Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SYAHBANDAR BERKAITAN DENGAN UNDANG – UNDANG


PELAYARAN

Mata Kuliah : Hukum Kelautan


Semester / Kelas : IV / E-1 Pagi
Dosen Pengampu : Muhammad Nasar Sitompul, S.H., M.H.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

1. Aura Eka Rahayu 2106200236


2. Ayu Fahriza 2106200256
3. Muhammad Fachri 210620038
4. Muhammad Reyhan Zecky 2106200239
5. Said Fiqry Zulfahrezi 2106200232
6. Sabila Eka Putri 2106200231
7. Trie Adilla Putri 2106200229
8. Verina Luthfiyah 2106200234

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
T.A. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan judul
"Syahbandar Berkaitan dengan Undang – Undang Pelayaran". Sholawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad saw,
yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi syafa'at beliau.
Kami sebagai penyusun makalah ini dengan berusaha semaksimal
mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat mengenai pengetahuan
tentang Syahbandar Berkaitan dengan Undang – Undang Pelayaran baik bagi
penyusun sendiri maupun bagi para pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala
kritik dan saran yang bersifat perbaikan dari dosen pembimbing dan teman –
teman sekalian akan kami terima dengan senang hati. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dalam menjalankan kehidupan yang lebih baik, baik akhirat maupun
dunia fana.

Medan, 21 Juni 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................

A. Latar Belakang..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................ 2

C. Tujuan Pembahasan ............................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................

A. Syahbandar........................................................................... 4

B. Kewenangan Syahbandar..................................................... 6

C. Tugas Syahbandar dalam Pengangkutan Laut di Indonesia. 6

D. Tanggung Jawab Syahbandar dalam Pengangkutan Laut.... 7

E. Peran Syahbandar dalam dalam Pengawasan Keselamatan.. 9

F. Sanksi bagi Kapal yang Sedang Berlayar............................. 11

G. Kedudukan PPNS dalam Menindak Pelanggaran................. 12

H. Faktor Kelalaian dari Syahbandar........................................ 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki luas laut sebesar 3.257.483km2 atau 2/3 dari
keseluruhan wilayah Indonesia. Wilayah tersebut menyebabkan transportasi laut
(kapal) menjadi salah satu transportasi utama pada era globalisasi ini. Berdasarkan
Pasal 6 UU RI Nomor 17 Tahun 2008, jenis angkutan di perairan terdiri
atas: a. angkutan laut, b. angkutan sungai dan danau, dan c. angkutan
penyeberangan. Sesuai dengan Pasal 219 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008,
untuk melakukan kegiatan pelayaran setiap angkutan laut (kapal) memerlukan
Surat Persetujuan Berlayar/Berlabuh (SPB) yang di keluarkan oleh syahbandar
agar dapat berlayar ataupun berlabuh.Agar dapat memperoleh SPB, maka kapal
yang akan berlayar harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti syarat
kelaiklautan kapal. Setiap Surat Persetujuan Berlayar dapat di berikan oleh
seorang syahbandar kepada pengguna atau pemilik kapal apabila kapal tersebut
telah memenuhi beberapa syarat penting seperti yang tercantum dalam Pasal 117
Undang - Undang RI Nomor 17 Tahun 2008 di atas dan ketentuan ketentuan
lainnya. Syahbandar memerlukan data yang diperoleh dari Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yaitu Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) yang merupakan badan
khusus untuk melakukan pengawasan terhadap angkutan laut (kapal) dalam
konstruksi dan kelengkapan kapal agar syahbandar dapat mengeluarkan surat-
surat atau dokumen-dokumen yang akan digunakan angkutan laut untuk
melakukan pelayaran. Tugas dan fungsi syahbandar secara khusus diatur dalam
Undang - Undang Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran. Pasal 207 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 Tentang Pelayaran menyebutkan bahwa
syahbandar melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan pelayaran yang
mencakup pelaksanaan, pengawasan dan penegakan hukum di bidang angkutan di
perairan, kepelabuhanan, dan perlindungan lingkungan maritim di pelabuhan.
Sekalipun telah ada peraturan yang mengatur tentang peran seorang syahbandar
dalam mengeluarkan surat persetujuan berlayar, tidak jarang juga ditemui
beberapa kecelakaan transportasi laut yang disebabkan oleh kelalaian seorang
syahbandar dalam menjalankan tugas kesyahbandarannya, yaitu dengan

