Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PERTAMBANGAN

“ PERATURAN KEBIJAKAN (BELEIDREGELS) PENGELOLAAN SDA


PERTAMBANGAN DAN OTONOMI “
Dosen Pengampuh :
WILDA ASSA, SH.MH

Disusun Oleh Kelompok 3 :


MARINY DINDA KUMOLONTANG - 210711010220
PUTRI AURELYA FIZENSIL AGUS - 210711010783
AGNES JULIANI SISO - 210711010928
LARASATY RUKMANA KUSNADI - 210711010661
LEIDY FREITY NOVIALITA MONALU - 210711011035
ANDINI PRASTIANINGSIH KARYADI - 210711010352
FAREN GIOFANI POMURI - 20071101180
MIKHAELA TRACY RENATA TUJU - 210711010629
BROKLYN IMMANUEL GEORGE GOSAL - 210711010996
KANNYA RUMINTJAP - 20071101100

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS HUKUM
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Salam sejahtera bagi kita semua

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mencurahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah Kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Hukum Laut, yang berjudul “Peraturan
mengenai laut Indonesia” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu WILDA ASSA, SH.MH selaku dosen yang telah memberikan materi, masukan, dan
saran sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini.

Akhir kata kami meminta maaf bila terdapat banyak kekurangan. Kami pun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menjadi acuan untuk dapat membuat
makalah selanjutnya yang jauh lebih baik dari sekarang.

Manado, 25 April 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang......................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 5

C. Tujuan....................................................................................................................... 5

D. Manfaat..................................................................................................................... 5

BAB II ISI................................................................................................................................. 5

A. Praktik pengelolaan SDA pertambangan di kelola secara optimal......................... 6

B. Pengaruh Otonomi daerah dalam pengelolaan SDA pertambangan....................... 7

C. dasar hukum peraturan kebijakan (beleidregels) dalam pengelolaan SDA

pertambangan dan otonomi..................................................................................... 9

BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 11

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan kebijakan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan dan otonomi
memiliki latar belakang yang berkaitan dengan kepentingan nasional dan daerah dalam
mengelola dan memanfaatkan SDA pertambangan secara optimal. Indonesia memiliki potensi
SDA pertambangan yang melimpah, termasuk mineral, batu bara, dan minyak bumi yang dapat
dijadikan sebagai sumber pendapatan negara dan daerah.

Namun, dalam praktiknya, pengelolaan SDA pertambangan seringkali menimbulkan


permasalahan terkait dengan tata kelola yang buruk, kepentingan yang tidak seimbang antara
pemegang izin dengan masyarakat, kerusakan lingkungan, dan konflik sosial. Oleh karena itu,
pemerintah perlu mengatur kebijakan yang memastikan pengelolaan SDA pertambangan
dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.

Selain itu, otonomi daerah sebagai bentuk desentralisasi pemerintahan di Indonesia juga
memiliki pengaruh dalam pengelolaan SDA pertambangan. Sejak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah memiliki
kewenangan lebih besar dalam mengatur dan memanfaatkan SDA yang ada di wilayahnya. Oleh
karena itu, diperlukan peraturan kebijakan yang jelas dan terintegrasi untuk mengatur
pengelolaan SDA pertambangan secara nasional dan daerah.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana praktik pengelolaan SDA pertambangan di kelola secara optimal ?
2. Bagaimana pengaruh Otonomi daerah dalam pengelolaan SDA pertambangan ?
3. Apa yang menjadi dasar hukum peraturan kebijakan (beleidregels) dalam pengelolaan
SDA pertambangan dan otonomi ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan praktik pengelolaan SDA pertambangan di kelola secara optimal
2. Menjelaskan pengaruh Otonomi daerah dalam pengelolaan SDA pertambangan
3. Menjelaskan dasar hukum peraturan kebijakan (beleidregels) dalam pengelolaan SDA
pertambangan dan otonomi

D. Manfaat

Menambah pengetahuan tentang Hukum pertambangan, khususnya tentang praktik


pengelolaan SDA pertambangan di kelola secara optimal, pengaruh Otonomi daerah dalam
pengelolaan SDA pertambangan dan Apa yang menjadi dasar hukum peraturan kebijakan
(beleidregels) dalam pengelolaan SDA pertambangan dan otonomi.

5
BAB II

ISI

A. Praktik Pengelolaan SDA Pertambangan Secara Optimal

Praktik pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) pertambangan yang dielola secara optimal
merujuk pada pendekatan pengelolaan sumber daya alam mineral atau bahan tambang yang
dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi. Pengelolaan
SDA pertambangan yang optimal bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara pemanfaatan
SDA dengan keberlanjutan lingkungan dan kepentingan masyarakat lokal. Praktik pengelolaan
ini melibatkan berbagai aspek, seperti penerapan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan
limbah, pemantauan dan pemeliharaan lingkungan, serta keterlibatan masyarakat setempat dalam
kegiatan pertambangan.

