Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH PERENCANAAN PELABUHAN

Disusun Oleh :

BINGAR ENJANG FEBRIAN

(053120064)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAKUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini saya membahas tentang
Perencanaan Pelabuhan.

Makalah ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan tentang konstruksi


bangunan sipil khususnya pelabuhan dan sekaligus sebagai tugas yang harus dipenuhi
oleh peserta untuk kegiatan Bakti Sosial (BAKSOS) dalam kegiatan Studi Pengkaderan
Mahasiswa Sipil (STUPAMASI).

Saya menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini.

Demikian makalah ini dibuat, semoga bermanfaat.

Bogor , 13 Juli 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................1
D. METODOLOGI PENULISAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. PENGERTIAN PELABUHAN........................................................................................................2
B. MACAM PELABUHAN.................................................................................................................2
C. SISTEM PELABUHAN...................................................................................................................5
D. FUNGSI PELABUHAN..................................................................................................................5
BAB III PEMNBAHASAN..................................................................................................................7
A. PERENCANAAN PELABUHAN.........................................................................................7
B. ANGIN, PASANG SURUT DAN GELOMBANG.............................................................11
C. GELOMBANG LAUT.........................................................................................................17
D. ALUR PELAYARAN....................................................................................................................18
E. PEMECAH GELOMBANG...........................................................................................................19
F. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI.....................................................................23
G. DAMPAK LINGKUNGAN.................................................................................................26
H. DERMAGA..........................................................................................................................27
I. FENDER DAN ALAT PENAMBAT..................................................................................28
J. FASILITAS PELABUHAN.................................................................................................29
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................31
A. Kesimpulan...........................................................................................................................31
B. Saran.....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam transportasi laut adalah
pelabuhan. Bersama dengan unsur-unsur lainnya menciptakan suatu sistem angkutan
yang menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam pengoperasiannya pelabuhan
harus menyediakan prasarana yang diperlukan guna mendukung kelancaran kapal dan
barang yang dibongkar. Penyediaan fasilitas pelabuhan yang berlebihan akan
menguntungkan pemakaian jasa, karena kurang melancarkan arus barang dan kapal dan
dapat berdampak lebih luas yaitu tidak dapat mendukung perkembangan sektorsektor
ekonomi lainnya yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Hal
tersebut di atas dapat diatasi apabila perencanaan fasilitas pelabuhan dibuat seoptimal
mungkin dengan memperthatikan luas lapangan penumpukan setiap tahunnya serta
jumlah muat dan bongkar barang setiap tahunnya.

B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kunjungan kapal tentunya berpengaruh terhadap kinerja pelayanan
pelabuhan agar waktunya tidak terbuang terlalu lama di pelabuhan dimana salah satunya
adalah kinerja lapangan penumpukan. Oleh karena itu pada perencanaan pelabuhan kali
ini akan dianalisa apakah pelabuhan saat ini mampu untuk melayani kapasitas lapangan
penumpukan yang akan datang pada tahun 2020.

C. TUJUAN PENULISAN
Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam transportasi laut adalah
pelabuhan. Bersama dengan unsur unsur lainnya menciptakan suatu sistem angkutan yang
menunjang pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun tujuan dari penulisan
ini adalah :
1. Memberikan gambaran mengenai perencanaan pelabuhan berdasarkan manfaat dan
fungsi yang dibutuhkan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi enginner sipil dalam melaksanakan perencanaan
pelabuhan yang sesuai standar.
D. METODOLOGI PENULISAN
Adapun metode penulisan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas
kepelabuhanan ini adalah studi pustaka, yaitu dengan melakukan penelusuran literatur
dan tulisan-tulisan ilmiah yang dapat dijadikan bahan masukan dalam pengerjaan tugas
ini.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PELABUHAN

Menurut Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 2001 Pasal 1 ayat 1, tentang


Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya
dengan batas - batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi
yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau
bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi.
Menurut Triatmodjo (1992) pelabuhan (port) merupakan suatu daerah perairan yang
terlindung dari gelombang dan digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal maupun
kendaraan air lainnya yang berfungsi untuk menaikkan atau menurunkan penumpang, barang
maupun hewan, reparasi, pengisian bahan bakar dan lain sebagainya yang dilengkapi dengan
dermaga tempat menambatkan kapal, kran-kran untuk bongkar muat barang, gudang transito,
serta tempat penyimpanan barang dalam waktu yang lebih lama, sementara menunggu
penyaluran ke daerah tujuan atau pengapalan selanjutnya. Selain itu, pelabuhan merupakan
pintu gerbang serta pemelancar hubungan antar daerah, pulau bahkan benua maupun antar
bangsa yang dapat memajukan daerah belakangnya atau juga dikenal dengan daerah
pengaruh. Daerah belakang ini merupakan daerah yang mempunyai hubungan kepentingan
ekonomi, sosial, maupun untuk kepentingan pertahanan yang dikenal dengan pangkalan
militer angkatan laut.