1
memberikan ijin pelayaran dan surat kelaiklautan kapal kepada kapal yang tidak
layak untuk berlayar dan kapal yang tidak lulus uji kelas oleh Biro Klasifikas
Indonesia. Kasus kapal yang sebenarnya tidak laik laut namun mempunyai SPB
adalah kasus lama yang sering terjadi berulang- ulang di Indonesia dan menjadi
suatu fenomena yang dianggap biasa. Pentingnya masalah keselamatan dan
keamanan serta keseluruhan kegiatan dalam pelayaran angkutan laut merupakan
tanggung jawab dalam kepelabuhanan, sebab salah satu persoalan terbesar dalam
kecelakaan kapal dalam pelayaran adalah persoalan kemampuan dan keahlian
seseorang menjalankan tugas kesyahbandarannya baik dalam melaksanakan
keseluruhan tugas dalam pelabuhan serta dalam melakukan kerjasama ataupun
hubungan dengan badan usaha lain yang bertugas untuk melakukan pengawasan
dalam perkapalan maupun pelayaran itu sendiri. Tugas dan tanggung jawab
seorang syahbandar sangatlah penting dalam memberikan surat kelaiklautan
kapal, ijin berlayar, keselamatan dan keamanan, serta seluruh kegiatan pelayaran
angkutan laut di perairan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini tentang Syahbandar
Berkaitan Dengan Undang – Undang meliputi :
1. Apa itu Syahbandar?
2. Apa saja kewenangan Syahbandar?
3. Apa saja tugas dari Syahbandar?
4. Bagaimana tanggung jawab Syahbandar dalam pengangkutan laut di Indonesia?
5. Bagaimana peran Syahbandar dalam pengawasan keselamatan sarana angkatan
laut?
6. Apakah terdapat sanksi bagi kapal yang sedang berlayar tanpa memilki Surat
Persetujuan berlayar dari Syahbandar?
7. Bagaiamana kedudukan PPNS dalam menindak pelanggaran dari Syahbandar?
8. Apakah terdapat faktor kelalaian dari Syahbandar?

2
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui dan mencoba memahami lebih rinci tentang Syahbandar
Berkaitan Dengan Undang – Undang.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Syahbandar
Kata Syahbandar menurut etimologinya teridir dari kata Syah dan Bandar.
Syah berarti penguasa dan Bandar berarti pelabuhan – pelabuhan dan sungai –
sungai yang digunakan sebagai tempat kepil atau tempat labuh, tempat –
tempat kepil pada jembatan punggah dan jembatan – jembatan muat, dermaga
dan cerocok dan tempat – tempat kepil lainnya yang lazim digunakan oleh
kapal – kapal, juga daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat – tempat
kepil yang karena syaratnya atau sebab lain. Tidak dapat masuk dalam batas –
batas tempat kepil yang lazim digunakan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat terlihat beberapa unsur yang
berhubungan langsung satu sama lainnya yaitu adanya penguasa laut, sungai,
dermaga dan kapal. Atau dengan kata lain ada unsur manusia
(pengusaha/pemerintah) dan unsur sarana dan prasarana yaitu laut dan sungai,
dermaga dan kapal. Sarana dan prasarana harus diatur dan ditata sedemikian
rupa sehingga dapat menunjang lancaran lalu lintas angkutan laut. Sebuah
kapal yang berlayar di bawah benderah dua Negara atau lebih dan
menggunakannya berdasarkan kemudahan, tidak boleh menuntut salah satu
dari kebangsaannya itu terhadap Negara lain manapun, dan dapat di anggap
sebagai suatu kapal tanpa kebangsaan terkait dengan pasal 165 Undang-
undang nomor 17 Tahun 2008 menyatakan; kapal berkembangsaan Indonesia
wajib mengibarkan bendera Indonesia sebagai tanda kebangsaan suatu kapal,
dan kapal yang bukan berkebangsaan Indonesia wajib mengibarkan bendera
Indonesia sebagai tanda kebangsaan, yang artinya setiap kapal asing yang
masuk dalam wilayah Negara kesatuan republik Indonesia wajib mengibarkan
bendera Indonesia sejajar dengan bendera kebangsaan kapal itu, yang
menandakan bahwa kapal asing tersebut tunduk dan patuh pada aturan hukum
yang berlaku dimana kapal tersebut berada dan Negara wajib melindungi
kapal tersebut sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tindakan demikian harus
meliputih tindakan yang di perlukan untuk menjamin; bahwa setiap kapal,

