Anda di halaman 1dari 88

PELAYANAN TRANSPORTASI ANGKUTAN SUNGAI DAN

LAUT TERHADAP PENUMPANG SPEED BOAT DI KUALA


ENOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17
TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Fakultas Syariah dan Hukum

OLEH
AMALIA INDAH SARI
NIM. 11820725100

PROGRAM S1
ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
1443 H/2022 M
ABSTRAK

Amalia Indah Sari (2022) : Pelayanan Transportasi Angkutan Sungai dan


Laut Terhadap Penumpang Speed Boat Di
Kuala Enok Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran
Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi dengan adanya undang-undang
pelayaran yang mengatur tentang pelayanan. Pelayanan transportasi angkutan
sungai dan laut terhadap penumpang speed boat sangat penting untuk dilakukan
demi menciptakan keamanan, kenyamanan dan keselamatan penumpang. Dengan
memberikan pelayanan yang baik dapat menciptakan kepuasan penumpang
pengguna jasa dan sebaliknya. Berdasarkan observasi penulis bahwa terdapat
perbedaan aturan dengan fakta yang berlaku di lapangan. Penelitian ini membahas
mengenai pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap penumpang
speed boat berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran
dan hambatan-hambatan dalam memberikan pelayanan transportasi angkutan
sungai dan laut terhadap penumpang speed boat. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pelayanaan transportasi angkutan sungai dan laut dan hambatan
dalam memberikan pelayanan terhadap penumpang speed boat.
Penelitian ini berbentuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan
metode pendekatan yuridis empiris bersifat deskriptif. Penulis melakukan
penelitian langsung ke lapangan yang berlokasi di Kuala Enok. Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
wawancara. Hasil data yang diperoleh di analisis menggunakan kualitatif
deskriptif.
Hasil dari penelitian ini adalah pelayanan transportasi angkutan sungai dan
laut terhadap penumpang speed boat cukup baik dilakukan oleh kesyahbandaran,
dinas perhubungan dan agen/pemilik kapal. Kesyahbandaran memberikan
pelayanan sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 76 Tahun 2018 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan, dinas
perhubungan memberikan pelayanan sesuai dengan Peraturan Daerah. Syahbandar
dan Dinas perhubungan memberikan pelayanan transportasi speed boat sesuai
dengan ukuran volume berat kapal yang disebut dengan gross tonnage (GT).
Memberikan pelayanan keamanan, kenyamanan dan keselamatan penumpang.
Adapun hambatan dalam memberikan pelayanan terdapat lima hambatan
diantaranya yaitu : Pertama, kurangnya sosialisasi dan edukasi. Kedua, kurangnya
kesadaran hukum masyarakat. Ketiga, kurangnya pemahaman masyarakat
mengenai Standar Operasional Prosedur Sertifikasi Kapal. Keempat, kurangnya
sanksi dan pengawasan. Kelima, waktu dan biaya. Karena hambatan tersebut,
terhalangnya suatu tujuan pelayanan yang baik.

Kata Kunci : Transportasi, Angkutan Sungai dan Laut, Penumpang Speed


Boat

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan lancar. Tak lupa sholawat beriring salam selalu

diberikan kepada junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW, dengan

mengucapkan Allahumma Sholli’ala Sayyidina Muhammad Wa’alaali Sayyidina

Muhammad, yang mana telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju

zaman yang terang benderang, seperti pada zaman sekarang ini. Semoga dengan

bersholawat tersebut, kita mendapatkan syafaat Rasulullah SAW di akhir kelak.

Skripsi ini berjudul “PELAYANAN TRANSPORTASI ANGKUTAN

SUNGAI DAN LAUT TERHADAP PENUMPANG SPEED BOAT DI

KUALA ENOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17

TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN” disusun sebagai syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Sarjana Hukum di program Strata Satu (S1) Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang

memiliki peran yang sangat penting dalam proses penyusunan skripsi ini.

Sehingga mendapat kelancaran dalam pembuatan akibat bantuan yang diberikan

baik itu materil maupun moril dan bantuan lainnya kepada :

1. Ayahanda H. M. Sulaiman dan Ibunda Hj. Rosyidah, selaku orang tua penulis

yang berjasa mendidik dan membesarkan penulis dari mengandung hingga

melahirkan dan selalu memberikan kasih sayang tiada henti sampai saat ini.

ii
Serta, seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan motivasi dan

semangat untuk menyelesaikan program Sarjana Hukum (S1)

2. Bapak Prof. Dr. Khairunnas, M.Ag yang merupakan Rektor Universitas Islam

Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta seluruh staf-stafnya

3. Bapak Dr. H. Zulkifli, M. Ag selaku dekan, Bapak Dr. H. Erman, M.Ag

selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. H. Mawardi, S.Ag, M.Ag selaku Wakil

Dekan II, dan Ibu Dr. Sofia Hardani, M.Ag selaku Wakil Dekan III Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

4. Bapak Asril, S.HI, S.H, M.H selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak

Alfi Syahri, S.H, M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

beserta seluruh staf-stafnya

5. Bapak Moh. Kastulani, SH., MH. Selaku pembimbing skripsi yang sudah

memberikan bimbingan, meluangkan waktunya, memberikan masukan serta

arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik

6. Ibu Hellen Last Fitriani, S.H, M.H selaku Penasehat Akademik (PA)

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan banyak ilmu, arahan serta

bimbingan selama penulis mengikuti perkuliahan di jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Syari’ah dan Hukum

8. Teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu di Jurusan Ilmu Hukum

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

Riau

iii
Semoga dengan kebaikan dan ilmu yang telah diberikan untuk membantu

proses penulisan skripsi ini dibalas oleh sang pencipta yang Maha Baik yakni

Allah SWT. Dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak orang terutama di

jurusan Ilmu Hukum.

Pekanbaru, 25 Desember 2021


Penulis

AMALIA INDAH SARI


11820725100

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Batasan Masalah...................................................................... 13
C. Rumusan Masalah ................................................................... 13
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 13
E. Sistematika Skripsi .................................................................. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kerangka Teori ........................................................................ 16
B. Penelitian Terdahulu ............................................................... 50

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ........................................................................ 54
B. Lokasi Penelitian ..................................................................... 54
C. Populasi dan Sampel ............................................................... 54
D. Sumber Data ............................................................................ 56
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 56
F. Analisis Data ........................................................................... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 59
B. Pelayanan Transportasi Angkutan Sungai dan Laut Terhadap
Penumpang Speed Boat Di Kuala Enok Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran .. 62

v
C. Hambatan-Hambatan Pelayanan Transportasi Angkutan
Sungai dan Laut Terhadap Penumpang Speed Boat Di Kuala
Enok ........................................................................................ 85

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 93
B. Saran ....................................................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu ......... 53


Tabel 3.1 Populasi dan Sampel ................................................................. 55
Tabel 4.1 Daftar Speed Boat Fiber ............................................................ 66
Tabel 4.2 Daftar Speed Boat Kayu Di Kuala Enok .................................. 73

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas


Pelabuhan Kuala Enok ............................................................. 65
Gambar 4.2 Alur Pelayanan Di Pelabuhan Kuala Enok .............................. 83

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan 17.000 pulau. Deklarasi Juanda

menyatakan bahwa “laut, sungai dan danau” bukanlah pemisah, melainkan

pemersatu ribuan pulau dalam satu Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Angkutan sungai, danau dan penyebrangan yang terdiri atas puluhan atau

bahkan ratusan armada kapal besar atau kecil yang mampu mengangkut

penumpang, barang, dan kendaraan untuk berpindah dari satu pulau ke pulau

yang telah memperlancar arus barang dan manusia. Menumbuhkan

perdagangan antar pulau, menggairahkan sektor pariwisata dan menumbuhkan

ekonomi kawasan bagi kemajuan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.1

Negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh wilayah

perairan dan udara dengan batas-batas hak-hak dan kedaulatan yang

ditetapkan oleh undang-undang. Dalam upaya mencapai tujuan nasional

berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, mewujudkan

wawasan nusantara serta memantapkan ketahanan nasional diperlukan sistem

transportasi nasional yang efektif dan efisien, menunjang serta menggerakkan

dinamika pembangunan dan mendukung pengembangan wilayah serta lebih

memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, turut mendukung pertahanan dan keamanan.2

1
Iskandar Abubakar, et. al, Transportasi Penyebrangan Suatu Pengantar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), Cet. Ke-1, h. 6.
2
R. Wiryono Prodjodikoro, Hukum Laut Bagi Indonesia, (Bandung: Sumur, 1981), h. 13.

1
2

Wilayah lautan Nusantara juga mempunyai potensi untuk berperan

dalam berbagai hal antara lain :3

1. Sebagai sarana pelayaran bukan hanya untuk keperluan pelayaran niaga

tetapi juga untuk pelayaran pemerintah, keamanan, dan pertahanan;

2. Sebagai arena industri maritim;

3. Sebagai lahan untuk penangkapan ikan dan hewan laut lainnya; dan

4. Sebagai kawasan pertambangan dan kemungkinan lain.

Pentingnya transportasi, sebagai salah satu roda penggerak

perekonomian bangsa, transportasi harus ditata dalam suatu kesatuan sistem

transportasi nasional yang terpadu dan mampu mewujudkan penyediaan jasa

transportasi yang seimbang atau sesuai dengan tingkat kebutuhan dan

tersedianya pelayanan angkutan yang baik, mudah dicapai dengan kebutuhan

penumpang.4 transportasi juga berperan sebagai penunjang, pendorong, dan

penggerak bagi pertumbuhan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam

yang sangat besar tetapi belum berkembang, dalam upaya peningkatan dan

pemerataan pembangunan.

Transportasi adalah suatu kendaraan yang digunakan dalam kegiatan

sehari-hari untuk melakukan aktivitas manusia saat ingin melewati sungai

maupun laut. Dari tempat tinggal menuju ke tujuan tertentu dan keinginan

tertentu. Yang di dorong oleh suatu tenaga canggih yakni mesin. Dengan itu,

transportasi mempermudah manusia untuk melakukan kegiatan kepentingan

3
M. Khoirul Huda. Kapal Laut Dalam Industri Pelayaran di Indonesia, (Surabaya,
2013), h. 6-7.
4
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara, (Jakarta: PT.
Citra Aditya, 1991), h. 7.
3

dan sehari-harinya. Fungsi transportasi sebagai sarana untuk mencapai daerah

tujuan dan juga sarana pergerakan di tempat tujuan tersebut. Dengan fungsi

tersebut maka, pemerintah indonesia harus mengupayakan fasilitas

transportasi yang memadai terutama untuk transportasi angkutan sungai dan

laut.5

Dengan melihat kedudukan negara Indonesia sebagai negara kepulauan

maka pengangkutan laut harus dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat

Indonesia. Ini berarti bahwa semua rakyat yang berhubungan di bidang

pengangkutan laut atau pelayaran nasional dapat ikut berpartisipasi aktif

dalam memanfaatkan posisi silang Nusantara dengan jalan antara lain :6

1. Menyediakan pelabuhan-pelabuhan samudra yang dapat memberikan

pelayanan yang memuaskan, cepat, aman, dan murah pada lalu lintas laut

yang kita kehendaki

2. Menyediakan fasilitas-fasilitas dok dan galangan kapal yang dapat

memberikan pelayanan pemeliharaan kapal dengan tepat waktu, baik dan

murah

3. Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mempercepat arus barang dan

memberikan pelayanan logistik seperti air, bahan bakar, dan pembekalan

yang bermutu dengan cepat, baik dan murah

4. Memberikan keamanan dan keselamatan pelayanan di laut dengan

memperbanyak pemasangan rambu-rambu laut, mercusuar, pengerukan

5
Ismayanti, Pengantar Pariwisata, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 23.
6
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 3.
4

pelabuhan, dan alur-alur sungai yang merupakan lalu lintas penting bagi

pelayanan

5. Menyediakan pengangkutan laut/kapal-kapal yang dapat memberikan jasa

angkutan bagi barang, ternak dan manusia dengan pelayanan yang baik,

aman, dan murah

Transportasi laut menuntut berbagai pelayanan yang berkualitas baik

untuk kapal, muatan dan juga penumpangnya. Pelayanan transportasi laut

sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik.7 Dalam Pasal 1 menyatakan bahwa pelayanan publik adalah

kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

pelayanan sesuai ketentuan perundang-undangan bagi setiap warga negara

atau penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang

diberikan oleh penyelanggara pelayanan publik. Dengan peraturan perundang-

undangan tersebut diharapkan masyarakat transportasi laut mendapatkan

perlindungan dan kepastian hukum, terwujudnya sistem pelayanan yang baik

dan penyelenggaraan pelayanan yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

UPT Pelabuhan atau diganti menjadi Kantor Syahbandar Otoritas

Pelabuhan (KSOP) Kuala Enok merupakan tempat yang memberikan

pelayanan terhadap angkutan sungai dan laut dalam hal keselamatan,

keamanan dan kenyamanan terhadap penumpang. Kantor Syahbandar Otoritas

Pelabuhan dengan ini memiliki peran penting untuk keselamatan penumpang

7
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
5

dan hak penumpang dalam perjalanan pelayaran sesuai dengan Undang-

Undang yang mengatur.

