Anda di halaman 1dari 70

PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA

PALEMBANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk menempuh Ujian Sarjana
Hukum

Oleh

MARDHOTILLAH
NIM : 502011411

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


FAKULTAS HUKUM
2015
UNIVERSIT AS MUHAMMAD IYAH PALEMBANG

FAKULTAS HUKUM

PERSETU,JUAN DAN PENGESAHAN

Judul Skripsi: PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH


KOTA PALEMBANG

Nama :MARDHOTILLAH
Nim : 502011411

Program Studi : Ilmu Hukum

Program
Kekhususan

Pembimbing :

H. Maramis, SH., M.Hum

Palembang, Agustus 2015

Penguji

Ketua : Muhammad Yahya Selma, SH., MH )

Anggota : 1. Khalisah Hayatuddin, SH.,

2. H. Saifullah Basri, SH., MH

ii
JUDUL PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA
PALEMBANG

Penulis, Pembimbiog,

MARDHOTILLAH H. MA.RA MIS, SH., M. Hum

ABSTRAK

Dalam penulisan ini, yang menjadi permasalahan adalah:

I Bagaimanakah Proses Pembentukan Peraturan Oaerah Kota Palembang?


2 Apakah Wewenang dan Fungsi DPRD Kota Palembang dalam
Pembentukan Peraturan Daerah ?

Berdasarkan ruang lingkup dan tujuan, maka dilakukan penelitian


berdasarkan pada pembahasan yang berkenaan dengan Proses Pembentukan
Peraturan Oaerah Kola Palembang. Penelitian dalam skripsi ini mengunakan
penelitian normatif yang bersifat Deskriptif atau studi pustaka yang menggunakan
data sekunder sebagai bahan atau surnber informasi yang meliputi :Bahan huku.m
primer, Bahan hukurn sekunder, Bahan huk:urn tersier.Bahan hukurn yang telah
diperoleh diolah secara "content analisis" yang kernudian diolah berdasarkan
asaa-asas atau konsep-konsep hukum dan perundang-undangan yang terkait.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

A. Proses Pembentukan Peraturan Daerah di Kota Palembang.


Dalam Proses Pembentukan Peraturan Daerah di Kota Palembang memiliki 2
(dua) tahapan besar yaitu:

l .Tahap pertama yang meliputi


a. Tahap Perencanaan
b. Tahap perancangan
c. Tahap Pembahasan yang meliputi Rapat paripurna I, II, III dan IV.
Tahap kedua yang meliputi :
d. Tahap Pengundangan
e. Tahap Sosialisasi
f. Tahap Evaluasi

iv
B. Wewenang dan Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota
Palembang dalam Pembentukan Peraturan Daerah.

Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang meliputi :


a. membentuk peraturan daerah kabupaten bersama Kepala Daerah;
b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah
mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten yang
diajukan oleh Kepala Daerah;
c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten;

Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang meliputi :

(a) Fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah


bersama-sama Kepala Daerah;
(b) Fungsi anggaran diwujudkan dalam membahas, memberikan persetujuan
dan menetapkan APBD bersama Pemerintah Daerah;
(c) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap
pelaksanaan Undang-undang, Peraturan Perundangan yang ditetapkan
oleh Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah,
Keputusan Kepala Daerah dan kebijakan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah.

Pada lembaga pemerintahan yang terkait dalam pembuatan peraturan


daerah harus bersifat tegas kepada masyarakat ,agar masyarakat dapat
melaksanakan Peraturan Daerah itu sendiri dan masyarakat menyadari tentang
pentingnya Peraturan Daerah.

V
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH

SWT, serta Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

atas berkah, rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penulis skirpsi ini yang merupakan syarat wajib bagi mahasiswa untuk

meraih gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muharnmadiyah

Palembang. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, penulis membuat penelitian

dan penulis skripsi dengan judul:

·PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

KOTA PALEMBANG"

Dalam penelitian ini dan penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha maksimal

untuk menghasilkan skripsi yang bernilai ilmiah mengenai Proses

Pembentukan Pcraturan Dacrah Kata Palembang.

Penulis menyadari dalarn penelitian penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan-kekurangan, tetapi penelitian dan penulisan skirpsi ini akan

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat berguna bagi

kita semua.

Pada kesempatan ini, perkenankan lah niat dari penulis untuk

menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak-pihak yang telah

vi
mcmbantu pcnulisan da1am penelitian skripsi ini. Ucapan terima ka.sih

penulis ditujukan kepada:

I) Bapak DR. 11. Idris, S. E.,Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Palembang.

2) lbu DR. Hj. Sri Suatmiati, SH., M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang.

3) Bapak dan lbu Wakil Dekan I. Wakil Dekan II, Wakil Dekan lll dan IV

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

4) Bapak yudistira Rusdi, SH., M. Hum selaku Ketua Bagian Hukum Tata
Negara

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.

5) Bapak Hendri S, SH., M. Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik.

6) Bapak H. Maramis, SH., M. Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktu dan yang selalu sabar dalam memberikan

bimbingan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7) Seluruh Pimpinan, Dosen dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas

Muhammadiyah Palembang atas bantuan dan perhatiannya kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8) kepada Orang Tua saya Bapak Zulkifli M DAN Ibu Huzaimah serta

kakak, ayuk, adik yang telah memberikan motovasi dan semangat untuk

menyclesaikan skripsi ini.

9) Seluruh sahabat dan teman Mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Palembang terima kasih atas kebersamaan

dan kekompakan selama ini.

vii
10) Seluruh teman-teman seperjuangan Organisas i di lkatan Mahasiwa

Muham madiyah (IMM) baik tingkat PK, PC, maupun DPD.

I I) Seluruh teman-teman KKN T-Posdaya angkatan ke YI Tahun 2014 Posko

124 Desa Regan Agung Banyuasin Ill.

L2) Almamater-ku yang selalu kubanggakan.

Semoga bantuan dan jerih payah yang telah diberikan akan

mendapatkan balasan yang setimpal oleh ALLAH SWT. 'Aamiin'.

Kami sadar skripsi ini jauh dari kata sempurna sehingga kritik dan saran

yang bersifat sangat diharapkan guna kesempumaan skripsi ini. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 'Aamiin'.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Palembang, Agustus 2015

Hormat Penulis

MARDHOTILLAH

viii
DAFTAR ISI

HAL

HALAMAN JUDUL .

HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................a.a..... 1

/\BSTRAK JV

KA[A PENGAN[AR............................................................................... vV

D/\FT/\R ISi ix

BAB I PENDAHULUAN

/\. Latar Belakang ..

13. Pcn11asalahan........................................................................................ 5

C. Ruang Lingkup Dan Tujuan 5

D. Metodc Penelitian................................................................................. 6

E. Sistematika Penulisan............8........................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peraturan Perundang -Undangan....................................


9

B. Asas asas Peraturan Perundang - Undangan.................................... 17

C. Pengertian Peraturan Daerah...............................a.................. 19

D. Asas asas Peraturan Daerah............................................................... 24

ix
BAB IHI PEM BAHASAN

A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah di Kota Palembang........ 29

B. Wewenang dan Fungsi DPRD Kota Palembang dalam Pembentukan

Pcraturan Daerah 38

BAB IV PENUTUP

/\. Kt.:sin1pulan........................................................................................... 45

B. Saran..................................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA.......88.88..8....8..8.................................... 49

HALAMAN LAMPI RAN.......................................................... . 51

ix
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Undang-undang tentang pembentukan peraturan perundang-undangan

merupakan pelaksanaan dari perintah Pasal 22A Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa "Ketentuan

lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan undang-undang diatur lebih

lanjut dengan undang-undang." Namun, ruang lingkup materi muatan

undang-undang ini di perluas tidak saja undang-undang tetapi mencakup pula

peraturan perundang-undangan lainnya.

Selain Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat. Undang-undang

tentang pcmbentukan peraturan perundang-undangan di dasarkan pada

pemikiran bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara

hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan

dan kenegaraan termasuk pemerintah harus berdasarkan atas hukum yang

sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistes hukum nasional merupakan

hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling

menunjang satu dengan yang lainnya dalam rangka mengantisipasi dan

mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang -Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Secara umum dapat dikemukakan adanya empat kemungkinan faktor


yang menyebabkan norma hukum dalam undang -undang atau peraturan

1
2

perundang-undangan dikatakan berlaku. Peraturan perundang-undangan


dalam konteks negara Rcpublik Indonesia adalah peraturan tertulis yang
dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat
secara umum.'

Berdasarkan hierarki peraturan perundang-undangan yang lebih

rendah tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

lebih tinggi. Berikut adalah hierarki peraturan perundang-undangan

di

Indonesia menurut UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan


Peraturan

Perundang-undangan:

I. UUD 1945
2 Ketetapan MPR
3. Undang-Undang (UU)/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang•
Undang(Perpu).
4. Peraturan Pemerintah (PP)
5. Peraturan Presiden (Perpres)
6. Peraturan Daerah (Perda)
a. Peraturan Daerah Provinsi
b. Peraturan Daerah Kecamatan / Kota."

Adapun pembagian daerah yang ada di Indonesia di bagi menjadi 2

bagian yaitu :

Pembagian daerah di Indonesia atas daerah yang besar dan kecil,


dengan bentuk susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang,
dengan memandang dan mcngingat dasar permusyawaratan dalarn sistem
pemerintahan negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang
bersifat istimewa".'