4
sebelum pendaftaran kapal dan sesudah pada jangka waktu tertentu di periksa
oleh seseorang surpeyor yang berwenang, bahwa di atas kapal tersedia peta,
penerbitan pelayaran dan peralatan navigasi dan alat – alat lain nya yang di
perlukan untuk navigasi yang aman kapal itu, bahwa setiap kapal ada dalam
pengendalian seseorang nahkoda dan perwira – perwira yang memilki
persyaratan yang tepat, khususnya mengenai sea manship ( kepelautan ),
navigasi, komunikasi dan permesinan kapal.
Undang-undang nomor 21 Tahun 1992 tentang pelayaran sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan penyelengaraan pelayaran saat ini sehingga
perlu di ganti dengan undang-undang yang baru. Setiap Negara berhak
menetapkan lebar laut teritorialnya hingga suatu batas yang tidak melebihi 12
mil diukur dari garis pangkal ditentukan sesuai dengan konvensi.
Pelayaran merupakan satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di
perairan, angkutan laut angkutan sungai dari pelabuhan, kepelabuhan lainnya
serta perlindungan lingkungan maritim. Pelabuhan di lihat dari sudut pandang
perdangangan yang memiliki peranan atau golongan yaitu pelabuhan
pemuatan, pelabuhan pembongkaran, pelabuhan transit. Kepentingan
Pemerintah terhadap pelabuhan, dalam pasal 37, tahun 2009 tentang
kepelabuhanan berada langsung pengusahaan di bawah pengawasan
pemerintah, syahbandar yang berpungsi sebagai pengaturan, pembinaan,
pengendalian, pembinaan, pengawasan, kegiatan pelabuhan.
Penyelenggaraan pelabuhan terdiri atas, otoritas pelabuhan yang di
usahakan secara komersil, dan unit penyelenggara pelabuhan pada pelabuhan
yang belum di usahakan secara komersil (pasal 38,PP 61 tahun 2009 tentang
kepelabuhanan). Peranan dan fungsi serta tujuan dan sasaran pelabuhan utama
yaitu selaras dan penunjang kebijakan pemerintah terkait, menyediakan atau
menyelenggarakan tingkat pelayanan yang optimal untuk daerah terpencil,
menghasilkan keseluruhan biaya transportasi terendah, menghasilkan
kemanfaatan sistem ekonomi yang maksimum, tingkat operasi yang efesien,
dan layak secara finansial.

5
B. Kewenangan Syahbandar
Syahbandar memiliki kewenangan tertinggi dalam melaksanakan
koordinasi kegiatan kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan dan kegiatan
institusi pemerinrahlainnya di pelabuhan.Syahbandar menurut etimologi terdiri
dari Syah dan Bandar.Syah berarti penguasa dan Bandar berarti pelabuhan-
pelabuhan dan sungai- sungai yang digunakan sebagai tempat labuh, tempat kepil
pada jembatan punggah dan jembatan muat, dermaga-dermaga dan cerocok-
cerocok dan tempat-tempat kepil lain yang lazim digunakan oleh kapal-kapal, juga
daerah laut yang dimaksudkan sebagai tempat-tempat kepil kapal-kapal yang
karena sebabnya tidak dapat masuk dalam batas lazim digunakan. Syahbandar
memiliki kewenangan sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan pemerintah di pelabuhan.
b. Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen dan warta kapal.
c. Menerbitkan persertujuan kegiatan kapal dipelabuhan melakukan pemeriksaan
kapal.
d. Menerbitkan surat persetujuan berlayar.
e. Melakukan pemeriksaan kecelakaan kapal.
f. Melaksanakan sijil awak kapal.

C. Tugas Syahbandar dalam Kegiatan Pengangkutan Laut di Indonesia


Syahbandar sebagai pejabat tertinggi dalam kepelabuhan tentunya
memiliki kewenangan yang besar yang diberikan oleh aturan hukum Indonesia,
oleh UU Nomor 17 Tahun 2008 maka syahbandar memiliki tugas sebagai berikut:
1. Mengawasi kelaik lautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban
dipelabuhan.
2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal diperairan pelabuhan dan alur - alur
pelayaran.
3. Mengawasi kegiatan alih muat diperairan pelabuhan.
4. Mengawasi pemanduan mengawasi kegiatan penundaan kapal.
5. Mengawasi kegiatan pekerjaan bawah air dan salvage.
6. Mengawasi berbahaya.

6
7. Mengawasi bakar.
8. Mengawasi bongkar muat barang pengisian bahan pengerukan dan kegiatan
pembangunan fasilitas pelabuhan

D. Tanggung Jawab Syahbandar dalam Kegiatan Pengangkutan Laut di


Indonesia
1. Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
material,konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata
susunan serta perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian. Sesuai
dengan ketentuan peraturan peundang-undangan tentang pelayaran Indonesia
maka dalam melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan maka syahbandar
mempunyai tugas yaitu:
1. Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan, dan ketertiban di
pelabuhan;
2. Mengawasi tertib lalu lintas kapal di periran, pelabuhan dan alur pelayaran;
3. Mengawasi kegiatan penundan kapal;
4. Mengawasi ketertiban embarkasi dan debarkasi penumpang;
5. Mengawasi bongkar muat barang berbahaya serta limbah bahan berbahaya dan
beracun.
Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan
angkutan di perairan, dan pelabuhan serta perlindungan lingkungan maritim perlu
dilaksanakan dengan cermat melalui struktur terkait sebagai pemangku
kepentingan dalam hal ini diatur tersendiri secara khusus sebagai penjabaran UU
pelayaran melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja Kantor Kesyahbandaran dan
Otoritas Pelabuhan (dulu Administrator Pelabuhan yang mengatur jalannya
kegiatan pelabuhan dan operasional kapal). Untuk kapal asing yang hendak masuk
wilayah perairan Indonesia wajib mengikuti prosedur pemeriksaan kapal guna
dapat melajutkan pelayaran yang sebelumnya dilakukan. Pengawasan Kapal
Asing (port state control) dilakukan oleh Seksi Kesyahbandaran. Hasil
pemeriksaan kapal asing yang dimaksud di atas dibagi menjadi:

7
(a) seaworthy;
(b) substandart; dan
(c) unsafe.
Tindak lanjut atau keputusan dari administration dalam kondisi seaworthy
adalah memberikan clearance out (Izin untuk meninggalkan pelabuhan); pada
kondisi sub standart perlu klarifikasi dengan pihak operator kapal; dan untuk
kondisi unsafe diperlukan tindakan perbaikan (corrective action) bahkan kapal
dapat dicegah untuk melaut.