Kantor Kesyahbandar Otoritas Pelabuhan lebih dominan melakukan

pelayanan transportasi angkutan laut dibanding angkutan sungai. Hal ini

sesuai dengan ukuran volume kapal (Gross Tonnage). Pembagiannya tidak

dilihat dari sungai dan laut melainkan ukuran volume kapal. Kebetulan untuk

di Kuala Enok GT 7 keatas dikelola Syahbandar dengan speed boat fiber dan

GT 7 kebawah dikelola oleh Dinas Perhubungan dengan speed boat kayu.

Angkutan laut adalah kegiatan angkutan yang menurut kegiatannya

melayani kegiatan angkutan laut.8 Angkutan laut yang mempunyai

karakteristik pengangkutan secara nasional dan menjangkau seluruh wilayah

melalui perairan perlu dikembangkan potensinya sebagai penghubung antar

wilayah, baik nasional maupun internasional termasuk lintas batas, karena

digunakan sebagai sarana untuk menunjang, mendorong dan menggerakkan

pembangunan nasional dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat serta

menjadi perekat negara kesatuan Republik Indonesia.9

Pentingnya angkutan laut, maka diperlukan hukum untuk mengatur

sistem keselamatan pengangkutan laut. Saat ini, pengangkutan laut diatur

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran. Dalam hal

keselamatan penumpang diatur dalam Pasal 40 ayat (1) yang menyebutkan

8
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan, Pasal 1
Ayat (2).
9
Rediks Purba, Angkutan Muatan Laut, (Jakarta: Bharata Karya Aksara, 1990), h. 14.
6

bahwa perusahaan angkutan di perairan bertanggungjawab terhadap

keselamatan dan keamanan penumpang.10

Kuala Enok merupakan wilayah terletak ditepi laut daerah pesisir yang

apabila jika ingin bepergian menggunakan transportasi laut dan sungai.

Kondisi daerah yang terpisahkan oleh perairan seperti sungai, laut dan lainnya

yang mengharuskan masyarakat menggunakan transportasi. Speedboat

merupakan transportasi angkutan sungai dan laut yang mayoritas banyak

digunakan oleh masyarakat Kuala Enok. Karena, mempunyai kecepatan yang

lebih tinggi dibandingkan transportasi angkutan sungai dan laut yang

lainnya.11

Angkutan sungai tumbuh dan berkembang secara alami di Indonesia

akibat kondisi geografis alam yang memiliki banyak sungai. Jalan bagi

transportasi air ini selain bersifat alami (laut, sungai, danau), ada pula yang

bersifat buatan manusia (kanal, anjir, danau buatan). Transportasi ini biasa

disebut juga dengan “inland water transportation”.12

Sebelum indonesia merdeka tepatnya sebelum masa pra sejarah,

angkutan sungai di indonesia sudah ada dan berkembang. Ditandainya dengan

adanya manusia memenuhi kebutuhannya melakukan aktivitas kegiatan

sehari-hari. Transportasi yang digunakan pada saat itu adalah suatu

transportasi yang terbuat dari rakit bambu. Transportasi pra sejarah dengan

modern saat ini sangat berbeda. Dengan berkembang pesatnya suatu teknologi

10
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 40 Ayat (1).
11
Khairul Ihwan, “Evaluasi Resiko Ergonomi pada Transportasi Air (Speeboat Kayu)”
Jurnal Teknik Industri UNISI, Volume 1., No. 1., (2017), h. 48.
12
Robert Chandrawidjaja, Navigasi Perairan Daratan, (Banjarmasin: Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat, 1998), h. 5.
7

membuat transportasi yang dulunya hanya digunakan dari sebuah rakit bambu

tanpa mesin menjadi transportasi canggih menggunakan mesin sebagai alat

penggerak. Pada masa modren pemerintah menggalakan angkutan melalui

sungai terutama dalam pelosok daerah yang tidak ada prasarana lengkap.

Dominan seperti jalan dengan sungai besar, contoh seperti daerah sumatera,

papua dan kalimantan. Selain untuk perpindahan orang atau mengakat barang,

sungai juga dijadikan sarana untuk mengantarkan kayu-kayu hasil tebangan

hutan menuju tempat penampungan.13

Menurut salah satu penumpang yaitu ibu Icut, mengatakan bahwa

pelayanan transportasi di Kuala Enok kurang dilakukan melihat pelabuhan

yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang seharusnya ada dan sesuai dengan

aturan. “Speed boat yang tidak peduli dengan keselamatan berlayar sangat

mengancam keselamatan kami sebagai penumpang dan speed boat yang tidak

mau mengurus surat izin berlayar. Masih terdapat beberapa speedboat yang

seperti itu”.14

Selain itu, mengenai kebersihan dan ketepatan waktu speed boat.

Pelabuhan kuala enok dulunya bersih dan rapi seiring berjalannya waktu

kebersihannya hilang kenyamanan di pelabuhan sudah tidak diperhatikan lagi.

Banyak fasilitas dicabut, dinding dan keramik yang sudah kumuh tidak

diperhatikan dibiarkan begitu saja membuat penumpang tidak merasa nyaman

dengan keadaan di pelabuhan tersebut.

13
Iskandar Abubakar, ibid., h. 2.
14
Ibu Icut, Salah Satu Penumpang Speed Boat, (wawancara) 5 Agustus 2021.
8

Bapak R mengatakan, kebersihan itu wajib apalagi di pelabuhan dan

juga didalam speed boat demi kenyamanan penumpang. Masih banyak

ditemukan sampah plastik dan sisa rokok didalam speed boat. Hal ini

menganggu kenyamanan penumpang saat berada di dalam speed boat. Jadwal

dan waktu keberangkatan speed boat juga harus diperhatikan, berangkat harus

sesuai jadwal, tidak terlambat yang membuat penumpang menunggu lama.

“Saya pernah menunggu selama satu jam dari jadwal keberangkatan speed

boat yang seharusnya”.15

Penumpang lainnya yaitu Ibu Aminah berkata, “menggunakan

transportasi untuk jangka waktu yang lama khusus transportasi angkutan

sungai harus menggunakan tempat duduk penumpang yang layak dan nyaman.

Dalam artian empuk, jika ada gelombang tidak terlalu terasa hentakannya

begitu juga dengan senderan yang harus dipasang dengan bahan-bahan yang

lembut. Tidak hanya kayu, yang membuat badan sakit jika lama didalam speed

boat. Untuk itu, perlu di perhatikan demi kenyamanan penumpang saat

berlayar”.16

Dalam hal ini, transportasi angkutan sungai dan laut melalui speedboat

harus memiliki pelayanan yang baik guna menciptakannya masyarakat yang

nyaman pada saat melakukan bepergian menggunakan transportasi angkutan

sungai dan laut. Pelayanan merupakan memberikan segala perlakuan sarana

prasarana yang ada di tempat dengan tujuan tertentu untuk memberikan rasa

kenyamanan pelanggan yang dijadikan layaknya Ratu.

15
Bapak Rudi, Salah Satu Penumpang Speed Boat, (wawancara) 6 Agustus 2021.
16
Ibu Aminah, Salah Satu Penumpang Speed Boat, (wawancara) 7 Agustus 2021.
9

Standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan

sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka

pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Standar

pelayanan penumpang angkutan laut merupakan pedoman penyelenggara jasa

pelayanan penumpang angkutan laut dalam memberikan pelayanan jasa

kepada penumpang. Pelayanan terhadap angkutan laut dan sungai meliputi

pelayanan keselamatan (informasi), keamanan (fasilitas), ketertiban, dan

kenyamanan serta pelayanan keteraturan meliputi kemudahan dalam

mendapatkan tiket dan informasi keberangkatan dan kedatangan kapal.17

Dalam Perda atau Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor

2 tahun 2019 tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhan. Pengguna jasa

kepelabuhan harus diberikan pelayanan yang berkesinambungan.18 Sesuai

dengan peraturan daerah yang di tetapkan. Di Kuala Enok Kabupaten Indragiri

Hilir, pelayanan yang diberikan terhadap speed boat penumpang yakni dengan

memberikan surat persetujuan berlayar yang memiliki jangka waktu selama

setahun. Pelayanan dinas perhubungan terhadap speed boat penumpang

angkutan sungai dan pelayanan syahbandar terhadap speed boat penumpang

angkutan laut harus berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

tentang Pelayaran.

17
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2015 Tentang
Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut
18
Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2019 Tentang Retribusi
Pelayanan Kepelabuhan
10

Dalam hal ini peneliti melakukan kajian penelitian menitikberatkan

pada pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut yang menggunakan

dasar Peraturan Menteri Nomor 119 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan

Penumpang Angkutan Laut, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang

Pelayaran dan Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun

2019 Tentang Retribusi Pelayanan Kepelabuhan.

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen menentukan bahwa perlindungan konsumen adalah

segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi

perlindungan kepada konsumen.19 Dengan adanya undang-undang ini, maka

Perlindungan hukum terhadap konsumen telah dijamin dengan segala upaya

yang ada serta adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

penumpang atau konsumen yang menggunakan jasa dari para pelaku usaha.

Dalam pasal 4 undang-undang perlindungan konsumen menyebutkan

hak atas konsumen sebagai berikut.20

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan

yang dijanjikan

3. Hak atas imformasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan

jaminan barang dan/atau jasa


19
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1 Ayat
(1).
20
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 4.
11

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa

yang digunakan

5. Hak untuk mendapatkan Advokasi, pelindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut

6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

7. Hak untuk di perlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak

diskriminatif

8. Hak untuk mendapatkan kompensi, ganti rugi dan/atau penggantian,

apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian

atau tidak sebagaimana mestinya.