Peraturan Daerah (perda) adalah instrument aturan yang secara sah

diberikan kepada pemerintahan daerah dalarn menyelenggarakan

pemerintahan di daerah. Sejak tahun I 945 hingga sekarang ini, telah

berlaku

' Pataniari, Siahaan, Politik Hukum Pembentukan Undang-undang (Pasca Amandemen


1945), Konpress, Jakarta, 2012, hIm. 183.
Ni'matul Huda, Hukum Tata Negara (edisi revisi), Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2011. lllm. 61.
' Ibid. HIm.284
3

beberapa undang-undang yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan

pemerintahan aerah dengan menetapkan peraturan daerah sebagai salah satu

instrumen yuridisnya.

Kedudukan dan fungsi peraturan daerah berbeda antara yang satu

dcngan lainnya sejalan dengan sistem ketatanegaraan yang termuat dalam

lllJ[) / konstitusi dan UU pemerintahan daerahnya. Perbedaan tersebut juga

terjadi pada penataan materi muatan yang disebabkan karena luas sempitnya

urusan yang ada pada pemcrintah daerah. Demikian juga terhadap

mekanisme pembentukan dan pengawasan terhadap pembentukan dan

pelaksanaan peraturan daerah pun mengalami perubahan seiring dengan

perubahan pola huhungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

daerah. Setiap rancangan peraturan daerah terlebih dahulu harus mempelajari

dan menguasai aturan hukum.

Peraturan daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan

huk um di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah

yang bersangkutan dengan ketentuan yang tercantum di bawah


ini:

I. Pcraturan daerah provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


Provinsi bersama dengan Gubemur
2. Peraturan Daerah Kabupaten atau Kota dibuat oleh Dewan
Perwakilan
4
Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota bersama Bupati atau Walikota.

Sesuai ketentuan Pasal 12 Undang- Undang Nomor IO Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan

pcraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka

Op.Cit., Hkum Tata Negara (tedisi revisi), Him.49.


4

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung

kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan perundang•

undangan yang lebih tinggi. Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau Bupati/Walikota.

Apabila dalam satu kali masa sidang Gubernur atau Bupati/Walikota

dan DPRD menyampaikan rancangan peraturan daerah dengan materi yang

sama, maka yang dibahas adalah rancangan peraturan daerah yang

disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan peraturan daerah yang

disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dipergunakan sebagai

bahan perbandingan. Program penyusunan peraturan daerah dilakukan dalam

satu Program Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang

tindih dalam penyiapan materi peraturan daerah.

Ada bcrbagai jenis peraturan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Kata dan Propinsi antara


lain:

a. Pajak Daerah;

b. Retribusi Daerah;

c. Tata Ruang Wilayah Daerah;

d. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah;

e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah;

f. Perangkat Daerah:

g.Pemerintahan Desa;

h. Pengaturan umum lainnya


5

Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji

Pembentukan Peraturan Daerah yang ada di Kota Palembang maka dari itu

penulis memilih judul skripsi sebagai berikut :

PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA


PALEMBANG.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas,maka penulis

merumuskan, yang menjadi permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah

sebagai berikut:

I. 11agairnanakah Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah di Kota

Palembang?

2. Apakah Wewenang Dan Fungsi DPRD Kota Palembang Dalam

Pembentukan Peraturan Daerah?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

I. Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dititik beratkan pada proses

pembentukan peraturan daerah berdasarkan perundang-undangan yang ada di

Indonesia, tanpa menutup kemungkinan menyinggung hal-hal lain yang

saling berkaitan.

2. Tujuan penelitian

13erdasarkan permasalahan yang diatas, maka tujuan dari penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:


6

a. Untuk mengetahui mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Kota

Palembang

b. Untuk mengetahui wewenang dan fungsi DPRD Kota Palembang

dalam pembentukan Peraturan

0. Mctodc Pcnclitian

I. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan tipe

penelitian yang bersifat "deskriptif yang dimaksud untuk

mengetahui tentang suatu kondisi atau keadaan tertentu pada tempat tertentu

khususnya yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan proses

pembentukan peraturan daerah kota palembang.

2. Teknik Pengumpulan Data

A. Dilakukan dengan cam mempelajari bahan-bahan pustaka

berupa: Bahan hukum primer

Merupakan bahan hukum primer yang terdiri dari Undang•

Undang Dasar 1945, ketetapan MPR, catatan resmi, putusan

hakim.

Bahan hukum sek under

Merupakan bahan hukum sekunder yang terdiri dari karya•

karya ilmiah, rancangan undang-undang dan juga hasil dari

penelitian.

- Bahan hukum tersier


7

Merupakan bahan hukum tersier yang terdiri dari

Ensiklopedia, bibliografi, kamus-kamus, dll.

B. Wawancara dengan instansi-instansi


terkait

Dalam hal ini Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota

Palembang sebagai pelengkap dalam penelitian hukum normatif ini.

3. Teknik Pengolahan Data

Setelah penulisan dan memilah-milah data sampai penomoran atau

coding, bahan hukum yang telah diperoleh diolah kembali sehingga

mendapatkan data yang siap untuk di analisis.

4. Analisis Data

Bahan hukum yang telah diperoleh analisis dengan menggunakan

metode content analisis" yang kemudian diolah berdasarkan asas-asas

atau konsep-konsep hukum dan perundang-undangan terkait.

Dari analisis tersebut ditarik kesimpulan secara deduktif-induktif yaitu

dengan beranjak dari prinsip umum kemudian ditarik menjadi khusus,

yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dibahas dan diuraikan

secara sistematis.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan in dibuat secara sistematika dengan dasar untuk

mcmpcrmudah pembahasan dan untuk lebih mudah dipahami. Sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:


8

BAB I Pendahuluan

Bab ini penulis mengemukakan latar belakang pemilhan judul, perumusan

rnasalah. ruang lingkup dan tujuan, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab ini pcnulis memberikan definisi-definisi mengenai pengertian peraturan

perundang-undangan, asas-asas peraturan perundang-undangan, pengertian

peraturan daerah, asas-asas peraturan daerah.

BAB IHI Pembahasan

Bab ini merupakan pembahasan tentang mekanisme pembentukan peraturan

daerah Kota Palembang, wewenang dan fungsi DPRD Kota Palembang dalam

pembentukan peraturan daerah.

BAB IV Penutup

Bab ini penulis menarik kesimpulan dari uraian-uraian yang dijabarkan pada

skripsi ini, serta memberikan saran yang bersifat membangun bagi semua

kalangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Peraturan Peruodaog-uodangao

Pengertian Peraturan Perundang-undangan Dalam peraturan

perundang-undangan, terdapat landasan hukum dalam terbentuknya peraturan

perundang-undangan. Namun apakah anda sudah mengetahui, apa itu

peraturan perundang-undangan ?. Pengertian peraturan perundang-undangan

adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara

umum dan di bentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang

berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan

perundang•

undangan.

Bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan

pcrundang-undangan yang baik. maka perlu dibuat peraturan yang memuat

mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan dengan cara metode

yang pasti, baku dan standar yang mengikat segala aspek dalam

lembaga yang berwcnang untuk membetuk peraturan perundang-undangan.

Pasal 22A UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut

mengenai tata cara pembentukan undang-undang yang diatur dengna

undang-undang. Selanjutnya, dijabarkan dalam UU RI No. 12 Tahun 2011

mengenai Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.

http:'www.artikelsiana.com/20I504/pengertian-peraturan-perundang•
undanganhtml,di akses pada tanggal 06 Agustus 2015.

9
10

Di dalam pasal I UlJ RI No. 12. Tahun 2011, Berikut penjelasan

mengenai perundang-undangan adalah pembuatan peraturan perundang•

undangan pembentukan peraturan perundang-undangan. Pembentukan

peraturan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,

pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat

norma hukum yang mengikat secara umum dan di bentuk atau ditetapkan

oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan."

Program legislasi nasional yang selanjutnya disebut prolegna adalah

instrumen perencanaan program pembentukan peraturan daerah provinsi

atau peraturan daerah kabupaten/kota yang disusun secara terencana,

terpadu, dan sistematis

Program legislasi daerah yang disebut dengan progleda adalah

instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun

secara terencana terpadu dan sistematis. Pengundangan adalah penempatan

peraturan perundang-undangan dalarn lembaga negara Republik Indonesia,

berita negara Republik Indonesia, tarnbahan berita negara Republik

Indonesia, lcmbaga daerah, tambahan lembaran daerah atau berita daerah.

http://wwwartikelsiana.com/2015/04/pengertian-peraturan-perundang-undangan
htmnli,di akses pada tanggal 09 Agustus 2015.
11

Materi muatan peraturan perundang-undangan adalah materi yang

dimuat dalam peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan jenis,

fungsi dan hierarki peraturan perundang-undangan.

Peraturan perundang-undangan ini dikeluarkan oleh lembaga yang

berwcnang atau legislatif. Dengan demikian, terdapat struktur atau tata

perundang-undangan dalam sebuah negara. Pada peraturan perundang•

undanga yang dikeluarkan oleh lembaga yang lebih rendah harus

mengacu atau tidak boleh bertentangan dengan perundang-undangan yang

dikeluarkan oleh lembaga yang lebih tinggi. Contohnya, perda provinsi

yang mengatur tentang pendapatan daerah tidak boleh bertentangan dengan

UU yang ditetapkan lembaga perwakilan rakyat di pusat.