2. Pengawasan syahbandar terhadap kelaiklautan kapal


Menurut Pasal 1 (33) Undang - undang Nomor 17 tahun 2008 tentang
Pelayaran, kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal, pengawakan,
garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang,
status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, dan manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu.
Kelaiklautan kapal sesuai dengan daerah-pelayarannya meliputi:
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran dari kapal, pengawakan kapal, garis
muat kapal dan pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang,
status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari
kapal, manajemen keamanan kapal. Kelaiklautan kapal dibuktikan dengan
kelengkapan persyaratan administrasi dan teknis. Persyaratan administrasi berupa
sertifikat - sertifikat keselamatan seperti Surat kebangsaan, surat ukur, sertifikat
keselamatan, konstruksi kapal, sertifikat keselamatan perlengkapan kapal,
sertifikat radio dan ijazah yang di miliki, serta persyaratan teknis seperti
perlengkapan alat pendukung keselamatan di laut harus terlebih dahulu dipenuhi
agar kapal mendapatkan status laik laut. Kelaiklautan kapal sangat erat kaitannya
dengan keselamatan pelayaran. Kelaiklautan jika tidak dibantu dengan sarana
keselamatan pelayaran akan meningkatkan resiko kecelakaan kapal. Kapal yang
telah laiklaut dibuktikan dengan adanya Sertifikat Kelaiklautan kapal. Sertifikat
Kelaiklautan kapal yang dikeluarkan oleh syahbandar adalah berdasarkan hasil
data uji klas dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

8
Pentingnya peran syahbandar dalam pengawasan kelaiklautan kapal dapat
dilihat dalam Undang - undang pelayaran Indonesia mengenai keselamatan kapal.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian syahbandar dalam pengawasannya
yaitu material kapal, konstruksi kapal, bangunan kapal, permesinan dan
pelistrikan kapal, stabilitas kapal, tata susunan serta perlengkapan termasuk
perlengkapan alat penolong dan radio, dan elektronika kapal.

E. Peran Syahbandar dalam Pengawasan Keselamatan Sarana Angkatan


Laut
Syahbandar sebagai pejabat tertinggi dalam pelabuhan tentunya memiliki
kewenanggan yang besar sesuai UU Nomor 17 Tahun 2008, maka Syahbandar
memiliki tugas, Mengawasi kelaiklautan kapal, keselamatan, keamanan dan
ketertiban pelabuhan. tertib lalu lintas kapal diperairan pelabuhan dan alurr
pelayaran, kegiatan alih muat diperairan pelabuhan, pemanduan, mengawasi
kegiatan penundaan kapal. kegiatan bawah air dan salvage, bongkar muat barang
berbahaya. pengisian bahan bakar.pengerukan dan rekalmasi kegiatan
pembangunan fasilitas pelabuhan. Dalam melakukan tugas yang dipercayakan
sebagai pemimpin tertinggi dipelabuhan maka syahbadar memiliki fungsi, yaitu :
Melaksanakan fungsi keselamatan dan keamanan dalam pelayaran yang
mencakup, pelaksanaan, pengawasan, dan penegakkan hukum dibidang angkutan
perairan, membantu tugas pencarian dan penyelamatan dipelabuhan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan. Dalam melaksanakan fungsi dan tugas diatas
maka syahbandar memiliki kewenangan, Mengkoordinasi seluruh kegiatan
pemerintahan dipelabuhan, Memeriksa dan menyimpan surat, dokumen, dan
warta kapal, Menerbitkan persetujuan kegiatan kapal dipelabuhan melakukan
pemeriksaan kapal, Menerbitkan surat persetujuan berlayar, Melakukan
pemeriksaan kecelakaan kapal. Melaksanakan sijil awak kapal. Peran syahbandar
dalam bidang pengawasan adalah sangat penting hal inidapat dilihat dalam
undang undang pelayaran Indonesia mengenai keselamatan kapal. Keselamatan
pelayaran seperti yang ditegaskan oleh Undang-Undang Pelayaran No. 21 Tahun
1992 adalah sebagai berikut:

9
1. Faktor Internal, yaitu faktor yang menyangkut sarana dan prasarana kapal yang
terdiri dari:
a. Konstruksi dan kondisi kapal
b. Peralatan keselamatan pelayaran
c. Awak kapal yang sesuai dengan kenutuan
2. Faktor Eksternal, yaitu faktor-faktor yang menyangkut kondisi di luar kapal
yang terdiri dari:
a. Penandaan perairan pelayaran yang dilengkapi dengan sarana bantu nafigasi
b. Sarana telekomunikasi pelayaran
c. Peta laut
Demikian juga dalam rangka mengatur sarana dan prasarana di Bidang
Keselamatan Pelayaran, maka ada beberapa perangkat peraturan yang mengatur
tentang keselamatan kapal antara lain: Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran, Scheepen Ordonansi 1953 (SO. 1935), Scheepen Verordening
1935 (SV. 1935), (Safety of life at Sea) 1974 diperbaiki dengan Amandemen 1978
berlaku bagi semua kapal yang melakukan pelayaran antara pelabuhan -
pelabuhan di dunia. Instansi yang melakukan pengawasan terhadap laik laut suatu
kapal. Usaha dalam penyelamatan jiwa di laut merupakan suatu kegiatan yang
dipergunakan untuk mengendalikan terjadinya kecelakaan di laut yang dapat
mengurangi sekecil mungkin akibat yang timbul terhadap manusia, kapal dan
muatannya. Untuk memperkecil terjadinya kecelakaan di laut diperlukan suatu
usaha untuk penyelamatan jiwa tersebut dengan cara memenuhi semua peraturan-
peraturan yang dikeluarkan oleh IMO (International Maritime Organization), ILO
(International Labour Organization) dan ITU (International Telecomunication
Union) maupun oleh pemerintah. Menurut Randy Y.C. Aguw : 2013 indikator
Peran Syahbandar yaitu : Mengawasi kelaiklautan kapal,Melaksanakan sijil awak
kapal.Mengawasi kegiatan alih muat diperairan pelabuhan.

10
F. Sanksi bagi Kapal yang Sedang Berlayar Tanpa memilki Surat
Persetujuan Berlayar dari Syahbandar
Indonesia merupakan merupakan negara hukum yang mengakui setiap orang
Sebagai manusia terhadap undang – undang yang artinya bahwa setiap orang
diakui sebagai subjek hukum, pasal 27 Undang – Undang Dasar Tahun 1945,
menetapkan segala warga negara bersaan kedudukanya di dalam hukum dan
pemerintah wajib menjunjung hukum dan pemerintah itu tidak ada kecualianya.
Hukum menurut Subekti ialah peraturan – peraturan tentang manusia sebagai
subjek dalam hukum, peraturan – peraturan perihal kecakapan untuk memiliki hak
– hak dan kecakapan untuk bertindak sendiri melaksanakan hak – haknya itu serta
hal – hal yang mempengaruhi kecakapan kecakapan itu.
Subjek hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting
dalam hukum, khususnya hukum keperdataan karena subjek hukum tersebut yang
dapat mempunyai kewenangan hukum. Dalam lapangan hukum perdata mengenal
subjek hukum sebagaisala satu bagian dari kategori hukum yang merupakan hal
yang tidak dapat diabaikan karena subjek hukum adalah konsep dan pengertian
(concept en beggriff) yang mendasar. Pengertian mengenai mengenai siapakah
yang di anggap sebagai orang dalam hukum menurut Hardjawidjaja yang pertama
ialah " manusia" yang menurut anggapan umum merupakan manusia secara pisik
akan tetapi menurut Eggens yang di maksud sebagai “ orang “ dalam buku
ke satu KUHperdata adalah manusia sebagai rechts persoon ( perorangan sebagai
subjek hukum ) menurut Ko Tjai Sing buku kesatu dari KUH Perdata berjudul
"Tentang orang" (Van Personen) di jelaskan “orang“ tidak hanya di maksudkan
“manusia biasa“ tetapi juga “Badan Hukum“ manusia dan badan hukum dapat
mempunyai hak – hak.
Dalam pembaharuan hukum pidana kedepan, sumber hukum atau landasan
legalitas untuk menyatakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana, tidak hanya di
dasarkan pada asas legalitas formal, tetapi juga di dasarkan pada asas legalitas
formal, tetapi juga didasarkan pada asas legalitas materiel, yaitu dengan memberi
tempat kepada hukum yang hidup atau hukum tidak tertulis. Pasal 323 Undang –
Undang nomor 17 Tahun 2008 ayat (1) Nahkoda yang berlayar tanpa memiliki
Surat Perstujuan Berlayar ( SPB ) yang di keluarkan oleh Syahbandar sebagai

11
Mana di maksud dalam pasal 219 ayat (1) dipidana penjara paling lama 5 Tahun
dan denda Rp.600.000.000.00 ( enam ratus juta rupia ) ayat (2) Jika perbuatannya
sebangaimana di maksud dalam pada ayat (1) mengakibatkan kecelakaan kapal
sehingga mengakibat kerungian harta benda di pidana penjara paling lama 10
tahun dan denda palinyak bayak 1.000.000.000.00 (satu milyar rupiah) ayat (3)
jika perbuatan sebagaimana di maksud ayat (1) mengakibatkan kematian di pidana
dengan pidana penjara 10 (sepulu ) tahun dan denda 1.500.000.000. (satu miliar
lima ratus juta rupiah). Sampai saat ini belum ada aturan hukum yang mengatur
tentang tindak pidana bagi pemilik kapal, yang kapalnya sedang berlayar dan
tidak memiliki Surat persetujuan Berlayar (SPB) yang di keluar oleh Syahbandar,
sehingga para penegak hukum sangat sulit dan bimbang untuk menjerat pemilik
kapal kedalam presfektip penyertaan karena delik khusus yang ada dalam pasal
323 undang – Undang nomor 17 tahun 2008 hanya mengkhususkan objeknya
adalah Nakhoda Kapal bukan pemilik kapal.