Dalam pengelolaan SDA pertambangan yang optimal, perusahaan pertambangan harus


memperhatikan berbagai faktor penting seperti peraturan dan undang-undang terkait,
ketersediaan infrastruktur, serta manajemen risiko dan keselamatan kerja. Dengan menerapkan
praktik pengelolaan SDA pertambangan yang optimal, diharapkan dapat menciptakan
keseimbangan yang baik antara kepentingan bisnis dan keberlanjutan lingkungan serta
kepentingan masyarakat lokal.

Praktik pengelolaan SDA (Sumber Daya Alam) pertambangan yang di kelola secara optimal
mengacu pada serangkaian proses dan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan bahwa sumber
daya alam mineral atau bahan tambang lainnya digunakan dengan cara yang efisien dan
berkelanjutan. Tujuan utama dari praktik pengelolaan SDA pertambangan yang optimal adalah
untuk mengoptimalkan nilai ekonomi dari sumber daya alam tersebut, sambil meminimalkan
dampak negatifnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitarnya.

Beberapa praktik pengelolaan SDA pertambangan yang optimal antara lain:

1. Penggunaan teknologi modern dan inovatif untuk mengekstraksi sumber daya alam dengan
cara yang lebih efisien dan berkelanjutan.
6
2. Penerapan praktik-praktik pengelolaan limbah yang efektif, termasuk pengolahan dan
pemusnahan limbah secara aman dan bertanggung jawab.

3. Penegakan regulasi yang ketat dan pengawasan yang ketat terhadap operasi pertambangan
untuk memastikan kepatuhan terhadap standar lingkungan dan sosial yang ditetapkan.

4. Pemberdayaan masyarakat setempat melalui partisipasi mereka dalam proses pengambilan


keputusan dan pembagian manfaat dari kegiatan pertambangan.

5. Penelitian dan pengembangan terus-menerus untuk meningkatkan teknologi dan praktik


pengelolaan SDA pertambangan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Praktik pengelolaan SDA pertambangan yang optimal penting untuk memastikan bahwa
sumber daya alam kita digunakan secara bijaksana dan berkelanjutan untuk kepentingan generasi
sekarang dan masa depan.

B. Pengaruh Otonomi Daerah dalam pengelolaan SDA pertambangan


Otonomi daerah adalah prinsip yang memberikan kebebasan pada daerah atau wilayah untuk
mengatur dan mengelola urusan pemerintahannya sendiri, termasuk dalam pengelolaan sumber
daya alam (SDA) pertambangan. Artinya, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengambil keputusan mengenai pengelolaan SDA pertambangan di wilayahnya.
Dalam pengelolaan SDA pertambangan, otonomi daerah menempatkan pemerintah daerah
sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya pertambangan yang ada di
wilayahnya. Pemerintah daerah harus mengambil keputusan yang bijaksana dan bertanggung
jawab untuk menjaga kelestarian sumber daya pertambangan serta memperoleh manfaat ekonomi
yang maksimal bagi masyarakat di daerahnya.
Namun, perlu diingat bahwa pengelolaan SDA pertambangan yang dilakukan oleh
pemerintah daerah harus tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Dalam hal ini, pemerintah pusat juga memiliki
peran dalam mengawasi dan mengendalikan pengelolaan SDA pertambangan di daerah.
Pemberian otonomi daerah di Indonesia telah memberikan dampak yang signifikan terhadap
pengelolaan sumber daya alam (SDA) pertambangan di daerah-daerah. Sebelum adanya otonomi
daerah, pengelolaan SDA pertambangan di Indonesia terpusat pada pemerintah pusat yang
7
memberikan izin-izin tambang dan mengatur produksi tambang di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, dengan adanya otonomi daerah, tanggung jawab pengelolaan SDA pertambangan
dialihkan ke pemerintah daerah.
Pengaruh otonomi daerah dalam pengelolaan SDA pertambangan dapat dilihat dari beberapa
aspek. Pertama, otonomi daerah memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk
mengambil kebijakan yang lebih terkait dengan pengelolaan SDA pertambangan yang berada di
wilayah mereka. Hal ini memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan
kebutuhan dan kepentingan masyarakat setempat dalam pengelolaan SDA pertambangan.
Kedua, otonomi daerah memungkinkan pemerintah daerah untuk memperoleh sumber
pendapatan dari sektor pertambangan yang berada di wilayah mereka. Dengan adanya sumber
pendapatan yang berasal dari sektor pertambangan, pemerintah daerah dapat meningkatkan
pembangunan di wilayahnya, termasuk pengembangan infrastruktur dan pelayanan publik.
Namun, pengelolaan SDA pertambangan di bawah otonomi daerah juga memiliki beberapa
tantangan. Pertama, masih terdapat kekurangan dalam sumber daya manusia dan kapasitas
instansi pemerintah daerah dalam mengelola SDA pertambangan. Kedua, masih terdapat kendala
dalam menjamin transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan SDA pertambangan di bawah
pemerintah daerah.
Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam
mengelola SDA pertambangan di Indonesia. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kapasitasnya
dalam mengelola SDA pertambangan dan memastikan bahwa pengelolaan dilakukan secara
transparan dan akuntabel, sedangkan pemerintah pusat perlu memberikan bimbingan dan
pengawasan yang cukup untuk memastikan bahwa pengelolaan SDA pertambangan dilakukan
dengan baik dan tidak merugikan masyarakat dan lingkungan.