Secara garis besar terdapat beberapa hak dasar konsumen yaitu hak

untuk mendapatkan keamanan, kenyamanan, hak untuk mendapatkan

informasi, hak untuk memilih, dan hak untuk didengar. Hal ini berkaitan

dengan hak-hak penumpang untuk dihormati oleh penyedia jasa transportasi,

Sehubungan dengan itu diperlukannya suatu perlindungan hukum bagi

konsumen dan pelayanan bagi pengguna jasa transportasi serta jenis-jenis

angkutan lain.21

Dalam undang-undang pelayaran mengatur keselamatan dan

kenyamanan penumpang serta kesehatan penumpang. Selain itu, turunan dari

undang-undang tersebut yakni peraturan menteri yang lebih detail

menjelaskan mengenai keselamatan dan keamanan penumpang. Akan tetapi,

fakta dilapangan tidak menunjukkan adanya kenyaman, keamanan dan

keselamatan penumpang.
21
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. (Jakarta: PT. Grasindo, 2000),
h. 14.
12

Berdasarkan keluhan penumpang angkutan sungai dan laut, seperti

kehilangan barang, jaminan keselamatan, kenyamanan, dan keamanan. Alat-

alat keselamatan berlayar masih banyak speed boat yang tidak memiliki

ataupun tidak sesuai dengan disiplin berlayar. Permasalahan mengenai

penyediaan pelayanan fasilitas pelabuhan dan speed boat yang tidak sesuai

dengan standar operasional prosedur (SOP) serta hal ini seakan-akan tidak

dapat tersentuh atau tidak dapat diganggu-gugat oleh penumpang. Dengan

memberikan pelayanan yang baik menciptakan pengguna jasa puas akan

pelayanan yang diberikan.

Beberapa persoalan di atas berdampak bahwa pelayanan yang

diberikan kepada penumpang kurang dilakukan dan ketidakpuasaan pengguna

jasa transportasi angkutan sungai dan laut dan pihak penumpang posisinya

lemah untuk menuntut semua kerugian yang timbul di lapangan. Dalam kata

lain, walaupun angkutan sungai dan laut penumpang sudah berkembang lama

di Indonesia, namun perlindungan terhadap penumpang dan pelayanan

terhadap masyarakat pengguna jasa transportasi angkutan sungai dan laut

belum dapat diwujudkan sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mengkaji secara lebih

mendalam mengenai “PELAYANAN TRANSPORTASI ANGKUTAN

SUNGAI DAN LAUT TERHADAP PENUMPANG SPEED BOAT DI

KUALA ENOK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17

TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN”.


13

B. Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki batasan masalah dengan tujuan agar tidak lari

dari suatu topik permasalahan sehingga dibatasi. Adapun batasan masalahnya

yaitu pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap penumpang

speed boat di Kuala Enok berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008

tentang pelayaran.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka peneliti mengambil permasalahan

sebagai berikut :

1. Bagaimana pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap

penumpang speed boat di Kuala Enok berdasarkan undang-undang nomor

17 tahun 2008 tentang pelayaran?

2. Apa hambatan-hambatan dalam pelayanan transportasi angkutan sungai

dan laut terhadap penumpang speed boat di Kuala Enok?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentu ada tujuan yang ingin dicapai. Demikian pula

dengan penelitian ini. Tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut

terhadap penumpang speed boat di Kuala Enok berdasarkan undang-

undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelayanan transportasi

angkutan sungai dan laut terhadap penumpang speed boat di Kuala Enok
14

Adapun manfaat penelitian ini ialah :

1. Menambah wawasan penulis terhadap ilmu pengetahuan, terutama dalam

ilmu hukum dan khususnya dalam pelayanan transportasi angkutan sungai

dan laut terhadap penumpang speed boat

2. Sebagai sumbangsih pemikiran yang dituangkan dalam bentuk penelitian

guna dimanfaatkan secara baik, berfaedah bagi kepentingan Negara,

bangsa, masyarakat dan pembangunan

3. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dibidang pelayanan

transportasi angkutan sungai dan laut terhadap penumpang speed boat

4. Sebagai syarat untuk mendapatkan Gelar (SH) Sarjana Hukum (S1)

Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sultan Syarif

Kasim Riau

E. Sistematika Skripsi

Sistematika penulisan skripsi ini yakni :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Batasan Masalah, Rumusan

Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Skripsi.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang Teori Perlindungan Hukum Terhadap

Penumpang Speedboat, Teori Pelayanan Transportasi, Teori

Angkutan Sungai dan Laut, Teori Speed Boat dan Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Transportasi, serta

Tatanan Pelabuhan.
15

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang suatu rancangan yang berkaitan dengan

pembahasan dalam penelitian, yang terdiri dari : Jenis penelitian,

Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel, Sumber Data, Teknik

Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang

dibahas sebagai berikut.

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

B. Pelayanan Transportasi Angkutan Sungai dan Laut Terhadap

Penumpang Speed Boat Di Kuala Enok Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

C. Hambatan-Hambatan dalam Pelayanan Transportasi Angkutan

Sungai dan Laut Terhadap Penumpang Speed Boat Di Kuala

Enok

BAB V : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Speed Boat

Perlindungan hukum adalah segala hal untuk pemenuhan hak dan

pemberian bantuan dalam memberikan rasa aman kepada saksi atau

korban, perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari

perlindungan masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk,

seperti melalui pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis, dan

bantuan hukum. Perlindungan hukum yang diberikan kepada subyek

hukum ke dalam bentuk perangkat baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif, baik yang lisan maupun yang tertulis. Dengan kata

lain dapat dikatakan bahwa perlindungan hukum sebagai suatu gambaran

tersendiri dari fungsi hukum itu sendiri, yang memiliki konsep bahwa

hukum memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan

dan kedamaian.

Perlindungan hukum diberikan untuk mencapai tujuan dari hukum

yaitu melindungi dan memberikan keamanan serta kenyamanan kepada

masyarakat. Perlindungan hukum terhadap penumpang speed boat

merupakan suatu perlindungan yang diberikan kepada penumpang speed

boat untuk dilindungi dan dijaga perlindungannya. Penumpang speed boat

memiliki hak sama halnya dengan konsumen yang diatur didalam Undang-

Undang Perlindungan Konsumen.

16
17

Perlindungan hukum merupakan identik dengan jaminan hak dan

kewajiban dalam suatu perjanjian antara kedua belah pihak.22

Perlindungan hukum digunakan dalam upaya melindungi kepentingan

pihak-pihak dalam suatu perjanjian yang sah secara hukum. Adapun

bentuk perlindungan hukum terhadap penumpang speed boat angkutan laut

dibagi atas dua yaitu perlindungan hukum preventif dan perlindungan

hukum represif.23

Perlindungan hukum preventif merupakan tindakan yang dilakukan

oleh pihak pengangkutan sebelum penyimpangan sosial terjadi agar suatu

tindak penyelenggaran dapat diredam atau dicegah, misalnya sosialisasi

dalam bentuk pengarahan kepada penumpang agar membeli tiket pada

tempat yang disediakan tidak melalui calo karena bersifat ilegal. Selain itu,

memberikan bimbingan kepada penumpang dalam hal mendapatkan

keselamatan sebelum kapal diberangkatkan, diantaranya arahan dalam

penggunaan pelambung agar dapat digunakan sebagaimana mestinya jika

terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat melakukan perjalanan

laut.24

Hak yang paling utama yang harus diperhatikan pada pengangkut

angkutan perairan yang diberikan sejak naik di atas kapal sampai

penumpang turun di tempat tujuan. Sistem tersebut dirancang untuk

menjamin terselenggaranya perlindungan yang efektif dari kemungkinan

22
Wibowo Soedjono, Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut, (Jakarta: Rina Aksara,
1993), h. 42.
23
Wibowo Soedjono, Sarana-sarana Penunjang Pengangkutan Laut, (Jakarta: Bina
Aksara, 1983), h. 16.
24
Ibid., h. 11
18

risiko dan bahaya yang dapat diperkirakan dan diantisipasi sebagai

penyebab korban luka, kematian, gangguan kesehatan, harta benda dan

pengrusakan lingkungan yang tidak seharusnya terjadi.

Bentuk perlindungan hukum represif belum berjalan secara

maksimal terutama masih didapatkan baju pelampung dan alat penolong

lainnya kurang berfungsi sebagaimana mestinya serta kurangnya

kebersihan dalam kapal sehingga penumpang merasa tidak nyaman.

Bentuk perlindungan hukum represif lainnya adalah memberikan jaminan

keselamatan penumpang dalam bentuk asuransi yang sudah diperjanjikan

sebelumnya dalam hal terjadi suatu transaksi antara penumpang dan jasa

pengangkutan yang dituangkan dalam bentuk perikatan.

Melalui program asuransi, maka ada jaminan keselamatan

penumpang berupa ganti kerugian apabila dikemudian hari terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan. Selain itu, perlindungan hukum berkaitan dengan

jaminan ganti kerugian bagi penumpang yang mengalami hal-hal yang

tidak diinginkan seperti mengalami kerugian. Apabila tidak menemukan

titik temu perihal jaminan keselamatan dan ganti kerugian, maka

penumpang dapat menempuh jalur hukum, apabila pihak perusahaan

pengangkutan laut tidak menghiraukan keluhan yang dialami penumpang.

Upaya hukum yang ditempuh bisa melalui pengadilan (litigasi) atau diluar

pengadilan (non litigasi) atas kesepakatan bersama mereka, misalnya

konsiliasi, mediasi, negosiasi dan arbitrase.25

25
M. Husyen, Umar, Menuju Hukum Angkutan Laut Nasional, (Jakarta: BPHN, 1999), h.
15.
19

Terdapat beberapa masalah yang terjadi dan dikeluhkan oleh

sebagian masyarakat penumpang speed boat angkutan sungai dan laut,

diantaranya sebagai berikut :26

a. Ruang tunggu penumpang masih dirasa tidak nyaman dengan alasan

penumpang menunggu keberangkatan terlalu lama sehingga

penumpang bedesak-desakan di ruang tunggu

b. Kebersihan dalam kapal tekadang tidak diperhatikan oleh pihak

pemilik kapal

c. Masih adanya preman di ruang tunggu, sehingga mengganggu

kenyamanan penumpang

d. Terkadang penumpang tidak memperoleh tempat duduk sehingga

harus melantai dan asap rook masih dirasakan dimana-mana

e. Masih banyaknya pedagang asongan dan calo

f. Penumpang masih merasa tidak aman apabila banyak orang tidak

berkepentingan di atas kapal

g. Penumpang mengeluhkan masih adanya kehilangan barang di atas

kapal

h. Terkadang jadwal keberangkatan tidak tepat waktu sehingga

penumpang harus menunggu lama

Dari permasalahan tersebut, bahwa penumpang speed boat berhak

mendapatkan jaminan perlindungan hukum. Perlindungan hukum melalui

upaya represif dan preventif agart permasalahan tersebut dapat diatasi. Hal

26
Ibid., h. 22.
20

ini sangat penting dilakukan oleh perusahaan angkutan di perairan

angkutan sungai dan laut yang di implementasikan dalam Undang-Undang

Nomor 17 Tahun 20008 tentang Pelayaran.

Prinisp tanggung jawab merupakan suatu hal yang sangat penting

untuk melindungi penumpang speed boat. Dalam hal pelayanan

penumpang speed boat terdapat perlindungan hukum yang harus

dilakukan, dengan secara tidak langsung syahbandar memiliki fungsi dan

peran yang sangat berguna untuk keselamatan, kenyamanan dan keamanan

penumpang. Salah satu fungsinya yaitu dengan memeriksa kapal,

perlengkapan kapal saat melakukan pelayaran dan lainnya yang harus

sesuai dengan standar operasional angkutan laut.

Tanggung jawab speed boat tidak sepenuhnya dilakukan oleh

syahbandar, akan tetapi juga dilakukan oleh agen dan pemilik kapal yang

mana dalam memberikan pelayanan bertanggung jawab akan kenyamanan

penumpang yang diberikan ke penumpang speed boat. Terjalannya suatu

pelayanan yang diberikan kepada penumpang speed boat angkutan laut

juga harus terjalannya tanggung jawab kepada penumpang speed boat

angkutan sungai demi menciptakan perlindungan hukum terhadap

penumpang speed boat.