G. Kedudukan PPNS dalam Menindak Pelanggaran dari Syahbandar


Subjek hukum merupakan pemegang hak dan kewajiban menurut hukum,
yang menjadi subjek hukum dalam sistim hukum di indonesia ialah orang dan
bahan hukm. Subjek hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat
penting dalam hukum, khususnya hukum keperdataan, dalam lapangan hukum
perdata, mengenal subjek hukum sebagai salah satu bagian dari kategori hukum
yang merupakan hak yang tidak dapat di abaikan karena subjek hukum
merupakan konsep dan pengertian yang mendasar. Kitab undang – undang hukum
acara pidana mengatur pengertian bahwa subjek tindak pidana adalah manusia, hal
tersebut dapat di ketahui dari beberapa pengertian dalam pasal 1 kitab undang –
undang Hukum acara pidana ( KUHAP ) yaitu :
1. Tersangka adalah orang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut di duga sebagai pelaku tindak pidana.
2. Terdakwa adalah seorang yang di tuntut, diperiksa, diadili di sidang pengadilan.
3. Terpidana adalah seseorang yang di pidana berdasarkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.

12
4. Pengaduan adalah pemberitahuan di sertai oleh pihak yang berkepintingan
kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum seorang yang
telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.
Subjek hukum undang – undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran
memiliki ketentuan yang di khususkan bagi mereka yang memiliki jabatan atau
profesi tertentu yaitu Nahkoda, Petugas pandu, pemilik kapal dan awak kapal .
ketentuan – ketentuan tersebut tidak ditujukan kepada semua orang, namun
khusus untuk Nahkoda, awak kapal, pemilik kapal dan pejabat Syahbandar yang
dapat di kategorikan sebagai profesi, sehingga ketentuan – ketentuan tersebut
berkaitan dengan mereka yang bertindak selaku seorang profesional.
Pelaku tindak pidana di lingkungan profesinal di dalam melakukan
aksinya selalu melibatkan, keahliannya, baik dalam bentuk intensional, kealfaan,
dolus, maupun pelanggaran hukum di siplin profesional, baik yang bersifat interen
yang ditegakan oleh organisasi profesi pelayaran maupun yang kontrol oleh
pemerintah dalam pegawasan eksternal. Etika profesi sangat dominan, karena
etika profesional dilihat sebagai norma, maka kegunaan etika profesional di lihat
sebagai norma evaluative atau normatif untuk menilai profesi, profesional dan
perilakunya, hal tersebut membedakannya dengan ordinary norma yang dapat
diterapkan kepada setiap orang. Penyidik Pegawai Negeri sipil yang ( PPNS )
adalah pejabat Pegawai negeri sipil tertntu yang berdasakan peraturan perundang
– undangan di tunjuk selaku penyidik dan mempunyai wewenang untuk
melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup undang - undang yang
menjadi dasar hukumnya masing – masing, dalam pasal 6 KUHP ayat (1). Dalam
Undang – undang nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran pasal 282 ayat (1)
selain pejabat polisi negara republiik indonesia dan penyidik lainnya , pejabat
pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan instansi yang lingkup tugas dan
tangung jawabnya di bidang pelanyaran di berikan wewenang khusus sebagai
penyidik sebagaimana di maksud dalam undang – undang ini. Ayat (2) dalam
melaksanakan tugasnya, Penyidik pegawai negeri sipil ( PPNS ) tertentu
sebagaimana di maksud pada ayat (1) berada di bawah koordinasi dan pegawasan
penyidik polisi negara republik indonesia.

