman modal
Ÿ Keringanan retribusi pemanfaatan lahan & akses pasar
Ÿ Fasilitas penyediaan tenaga kerja terampil yang Ÿ Fasilitasi untuk promosi komoditas/produk berbasis
dibutuhkan rumput laut
Ÿ Fasilitas peningkatan kapasitas SDM Ÿ Penyediaan sarana dan prasarana pendukung
(akses jalan, transportasi logistik, dan lain-lain)
Bagi investor yang mengembangkan URL rumput laut, Ÿ Penjaminan/kompensasi bila ada konik sosial dan
sekaligus dengan pergudangan dan distribusi kerusakan
(mendukung Sistem Resi Gudang), diberikan :
Ÿ Prioritas pemanfaatan lahan di posisi strategis
kawasan
Ÿ Keringanan retribusi pemanfaatan prasarana
(lahan, pelabuhan, dan lain-lain)
Ÿ Fasilitasi pembukaan akses pasar ke daerah lain
dan/atau LN
Ÿ Fasilitas penyediaan tenaga kerja terampil yang
dibutuhkan
Ÿ Fasilitas peningkatan kapasitas SDM

20
Terima kasih

Indonesia Investment Coordina ng Board


Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Jl. Jenderal Gatot Subroto No. 44 follow us on
Jakarta 12190 - Indonesia
BKPMINDONESIA bkpm
Tel: (+6221) 525 2008
Fax : (+6221) 525 4945 THEBKPMVIDEO bkpm_id
Contact Center : 0807 100 2576
E-mail : info@bkpm.go.id Indonesia Investment
www.bkpm.go.id Coordina ng Board
www.inves ndonesia.go.id

Anda mungkin juga menyukai