Tanggung jawab pengangkutan di perairan diatur dalam Pasal 40

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008. “Perusahaan angkutan di perairan

bertanggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan penumpang


21

dan/atau barang yang diangkutnya”.27 Di samping itu, perusahaan

angkutan di perairan juga wajib bertanggung jawab terhadap muatan kapal

sesuai dengan jenis dan jumlah yang dinyatakan dalam dokumen muatan

dan perjanjian/kontrak pengangkutan yang telah disepakati. Tanggung

jawab yang dimaksud di sini dalam pengertian liability, dan bukan dalam

arti responsibility atau accountability. Tanggung jawab di perairan

meliputi tanggung jawab untuk angkutan nasional, angkutan laut pelayaran

rakyat, angkutan penyeberangan, dan angkutan sungai dan danau.

2. Pelayanan Transportasi

Pelayanan (customer service) secara umum adalah setiap kegiatan

yang diperuntukkan atau ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada

pelanggan, melalui pelayanan ini keinginan dan kebutuhan pelanggan

dapat terpenuhi.28 Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa

pelayanan adalah sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain, sedangkan

melayani yaitu membantu menyiapkan (membantu apa yang diperlukan

seseorang).29 Pada hakekatnya pelayanan adalah serangkaian kegiatan

yang merupakan proses. Sebagai proses pelayanan berlangsung secara

rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan orang dalam

masyarakat, proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain.

Pelayanan umum adalah kegiatan yang oleh seseorang

(sekelompok orang) dengan landasan faktor material melalui sistem,

27
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 40.
28
Kasmir, Manajemen Perbankan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 22.
29
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1990), h. 415.
22

prosedur dan metode dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang

lainya sesuai dengan haknya. Munir mengemukakan bahwa pelaksanaan

pelayanan dapat diukur, oleh karena itu dapat ditetapkan standar baik

dalam waktu yang diperlukan maupun hasilnya. Dengan adanya standar

manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan

mengevaluasi kegiatan pelayanan agar hasil akhir memuaskan kepada

pihak-pihak yang mendapatkan pelayanan.30

Pelayanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk yaitu :

a. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas dibidang

hubungan masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-

bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan

kepada siapapun yang memerlukan. Untuk mencapai keberhasilan

dalam memberikan pelayanan dengan lisan dapat dilakukan dengan :

1) Mampu memberikan penjelasan yang jelas, padat, singkat untuk

diketahui oleh pengguna jasa

2) Berprilaku baik dan sopan terhadap penumpang speed boat. Tidak

melayani orang-orang yang asal berbicara

3) Tidak melakukan obrolan yang dapat membuang waktu dan tidak

ada manfaat

30
Munir, Manajemen Pelayanan Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 275.
23

b. Layanan dengan tertulis

Layanan dengan tertulis adalah suatu layanan yang dominan muncul

dalam melakukan pelaksanaan tugas. Layanan ini diberikan dari segi

jumlah dan peran. Layanan secara tertulis ini sangat cocok untuk

memberikan pelayanan dalam jarak jauh. Layanan ini terdapat 2

golongan :

1) Layanan arahan informasi dan layanan sejenisnya yang diberikan

kepada orang-orang yang membutuhkan

2) Layanan reaksi atas permohonan, keluhan ataupun pemberitahuan

c. Layanan dengan perbuatan

Dilakukan oleh sebagian besar kalangan menegah dan bawah.

Karena itu faktor keahlian dan keterampilan petugas tersebut sangat

menetukan hasil perbuatan atau pekerjaan.

Kualitas pelayanan memiliki korelasi dengan puas tidaknya

pengguna jasa. Dalam hal ini, kualitas pelayanan harus dimaksimalkan

dengan adanya kualitas layanan yang bagus maka akan menghasilkan hasil

yang bagus juga kualitas penilaian pelanggannya. Pelayanan transportasi

angkutan sungai dan laut merupakan suatu pelayanan yang harus

dilakukan terhadap penumpang speed boat demi keamanan dan

kenyamanan penumpang speedboat.


24

Ada 5 determinan kualitas jasa dalam metode servqual untuk

penilaian pengguna jasa, yaitu sebagai berikut :31

a. Reability (keandalan)

Kemampuan perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat sejak

pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan

jasanya sesuai dengan waktu yang disepakati.

b. Responsiveness (daya tanggap)

Kesigapan karyawan dalam membantu penumpang dan memberikan

pelayanan yang cepat dan tanggap pada penumpang saat dibutuhkan

yang meliputi antara lain : kesiapan karyawan dalam melayani

penumpang, kecepatan karyawan dalam menjalankan tugasnya,

menangani keluhan penumpang, dan lain-lain.

c. Assurance (jaminan)

Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap jasa yang

disediakan secara cepat, kualitas keramah-tamahan dan kesopanan

karyawan dalam memberikan pelayanan, keterampilan dalam

berkomunikasi, kemampuan dalam memberikan keamanan didalam

manfaat pelayanan jasa yang ditawarkan serta kemampuan mereka

untuk menanamkan kepercayaan dan keyakinan penumpang terhadap

perusahaan.

31
Philip Kotler, Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan
Pengendalian, ( Jakarta : Salemba Empat, 2000), h. 440.
25

d. Empathy (empati)

Perusahaan memberikan perhatian secara mandiri kepada pengguna

transportasi seperti memberikan kelancaran untuk melakukan

komunikasi terhadap penumpang speed boat dengan benar serta

perusahaan mengetahui dan mengerti keinginan penumpang.

e. Tangible (berwujud)

Memberikan fasilitas dalam kelengkapan pelayanan. Seperti fasilitas

kendaraan, toilet, ruang sholat, tempat parkir yang nyaman, keamanan,

ruangan penjemput dan pengantar, kelengkapan fasilitas lainnya yang

membuat penumpang merasa nyaman dalam melakukan keberangkatan

maupun berkomunikasi dengan sesama.

Dari kualitas jasa metode servqual diatas, dapat disimpulkan

bahwa tujuan pelayanan yaitu untuk kepuasan pengguna jasa. Dengan ini,

dalam mencapai suatu kepuasan dituntut kualitas pelayanan dalam

transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, kesamaan hak dan

keseimbangan hak dan kewajiban. Keseimbangan antara hak dan

kewajiban adalah suatu pelayanan yang memberikan pertimbangan

terhadap aspek keadilan diantara pemberi dan penerima dalam pelayanan

publik.32

Pelayanan transportasi adalah suatu layanan diberikan kepada

penumpang yang meliputi keamanan, kenyamanan, keselamatan,

terjangkau, dan kesetaraan yang meliputi standar pelayanan minimal harus

ada dalam setiap transportasi. Standar pelayanan adalah tolak ukur yang

32
Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik , ( Jakarta : Bumi Aksara, 2007), h. 6.
26

digunakan sebagai pedoman penyelenggara pelayanan dan acuan penilaian

kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada

masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas cepat, mudah,

terjangkau dan terukur.33

3. Angkutan Sungai dan Laut

Angkutan di perairan merupakan angkutan yang melakukan

kegiatan mengangkut dan memindahkan barang atau penumpang

menggunakan kapal.34 Dalam angkutan perairan terdapat beberapa jenis

angkutan yang mengaturnya. Diantaranya angkutan laut, angkutan sungai

dan danau dan angkutan penyebrangan. Didalam masing-masing angkutan

mempunyai karakteristik dan fungsi yang berbeda.

Angkutan laut merupakan suatu angkutan yang di gunakan

melewati laut, yang terdiri dari angkutan laut dalam negeri, angkutan laut

luar negeri, angkutan khusus dan angkutan pelayaran rakyat. Angkutan

laut tersebut dapat diperjelas dengan uraian sebagai berikut.

a. Angkutan laut dalam negeri

Angkutan dalam negeri suatu angkutan perairan yang dilakukanj oleh

perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan anak buah

yang harus berkedudukan dan berkewarganegaraan indonesia.

Angkutan ini hanya boleh dilakukan oleh orang yang berada dalam

negeri lebih tepatnya orang Indonesia.

33
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2015 tentang
Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut, Pasal 1 Ayat (1)
34
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1 Ayat (3)
27

b. Angkutan laut luar negeri

Angkutan kapal asing dengan menggunakan bendera indonesia.

Angkutan luar negeri atau asing ini hanya dapat dilakukan kegiatan ke

dan dari pelabuhan indonesia. Bagi dagang luar negeri wajib untuk

menunjukkan perusahaan nasional nya sebagai agen umum.

c. Angkutan laut khusus

Angkutan ini dilakukan oleh badan usaha untuk kegiatan usaha sendiri

yang mana jika mendapatkan izin dari pemerintah untuk melakukan

kegiatan tersebut. Dan juga dilarang untuk melakukan bongkar muat

barang kecuali mendapat perizinan dari pemerintah.

d. Angkutan laut pelayaran rakyat

Angkutan di perairan yang memiliki peranan penting. Angkutan laut

pelayaran rakyat ini dilakukan oleh warga Negara indonesia dengan

persyaratan yang telah diatur dengan memiliki kelayakan kapal untuk

melakukan pemberangkatan atau berlayar dan juga memiliki anak buah

kapal atau ABK yang berkewarganegaraan indonesia.

Angkutan sungai merupakan angkutan yang sudah lama

berkembang di indonesia akibat kondisi geografis yang memiliki banyak

sungai. Beberapa pengertian yang menyangkut Angkutan Sungai dan

Danau (ASDP) menurut peraturan perundang-undangan adalah sebagai

berikut :35

35
Akbar Bahar, “Analisis Kebutuhan Angkutan Penyebrangan Sungai Jeneberang Di
Desa Taeng Kabupaten Goa”, (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2018), h. 40-41.
28

a. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 tentang Angkutan di

Perairan Pasal 1 : Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan

angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau,

waduk, rawa, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang

dan/atau hewan, yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan

sungai dan danau

b. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran Pasal 80 (1)

: Penyelenggaraan angkutan sungai dan danau disusun secara terpadu

intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan tatanan transportasi

nasional. Pasal 80 (2) : Angkutan sungai dan danau diselenggarakan

dengan menggunakan trayek tetap dan teratur yang dilengkapi dengan

trayek tidak tetap dan tidak teratur

c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2004 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau. Pasal 2 (4): Wilayah

operasi angkutan sungai dan danau meliputi sungai, danau, waduk,

rawa, anjir, kanal dan terusan. ASDP sebagai penyelenggara angkutan

umum berfungsi sebagai penyedia jasa angkutan kendaraan (barang)

dan penumpang, baik secara intermoda maupun intramoda transportasi.

Sistem ASDP menurut Nasution meliputi :

1) Alat angkut (vehicles) : kapal sungai dan kapal feri

2) Alur pelayaran (ways) : rambu-rambu sungai/danau/feri,

pengerukan alur sungai, telekomunikasi, navigasi dan kapal

inspeksi
29

3) Terminal (pelabuhan) : terminal, gudang, kantor, depot BBM,

listrik dan air.

Angkutan air cocok dan efisien sebagai lalu lintas penghubung

antara pelabuhan dengan sistem angkutan lain yang menggunakan perahu

untuk membongkar-muat barang dari dan ke kapal. Selain itu, juga dapat

berfungsi sebagai lalu lintas penghubung antartempat (misalnya

permukiman) yang belum terhubung oleh sistem jaringan jalan darat,

sebagai lalu lintas penyeberangan antar pulau atau penyeberangan sungai,

dan untuk pengangkutan barang di daerah pedalaman.