13
Dalam melaksanakan penyidikan PPNS berkoordinasi dengan pejabat
polisi negara indonesia, tetapi PPNS bukan bawahan pejabat penyidik polisi
negara republik indonesia, atas PPNS adalah kepala Kantor. Sebagaimana mana
ketentuan tugas dan tanggung jawab PPNS. Pada pasal 283 ayat (1) penyidik
sebagaimana di maksud dalam pasal 282 PPNS berwenang melakukan penyidikan
tindak pidana di bidang pelayaran. Ayat (3) penyidik pegawai negeri sipil
sebagaimana di maksud pada ayat (1) menyampaikan hasil penyidikan kepada
penuntut umum melalui pejabat kepolisian negara republik indonesia.
Dalam undang – undang nomor 17 Tahun 2008 pasal 323 ayat (1)
Nahkoda yang berlayar tanpa memiliki Surat Persetujuan Berlayar yang di
keluarkan oleh Syahbandar sebagaimana di maksud dalam pasal 219 ayat (1) di
pidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak
600.000.000. (enam ratus juta rupiah). Setiap kapal yang akan berangkat atau
datang di suatu pelabuhan Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib memeriksa kapal
tersebut sebagaimana bunyi pasal 219 ayat (1) setiap kapal yang berlayar wajib
memiliki surat persetujuan berlayar yang di keluarkan oleh Syahbandar ayat (2).
Surat persetujuan berlayar tidak berlaku apa bila kapal dalam waktu 24 jam (dua
pulu empat) jam, setelah persetujuan berlayar di berikan, kapal tidak bertolak
dari pelabuhan. (3) Surat persetujuan berlayar sebagaimana di maksud dalam ayat
(1) tidak diberikan kepada kapal atau di cabut apabila ketentuan sebagaimana di
maksud dalam pasal 44, pasal 117, ayat (2) pasal 125 ayat (2) pasal 130 ayat (1),
pasal 134 ayat (1) , pasal 135, pasal 149 ayat (2) pasal 169 ayat (1) pasal 213 ayat
(2) atau pasal 215 ayat (2) di langgar. Penyidik pegawai negeri sipil berhak
menunda keberangkatan kapal atau menahan kapal di pelabuhan jika sala satu
persyaratan dokumen kapal tidak lengkap.

H. Faktor Kelalaian dari Syahbandar


1. Faktor kesalahan prosedur
Dalam PM No. 20 Tahun 2015 tentang standar keselamatan pelayaran
meliputi sumber daya manusia (SDM), sarana dan/ prasarana, standar operasional
prosedur (SOP), lingkungan serta sanksi. Pelanggaran terhadap keselamatan
pelayaran akan dikenakan sanksi pidana maupun sanksi administratif berupa

14
pemberhentian personil dari jabatan atau pencabutan izin bagi operator sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Dari aspek SDM, sanksi akan
dikenakan kepada pemilik, operator kapal dan nahkoda berupa pidana penjara
paling lama enam bulan atau denda paling banyak Rp. 100.000.000, pasal 304 UU
No. 17 Tahun 2008. "Dalam pasal 128 ayat 2, pemilik, operator kapal dan
nahkoda wajib membantu pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian Dari aspek
SOP, pasal 246 UU No. 17 Tahun 2008 menyebutkan, dalam hal terjadi
kecelakaan kapal setiap orang yang berada di atas kapal yang mengetahui terjadi
kecelakaan dalam batas kemampuannya harus memberi pertolongan dan
melaporkan kepada nahkoda atau ABK. Pelanggaran terhadap pasal ini, dikenakan
pidana penjara paling lama satu tahun atau denda paling tinggi seratus juta rupiah
sesuai pasal 331 UU No. 17 Tahun 2008. Sementara PM No. 37 Tahun 2015
tentang Standar Pelayanan Angkutan Laut bertujuan untuk menjamin
terpenuhinya jenis dan mutu pelayaran yang berhak diperoleh oleh pengguna jasa
angkutan laut.

2. Faktor Manusia “Human Error”


Human error seringkali dinyatakan sebagai faktor utama penyebab
terjadinya suatu kecelakaan. Bagi masyarakat awam, berita-berita tentang
kecelakaan transportasi dengan human error sebagai penyebabnya sering diartikan
sebagai kesalahan manusia operator sistem seperti masinis, pilot, nahkoda, dan
lainnya. Persepsi ini sebenarnya kurang tepat, mengingat banyak faktor dan aspek
lain yang dapat secara langsung maupun tidak mendorong seorang operator
melakukan tindakan yang tidak tepat. Kesalahan merupakan hal yang abstrak
sedangkan melakukan tindakan maupun tidak melakukan tindakan, merupakan
suatu ide yang nyata dan ) mengemukakan bahwa merupakan hal yang sulit untuk
menyediakan definisi umum dari kesalahan, meskipun mudah sekali untuk
mengenali suatu tindakan (misalnya kelalaian, kesalahan perhitungan atau
perbedaan interpretasi) sebagai kesalahan. Suatu kesalahan mencakup elemen
kesalahan individu, di mana mencakup suatu rangkaian peristiwa khusus
(misalnya pemilihan alternatif yang salah, kelalaian) atau suatu besaran yang
berhubungan dengan dampaknya.

15
Pada dasarnya terdapat klasifikasi human error untuk mengidentifikasi
penyebab kesalahan tersebut. Klasifikasi tersebut secara umum dari penyebab
terjadinya human error adalah sebagai berikut:
a. Sistem Induced Human Error. Dimana mekanisme suatu sistem memungkinkan
manusia melakukan kesalahan, misalnya manajemen yang tidak menerapkan
disiplin secara baik dan ketat.
b. Desain Induced Human Error. Terjadinya kesalahan diakibatkan karena
perancangan atau desain sistem kerja yang kurang baik.
c. Pure Human Error. Suatu kesalahan yang terjadi murni berasal dari dalam
manusia itu sendiri, misalnya karena skill, pengalaman, dan psikologis.