Sifat dan Ciri-Ciri Peraturan Perundang-undangan - Semua peraturan

pcrundang-undangan memiliki sifat dan ciri-ciri sebagai berikut...

I. Peratran perundang-undangan dalam wujud peraturan tertulis

Pcraturan perundang-undangan dibentuk, ditetapkan, dan di keluarkan

olch lcmbaga negara atau pejabat yang berwenang baik di tingkat pusat

maupun didaerah

2. Pcraturan perundang-undangan berisi aturan pola tingkah laku atau

norma hukum.

3. Peraturan perundang-undangan mengikat secara umum dan menyeluruh


12

Landasan Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan - Dalam

pernbcntukan peraturan perundang-undangan di bentuk dalam 3 landasan

7
hukum.

Peraturan adalah penunjuk tentang tingkah laku yang harus dilakukan

atau tidak boleh dilakukan. Perundang-undangan berasal dari kata undang•

undang. yang herarti ketentuan peraturan yang disusun oleh pernerintah dan

disahkan oleh DPR dan unsur-unsur terkait. Undang-undang dibuat dan

disepakati, gunanya sama dengan peraturan yaitu untuk mengatur kehidupan

kita semua.

Jadi, Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang

dibentuk oleh lernbaga negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai

kekuatan yang mengikat. Tujuan undang-undang dan peraturan negara adalah

untuk mengatur dan menertibkan setiap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan undang-undang atau peraturan, kehidupan berbangsa dan bernegara

menjadi lebih tertib.

Peraturan perundang-undangan dan peraturan merniliki kekuatan

mengikat atau undang-undang dan peraturan itu harus dilaksanakan.

Seseorang yang melanggar peraturan dan undang-undang, akan dikenai sanksi

atau hukuman. Hukurnan itu dapat berupa denda atau pun kurungan penjara.

Kita sebagai warga negara harus taat kepada peraturan yang sudah dibuat

ataupun diberlakukan oleh negara. Jadi undang-undang harus kita tegakkan

dan peraturan harus kita taati.

'http://wwwartikelsiana.com/2015/04/pengertian-peraturan-perundang-
undangan.
html#, di akses pada tanggal 09 Agustus 2015.
13

Adapun pengertian lainnya tentang peraturan perundang-undangan


adalah keseluruhan susunan hierarki peraturan perundang-undangan yang
berbentuk undang-undang ke bawah, yaitu semua produk hukum yang
melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat bersama-sama dengan
pemerintah ataupun mclibatkan para pemerintah karena kedudukan politik.nya
dalam rangka melaksanakan produk legislatif yang ditetapkan oleh lembaga
perwakilan rakyat bersama-sama dengan pemerintah menurut tingkatannya
masing-masing, dalam konteks negara Indonesia, adalah peraturan tertulis
yang dibcntuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
dan mengikat secara umum."

Hierarki maksudnya peraturan perundang-undangan yang lebih rendah

tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih

tinggi.

Sccara garis besar, landasan dalam peraturan perundang-undangan di

bedakan menjadi:

I. Landasan Filosofis

Merupakan pandangan atau ide yang menjadi dasar cita-cita sewaktu

mcnuangkan hasrat dan kebijakan dalam suatu rencana draf peraturan

Negara. Jadi kaidah hukum yang di bentuk harus mencermikan falsafah hidup

bangsa itu, sckurang-kurangnya tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral

bangsa.

2.Landasan yuridis

Adalah ketentuan hukum yang menjadi dasar hukum bagi pemouatan

suatu peraturan. Jadi peraturan perundangan-undangan harus mempunyai

landasan hukum yang terdapat dalam ketentuan lain yang lebih tinggi

derajatnya.

3. Landasan sosiologis

Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi, Sinar Grafika,
Jakarta, 2012, hIm. 264.
14

Yaitu suatu landasan peraturan perundang-undangan yang dibuat

harus dipahami masyarakat dan sesuai dengan kenyataan hidup, jadi

ketentuan-ketentuannya harus sesuai dengan keyakinan umum, kesadaran

hukum masyarakat, tata nilai dan hukum yang hidup dalam masyarakat,

masyarakat sebagai norma hukum yang tertuang dalam Undang-undang itu

kelak dapat dilaksanakan dengan baik di masyarakat.

4.Landasan politis

Adalah garis kcbijakan politik yang menjadi dasar selanjutnya bagi

kcbija.kan-kebijakan dan pengarahan ketatalaksanaan pemerintah Negara. Jadi

merupakan kebijakan nasional sebagai arah kebijakan pemerintah yang akan

ditempuh selama pemerintahannya kedepan.

Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan dapat di bagi

menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:

a. Mcrupakan sumber peraturan perundang-undangan.


b. Peraturan perundang-undangan yang mernpunyai sifat pengaturan
(regeling).
e. Peraturan perundang-undangan yang mernpunyai sifat penetapan
(beschikking).'

Peraturan perundang-undangan, dalam konteks Negara

Indonesia, mcmiliki beberapa unsur, yaitu:

I. Peraturan tertulis, yakni menyangkut sernua produk hukum yang


disebut sebagai peraturan perundang-undangan harus dalam
bentuk tertulis.
2. Dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang, subjek
yang membentuk suatu produk hukum yang disebut peraturan
perundang-undangan itu harus lembaga negara atau pejabat
berwenang.
Kewenangan ini menjadi dasar penting dalam rangka menciptakan

Pipin Syarifin, Dkk, /Imu Perundang-undangan, Pustaka Setia, Bandung, 2012, hlm.
56.
15

produk hukum yang dinamakan peraturan perundang-undangan,


karena produk hukum yang dibuat bertujuan mewujudkan dan
mengatur berbagai kepentingan dalam masyarakat dan hubungan
kenegaraan.
3. Mengikat secara um um, bahwa produk hukum itu harus ditujukan
kepada umum bukan ditujukan kepada individu atau perseorangan,
menurut hukum sering digunakan dengan istilah " bersifat mengatur
""

Pada bagian konsiderans(menimbang) UU No. IO Tahun 2004


dijelaskan pembentukan peraturan perundang-undangan yang
merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional
yang dapat terwujud apabila didukung oleh cara dan metode yang pasti,
baku,
standar.Dengan kata lain untuk memenuhui harapan masyarakatjika
dilandasi oleh suatu kajian yang memadai dan komprehensif, melalui
prosedur yang
tata dalam tahap-tahap terkoordinasi, serta berdasarkan proses dan teknik
penyusunan yang telah ditetapkan sebagai pedoman bagi yang
berwenang dalam proses pembentukan peraturan perundang-undangan.''

Sistem pemerintahan di Indonesia banyak mengalami perubahan

dalarn peraturan perundang-undangan dengan melihat dasar hukumnya, yaitu:

a) Undang-Undang No. I Tahun 1950

b) Ketetapan MPRS No. XX

c) TAP MPR No.Ill

d) Undang-Undang No. IO Tahun 2004

e) Undang-Undang No.12 Tahun 201 I

Peraturan perundang-undangan yang sekarang dipakai ialah Undang•

undang N0.12 Tahun 2011,yang terdiri dari:

I) UUD 1945

2) Ketetapan MPR

3) UU/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

4) Peraturan Pemerintah

"Ibid. HIm. 24
'' Aziz Syamsuddin, Proses Dan Teknik Penyusunan Undang-Undang, Sinar
Grafika,
Jakarta Timur, 2011, hIm. 8.
16

5) Peraturan presiden

6) Peraturan daerah kabupaten/kota

Undang-undang No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan menjadi dasar bagi pembuat Peraturan

Perundang• undangan dalam menyusun suatu Peraturan perundang-

undangan di lndonesia.Pada BAB 1 diatur mengenai kerangka Peraturan

Perundang• undangan yang terdiri dari:

I. Judul

Judul Peraturan Perundang-undangan memuat keterangan mengenai

jenis, nomor, tahun pengundangan atau penetapan,dan nama

Peraturan Perundang-undangan kemudian judul ditulis seluruhnya

dengan huruf kapital yang diletakkan ditcngah margin tanpa diakhiri

tanda baca.

Pembukaan

a. Frase dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa

b. Jabatan pembentuk Peraturan Perundang-

undang c. Konsiderans

d. Dasar

Hukum e.

Diktum

3. Batang tubuh

a. Kctentuan umum

b. Materi pokok yang

diatur c. Ketentuan pidana

d. Ketentuan peralihan (jika diperlukan)


17

e. Ketentuan penutup

4. Penutup

a. Penjelasan (jika diperlukan)

b. Lampiran (jika diperlukan)'

B. Asas-asas Peraturan Perundang-undangan

Agar pembentukan peraturan perundang-undangan tidak menyimpang

dari UUD 1945 harus memperhatikan asas-asas pembentukan peraturan

perundang-undangan, sebagai berikut:

a. Kejelasan tujuan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan perundang•

undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang hendak dicapai.

b. Kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat, yaitu setiap jenis

peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat

pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang dan dapat

dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh lembaga/pejabat yang

tidak berwenang.

c. Kesesuaian antara jenis dan materi muatan, yaitu dalam pembentukan

peraturan perundang-undangan harus benar-benar memperhatikan

materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-undangan.

d. Dapat dilaksanakan, yaitu bahwa setiap pembentukan peraturan

perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas peraturan

Ida Zuraida, Teknik Penyusunan Peraturan Daerah, Sinar Grafika, Jakarta, 2012,
hlm.16-19
18

perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara filosofis,

yuridis maupun sosiologis.