Jenis Angkutan Sungai diantaranya sebagai berikut.36

a. Sampan

Alat ini biasanya digunakan untuk memindahkan manusia atau barang

dari sisi sungai yang satu ke sisi yang lainnya. Sampan biasanya dibuat

secara manual oleh manusia, hanya dengan menyusun beberapa kayu

yang diikat erat. Lebar sampan sesuai dengan kebutuhan yang

dibutuhkan.

b. Perahu Katingting

Alat transportasi ini sudah semakin banyak digunakan dibandingkan

sampan. Ini lantaran, perahu ketingting bergerak lebih cepat, jika

diberi mesin, dan keseimbangan yang lebih baik. Tetapi, sayangnya

kapasitas penumpang yang bias diangkut hanya berkisar 10 orang.

36
Ibid.
30

Berbeda dengan angkutan sungai speed boat yang menggunakan

mesin, yang memuat banyak orang.

Angkutan sungai dan laut merupakan jenis angkutan yang dapat

beroperasional diatas air dengan menggunakan ketentuan yang mengatur

dan menggunakan dasar hukum yang mengatur. Angkutan sungai dan laut

pada dasarnya merupakan angkutan penumpang yang digunakan di

wilayah Kuala Enok Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir. Angkutan

penumpang yakni angkutan yang harus memiliki pelayanan yang baik dan

benar agar penumpang mendapat jaminan keamanan, kenyamanan dan

keselamatan dalam berlayar menuju suatu tujuan tertentu.

Angkutan penumpang mempunyai tiga standar layanan yang harus

didapatkan oleh konsumen dalam hal ini penikmat jasa angkutan kapal

yakni :37

a. Layanan dalam pemesanan tiket

Hal tersebut merupakan standar layanan yang tersedia meliputi: system

komputerisasi yang menyeluruh baik secara on-line dalam seluruh

cabang dan biro perjalanan, pemesanan tiket sekali jalan maupun tiket

pulang-pergi, adanya system antrian, prepaid reservation, tidak adanya

calo tiket, informasi dan pemesanan melalui internet, call center untuk

komplain dan informasi

b. Layanan pada terminal/pelabuhan terdapat standar yang didapat

meliputi: informasi keberangkatan dan kedatangan kapal, tempat


37
M. Syamsudin, “Perlindungan Hukum Konsumen Penumpang Kapa Laut: Studi di
PelabuhanTanjung Perak” Surabaya, Semarang: Jurnal Hukum FH Univ. Islam Sultan Agung,
(2008), h. 285.
31

tunggu terminal dan makanan ringan bagi penumpang khusus pada

kelas I dan II, boarding pass check-in, jalur yang khusus dari terminal

ke kapal maupun sebaliknya, tidak ada petugas yang minta uang tips,

adanya buruh pengangkut, pelayanan pada penimbang barang,

kenyamanan dan keamanan pada kapal, keamanan dan kenyamanan

dalam terminal, terminal dikenakan khusus untuk penumpang dengan

tiket

c. Standar pelayanan selama dalam kapal yakni sebagai berikut:

ketertiban selama embarkasi dan debarkasi penumpang, jadwal

kedatangan dan keberangkatan yang tepat, duduk yang sesuai

keterangan dengan tiket, kelengkapan peralatan tidur untuk

penumpang, informasi fasilitas dan pelayanan di kapal, kebersihan,

keamanan dan kenyamanan penumpang di kapal, fasilitasi badah, dan

lain-lain.

Dari penjelasan diatas, jelas bahwa pelayanan itu harus di sertai

dengan fasilitas yang memadai di suatu daerah. Oleh karena itu, dengan

kelengkapan fasilitas dan memberikan pelayanan dengan sangat baik akan

menciptakan adanya suatu kepuasan pengguna jasa, dilakukan secara

bertahap dan adil.

4. Speed Boat

Kapal speed boat merupakan kategori kapal cepat yang mempunyai

kecepatan dinas lebih yang digunakan oleh petugas dalam rangka

memberikan pertolongan bila terjadi kecelakaan / musibah, dan atau


32

inspeksi/pemeriksaan di alur pantai, sungai, danau dan penyeberangan.

Karakteristik dari kapal speed boat yaitu :38

a. Digunakan untuk membantu kelancaran operasional di alur pantai,

sungai, danau dan penyeberangan

b. Mempunyai olah gerak yang baik

c. Kapal mempunyai ukuran dan berat yang kecil dan terbuat dari

fibreglass yang ringan

d. Menggunakan mesin luar dengan bahan bakar bensin dan/atau campur

e. Kecepatan dapat mencapai 20 Knot atau lebih

f. Area navigasi pada suatu kawasan yang tidak lebih dari radius 30 mil

dari garis pantai.

Speed boat adalah suatu kapal yang berfungsi untuk mengangkut

barang dan penumpang yang memiliki ukuran sesuai dengan Gross

Tonnage masing-masing. Dalam hal ini speed boat penumpang di Kuala

Enok masih menggunakan aturan yang lama yaitu dengan melihat ukuran

berat bersih kapal atau GT. Yang mana GT 7 ke atas diatur syahbandar

dan GT 7 ke bawah diatur oleh dinas perhubungan. Seharusnya, untuk saat

ini semua menjadi kewenangan dari kementrian perhubungan.

Speed boat di Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah Kabupaten

Indragiri Hilir terbagi menjadi 2 jenis :

38
Eko Sasmito Hadi, Analisa Perfoma Hullform Pada Pra Perancangan SPEED BOAT
KATAMARAN Untuk Search And Rescue ( SAR ) Di Pantai Gunung Kidul Yogyakarta Berbasis
CFD, KAPAL Volume 9., No. 1., Februari (2012), h. 7.
33

a. Speed Boat Fiber

Speed boat fiber merupakan suatu speed boat yang terbuat dari bahan-

bahan fiber yang memiliki bahan yang lebih tahan lama dan kuat

b. Speed Boat Kayu

Speed boat kayu merupakan suatu speed boat yang dibuat dari bahan

kayu. Kayu-kayu yang berkualitas tidak asal kayu.

Speed boat kayu dan fiber juga memiliki kekuatan untuk

menampung penumpang dan barang berbeda-beda sesuai dengan kapasitas

speed boat masing-masing. Akan tetapi dalam hal ini tidak terlepas dengan

yang namanya SOP atau Standar Operasional Prosedur dalam angkutan

penumpang dan kelayakan speed boat dalam beroperasi.

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Dalam undang-undang lama sebelum revisi pada Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 1992 Pasal 1 Tentang Pelayaran memberikan arti

pelayaran yakni suatu hal yang ada pada angkutan diperairan,

kepelabuhan, dan keamanan keselamatan. Dan dalam undang-undang

setelah direvisi yaitu pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

Tentang Pelayaran tepatnya Pasal 1 mengartikan pelayaran merupakan

satu sistem yang terdapat angkutan diperairan, kepelabuhan, keselamatan

dan keamanan serta perlindungan yang maritim. Pelayaran ialah segala hal

yang ada di angkutan perairan demi keamanan, kenyamanan dan

keselamatan penumpang transportasi sungai dan laut.39

39
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1 Ayat (1)
34

Bagi sebuah kapal yang akan dioperasikan harus dalam keadaan

layak laut kapal. Dikatakan layak laut kapal tersebut harus memenuhi

persyaratan- persyaratan antara lain, sertifikat kapal (masa berlaku)

pengawakan kapalnya cukup, memiliki alat pencegah pencemaran, alat-

alat keselamatan atau alat penolong yang cukup. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan Pasal 19

ayat (1) menyatakan bahwa “ruang penumpang harus dipisahkan dengan

sekat dari kamar awak kapal, ruang muatan dan ruang lainnya”.

Dalam melakukan pelayaran kapal laut harus dilengkapi dengan

alat keselamatan dan perlengkapan keselamatan berlayar yang dijelaskan

dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, seperti

alat perlengkapan keselamatan dan keamanan pelayaran jaket pelambung,

pelampung kapal, peralatan darurat, radio HT dan perlengkapan lainnya.

Selain itu, terdapat juga keselamatan dan keamanan pelayaran angkutan di

perairan seperti :

a. Kelaiklautan kapal

b. Dan kenavigasian kapal

Kelaiklautan kapal terdapat :

a. Keselamatan kapal

b. Mencegah pencemaran kapal

c. Awak kapal

d. Garis muat kapal

e. Kesehatan penumpang
35

Kenavigasian kapal terdiri dari :

a. Sarana navigasi pelayaran

b. Telekomunikasi

c. Hidrografi

d. Meteorology

e. Pengerukan

f. Pemanduan

g. Menangani kerangka kapal

Tak hanya kelaiklautan dan kenavigasian, terdapat juga

keselamatan dan keamanan pelabuhan seperti fasilitas pelabuhan alat

sarana dan prasarana yang ada di pelabuhan sistem komunikasi serta

keamanannya. Setiap kapal yang beroperasi harus melengkapi syarat

keselamatan dan keamanan berlayar serta perlindungan di lingkungan

maritim.

Perlindungan dilingkungan maritim adalah suatu terlaksananya

syarat dan aturan dalam tercegahnya dari pencemaran kegiatan dalam

kepelabuhan, operasi kapal, angkut limbah, bahan berbahaya beracun dan

lainnya, buang limbah di perairan serta penutuhan kapal.

Seperti yang dijelaskan didalam pasal 343 UUHK atau Undang-

Undang Hukum Dagang mengenai pembawa kapal. Yang mana pembawa

kapal harus ikut dengan suatu aturan yang berlaku dengan aturan itu dapat

menjamin layak kapal keamanan kapal maupun keamanan penumpang.


36

Dengan adanya nahkoda yang handal dan melakukan pelayaran

sesuai dengan aturan yang ada dan mengikuti dengan bijak maka akan

penciptakan keselamatan dan keamanan berlayaran. Kelaiklautan kapal

dengan memenuhi sertifikat kapal , surat izin kapal dan lainnya. Selain

nahkoda, dalam berlayar juga harus memiliki awak kapal sesuai dengan

ketentuan nasional maupun internasional.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

menjelaskan tentang keselamatan dan keamanan berlayar dan dalam

Peraturan Pemerintah menjelaskan tentang pelaksana berlayar. Dalam PP

Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan di Perairan Pasal 70 ayat (1)

menyatakan “kapal harus sesuai dengan jenis, ukuran dan daerah

pelayarannya harus memiliki alat keselamatan berlayar”

Berikut alat-alat keselamatan berlayar dan fungsinya :40

Jacket pelampung

40
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Kuala Enok
37

Fungsi dari jacket tersebut yaitu :

a. Menjaga tubuh di permukaan

b. Memiliki peluit dan lampu

c. Berwarna mencolok

Pelampung Kapal

Berfungsi :

a. Untuk menjaga wajah di permukaan

b. Memiliki tali dan isyarat asap

c. Berwarna mencolok

Peralatan Darurat
38

Berfungsi :

a. Membantu regu penolong

b. Munculkan cahaya dan asap

c. Menarik perhatian visual

Radio HT

Berfungsi :

a. Komunikasi dengan kapal lain

b. Komunikasi dengan petugas

c. Dilengkapi tombol darurat

Adanya suatu aturan di laut tentu juga memiliki tanggung jawab di

laut. Sebagaimana perusahaan kapal laut memiliki tanggung jawab besar

terhadap pengguna jasa maupun lainnya berkaitan dengan keselamatan

berlayar demi melindungi pengguna jasa atau penumpang speed boat.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang pelayaran pada

pasal 86 menjelaskan bahwa perusahaan angkutan diperairan bertanggung


39

jawab atas terjadinya suatu kecelakaan kapal yang mengakibatkan

rusaknya barang ataupun hilangnya suatu barang penumpang kapal

angkutan sungai dan laut. Dalam hal tersebut, apabila perusahaan dapat

melakukan suatu pembuktian kuat pada sebab suatu hal tersebut

merupakan bukan kesalahannya, maka perusahaan bebas dari tanggung

jawab nya sebagai perusahaan jasa transportasi sungai dan laut.