Sebab-sebab human error dapat dibagi menjadi :


1. Sebab-Sebab Primer
Sebab-sebab primer merupakan sebabsebab human error pada level individu.
Untuk menghindari kesalahan pada level ini, ahli teknologi cenderung
menganjurkan pengukuran yang berhubungan ke individu, misalnya
meningkatkan pelatihan, pendidikan, dan pemilihan personil.

2. Sebab-Sebab Manajerial
Penekanan peran dari pelaku individual dalam kesalahan merupakan suatu hal
yang tidak tepat. Kesalahan merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan,
pelatihan dan pendidikan mempunyai efek yang terbatas dan penipuan atau
kelalaian akan selalu terjadi, tidak ada satupun penekanan penggunaan teknologi
yang benar akan mencegah terjadinya kesalahan. Fakta ini telah diakuitelah diakui
secara luas pada literatur kesalahan dalam industri yang beresiko tinggi.

3. Sebab-Sebab Global
Kesalahan yang berada di luar kontrol manajemen, meliputi tekanan keuangan,
tekanan waktu, tekanan sosial dan budaya organisasi

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tugas syahbandar dalam keamanan dan keselamatan pelayaran
berdasarkan hukum Indonesia adalah sebagai menegakkan hukum di bidang
keselamatan dan keamanan pelayaran Indonesia, kepala pemerintahan dalam
pelabuhan atau mengkoordinir segala aktivitas dalam pelabuhan, mengawasi dan
menanggungjawabi keamanan dan keselamatan pelayaran di Indonesia dan
menerbitkan dokumen pelayaran. Tanggung jawab syahbandar dalam keamanan
dan keselamatan pelayaran berdasarkan hukum Indonesia adalah memastikan
sebuah kapal layak untuk berlayar dan meminimalisir kemungkinan terjadinya
kecelakaan kapal akibat tidak laiklautnya kapal, menanggulangi pencemaran laut
dan melakukan upaya untuk mencegah pencemaran laut terjadi, dan ikut serta
dalam pencarian dan penyelamatan korban apabila terjadi kecelakaan kapal
ataupun saat ada gangguan dalam pelayaran. Demi memenuhi tuntutan tugasnya,
Syahbandar perlu meningkatkan kemampuannya melalui keterampilan nautis,
teknis dan administratif serta disiplin kerja, peningkatan dedikasi terhadap
pengembangan tugas demi terwujudnya keselamatan kapal, barang dan
keselamatan jiwa di laut. Seorang syahbandar harus berkerja secara profesional
baik dalam fungsi pengawasan, penerbitan dokumen pelayaran, maupun
pengkoordinasian seluruh kegiatan di pelabuhan. Pengawasan oleh syahbandar
sebaiknya jangan hanya dilakukan secara manifest atau pemeriksaan melalui
dokumen. Sebaiknya syahbandar juga melakukan pemeriksaan langsung
walaupun tidak secara keseluruhan seperti yang dilakukan biro klasifikasi
Indonesia. Tanggung jawab syahbandar sangat penting karena keamanan dan
keselamatan pelayaran sudah menjadi tugas utamanya. Tindakan - tindakan yang
dilakukan Syahbandar harus bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan
keselamatan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pelayaran. Agar
Syahbandar tetap berdedikasi kepada tugas dan tanggung jawabnya sebaiknya
dilakukan evaluasi kinerja bagi setiap Syahbandar yang dilaksanakan setiap
periode waktu tertentu.

17
DAFTAR PUSTAKA

C.T, Kansil, s.et.al 1995. modul hukum perdata, Jakarta pradnya Paramita.

Entah,R. Alosiur. 1989. Hukum perdata (suatu perbandingan ringkas) Yogyakarta:


Liberty.

Purwosutjipto,H.M.N. 1885. Pengertian pokok Hukum Dangang Indonesia:hukum


Pelayaran Laut dan Perairan Daratan , Jakarta:Djambatan.

Raharjo, Agus dan sunario. 2016. ”Pendayagunaan Teknologi imformasi Dalam


Pemberdanyaan masyarakat untuk megawasi pekerjaannya Sistim
peradilan pidana di jawa tengah, Fakultas Hukum Universitas Jenderal
sudirman

Sembiring, Rosnidar. 2016,Hukum keluarga (Harta-Harta Benda dalam


perkawinan). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siregar, Bismar. 1983. Hukum Acara Pidana. Jakarta: Penerbit Bina Cipta.

Sitompul, Andrea Nathali ”Pertanggung jawaban Nahkoda dan Pengangkut


terhadap kecelakaan kapal (Tinjauhan Keputusan Mahkama Pelayaran
no.973/051/XII/MP.-8)

Soemitro, Rono Hanitjo, "Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri", (Jakarta:


Ghalia Indoesia, 1982).

Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, "Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan


Singkat",(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).

18

Anda mungkin juga menyukai