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan, yaitu setiap peraturan perundang•

undangan dibuat karena memang benar-benar dibutuhkan dan berrnanfaat

dalam mengatur kehidupan berrnasayarakat, berbangsa dan bernegara.

r. Kejelasan rurnusan, yaitu setiap peraturan perundang-undangan


harus

rnemenuhi persyaratan teknis penyusunan, sistematika dan pilihan kata

atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas dan mudah dimengerti

sehingga tidak menimbulkan berbagai macam interpretasi dalam

pelaksanaannya.

g. Keterbukaan, yaitu dalam proses pembentukan peraturan perundang•

undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan dan pembahasan

bcrsi fat transparan dan terbuka.

Adapun ketentuan lain yang diatur dalam UU No. 10 Tahun 2004


adalah bahwa materi muatan UU harus mengandung asas-asas: pengayoman,
kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bnineka tunggal ika,
keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban
13
dan kepastian hukum atau keseimbangan, keserasian dan keselarasan.

Konsep negara dengan supremasi hukum yang dianut oleh Negara


Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana disebutkan pada Pasal I ayat
3
UUD 1945 yang mengatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum, yang
mengedepankan Pancasila dan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi yang
harus dipakai sebagai rujukan semua peraturan perundang-
undangan
dibawahnya.Oleh karena itu, diperlukan penjaga dan penafsiran UUD
1945 agar tctap berwibawa keberadaannya yang kemudian memunculkan
14
lembaga yang dimaksud yaitu Mahkamah Konstitusi Republik lndonesia.

''op.Cit. ( Proses dan Teknik Penyusunan Undang-Undang).


HIm.7.
" AIwi Wahyudi, Hukum Tata Negara dalam perspektif Pancasila Pasca
Reformasi,
Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2012, HIm. 307.
19

C. Pengertian Peraturan Daerah

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor IO Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yang dimaksud dengan

Peraturan Daerah (Perda) adalah "peraturan perundang-undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan persetujuan bersama

Kepala Daerah, dengan kata lain "peraturan daerah adalah sebuah

produk yang dibuat oleh 2 badan politik, yaitu Kepala Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah bukan Badan Peradilan".'

Definisi lain tentang Peraturan daerah (perda) berdasarkan ketentuan

Undang-Undang tentang Pemerintah Daerah adalah peraturan perundang•

undangan yang dibentuk bersama oleh Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah dengan Kepala Daerah baik di Propinsi maupun di kabupaten

atau kota Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pcmcrintahan Daerah (UU Pemda), Peraturan daerah dibentuk dalam

rangka penyelenggaraan otonomi daerah Propinsi/Kabupaten/Kota dan tugas

pembantuan serta merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas

masing-masing daerah.

Scbagai daerah otonom, pemerintah daerah provinsi, kabupaten dan


kota berwenang untuk membuat peraturan daerah dan peraturan kepala
daerah, guna menyelenggarakan urusan otonom daerah dan tugas
pembantuan. Peraturan daerah di tetapkan oleh kepala daerah setelah
mendapatkan persetujuan bersama DPRD. Substansi atau muatan materi
peraturan daerah adalah penjabaran dari peraturan memperhatikan ciri khas
masing-masing daerah dan substansinya materi tidak boleh
bertentangan

' Abdul Latif, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, HIm. HI.
20

dcngan kcpentingan umum dan atau peraturan perundang-undangan yang


lebih tinggi."

Scsuai kctcntuan Pasal 12 Undang- Undang Nomor IO Tahun 2004

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, materi muatan

Peraturan daerah adalah seluruh materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan dan menampung

kondisi khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang•

undangan yang lebih tinggi. Rancangan Peraturan Daerah dapat berasal dari

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gubernur atau Bupati/Walikota.

Apabila dalam satu kali masa sidang Gubemur atau Bupati/Walikota

dan DPRD menyampaikan rancangan Peraturan daerah dengan materi yang

sama, maka yang dibahas adalah rancangan Peraturan daerah yang

disampaikan oleh DPRD, sedangkan rancangan Peraturan daerah yang

disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota dipergunakan sebagai

bahan perbandingan. Program pcnyusunan Peraturan daerah dilakukan dalam

satu Program Legislasi Daerah, sehingga diharapkan tidak terjadi tumpang

tindih dalam penyiapan satu materi Peraturan daerah.

Ada berbagai jenis Peraturan daerah yang ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Kota dan Propinsi antara lain:

a. Pajak Daerah;

b. Retribusi Daerah;

c. Tata Ruang Wilayah Daerah;

'siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,


2012. HIm. 37
21

d. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

e. Rencana Program Jangka Menengah Daerah;

f. Perangkat Daerah:

g. Pemerintahan Desa;

h. Pengaturan umum lainnya.

Pcraturan daerah berlaku setelah diundangkan dalam lembaran daerah.

Peraturan dacrah disarnpaikan kepada pemerintah pusat paling lama 7 (tujuh)

hari setelah ditetapkan. Peraturan daerah yang bertentangan dengan

kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

dapat dibatalkan oleh pemerintah pusat.

Untuk melaksanakan peraturan daerah dan alas kuasa peraturan

pcrundang-undangan, kepala daerah menetapkan peraturan kepala daerah dan

atau keputusan kepala daerah. Peraturan kepala daerah dan atau keputusan

kepala daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan

daerah dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

Peraturan daerah diundangkan dalarn lembaran daerah dan peraturan


kepala daerah diundangkan dalam berita daerah. Pengundangan peraturan
dacrah dalam lembaran daerah dan peraturan kepala daerah dalarn berita
dacrah dilakukan oleh sekretaris daerah. Untuk membantu kepala daerah
dalam mencgakkan peraturan daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketentramnan masyarakat dibentuk satuan Polisi Pamong Praja.'

Untuk merancang sebuah perda, perancang pada dasamya harus

menyiapkan diri secara baik dan mengusai hal-hal sebagai berikut :

a. Analisa data tentang persoalan sosial yang akan diatur.


b. Kemampuan teknis perundang-undangan
c. Pengetahuan teoritis tentang pembentukan aturan

'Ibid. HIm. 49.


22

d. Hukum perun dan g-undangan baik secar a um um maupun khusus


tentang perda.""

Kedudukan Peraturan Daerah

Peraturan daerah merupakan salah satu jenis peraturan perundang•

undangan dan merupakan bagian dari sistem hukum nasional yang

berdasarkan pancasila. Pada saat ini peraturan daerah mempunyai kedudukan

yang sangat stategis karena diberi landasan konstitusional yang jelas

sebagaimana diatur dalam pasal 18 ayat 6 UUD 1945.

Proses Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah

Penyusunan peraturan daerah adalah sangat menetukan bagi

kelancaran pembahasan di DPRD. Kama itu kualitas suatu peraturan daerah

dan pengambilan keputusan atas rancangan peraturan daerah menjadi

peraturan daerah sangat ditentukan oleh cara bagaimana rancangan peraturan

daerah itu disusun. Setidaknya suatu rancangan peraturan daerah harus

didahului dengan menyusun naskah akademik. Ini tentu saja, mensyaratkan

peraturan tidak dibuat atas dasar " kejar tayang ". Dengan didahului atau

disertai dengan naskah akademik, maka ia akan sangat memudahkan bagi

pembahasan rancangan peraturan daerah untuk ditetapkan menjadi peraturan

daerah. Setidaknya dalam pembahasan atas rumusan materi dari peraturan

daerah itu tidak terjebak dalarn " debat " dipermukaan yang pada akhirnya

tujuan pembemtukan peraturan daerah itu tidak optimal.

' Hukum Online, Himawan Estu Bagijo, Pembentukan Peraturan Daerah.


23

Dengan disertai naskah akademik, maka tahap - tahapan pembahasan

peraturan daerah akan lebih mendalam dan setiap tahap pembahasan yang

harus dilalui dapat berjalan dengan baik. Karna suatu rancangan peraturan

daerah untuk dapat ditetapkan sebagai peraturan daerah ada beberapa

tahapan yang harus dilalui sebagaimana telah diatur dalam peraturan

perundang undangan. Pada PP No.1 tahun 2001 misalnya, antara lain

rnenentukan bahwa rancangan peraturan daerah yang diusulkan kepala daerah

akan dilakukan pembahasan dalam empat tahap.

Dalam konteks pembahasan ini, kepala daerah yang dilibatkan

langsung dalam pembahasan tahap I, yakni berupa: penjelasan kepala daerah

dalam rapat paripuma terhadap rancangan peraturan daerah yang berasal dari

kepala daerah. Kemudian pada tahap ke II, berupa: jawaban kepala daerah

dalam rapat paripurna terhadap pandangan umum para anggota. Pada tahap

III, berupa: pemberian kesempatan kepada kepala daerah untuk

rnenyampaikan sambutan setelah DPRD mengambil keputusan atas

rancangan peraturan daerah menjadi peraturan daerah.

Fungsi peraturan daerah

1. Sebagai instrumen kebijakan untuk melaksanakan otonomi daerah dan

tugas pembantuan sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 dan

Pemerintah Daerah.

2. Merupakan peraturan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi.


24

3. Sebagai penampung kekhususan dan keragaman daerah serta penyalur

aspirasi masyarakat di daerah.