8
C. Dasar Hukum Peraturan Kebijakan (Beleidregels) Dalam Pengelolaan SDA
Pertambangan Dan Otonomi

Peraturan kebijakan (Beleidregels) dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA)


pertambangan dan otonomi adalah kumpulan aturan dan pedoman yang ditetapkan oleh
pemerintah untuk mengatur pengelolaan SDA di wilayah tertentu. Beleidregels ini berisi tentang
peraturan dan tindakan yang harus diambil oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam
mengelola SDA tersebut.Tujuan dari beleidregels adalah untuk memastikan bahwa pengelolaan
SDA dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat dan lingkungan. Beleidregels juga bertujuan untuk memberikan
kepastian hukum bagi pelaku usaha dan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan SDA, serta
mencegah terjadinya konflik dalam pengelolaan SDA tersebut.

Dalam konteks pengelolaan SDA pertambangan, beleidregels dapat mencakup aturan


mengenai pemberian izin pertambangan, pengawasan kegiatan pertambangan, retribusi,
reklamasi, dan pengelolaan limbah. Sementara itu, dalam konteks otonomi, beleidregels dapat
mencakup aturan mengenai pemberian kewenangan, pembagian hasil SDA, dan pengelolaan
keuangan daerah terkait SDA. Beleidregels dalam pengelolaan SDA sangat penting untuk
menjamin keberlanjutan dan keadilan dalam pengelolaan SDA, serta untuk meminimalisir
dampak negatif dari kegiatan pengelolaan SDA terhadap lingkungan dan masyarakat.
Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) pertambangan dan otonomi daerah di Indonesia diatur
oleh beberapa peraturan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berikut adalah
beberapa peraturan kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan SDA pertambangan dan
otonomi daerah di Indonesia:

1. Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

Undang-undang ini menjadi dasar hukum bagi pengelolaan pertambangan mineral dan
batubara di Indonesia. Undang-undang ini mengatur tentang hak dan kewajiban pemegang
izin usaha pertambangan, pengelolaan lingkungan, penegakan hukum, serta mekanisme
pengawasan dan pengendalian.

2. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 4


Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
9
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pelaksanaan Undang-Undang No. 4 Tahun
2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, termasuk mengenai perizinan,
kewajiban pemegang izin, pengelolaan lingkungan, dan penegakan hukum.

3. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang ini mengatur tentang pemerintahan daerah yang meliputi kewenangan,


tugas, dan wewenang pemerintah daerah dalam pengelolaan SDA di daerahnya masing-
masing.

4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan keuangan daerah, termasuk di


dalamnya pengelolaan SDA oleh pemerintah daerah.

5. Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sumber Daya Mineral dan
Batubara

Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang pengelolaan sumber daya mineral dan batubara
yang terdapat di wilayah kerja kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan pertambangan
batubara, dan izin usaha pertambangan yang dikelola oleh pemerintah pusat.

6. Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Urusan


Pemerintahan yang Diserahkan kepada Pemerintah Daerah

Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyelenggaraan urusan pemerintahan yang


diserahkan kepada pemerintah daerah, termasuk pengelolaan SDA di daerah.

Peraturan kebijakan tersebut memiliki tujuan untuk menjaga keberlangsungan pengelolaan


SDA pertambangan dan otonomi daerah yang berkelanjutan dan berkeadilan. Selain itu, peraturan
kebijakan tersebut juga bertujuan untuk melindungi lingkungan dan masyarakat yang terdampak
dari aktivitas pertambangan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan
SDA yang berkelanjutan.

10
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Peraturan Kebijakan (Beleidregels)


Pengelolaan Sda Pertambangan dan Otonomi Merupakan adalah kumpulan aturan dan pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengatur pengelolaan SDA di wilayah tertentu.
Tujuan dari (beleidregels) adalah untuk memastikan bahwa pengelolaan SDA dilakukan
secara bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat
dan lingkungan. Beleidregels juga bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi pelaku
usaha dan masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan SDA, serta mencegah terjadinya konflik
dalam pengelolaan SDA tersebut.
Dengan mengambil tindakan-tindakan ini, pemerintah dapat memastikan bahwa
pengelolaan pertambangan SDA dilakukan secara berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk
melindungi lingkungan, masyarakat, dan kepentingan negara secara keseluruhan.

11

Anda mungkin juga menyukai