Dalam menciptakan pelayanan jasa transportasi yang baik terhadap

pengguna jasa transportasi dan memberikan perlindungan terhadap

pengguna jasa transportasi tidak hanya dapat dillakukan secara individu

dalam kelompok juga bisa dilakukan demi menciptakan rasa aman dan

nyaman penumpang.

6. Transportasi

Transportasi adalah suatu pemindahan barang atau terjadinya

pemindahan orang yang ingin melakukan bepergian dari satu tempat ke

tempat lainnya demi mencapai suatu tujuan tertentu dan tujuan keinginan

yang melakukan keberangkatan oleh pengguna jasa. Transportasi di awali

dengan suatu daerah yang disebut dengan daerah asal yang ingin dituju ke

daerah tujuan dan sebaliknya. Tidak hanya manusia yang dapat di angkut

melainkan barang atau muatan.41

Transportasi juga memiliki arti dalam segi pembangunan,

pembangunan ekonomi dan masyarakat serta industrialisasi pertumbuhan.

Dengan kata lain jika terdapat suatu hal yang menyebabkan pembagian

41
Sakti Aji Adisasmita, Transportasi Dan Pengembangan Wilayah, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2011), h. 7.
40

kerja, bagi kerja sesuai ahlinya dan sesuai adat budaya istiadat bangsa

maupun Negara. Perkembangan ekonomi ini berdasarkan dari angkutan

Negara yang berkaitan.42

Korelasi atau hubungan transportasi berkaitan dengan tempat ingin

melakukan bepergian dengan tempat tujuan di inginkan. Dengan ini

transportasi memiliki suatu peran yaitu sebagai alat penghubung. Kata lain

penghubung dapat dikatakan sebagai jembatan yang melintang yang

membatasi yang menjadi suatu objek sarana penghubung demi

menciptakan kelancaran dalam bepergian dengan pihak yang

membutuhkannya. Yaitu pengguna jasa atau disebut dengan penumpang.

Pentingnya peran transportasi sudah ada sejak zaman dahulu biasa

disebut dengan zaman pra sejarah hingga ke zaman modern canggih saat

ini. Yang mana dulunya transportasi yang digunakan hanya dengan kapal

kecil yang disebut berbagai ragam bahasa daerah salah satunya sampan

menggunakan tenaga manusia hingga menjadi speed boat pada zaman

modern saat ini menggunakan tenaga mesin. Dari penjelasan transportasi

di atas, maka dapat disimpulkan ada 3 manfaat jasa transportasi

diantaranya yaitu :43

a. Manfaat ekonomi jasa transportasi

Manfaat ekonomi jasa transportasi memberikan manfaat seperti

: Satu, dengan membuat suasana keragaman pasar menjadi sangat luas.

Dengan begitu, maka transportasi yang digunakan orang pasar juga

42
Abbas Salimm, Manajemen Transportasi, (Jakarta: Grafinda Persada, 2016), h. 6.
43
Ibid.
41

akan banyak. Tak hanya itu, juga dalam pengiriman barang belanja

dengan tujuan memberi peluang ekonomi kepada pemilik transportasi.

Dua, dapat meratakan harga barang di pasar dengan tersedianya

fasilitas transportasi yang lancer. Jika terdapat kurangnya barang dari

satu tempat, tempat yang lain dapat memberikan kelebihan barangnya

dengan tingkat harga yang sama agar menjadi rata. Tiga, dengan

adanya jasa transportasi yang baik dan lancer maka mendorong yang

lainnya untuk melakukan hal yang serupa khusus produk yang

bergantung pada SDM masing-masing tersedia.

b. Manfaat sosial jasa transportasi

Dimulai dengan, memberikan layanan pendidikan dan

kesehatan di berbagai daerah yang tersebar jasa transportasi karena

dengan terjadinya hubungan jalan yang merata di daerah perdesaan.

Selanjutnya, bisa memperkuat ikatan silaturahmi saudara dan korelasi

sosial masyarakat antar daerah melalui kegiatan olahraga, seni,

kesenian dan kebudayaan. Dan, bisa menolong daerah yang terkena

bencana alam serta daerah yang tersebar wabah penyakit.

c. Manfaat politik atau strategi transportasi jasa

Dengan terciptanya transportasi jasa efektif adalah pemenuhan

kelengkapan bijak untuk melakukan pembasmian hal aneh dan

gangguan keamanan yang datang dari dalam negeri. Selanjutnya, dapat

menangkal segala model infiltrasi serta kekacauan keamanan yang

bersumber dari Luar Negeri.


42

Manfaat transportasi yaitu mengimbit (manusia dan barang)

dari satu lokasi ke lokasi berikut dan dari tempat asal ke tempat tujuan.

Fungsi transportasi sebagai berikut :

a. Transportasi berfungsi menciptakan guna tempat dan guna waktu.

Transportasi sebagai bahan tersier, yaitu yang menyediakan jasa

pelayanan kepada yang lain seperti pertanian, perindustrian,

perdagangan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan

lainnya. Karena, hal itu yang lain membutuhkan jasa transportasi

mengangkut barang (bahan baku dan hasil produksi) serta manusia

seperti petani, pedagang, karyawan, guru, murid, dokter, wisatawan,

dan lainnya dari tempat asal ke tempat tujuan.44

b. Transportasi berfungsi sebagai penunjang dan pendorong

Transportasi sebagai penunjang dan pendorong, adalah dengan

memberikan pelayanan jasa transportasi ke kegiatan kawasan lain yang

dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan pembangunan jalan baru

yang dihubungkan misalnya, daerah perdesaan dan daerah perkotaan.

Sebagai contoh dari pelayanan efektif dan efisien dalam manfaat

positif disuatu daerah yang diberikan layanan.

Alat transportasi berkembang setelah ditemukan tenaga mesin yang

merupakan alat transportasi yang lebih baik. Di pulau jawa, alat

transportasi menggunakan tenaga mekanik tidak lepas dari peran

pemerintah hindia belanda. Pada saat itu, pemerintah berupaya untuk

44
Sakti Aji Sasmita, Jaringan Transportasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2016), h. 7.
43

memajukan sarana transportasi guna mempermudah pengangkutan hasil

produksi perkebunan daerah jawa. Pemerintah hindia belanda

menyediakan layanan transportasi untuk kelangsungan pengusaha swasta,

dengan meningkatkan investasi asing di bidang perkebunan the, kopi,

tembakau, tebu dan lainnya. Pemerintah hindia belanda menyediakan

layanan transportasi yang lebih memadai.

Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan (trip)

antara tempat asal (origin) dan tujuan (destination). Dalam suatu

perjalanan, ada perjalanan yang merupakan pergerakan yang diawali dari

rumah (home based trip) dan ada juga perjalanan yang asal maupun

tujuannya adalah bukan rumah (non-home based trip). Misalnya, dari

tempat kerja ke pasar, dari terminal bus ke kampus, dan lain sebagainya.

Terdapat karakteristik atau ciri yang sama pada hampir semua

kota-kota di dunia mengenai pergerakan di dalam daerah perkotaan. Ciri

ini merupakan prinsip dasar dari kajian transportasi dan juga

mendefinisikan konsep untuk mempelajari pergerakan. Oleh sebab itu,

perlu dikaji beberapa konsep dasar yang melatarbelakangi kajian

transportasi dan keterkaitannya, sehingga terbentuk apa yang disebut

dengan sistem transportasi.

Moda transportasi merupakan suatu alat angkut yang di gunakan

untuk memindahkan suatu barang dan penumpang dari tempat satu ke

tempat lainnya. Moda transportasi ini terbagi menjadi tiga jenis,


44

transportasi darat, laut dan udara. Berikut penjelasan mengenai ketiga jenis

moda transportasi berdasarkan segi geografis :45

a. Moda transportasi darat

Moda transportasi darat meliputi moda di jalan, jalan rel (kereta api)

dan ASDP. Moda transportasi jalan dapat dikelompokkan atas dua

kelompok besar, yaitu moda kendaraan tidak bermotor dan moda

kendaraan bermotor. Pembagian lain yang juga masih bisa dilakukan

adalahmoda kendaraan pribadi dan moda kendaraan umum.

Sedang moda angkutan umum juga masih dapat terbagi ke dalam 2

kelompok yaitu pertama, moda angkutan umum dalam trayek dan

kedua moda angkutan umum tidak dalam trayek

b. Moda transportasi laut

Sebagai suatu sistem, transportasi laut yang merupakan sub sistem dari

Sistem Transportasi Nasional yang didukung oleh elemen kegiatan

angkutan laut, kepelabuhanan,lingkungan kemaritiman dan

keselamatan pelayaran. Sistem transportasi laut juga terdiri dari

kelaiklautan kapal, kenavigasian, serta penjagaan dan penyelamatan

yang saling berinteraksidalam mewujudkan penyelenggara transportasi

laut yang efektif dan efisien. Efektif dimaksud adalah tercapainya

suatu target terhadap pelayanan transportasi laut, sedangkan efisien

adalah penggunaan sumber input transportasi laut yang secara

45
Khoirul Fafa, “Pengantar Transportasi 3 Jenis Pergerakan dan Moda Transportasi”,
artikeldarihttps://www.academia.edu/30603533/Pengantar_Transportasi_3_Jenis_Pergerakan_dan
_Moda_Transportasi Diakses pada 11 Desember 2021.
45

minimum. Kedua indikator ini diharapkan memberikan output

transportasi laut yang tinggi.

c. Moda transportasi udara

Transportasi udara merupakan kumpulan rute penerbangan yang

melayani kegiatan transportasi udara dengan jadwal dan frekuensi

yang sudah tertentu. Berdasarkan wilayah pelayanannya,

rute penerbangan dibagi menjadi penerbangan dalam negeri dan rute

penerbangan luar negeri. Jaringan penerbangan dalam negeri dan luar

negeri merupakan suatu kesatuan dan terintegrasi dengan jaringan

transportasi darat dan laut

Dari ketiga jenis moda transportasi, transportasi yang digunakan

masyarakat Kuala Enok yakni transportasi laut. Transportasi laut adalah

transportasi yang dipakai untuk melakukan transit suatu barang dan

manusia dari tempat awal ke tempat akhir melewati sungai dan laut.

Transportasi yang sesuai dengan aturan dan dasar hukum berlayar.

7. Tatanan Pelabuhan

Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan atau perairan

dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan

kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar,

naik turun penumpang, dan bongkar muat barang, berupa terminal dan

tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan

keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai

tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.46

46
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1 Ayat (16)
46

Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap

gelombang. Dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di

mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang kran-kran (crane)

untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat-tempat

penyimpanan di mana kapal membongkar muatannya dan gudang-gudang

di mana barang-barang dapat disimpan dengan waktu lama dalam

menunggu pengiriman ke daerah tujuan.47

Pelabuhan dibedakan menjadi berbagai jenis berdasarkan segi

penyelenggara, segi pengusaha, segi penggunaan, dan segi letak geografis.

Dapat di uraikan sebagai berikut :48

a. Segi penyelenggaran

Ditinjau dari segi penyelenggaraannya, terdapat dua macam pelabuhan

yakni :

1) Pelabuhan umum

Pelabuhan umum digunakan untuk kepentingan masyarakat umum,

untuk memberikan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dan

pelaksanaannya diberikan ke badan usaha milik Negara.

2) Pelabuhan khusus

Pelabuhan khusus yakni pelabuhan yang dibuat oleh pemerintah

swasta ataupun negeri yang digunakan untuk kepentingan tertentu.