4. Sebagai alat pembangunan dalarn peningkatan kesejahteraan rakyat.

D. Asas-asas Peraturan Daerah

Materi muatan peraturan daerah harus mengandung asas-asas sebagai

berikut:

a. asas pengayoman, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah harus

berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan

ketentraman masyarakat.

b. asas kemanusiaan, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah harus

mcnccrminkan perlindungan dan penghormatan hak-hak asasi penjelasan

Pasal 6 ayat (I) huruf a UU Nomor 10 Tahun 2004.

c. asas kebangsaan, bahwa setiap muatan peraturan daerah harus

mencerminkan sifat dan watak bangsa Indonesia yang pluralistik

(kebhinnekaan) dengan tetap menjaga prinsip negara kesatuan Republik

Indonesia.

d. asas kekeluargaan, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah harus

mencerminkan musyawarah untuk mencapai mufakat dalam

setiap pengambilan keputusan.

e. asas kenusantaraan, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah

senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh wilayah Indonesia dan


25

rnateri muatan peraturan daerah merupakan bagian dari sistem hukum

nasional yang berdasarkan Pancasila.

f. asas bhinneka tunggal ika, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah

harus memperhatikan keragaman penduduk, agama, suku dan golongan,

kondisi dacrah dan budaya khususnya yang menyangkut masalah-masalah

sensitif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8 asas keadilan, bahwa setiap materi muatan peraturan daerah harus

mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara

tanpa kecuali.

h. asas kesamaan dalam hukum dan pemerintahan, bahwa setiap materi

muatan Peraturan daerah tidak boleh berisi hal-hal yang bersifat

membedakan berdasarkan latar belakang, antara lain agama, suku, ras,

golongan, gender atau status sosial.

1. asas ketertiban dan kepastian hukum, bahwa setiap materi muatan

Pcraturan daerah harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat

melalui jaminan adanya kepastian hukum.

j. asas keseimbangan, keserasian dan keselarasan, bahwa setiap materi

muatan Peraturan daerah harus mencerminkan keseimbangan, keserasian

dan keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat dengan

kepentingan bangsa dan negara. Asas lain sesuai substansi

Peraturan
19
daerah yang bersangkutan.

Departemen Hukum dan HAM RI, panduan praktis memahami perancangan


peraturan daerah, direktorat jendral peraturan perundang - undangan, Jakarta, 2009, HIm.7 -
10.
26

Selain asas dan materi muatan di atas, DPRD dan Pemerintah

Daerah dalam menetapkan peraturan daerah harus mempertimbangkan

keunggulan lokal /daerah, sehingga mempunyai daya saing dalam

pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerahnya.

Prinsip dalam menetapkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam 6

Pasal 138 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

menunjang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah

bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui mekanisme

nggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), namun demikian untuk

mencapai tujuan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah bukan

hanya melalui mekanisme tersebut tetapi juga dengan meningkatkan daya

saing dengan memperhatikan potensi dan keunggulan lokal/daerah,

memberikan insentif (kemudahan dalam perijinan, mengurangi beban Pajak

Daerah), sehingga dunia usaha dapat tumbuh dan berkembang di daerahnya

dan memberikan peluang menampung tenaga kerja dan meningkatkan PDRB

masyarakat daerahnya.

Dalam rangka tertib administrasi dan peningkatan kualitas produk

hukum <laerah. diperlukan suatu proses atau prosedur penyusunan Perda agar

lebih terarah dan terkoordinasi. Hal ini disebabkan dalam pembentukan Perda

perlu adanya persiapan yang matang dan mendalam, antara lain pengetahuan

mengenai materi muatan yang akan diatur dalam Perda, pengetahuan tentang

bagaimana menuangkan materi muatan tersebut ke dalam Perda secara

singkat tetapi jelas dengan bahasa yang baik serta mudah dipahami, disusun
27

secara sistematis tanpa mcninggalkan tata cara yang sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia dalam penyusunan kalimatnya.

Prosedur penyusunan ini adalah rangkaian kegiatan penyusunan

produk hukum daerah sejak dari perencanaan sampai dengan penetapannya.

Proses pembentukan Perda terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu:

a. Proses pcnyiapan rancangan Perda yang merupakan proses penyusunan

dan perancangan di lingkungan DPRD atau di lingkungan Pemda

(dalam hal ini Raperda usul inisiatif). Proses ini tennasuk penyusunan

naskah inisiatif (initiatives draft), naskah akademik (academic draft) dan

naskah rancangan Perda (legal draft).

b. Proses mendapatkan persetujuan, yang merupakan pembahasan di

DPRD.

e. Proses pengesahan oleh Kepala Daerah dan pengundangan oleh

Sekretaris Daerah.

Sesuai dengan ketentuan Undang - Undang No 10 Tahun 2004 tentang

pembentukan peraturan perundang- undangan yang dimaksud aengan

Peraturan Daerah (Perda) adalah peraturan perundang- undangan yang

dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Oaerah dengan persetujuan bersama

Kepala Daerah. Dasar hukum penyusunan produk hukum daerah yaitu:

I. Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang undangan.

2. Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Dacrah. (Pasal 136 s.d Pasal 147)


28

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang

Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah."

Peraturan Daerah yang telah diundangkan dalam lembaran daerah

Pemerintah Daerah wajib untuk menyebarluaskannya. Untuk menegakkan

peraturan daerah, dibentuk satuan polisi pamong praja yang bertugas

membantu Kepala Oaerah untuk menegakkan Peraturan Daerah dan

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

Anggota satuan polisi pamong praja dapat diangkat sebagai penyidik

pegawai negeri sipil dan penyidikan serta penuntutan terhadap pelanggaran

atas ketentuan Peraturan Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut

umum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan untuk

menegakkan Peraturan Daerah maka dapat ditunjuk pejabat lain yang diberi

tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran atas ketentuan

Peraturan Daerah.'

" Hukum online www.geogle.co.id, Dasar Hukum Penyus:nan Produk Hukum Daerah,
diakses pada tanggal 10 Agustus 2015.
'Op.Cit. ( hukum pemerintahan daerah di Indonesia ), HIm. 39.
BAB Ill

PE MBA HASAN

A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Di Kota Palembang

a. Proses Penyiapan Raperda di lingkungan DPRD.

Berdasarkan amandemen I dan II Pasal 20 ayat (1) UUD 1945, DPR

memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dan berdasarkan Pasal

21 ayat (1) UUD 1945, anggota-anggota DPR berhak mengajukan usul

rancangan Undang-Undang. Begitu pula di tingkat daerah, DPRD

memegang kekuasaan membentuk Perda dan anggota DPRD berhak

mengajukan usul Raperda. Dalam pelaksanaannya Raperda dari

lingkungan DPRD diatur lebih lanjut dalarn Peraturan Tata Tertib DPRD

masing-masing daerah. Pembahasan Raperda atas inisiatif DPRD

dikoordinasikan oleh Sekretaris Daerah atau unit kerja yang ditunjuk oleh

Kepala Daerah.

Rancangan Undang-undang yang diajukan oleh Dewan perwakilan

Daerah, sebagaimana dimaksud adalah rancangan Undang-undang yang

berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah

pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolahan

sumber daya alarn dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan

dengan pertimbangan keungan pusat dan daerah."

http://dprd.go.id/proses penyiapan raperda.di akses pada tanggal 04 Agustus


2015.
' Jazim Hamidi, Pembentukan Peraturan Daerah, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2008.
HIm.
17.

29
30

b. Proses Penyi@pan Raperda_di_Lingkungan_Pemerinthan_Daerah,

Dalam proses penyiapan Perda yang berasal dari Pemerintah Daerah

bisa dilihat dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah

Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum

Daerah yang telah diganti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor

16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah yang

ditetapkan pada tanggal 19 Mei 2006.

Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negcri Nomor 16

Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah yang

dimaksud dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah yaitu Kepala Badan,

Kepala Dinas, Kepala Kantor, Kepala Biro/Bagian di lingkungan

Sekretariat Daerah dapat mengajukan prakarsa kepada Sekretaris Daerah

yang memuat urgensi, argumentasi, maksud dan tujuan pengaturan, materi

yang akan diatur serta keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan

lain yang akan dituangkan dalam Raperda tersebut.

Setelah prakarsa tersebut dikaji oleh Sekretariat daerah mengenai

urgensi, argumentasi dan pokok-pokok materi serta pertimbangan filosofis,

sosiologis dan yuridis dari masalah yang akan dituangkan ke dalam

Raperda tersebut maka Sekretariat Daerah akan mengambil keputusan dan

menugaskan Kepala Biro/Bagian Hukurn untuk melakukan harmonisasi

materi dan sinkronisasi pengaturan. Apabila Sekretariat Daerah

menyetujui, pimpinan satuan kerja menyiapkan draft awal dan melakukan


31

pembahasan yang melibatkan Biro/Bagian Hukum, unit kerja terkait dan


1.4
masyarakat.

Apabila Sekretariat Daerah menyetujui, pimpinan satuan kerja

menyiapkan draft awal dan melakukan pembahasan yang melibatkan

Biro/Bagian Hukum, unit kerja terkait dan masyarakat. Setelah itu satuan

kerja perangkat daerah dapat mendelegasikan kepada Biro/ Bagian

Hukum untuk melakukan penyusunan dan pembahasan rancangan produk

hukum daerah.

Pcnyusunan Perda/produk hukum daerah lainnya harus dilakukan

melalui Tim Antar Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diketuai oleh

pejabat pimpinan satuan kerja perangkat daerah yang ditunjuk oleh Kepala

Daerah dan Kepala Biro/Bagian Hukum sebagai sekretaris tim.

Setelah pembahasan rancangan produk hukum selesai, pimpinan

satuan kcrja perangkat daerah akan menyarnpaikan kepada Sekretaris

Dacrah melalui Kepala Biro/Bagian Hukurn. Raperda yang telah melewati

tahapan di atas akan disampaikan oleh Kepala Daerah kepada DPRD untuk

dilakukan pembahasan sekaligus menunjuk Wakil Pemerintah Daerah

dalarn Pembahasan Raperda tersebut.

c. Proses_Mendapatkan_Persetujan DPRD.

Pembahasan Raperda di DPRD baik atas inisiatif Pemerintah Daerah

maupun atas inisiatif DPRD, dilakukan oleh DPRD bersama

Gubernur/Bupati/ Walikota, Pemda membentuk Tim Asistensi

dengan

'Ibid, HIm. 112.


32

Sckretaris Daerah berada di Biro/Bagian Hukum. Tetapi biasanya

pembahasan dilakukan melalui beberapa tingkatan pembicaraan. Tingkat•

tingkat pembicaraan ini dilakukan dalarn rapat paripuma, rapat komisi,

rapat gabungan komisi, rapat panitia khusus dan diputuskan dalarn rapat

paripurna.

Secara lebih detail mengenai pembahasan di DPRD baik atas inisiatif

DPRD ditentukan oleh Peraturan Tata Tertib DPRD masing-masing.

Khusus untuk Raperda atas inisiatif DPRD, Kepala Daerah akan menunjuk

Sekretaris Daerah atau pejabat unit kerja untuk mengkoordinasikan

rancangan tersebut.

PEMBAHASAN DI DPRD

I. Rapat paripurna I

Apabila RAPERDA berasal dari DPRD maka pada Rapat Paripurna I

agendanya adalah penyampaian keterangan/penjelasan DPRD atas

RAPERDA. Apabila RAPERDA berasal dari usul inisiatif Kepala

Daerah/pemerintah daerah maka pada Rapat Paripurna I agendannya

adalah penyampaian keterangan/penjelasan oleh Kepala Daerah atas

RAPERDA yang diusulkan.

2. Rapat Paripurna II

Pada Rapat Paripurna II agendanya adalah tanggapan Kepala Daerah atas

RAPERDA yang berasal dari DPRD dan jawaban DPRD atas tanggapan

Kepala Daerah atau pemandangan umum masing-masing fraksi di

DPRD
33

atas RAPERDA usul inisiutif Kepala Daerah dan jawaban Kepala

Daerah atas pemandangan umum fraksi-fraksi di DPRD.

3. Rapat Paripurna III

Agenda pada Rapat Paripurna II mencakup:

- Pemmbahasan RAPERDA dalam komisi atau gabungan komisi, atau oleh

panitia khusus bersama dengan Kepala Daerah.

- Pembahasan RAPERDA secara intern dalam komisi, atau panitia khusus

(tanpa mengurangi pembahasan bersama Kepala Daerah).

4. Rapat Paripurna IV

Agenda Rapat Paripuma IV mencakup:

- Laporan hasil pembahasan RAPERDA pada Rapat Paripurna III.

- Pendapat akhir fraksi-fraksi di DPRD.

- Pengambilan keputusan oleh DPRD, dan


25
- Sambutan Gubernur, Bupati/Walikota sebagai Kepala Daerah.

d. Proses_Pengesahan dan_Pengundangan

Apabila pembicaraan suatu Raperda dalam rapat akhir di DPRD

telah selesai dan disetujui oleh DPRD, Raperda akan dikirim oleh

Pimpinan DPRD kepada Kepala Daerah melalui Sekretariat Daerah

dalam ha! ini Biro/ Bagian Hukum untuk mendapatkan pengesahan.

Penomoran Perda tersebut dilakukan oleh Biro/Bagian Hukum.

Kepala Biro/Bagian Hukum akan melakukan autentifikasi. Kepala

Daerah mengesahkan dengan menandatangani Perda tersebut untuk

diundangkan

'1bid. HIm. 35 - 36.


34

oleh Sekretaris Daerah. Sedangkan Biro/Bagian Hukum bertanggung

jawab dalam penggandaan. distribusi dan dokumentasi Perda tersebut.

Apabila masih ada kesalahan teknik penyusunan Perda, Sekretaris

DPRD dengan persetujuan Pimpinan DPRD dan Kepala Daerah dapat

menyempurnakan teknik penyusunan Raperda yang telah disetujui oleh

DPRD sebelum disampaikan kepada Kepala Daerah. Jika masih juga

terdapat kesalahan teknik penyusunan setelah diserahkan kepada Kepala

Daerah, Kepala Daerah dapat menyempurnakan teknik penyusunan

tersebut dengan persetujuan Pimpinan DPRD.

Setelah Perda diundangkan dan masih terdapat kesalahan teknik

penyusunan, Sekretaris Daerah dengan persetujuan Pimpinan DPRD dapat

meralat kesalahan tersebut tanpa merubah substansi Perda melalui

Lembaran Daerah. Pemerintah daerah wajib menyebarluaskan Perda yang

telah diundangkan dalam Lembaran Daerah agar semua masyarakat di

daerah setempat dan pihak terkait mengetahuinya.

Dalam Pasal 5 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang

Pembentukan Peratutan Perundang- undangan dinyatakan bahwa salah

satu Asas Pembentukan Peraturan Perundang- undangan yang baik adalah

asas keterbukaan, yang menjelaskan dalam proses pembentukan peraturan

perundang -undangan mulai dari perencanaan, persiapan, penyusunan,

dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 28 peraturan presiden tentang tata

cara mempersiapkan Rancangan Peraturan Daerah sebagai pelaksana


Pasal
35

27 Undang- Undang Nomor IO Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

dinyatakan bahwa:

I. Masyarakat berhak memberikan masuk.an secara lisan atau tertulis

sebagai bahan penyempurnaan dalam tahap penyiapan Rancangan

Peraturan Daerah.

2.Masyarakat dalam memberikan masukan harus menyebutkan identitas

secara lengkap dan jelas.

3. Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat I memuat pokok- pokok

materi yang diusulkan.

4. Masukan dari masyarakat sebagaimana dimaksud ayat I dapat

diagendakan dalam rapat penyiapan Rancangan Peraturan Daerah.26

Dalam pembuatannya, peraturan daerah harus berpijak pada prinsip•

prinsip tertentu, yaitu sebagai berikut:

I) Ditetapkan oleh Kepala Oaerah setelah mendapatkan persetujuan

DPRD (Pasal 136 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004).

2) Dibentuk dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, tugas

pembantuan, dan merupakan penjabaran lebih lanjut peraturan

perundang- undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri

khas masing- masing daerah.

3) Peraturan Daerah tidak boleh bertentangan dengan kepentingan

umum dan atau peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi.

" Ibid, (panduan praktis memahami perancangan peraturan daerah), HIm. 5.


36

4) Peraturan Daerah dibentuk berdasarkan asas pembentukan peraturan

perundang-undangan seperti diatur dalam Pasal 5 UU No. 16 Tahun

2004 dan Pasal 137 UU NO. 32 Tahun 2004 (kejelasan


tujuan,

kelembagaan, atau organ pembentukan yang tepat, kesesuaian antara

jenis dan materi muatan,dapat dilaksanakan, kedayagunaan,

kehasilgunaan, kejelasan rumusan dan keterbukaan).

PasaJ 138 UU No. 32 Tahun 2004 (pengayoman,

kemanusiaan, kebangsaan,kekeluargaan, kenusantaraan, Bhineka

Tunggal Ika, keadilan. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan

Pemerintah, ketertiba.n dan kepastian hukum dan atau keseimbangan,

keserasian, keselarasan).

5) Masyarakat berhak memberi masukan secara lisan atau tertulis

dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan

Daerah. (Pasal 139 UU No. 32 Tahun 2004)

6) Peraturan Daerah memuat ketentuan pidana dalam batas maksimal

tertentu.

7) Peraturan Kepala Daerah dan atau Keputusan Daerah ditetapkan

untuk melaksanakan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah berlaku

diundangkan dalam Lembaran Daerah.

8) Peraturan Daerah menunjuk pejabat tertentu sebagai Pejabat Penyidik

Pelanggaran Peraturan Daerah.

9) Pcraturan Daerah diundangkan dalam Lembaran Daerah sedangkan

Pcraturan Kepala Daerah diundangkan dalam Berita Daerah.


37

I 0) Matcri muatan Peraturan Daerah menurut Pasal 22 UU No. IO Tahun

2004 adalah seluruh materi muatan dalam penyelenggaraan otonomi

daerah dan tugas pembantu dan menampung kondisi khusus daerah

scrta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang -Undangan

yang
.h
I elb, u.
. 21
nggI .

e. Proses Sosialisasi

Meskipun Peraturan Daerah telah diundangkan dalam Lembaran

Daerah, namun belum cukup menjadi alasan untuk menganggap bahwa

masyarakat

telah mengetahui eksitensi Peraturan Daerah tersebut. Oleh karena itu

Peraturan Daerah yang telah disahkan dan diundangkan tersebut harus

pula disosialisasikan .Pemerintah Daerah wajib menyebarluaskan

Peraturan Daerah yang telah diundangkan dalam Lembaran Daerah dan

peraturan dibawahnya yang telah diundangkan dalam Serita Daerah (

Pasal 52 UU No. 10 Tahun 2004). Metode sosialisasi dapat dilakukan

dengan cara:

I. Pengumuman melalui berita daerah (RRI, TV daerah) oleh Kepala


Biro

Hukum Provinsi atau oleh Kepala Bagian Hukum Kabupaten / Kota.