Pelabuhan ini tidak bisa digunakan untuk kepentingan umum

47
Bambang Triatmodjo, Perencanaan Pelabuhan, (Yogyakarta: Beta Offset, 2010), h. 3.
48
Ibid., h. 6-25.
47

kecuali dengan perizinan pemerintah yang membolehkan

digunakannya pelabuhan.

b. Segi pengusahaan

Ditinjau dari segi pengusahaannya, ada dua macam pelabuhan yaitu :

1) Pelabuhan yang di usahakan

Pelabuhan yang kegiatannya dilakukan untuk muat bongkar barang

dan lainnya yang sengaja di usahakan untuk memenuhi beberapa

fasilitas yang dibutuhkan kapal. Pelabuhan ini dikenakan tarif jika

ingin menggunakan untuk jasa apapun.

2) Pelabuhan yang tidak di usahakan

Kebalikan dari pelabuhan yang di usahakan, pelabuhan yang tidak

di usahakan penggunaannya hanya sebatas persinggahan kapal dan

tidak dilakukan untuk muat bongkar barang.

c. Segi penggunaan

Ditinjau dari segi penggunaannya, terdapat enam macam pelabuhan

yaitu :

1) Pelabuhan ikan

Pelabuhan ikan digunakan untuk melakukan kegiatan apa apa saja

yang berkaitan dengan ikan dimulai dari muat bongkar ikan dan

lainnya. Di pelabuhan ini juga memberikan pelayanan sesuai

dengan yang dibutuhkan, para kapal-kapal ikan yang datang untuk

melakukan tangkap dan produksi ikan. Dalam hal ini, pelabuhan

ikan ini juga terdapat beberapa macam dermaga, yaitu dermaga


48

bongkar, tambat dan pembekalan masing-masing memiliki fungsi

yang berbeda-beda.

2) Pelabuhan minyak

Pelabuhan bongkar muat minyak, yang berkaitan dengan minyak.

Pelabuhan ini harus diletakkan jauh dari pelabuhan umum.

3) Pelabuhan barang

Pelabuhan khusus digunakan untuk bongkar muat barang. Suatu

pelabuhan yang memindahkan barang dari darat ke laut atau dari

laut ke darat untuk melakukan pengiriman barang yang akan

sampai ke tempat di inginkan oleh suatu produsen.

4) Pelabuhan penumpang

Tempat penumpang melakukan bepergian melewati pelabuhan.

Pelabuhan penumpang harus dilengkapi dengan pelayanan yang

diberikan di pelabuhan agar penumpang merasa aman dan nyaman

ketika melakukan perjalanan atau keberangkatan.

5) Pelabuhan campuran

Pelabuhan gabungan dari berbagai macam pelabuhan yang telah

dijelaskan diatas. Pelabuhan ini bisa digunakan untuk muat

bongkar barang, naik turunnya penumpang dan lain sebagainya.

6) Pelabuhan militer

Pelabuhan yang digunkan untuk kapal perang yang dibuat secara

efisien, harus menggunakan bangunan yang kokoh dan berjauhan

dari pelabuhan-pelabuhan pada umumnya.


49

d. Segi letak geografis

Terdapat tiga macam pelabuhan jika di tinjau dari segi letak

geografisnya, yakni :

1) Pelabuhan alam

Pelabuhan yang terlindungi oleh badai dan gelombang secara

alami.

2) Pelabuhan buatan

Pelabuhan buatan ini dilindungi dari gelombang. Pelabuhan yang

bangunannya dibuat menjorok kedalam agar gelombang yang

datang dibuat oleh gerakan arus pantai.

3) Pelabuhan semi alam

Pelabuhan semi alam yaitu pelabuhan campuran antara pelabuhan

alam dan pelabuhan buatan.

Dalam suatu pelabuhan, dikenal juga dengan istilah ketatanan atau

tatanan pelabuhan nasional yang merupakan suatu kepelabuhan nasional

yang menggambarkan kepelabuhan yang berdasarkan ekonomi, geografis,

wilayah dan kondisi alam. Dalam ketatanan pelabuhan nasional ini

mengatur peran, fungsi pelabuhan dan lokasi pelabuhan.49

Dalam suatu pelabuhan juga harus memuat beberapa fasilitas-

fasilitas yang memadai untuk dapat memberikan pelayanan kepada

penumpang. Dengan tujuan agar penumpang merasa hak nya terpenuhi

dan merasa bahwa kenyamanan dan keamanan dalam melakukan

49
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 67 ayat (2) dan (3).
50

bepergian terasa dengan nikmat dan juga dengan memberikan fasilitas

pelabuhan yang sesuai dengan regulasi aturan yang berlaku.

Peran dan fungsi dari pelabuhan sesuai dengan Undang-Undang

Pelayaran, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 dalam pasal 68

dan pasal 69 yaitu sebagai berikut. Pelabuhan berperan :

a. Sebagai tempat singgahnya kapal

b. Sebagai kegiatan penunjang perekenomian dan industri/dagang

c. Sebagai simpul jaringan transportasi

d. Sebagai tempat bongar muat barang atau naik turunnya penumpang

e. Sebagai perwujudan kedaulatan Negara dan wawasan nusantara

Dan fungsinya sebagai tempat untuk melakukan kegiatan usaha

dan juga tempat kegiatan pemerintah melakukan pekerjaannya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut

terhadap penumpang speed boat sudah banyak dilakukan. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Chaerul Anwar (2017) dengan judul

penelitian “Aplikasi Metode Importancae Perfomance Analysis Dalam

Analisa Tingkat Pelayanan Mode Speedboat”. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk menganalisis tingkat pelayanan speedboat menurut penilain

pengguna moda menggunakan metode analisis Importance Performance

Analysis (IPA). IPA digunakan untuk memetakan hubungan antara

importance (kepentingan) dengan performance (kinerja) dari masing-


51

masing atribut pelayanan menurut penilaian penumpang speedboat

Ternate-Tidore. Hasil penelitiannya yaitu tingkat pelayanan moda

transportasi speedboat Ternate-Tidore menggunakan metode IPA

didapatkan variabel yang memiliki kepentingan/Harapan yang tinggi

namun pada kinerja/realita tidak cukup baik, yaitu variabel penerangan di

malam hari, ketersediaan baju pelampung/life jacket dan ketersediaan

kotak P3K. Sedangkan variabel yang dianggap kurang penting oleh

penumpang, tetapi kinerjanya baik sehingga penumpang menganggap

kinerja tersebut berlebihan, yaitu variabel layanan informasi dan tarif

speedboat.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sumardi (2015) dengan judul penelitian

“Analisis Kualitas Pelayanan Transportasi Laut (Survei Pada Perusahaan

Pelayanan di Pelabuhan Tanjung Priok). Tujuan penelitian ini yaitu untuk

menganalisis kualitas pelayanan transportasi laut menggunakan metode

SERVQUAL untuk mengukur kualitas pelayanan yang diterima pelanggan

berdasarkan model kualitas pelayanan (gap model). SERVQUAL

bertujuan untuk mengukur lima dimensi kualitas pelayanan yaitu: bukti

fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati yang didasarkan pada

analisis kesenjangan (gap analysis) antara harapan dan kinerja pelayanan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunkan kuisioner yang diberikan ke

91 perusahaan pelayaran. Hasil penelitian ini adalah kinerja pelayanan

Pelabuhan Tanjung Priok dinilai perusahaan pelayaran cukup baik dan

tingkat harapan pelayanan tergolong tinggi. Dimensi pelayanan yang


52

dianggap paling penting adalah keandalan, bukti fisik, daya tanggap,

jaminan dan empati. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan terhadap

perusahaan pelayaran, maka perlu melakukan perbaikan pelayanan dengan

urutan prioritas: bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan, dan empati.

Upaya perbaikan juga perlu mengacu pada hasil diagram kartesius, yaitu

dengan berusaha mempertahankan atribut-atribut pelayanan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Gaus (2020) dengan judul penelitian

yaitu “Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Tingkat Pelayanan Moda

Transportasi Speedboat Tidore-Sofifi”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui tingkat pelayanan moda transportasi speedboat rute Tidore-

Sofifi selama pemberlakuan aturan tersebut di masa pandemi Covid-19.

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pengumpulan data

primer dan data sekunder. Teknik Analisa data menggunakan metode

Importance Performance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Hasil

penelitian mengungkapkan bahwa terjadi penurunan jumlah speedboat

yang beropersi perhari sebesar 63,64%, penurunan perjalanan speedboat

sebesar 87,88% dan penurunan jumlah penumpang sebesar 89,90%.

Indeks kepuasan secara keseluruhan 54,87% untuk pengguna moda

speedboat. Ini masuk pada indeks kepuasan 51%-65% dengan kriteria

cukup puas.
53

Tabel 2.1
Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Metode Fokus Penelitian Persamaan Perbedaan

Penelitian

1 Chaerul Kualitatif Penilaian pengguna Kepuasan Pelaksanaan

Anwar moda transportasi konsumen pelayanan dan

(2017) dengan menggunakan terhadap kinerja

metode analisis pelayanan pelayanan

Importance yang terhadap

Performance Analysis diberikan penumpang

(IPA) speedboat

2 Sumardi Kuantitatif Kualitas pelayanan - Pelaksana

(2015) perusahaan transportasi pelayanan dan

laut menggunakan jenis pelayanan

metode SERVQUAL.

3 Abdul Kualitatif Tingkat pelayanan Kepuasan Pelaksana

Gaus moda transportasi Konsumen pelayanan

(2020) speedboat pada masa beserta

sebelum dan sesudah hambatan

covid-19 pelayanan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan jenis

penelitian kualitatif atau penelitian lapangan dengan jenis mode yuridis

empiris bersifat deskriptif kualitatif. Yang merupakan suatu metode yang di

dapat data nya dari hasil pengamatan yang dilakukan dilokasi penelitian,

selain itu data didapat dari melakukan suatu wawancara.

B. Lokasi Penelitian

Adapun penelitian ini berlokasi di Kuala Enok. Penulis memilih lokasi

ini, dari pengamatan yang dilakukan adanya pelayanan yang tidak dilakukan

sebagaimana mestinya dari pihak berwenang yang dilakukan kepada pengguna

jasa speed boat transportasi dan dilokasi tersebut, daerah strategis pesisir pada

sebagian kegiatan masyarakat dilakukan dengan menggunakan transportasi

speed boat angkutan sungai dan laut.

C. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan suatu himpunan objek yang sama. Populasi bisa

berupa himpunan orang-orang benda, kejadian kasus-kasus, waktu atau tempat

dengan sifat dan ciri yang sama.50 Populasi dalam penelitian ini berjumlah

1.000 penumpang yang diambil dalam kurun waktu sebulan dengan speed boat

50
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), Cet. Ke-5, h. 121.

54
55

fiber yang berjumlah dua dan speed boat kayu yang berjumlah tujuh dengan

rute keberangkatan Kuala Enok-Batam, Kuala Enok-Tungkal dan Kuala Enok-

Tembilahan. Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat mewakili

keseluruhan subjek penelitian untuk mempermudah penelitian ini. Dari 1.000

populasi, penulis mengambil 250 sampel. Metode pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah purposif sampling, merupakan peneliti menentukan

sampel yang diambil dengan pertimbangan tertentu. Metode dengan mencari

orang yang paling tahu dengan permasalahan yang diteliti.