2. Sosialisasi secara langsung oleh Kepala Biro Hukum / Kepala Bagian

Hukum atau dapat pula dilakukan oleh unit kerja pemrakarsa,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat yang berkompeten.

3. Sosialisasi melalui seminar dan lokakarya


(serninola).
Op cit, ( politik hukum ), HIm.113.
38

4. Sosialisasi melalui sarana internet (E- Parliament). Untuk ini pemerintah

daerah dan DPRD hendaknya memiliki fasilitas web site agar masyarakat

mudah mengakses segala perkembangan kegiatan kedua lembaga."

f. Proses eyaluusi

Untuk dapat mengetahui sejauhmana pengaruh sebuah Peraturan

Daerah setelah diberlakukan rnaka perlu dilakukan evaluasi.Melalui

evaluasi akan dapat diketahui kelemahan dan kelebihan Peraturan Daerah

yang sedang diberlakukan, yang selanjutnya guna menentukan kebijakan •

kebijakan, misalnya apakah Peraturan Daerah tetap dipertahankan atau

perlu direvisi.

Tahapan pembentukan Peraturan Daerah tersebut idealnya

diberlakukan baik dalam pembentukan Peraturan Daerah provinsi maupun

pembentukan Peraturan Daerah kabupaten/kota. Hal ini hanya dapat

dilakukan apabila ada keinginan kuat (good will) baik dari lembaga

legislatif maupun eksekutif di daerah.Jika hanya satu pihak saja tentu akan

menemui kendala dalam pelaksanaanya."

Lembaran Daerah dan Berita Daerah

I. Agar memiliki kekuatan hukum dan dapat mengikat masyarakat, Perda

yang telah disahkan oleh Kepala Daerah harus diundangkan dalam

Lembaran Daerah.

2. Untuk menjaga keserasian dan keterkaitan Perda dengan penjelasannya,

penjelasan atas Perda tersebut dicatat dalam Tambahan Lembaran Daerah

op.cit, (pembentukan peraturan daerah), HIm. 37 -38.


·"" Loc.cit, (pembentukan peraturan daerah), HIm. 38.
39

dan ditetapkan bersamaan dengan pengundangan Perda sebagaimana

yang diundangkan di atas. Pejabat yang berwenang mengundangkan

Perda tersebut adalah Sekretaris Daerah.

B. wewenang dan fungsi DPRD Kota Palembang dalam

pembentukan peraturan daerah.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah atau disingkat DPRD adalah

lembaga perwakilan rakyat daerah yang melaksanakan fungsi-fungsi

pemerintah daerah sebagai mitra sejajar Pemerintah Daerah. Dalam Struktur

pemerintahan daerah, DPRD berada di dua jenjang, yaitu di tingkat

propinsi disebut DPRD Propinsi serta di tingkat Kabupaten/kota disebut

DPRD Kabupaten/Kota.

Pengerian DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah yang

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah di

provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia.

Wewenang Dewan Perwakilan .Rakyat Daerah ( DPRD) yang meliputi:

a. membentuk peraturan daerah kabupaten bersama Kepala Daerah;

b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah

mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten yang

diajukan oleh Kepala Daerah;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten;


40

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah dan/atau

wakil Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui gubernur

untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;

e. memilih wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil

Kepala Daerah; (catatan bagian hukum)

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

kabupatcn terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional yang

dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten;

h. merninta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten;

i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah

lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan; dan

k. mcla.ksana.kan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan."

Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang meliputi:

(a) Fungsi legislasi diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah

bersama-sama Kepala Daerah ;

" http:/'dprd.go.id/tentang-dprd/tugas-wewenang, diakses pada tanggal 03 Agustus 2015.


41

(b) Fungsi anggaran diwujudkan dalam membahas, memberikan

persetujuan dan menetapkan APBD bersama Pemerintah Daerah ;

(e) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap

pcla.ksanaan Undang-undang, Peraturan Perundangan yang ditetapkan oleh

Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Keputusan

Kepala Daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah.

Hak-hak yang dimiliki DPRD dalam menjalankan kegiatannya

Hak Interpelasi; ialah hak DPRD untuk meminta keterangan kepada

kepala daerah mengenai kebijakan pemerintah daerah yang penting dan

strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan

Negara.

Hak Angket; ialah pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD untuk

melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu kepala daerah yang

penting dan strategis yang berdampak luas pada kehidupan masyarakat,

daerah dan Negara, yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang•

undangan.

Hak menyatakan pendapat; ialah hak DPRD untuk menyetakan

pendapat terhadap kebijakan kepala daerah atau mengenai kejadian luar biasa

yang terjadi di daerah disertai dengan rekomendasi penyclesaiannya atau

sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.

Pendapat diatur dalam Peraturan Tata Tertib DPRD yang berpedoman

pada peraturan perundang-undangan.


42

Hak-hak yang dimiliki Anggota DPRD:

I) I lak mengajukan rancangan Perda.

2) Hak mengajukan pertanyaan.

3) lak menyampaikan usul dan pendapat.

4) Hak memilih dan dipilih.

5) Hak membela diri.

6) Hak imunitas atau hak kekebalan hukum, yaitu anggota DPRD tidak.

dapat dituntut dimuka pengadilan karena pernyataan dan pendapat

yang disampaikan dalam rapat-rapat DPRD Propinsi dengan

pemerintah dan rapat-rapat DPRD lainnya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

7) Hak protokoler atau hak anggota DPRD untuk memperoleh

penghormatan berkenaan dengan jabatannya dalam acara-acara

kenegaraan atau acara resmi maupun dalam melaksanakan tugasnya.

8) 1 lak keuangan dan administrasi.

Kewajiban Anggota DPRD dalam mengemban tugas dan wewenangnya

a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila ;

b. melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun

1945 dan mentaati peraturan perundang-undangan ;

c. mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan


Negara

Kesatuan Republik Indonesia;


43

d. mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi,

kelompok, dan golongan;

e. memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat ;

f. mentaati prinsip demokrasi Jalam penyclenggaraan pemcrintahan daerah ;

g. mentaati tata tertib dan kode etik

h. menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga

lain dalam penyelengaraan pemerintahan daerah ;

i. menyerap, menghimpun, aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja

secara berkala

j. menampung, dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat ; dan

k. memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis

kepada konstituen didaerah pemilihanya.''

Materi muatan Peraturan Daerah merupakan salah satu faktor penting

untuk dipaharni secara baik.Peraturan Daerah dibentuk dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah provinsi, kabupaten / kota dan tugas

pembantuan.Disamping itu, Peraturan Daerah juga dapat memuat ketentuan

tentang pembebanan biaya paksaan penegakan hukum seluruhnya atau

sebagian kepada pelanggar. dan dapat memuat ancaman pidana berupa pidana

kurungan.Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dikemukakan bahwa materi

muatan Peraturan Daerah meliputi:

' hup:dprd-go id/tentang-dprditugas-wewenang, diakses pada tanggal 06 Agustus


2015
44

a) Peraturan Daerah yang mengatur tentang penyelenggaraan

otonomi daerah dengan memperhatikan kondisi khusus atau ciri

khas daerah
. .
mas1 ng- masi ng.

b) Peraturan Daerah tentang pelaksanaan atau penjabaran lebih

lanjut peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

e) Peraturan Daerah tentang pelaksanaan tugas pembantuan.'

32
Op.Cit. (pembentukan peraturan daerah). HIm. 40.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bcrdasarkan pembahasan dan uraian yang telah dikemukakan

pada bab-bab yang sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Di Kota Palembang.

Untuk memperoleh sebuah produk hukum yang berkualitas

khusunya Peraturan Daerah, maka dalam pembentukannya harus

dilakukan dengan melalaui proses pentahapan.Proses

pentahapan pembentukan Peraturan Daerah dapat diurutkan

menjadi 2(dua) tahapan besar yang meliputi:

A. Tahap pertama yang meliputi

a. Tahap Perencanaan

b. Tahap perancangan

c. Tahap Pembahasan yang meliputi Rapat paripuma I, II, Ill


dan

IV.

B. Tahap kedua yang meliputi:

a. Tahap Pengundangan

b. Tahap Sosialisasi

e. Tahap Evaluasi

45
46

2. Wewenang dan Fungsi DPRD Kota Palembang Dalam

Pembentukan Peraturan Daerah.

A. Wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang meliputi:

a. membentuk peraturan daerah kabupaten bersama Kepala Daerah;

b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah

mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten yang

diajukan oleh Kepala Daerah;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah

dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah

dan/atau wakil Kepala Daerah kepada Menteri Dalam Negeri melalui

gubernur untuk mcndapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau

pemberhentian;

e. mcmilih wakil Kepala Daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan

wakil Kepala Daerah: (catatan bagian hukum)

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

kabupaten terhadap rencana perjanjian internasional di daerah;

g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional

yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten;


47

i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan

daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani

masyarakat dan daerah:

j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

k. melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

B. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang meliputi :

(a) Fungsi legislasi diwujudkan dalarn membentuk Peraturan Daerah

bersama-sama Kepala Daerah;

(b) Fungsi anggaran diwujudkan dalam membahas, memberikan

persetujuan dan menetapkan APBD bersama Pemerintah Daerah ;

(e) Fungsi pengawasan diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap

pelaksanaan Undang-undang, Peraturan Perundangan yang ditetapkan

oleh Pemerintah, Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah,

Kcputusan Kepala Daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh

Pemerintah Daerah.

B. Saran

I. Dalam Peraturan Daerah itu sendiri hendaknya menggunakan kata

yang lugas yang mudah di mengerti oleh masyarakat dengan

kata lain menggunakan bahasa yang baku.


48

2. Pemerintah hendaknya bersifat tegas dengan masyarakat dalam

prosese pelaksanaan Peraturan Daerah itu sendiri. Masyarakat pun

diharapkan lebih menyadari tentang pentingnya pelaksanaan

peraturan daerah ini.


49

Daftar Pustaka

A. Buku - buku

Abdul Latif. Politik Hukum. Sinar Grafika. Jakarta. 2011.

Alwi Wahyudi. Hukum Tata Negara dalam Prespektif Pancasila Pasca


Reformasi. Pustaka. Yogyakarta. 2012.

Aziz Syamsudin. Prose dan Teknik Penyusunan Undang-undang. Sinar


Grafika. Jakarta Timur. 2011.

Ida Zuraida. Teknik Penyusunan Peraturan Daerah . Sinar Grafika. Jakarta.


2012.

Jimly Asshiddiqien. Hukum Tata Negara dan Pilar - Pilar Demokrasi.


Sinar Grafika.2012.

Jazim Hamidi. Pembentukan Peraturan Daerah. Jakarta. 2008.

Ni' matul Huda. Hukum Tata Negara (edisi revisi). Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 20 I 0.

Pipin Syaritin, dkk. Ilmu Perundang- undangan. Pustaka Setia. Bandung.


2012.

Siahaan. Pataniari. Politik Hukum Pembentukan Undang- Undang (pasea


wnandemen I 945). Kon press. Jakarta. 2012.

Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintahahn Daerah Di Indonesia. Sinar


Grafika. Jakarta. 2012.

-------- panduan praktis memahami perancangan peraturan daerah.


Departemen Hukum dan Ham RI. Direktorat Jendral Peraturan
Perundang - undangan. Jakarta. 2009

B. Hukum online

Hukum online www .artikclsiana.com.Pengertian


Perundang undangan.diakses tanggal 09 Agustus 2015.

Hukum online.www .artikel.Hiwaman Estu Bagijo.Pembentuka Peraturan


Daerah.

Hukum online. http//dprd. Go. Id. Proses Penyiapan Peraturan


Daerah. Dikases tanggal 04 Agustus 2015.
50

I lukum online. http//dprd.go.id.tugas dan wewenang dprd.


Diakses tanggal03 Agustus.2015.

Hukum online.www.geogle.co.id.Penyelenggaraan Pemerintahan.


Diakses tanggal I0 Agustus 2015.

C. Peraturan Perundang- Undangan

Undang undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang- undang No.IO Tahun 2004 Tentang Pembentukan Peraturan


Perundang- undangan. Sinar Grafika. Jakarta. 2005.

Undang -undang No.12 Tahun 2001 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan. Sinar Grafika.Jakarta. 2011.
SURA T PERNY ATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Mardhotillah

Tempat Tanggal : Prabumulih, 24 Februari 1993


Lahir
: 50 20011 41 I
NIM
: llmu Hukum
Program Studi
: Hukum Tata Negara
Program
Kekhususuan

Menyatakan bahw karya ilmiah / skripsi yang berjudul:

PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun

keseluruhan, kecualidalam bentuk kutipan yang telah kami sebutkan sumbernya.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila

pernyataan ini tidak benar, kami bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Palembang, 24 Oktober

2014• Yang menyatakan

Mardhotillah
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
Lampiran Outline Skripsi
Peri ha I Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi Yth
Kepada Bapak Hendri S, SH., M Hum Pembimbing
Akademik Fakultas Hukum UMP
di-
Palembang

Assalamualaikum Wr Wb
Saya yang bertanda tangan di bawah in
Nama Mardhotillah
NIM SO 2011 411
Program Kekhususan Hukum Tata Negara

Pada Semester VII (Ganjil/Genap) Tahun 2014/2015 sudah mcnyelesaikan


beban studi yang meliputi MPK, MKU,MKB.MKP.MPB dan MBB (140 SKS )

Dengan ini mengayukan permohonan Penehitian Hukum Dan Penuhsan Skripst


Dengan Judul

Proses Pembentukan Peraturan Daerah Kota Palembang

Demikianlah atas perkenan Bapak diucapkan terimakasih


Wassalamu alaikum Wr Wb

Palembang. September 2014

A•
Mard - --
ot il lah

/a-
°n'
Rekomendasi PA Ybs , (

4 huuuueuu-- a.de

Hendn S, SH, M Hum


UNIVERSITAS MUHAMMADIY AH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM

REKOMENDASI DAN PEMBIMBING SKRIPSI

Nama Mardhotillah

NIM 50 2011 411

Program Studi \mu Hukum

Program Kekhususan Hukum Tata Negara

Judul Proses Pembentukan Peraturan Daerah Kota Palembang

I. Rekomendasi Ketua_Bagian Hukum Tata


a Rekomendasi
Negara
S?Ku ( f, hnkt
b.Usul Pembimbing
~l'/>,rr,~

, 4, too 0.w. &


Palembang. September 201.4
Ketua Bagian Hukum Tata
Negara

Yudistira Rusdi. SH

II. Penetapan Pembimbing Skripsi oleh Wakil Dekan


4.heal I
f AG.

ng. September 201.4


' kanl,
l
?':k:N .·,'
u.•
-i'

' ulastri, SH.. M.Hum


OUTLINE SKRIPSI

JUDUL: PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA


PALEMBANG

Permasalahan:
1. Bagaimana Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah di Kota Palembang
2. Apakah Wewenang Dan Fungsi DPRD Kota Palembang Dalam Pembentukan Peraturan
Oaerah.

BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Permasalahan
C. Ruang Lingkup dan Tujuan
D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian Peraturan Perundang Undangan
8. Asas -- Asas Peraturan Perundang Undangan
C. Pengertian Peraturan Daerah
D. Asas -- Asas Peraturan Daerah

BAB HI PEMBAHASAN
A. Mekanisme Pembentukan Peraturan Daerah Di Kota Palembang
B. Wewenang Dan Fungsi DPRD Kota Palembang Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah

BAB IV PENUTUP
A. Kesi
mpulan
B.Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
PERM OHONAN UNTUK MENGIKUTI SEMIN AR PROPOSAL

Palembang, September 2014


rihal : Mohon untuk Dilaksanakan Seminar Proposal Penelitian Skripsi

:pada Yth,
tua Bagian Hukum Tata Negara
kultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang

Palembang

salamualaikum Wr Wb,
ngan hormat, dengan ini disampaikan bahwa
Nama Mahasiswa : Mardhotillah
Nomor Induk Mahasiswa : 50 2011 411
Program Kekhususan : Hukum Tata Negara

ihwa yang bersangkutan telah layak untuk mengikuti, seminar proposal rencana penelitian
ripsi, dengan judul: PROSES PEMBENTUKAN PERA TURAN DAERAH
KOT A ALEMBANG. Mohon kiranya yang bersangkutan untuk dijadwalkan mengikuti
seminar oposal penelitian skripsi.
2mikianlah disampaikan untuk dipertimbangkan
assalamualaikum Wr Wb

Pembi bing Skripsi

H. is, SH, M. Hum


HAL AMAN PERSETU JU AN UN TUK ME NGIKUT
I
SEMINAR PROPOSAL

Nama Mahasiswa : Mardhotillah


Nomor lnduk : 50 2011 411
Mahasiswa Program : Hukum Tata Negara
Kekhususan Judul : PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN
Penelitian DAERAH KOTA PALEMBANG

g, September 2014

ing Skripsi,

/
'
i
I
II
H. aramis. SH, M. Hum

Ketua Bagian
\
Hualeltma- veg

Yudistira Rusdi, SH,


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM

KARTU AKTIVITAS BIMBINGAN SKRJPSI


NAMA MAHASISW A

]
PEMBIMBING:
MARDHOTILLAH
H. MARAMIS, SH, M. Hum __
NOMOR INDUK MAHASISWA

50 2011 411

PROGAM STUDI

ILMU HUKUM

PROGRAM KEKHUSUSAN

HUMKUM TATA NEGARA


.
JUDUL SKRIPSE:

PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG


----------------
KONSULTASI
KE•

)
\
/

l%
II / l.,....
% -.
,-----------r-----------~---- - -------.---
KONr~ASI M~G Dll31MBINGKAN Kl'·!~~

.M,
l4sl_ I
~

_. • - ------· - I

r··-------------
' CATATAN DIKELUARKAN D' PA; MBANG
] MOHON DIBERI WAKTU PADA TANGGAL 8-0 - 2014
MEN YELESAIKAN SKRIPSI KE
..... BULAN SEJAK TANGGAL
DTKELUARKAN/DITETAPKAN

Yudistira Rusdi. S

Anda mungkin juga menyukai