Tabel 3.1
Populasi dan Sampel

No Nama Populasi Populasi Sampel Ket

1 Pegawai Syahbandar Kuala Enok 4 2 50%

Bidang Kelaiklautan kapal dan

Keselamatan kapal

2 Koordinator Dinas Perhubungan 3 1 25%

Kuala Enok Tanah Merah

Kabupaten Indragiri Hilir

3 Agen/Pemilik Kapal 8 4 50%

4 Penumpang Speed Boat 1.000 250 25%


56

D. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yaitu :

1. Data primer

Data Primer adalah data yang di ambil dari narasumber dalam

bentuk kelompok maupun perorangan, yang dapat dilakukan dengan

metode pengamatan (observasi) dan wawancara langsung dengan orang

yang bersangkutan mengenai tentang pelayanan transportasi angkutan

sungai dan laut terhadap penumpang speed boat ke dinas perhubungan,

syahbandar, dan agen/pemilik kapal penumpang transportasi

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari hasil kajian

keputusan atau kajian terhadap berbagai literatur atau bahan pustaka yang

berkaitan dengan masalah dan materi penelitian atau yang pada umumnya

dikatakan dengan bahan hukum.51

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam skripsi ini yakni :

1. Melakukan Pengamatan (Observasi)

Adalah pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian, sehingga data-data tersebut dapat diamati oleh peneliti, atau

dengan kata lain data-data tersebut di himpun melalui pengamatan

langsung (lapangan) bagaimana pelayanan dan hambatan pelayanan dalam

51
Mukti Fajar ND dan Yuliantoo Acmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif Dan
Empiris (Yogyakarta, pustaka fajar, 2010) h. 156.
57

transportasi angkutan sungai dan laut terrhadap penumpang speed boat

menurut undang-undang nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran.

2. Wawancara

Adalah metode melakukan interaksi antara penanya dan penjawab

dengan kata lain pewawancara dan penjawab dalam suatu pertanyaan yang

diberikan dengan empat mata saling berhadapan, dengan pewawancara

melontarkan suatu pertanyaan yang diancang guna untuk memperoleh

jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian.52

3. Kajian Pustaka

Merupakan metode dengan memahami isi jurnal, buku, undang-

undang, peraturan dan lainnya yang berhubungan dengan permasalahan

yang diteliti.

4. Dokumentasi

Merupakan suatu hasil gambar yang diambil dari bahan yang

berbentuk dokumen dan mengumpulkan data fakta tersebut dalam bentuk

gambar dalam penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data skripsi ini menggunakan analisa data kualitatif.

Adalah suatu penelitian menggambarkan hasil dengan deskriptif. Cara

menghasilkan penelitian deskripsif ialah dengan segala hal, segala

ketentuan yang di nyatakan terhadap responden baik dalam bentuk lisan

52
Amirudin dan Zainal Asakin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 82.
58

dan juga tulisan serta melakukan pengamatan perilaku subjek yang

diteliti.53 Selanjutnya kesimpulan penulis membuatnya dengan cara

induktif yakni dengan cara melakukan pembahasan yang didapat dengan

khusus lalu ke hal yang bersifat umum.54

53
Soejono Sokanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2021), Cet. Ke-12, h. 32.
54
Alim Arsyd, Metode Ilmia Persiapan Bagi Peneliti, (Pekanbaru, UNRI Press, 2005), h.
20.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai pelayanan transportasi angkutan

sungai dan laut terhadap penumpang speed boat di Kuala Enok Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, maka penulis

dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap penumpang

speed boat berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang

Pelayaran dilakukan oleh Kesyahbandaran, Dinas Perhubungan dan Agen

atau Pemilik Kapal cukup baik dilakukan dalam Keselamatan dan

Keamanan penumpang Speed Boat. Kesyahbandaran memberikan

pelayanan sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 76 Tahun 2018

Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan dan Dinas Perhubungan berdasarkan Peraturan Daerah.

Kesyahbandaran dan Dinas Perhubungan khusus di Kuala Enok

Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir memegang speed boat

yang berbeda sesuai dengan berat bersih kapal yang disebut dengan Gross

Tonnage (GT).

2. Terdapat lima hambatan dalam memberikan pelayanan transportasi

angkutan sungai dan laut terhadap penumpang speed boat di Kuala Enok,

yaitu : pertama, kurangnya sosialisasi dan edukasi. Kedua, kurangnya

kesadaran hukum masyarakat. Ketiga, kurangnya pemahaman masyarakat

93
94

mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP) sertifikasi kapal. Keempat,

kurangnya sanksi dan pengawasan. Kelima, waktu dan biaya. Dari kelima

hambatan tersebut, menjadi terhalangnya suatu tujuan pelayanan yang

baik.

B. Saran

1. Pemerintah seharusnya ikut melakukan pemantauan/pengawasan terhadap

pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap penumpang

speed boat dan pelayanan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan

keamanan penumpang agar ada peran dari pemerintah sebagai kontrol

sosial masyarakat terhadap pelayanan penyedia jasa transportasi sesuai

dengan aturan Undang-Undang

2. Pihak penyedia jasa transportasi angkutan sungai dan laut seharusnya

memberikan jaminan pelayaran dalam keamanan, kenyamanan dan

keselamatan penumpang dan tanggung jawab terhadap hilang/rusaknya

barang penumpang. Agar terlaksananya kepuasan konsumen dan

pelayanan yang baik, nyaman terhadap konsumen atau penumpang speed

boat

3. Masyarakat seharusnya memperhatikan dalam pelayanan transportasi

angkutan sungai dan laut yang diberikan, dengan memperhatikan

keamanan dan keselamatannnya dalam melakukan pelayaran sesuai

dengan undang-undang pelayaran


DAFTAR PUSTAKA

1. Buku-Buku
Abdul Kadir Muhammad, Abdul. Hukum Pengangkutan Darat, Laut dan Udara.
Bandung: PT Citra Aditya, 1991.

Abubakar, Iskandar. et. al. Transportasi Penyebrangan Suatu Pengantar. Cet.I.


Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Adji Adisasmita, Sakti. Transportasi Dan Pengembangan Wilayah. Yogyakarta:


Graha Ilmu, 2011.

Ahmadi Miru & Sutarman Yodo. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta:


Rajawali Pers, 2017.

Amiruddin dan Zainal Asakin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004.

Az Nasution. Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar. Jakarta: Diadit


Media, 2014.

Fandy Tjiptono. Manajemen Jasa, Pemasaran jasa dan Penerapan. Yogyakarta:


Andi Offset, 2004.

Husyen Umar, M. Menuju Hukum Angkutan Laut Nasional. Jakarta: BPHN, 1999.
Ismayanti. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Grasindo, 2005.

Janus Sidabolak. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: PT


Citra Aditya Bakti, 2014.

Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010.

Khoirul Huda, M. Kapal Laut Dalam Industri Pelayaran di Indonesia. Surabaya,


2013.

Miru, Ahmadi. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004.


Moenir, Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

Mukti Fajar ND dan Yulianto Ahmad. Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Prodjodikoro, R Wiryono. Hukum Laut Bagi Indonesia. Bandung: Sumur, 1981.

Rediks Purba, Rediks. Angkutan Muatan Laut. Jakarta: Bharata Karya Aksara,
1990.
Salim HS. Penerapan Teori Hukum Pada Penellitian Tesis dan Disertasi. Jakarta:
Rajawali Pers, 2014.

Salim, Abbas. Manajemen Transportasi. Jakarta: Grafinda Persada, 2016.

Saudi, Amran. Sistem Pengawasan Badan Peradilan Di Indonesia. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada, 2014.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo,


2000.

Sinambla, Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta : Bumi Aksara, 2007.

Soedjono, Wibowo. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut. Jakarta: Rina


Aksara, 1993.

Soekanto, Soejono. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2021.

Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada, 2003.

Triatmodjo, Bambang. Perencanaan Pelabuhan. Yogyakarta: Beta Offset, 2010.

Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Jakarta: Prenada Media


Group, 2013.

2. Jurnal dan Karya Ilmiah Lainnya


Eko Sasmito Hadi, “Analisa Perfoma Hullform Pada Pra Perancangan SPEED
BOAT KATAMARAN Untuk Search And Rescue ( SAR ) Di Pantai
Gunung Kidul Yogyakarta Berbasis CFD, KAPAL”, Volume 9., No. 1.,
Februari 2012.

Khairul Ihwan, “Evaluasi Resiko Ergonomi pada Transportasi Air (Speeboat


Kayu)”, Vol 1 No. 1 Desember 2017.

M. Syamsudin, “Perlindungan Hukum Konsumen Penumpang Kapa Laut: Studi di


PelabuhanTanjung Perak” Surabaya, Semarang: Jurnal Hukum FH Univ.
Islam Sultan Agung, 2008.

Muhammad Sohibul Anwar dan Dedi Nuryaman, “Peranan Perusahaan Keagenan


Terhadap Pengoperasian Kapal Niaga”, dalam Dinamika Bahari, Volume
2., No. 1., 2021.
3. Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (3)

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 76 Tahun 2018 Tentang Organisasi


dan Tata Kerja Kantor Kesyahbandaran Otoritas Pelabuhan

Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2015


Tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan

Peraturan Daerah Kabupaten Indragiri Hilir Nomor 2 Tahun 2019 Tentang


Retribusi Pelayanan Kepelabuhan

4. Internet
Https://www.academia.edu/30603533/Pengantar_Transportasi_3_Jenis_Pergeraka
n_dan_Moda_Transportasi Diakses pada 11 Desember 2021.

Https://www.Profil Kelurahan Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah Kabupaten


Indragiri Hilir Propinsi Riau, 26 Agustus 2016.
PEDOMAN WAWANCARA

PELAYANAN TRANSPORTASI ANGKUTAN SUNGAI DAN LAUT


TERHADAP PENUMPANG SPEED BOAT DI KUALA ENOK
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008
TENTANG PELAYARAN
Informan
Koordinator Pegawai Agen Tiket Pemilik Penumpang
Dinas Kesyahbandaran Kapal Speed Boat
Perhubungan Bidang
Kelaiklautan dan
Keselamatan Kapal

1. Bagaimana pelayanan transportasi angkutan sungai dan laut terhadap

penumpang speed boat?

2. Apa saja hambatan dalam memberikan pelayanan transportasi angkutan

sungai dan laut terhadap penumpang speed boat?

3. Mengapa pelayanan transportasi sangat penting untuk dilakukan?

4. Apakah fasilitas yang ada di pelabuhan kuala enok sudah cukup untuk

memberikan pelayanan kepada penumpang?

5. Dari pihak yang memberikan pelayanan, apakah ada jaminan keselamatan

keamanan dan kenyamanan penumpang?


LAMPIRAN

Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP)


Kantor Dinas Perhubungan
Agen Tiket
Dokumentasi Wawancara
Pelabuhan dan Speed Boat
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

AMALIA INDAH SARI, biasa dipanggil amel, melia


dan caramel. Lahir di Pebenaan pada tanggal 13 Januari
2000 anak tunggal. Anak pasangan dari H. M. Sulaiman
dan Hj. Rosyidah. Penulis mulai pendidikan TK YPI di
Tanah Merah pada tahun 2005 dan MI YPI 02 pada
tahun 2006 sampai 2012. Selanjutnya menempuh
pendidikan Mts. Negeri Selatpanjang pada tahun 2012
sampai 2015 dan pada tahun 2015 sampai 2018 penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Tanah Merah. Pada 2018 penulis
melakukan pendidikan lanjut ke jenjang perguruan tinggi dengan mengambil
prodi Ilmu Hukum Strata Satu (S1) Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Saat menjadi mahasiswa hukum. Pada semester VI penulis melakukan
magang sebagai syarat yang dilakukan di Pengadilan Agama Tanjung Balai
Karimun selama 45 hari dan di semester VII, penulis melaksanakan KKN (Kuliah
Kerja Nyata) di suatu desa yang terletak di tepi laut daerah pesisir tepatnya di
Kuala Enok Kecamatan Tanah Merah Kabupaten Indragiri Hilir, selama 45 hari
juga. Selanjutnya, tahun 2021 penulis mulai melakukan penelitian sosiologis
empiris yang judul skripsinya : “Pelayanan Transportasi Angkutan Sungai dan
Laut Terhadap Penumpang Speed Boat Di Kuala Enok Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran” yang dibimbing
oleh Bapak Moh. Kastulani, SH., MH.

Anda mungkin juga menyukai