B. MACAM PELABUHAN
Menurut Triatmodjo (1992), Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam segi
tinjauan, yaitu segi penyelenggaraannya, segi pengusahaannya, fungsi dalam perdangangan
nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya.
2.2.1. Segi penyelenggaraan

1. Pelabuhan Umum

Pelabuhan ini diselenggarakan untuk kepentingan palayanan masyarakat umum, yang


dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya diberikan kepada badan usaha milik negara
yang didirikan untuk maksud tersebut. Di indonesia, dibentuk empat badan usaha milik negara
yang berwenang mengelola pelabuhan umum duisahakan, yaitu PT. Pelindo I berkedudukan
di Medan, PT. Pelindo II di
Jakarta, PT. Pelindo III di Surabaya dan PT. Pelindo IV di Ujung Pandang. Pelabuhan pada
perencaaan ini masuk pada kawasan operasi PT. Pelindo IV, Ujung Pandang, sebagai
pelabuhan umum.

2. Pelabuhan Khusus

Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna
menunjang suatu kegiatan tertentu dan hanya digunakan untuk kepentingan umum dengan
keadaan tertentu dan dengan ijin khusus dari Pemerintah. Pelabuhan ini dibangun oleh suatu
2
perusahaan baik pemerintah ataupun swasta yang digunakan untuk mengirim hasil produksi
perusahaan tersebut, salah satu contoh adalah Pelabuhan LNG Arun di Aceh, yang digunakan
untuk mengirim gas alam cair ke daerah/negara lain, Pelabuhan Pabrik Aluminium di Sumatra
Utara (Kuala Tanjung), yang melayani import bahan baku bouksit dan eksport aluminium ke
daerah/negara lain.
2.2.2. Segi kegunaan

1. Pelabuhan Barang

Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar
muat barang, seperti:
a. Dermaga harus panjang dan mampu menampung seluruh panjang kapal sekurang-
kurangnya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan oleh proses bongkar muat
barang melalui bagian depan maupun belakang kapal dan juga di bagian tengah
kapal.
b. Pelabuhan barang harus memiliki halaman dermaga yang cukup lebar, untuk
keperluan bongkar muat barang, yang berfungsi untuk mempersiapkan barang yang
akan dimuat di kapal, maupun barang yang akan di bongkar dari kapal dengan
menggunakan kran. Bentuk halaman dermaga ini beranekaragam tergantung pada
jenis muatan yang ada, seperti :
1. Barang-barang potongan (general cargo), yaitu barang yang dikirim dalam
bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, serta barang yang dibungkus dalam
peti, karung, drum dan lain sebagainya.
2. Muatan lepas (bulk cargo), yaitu barang yang dimuat tanpa pembungkus, seperti
batu bara, biji besi, minyak dan lain sebagainya.
Peti kemas (Container), yaitu peti yang ulkurannya telah distandarisasi dan
teratur yang berfungsi sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim.
c. Mempunyai transito dibelakang halaman dermaga

d. Memiliki akses jalan maupun halaman untuk pengambilan/pemasukan barang dari


gudang maupun menuju gudang, serta adanya fasilitas
reparasi.

2. Pelabuhan Penumpang

Seperti halnya pelabuhan barang, pelabuhan penumpang juga melayani bongkar


muat barang, namun pada pelabuhan penumpang, barang yang dibongkar cenderung
lebih sedikit. Pelabuhan penumpang, lebih melayani segala kegiatan yang berhubungan
dengan kebutuhan orang bepergian, oleh karena itu daerah belakang dermaga lebih
difungsikan sebagai stasiun/terminal penumpang yang dilengkapi dengan kantor
imigrasi, keamanan, direksi pelabuhan, maskapai pelayaran dan lain sebagainya.
3. Pelabuhan Campuran

Pelabuhan campuran ini lebih diutamakan untuk keperluan penumpang dan


barang, sedangkan untuk minyak masih menggunakan pipa pengalir. Pelabuhan ini
biasanya merupakan pelabuhan kecil atau pelabuhan yang masih berada dalam taraf
perkembangan.

3
4. Pelabuhan Minyak

Pelabuhan minyak merupakan pelabuhan yang menangani aktivitas pasokan


minyak. Letak pelabuhan ini biasanya jauh dari keperluan umum sebagai salah satu
fakltor keamanan. Pelabuhan ini juga biasanya tidak memerlukan dermaga/pangkalan
yang harus dapat menampung muatan vertikal yang besar, karena cukup dengan
membuat jembatan perancah atau tambatan yang lebih menjorok ke laut serta dilengkapi
dengan pipa-pipa penyalur yang diletakkan persis dibawah jembatan, terkecuali pada
pipa yang berada di dekat kapal harus diletakkan diatas jembatan guna memudahkan
penyambungan pipa menuju kapal. Pelabuhan ini juga dilengkapi dengan penambat
tambahan untuk mencegah kapal bergerak pada saat penyaluran minyak.
5. Pelabuhan Ikan

Pelabuhan ini lebih difungsikan untuk mengakomodasi para nelayan. Biasanya


pelabuhan ini dilengkapi dengan pasa lelang, alat pengawet, persediaan bahan bakar,
hingga tempat yang cukup luas untuk perawatan alat penangkap ikan. Pelabuhan ini
tidak membutuhkan perairan yang dalam, karena kapal penambat yang digunakan oleh
para nelayan tidaklah besar.

6. Pelabuhan Militer

Pelabuhan ini lebih cenderung digunakan untuk aktivitas militer. Pelabuhan ini
memiliki daerah perairan yang cukup luas serta letak tempat bongkar muat yang
terpisah dan memiliki letak yang agak berjauhan. Pelabuhan ini berfungsi untuk
mengakomodasi aktifitas kapal perang.

2.2.3. Segi usaha

Jika ditinjau dari segi pengusahaannya, maka pelabuhan dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh setiap kapal yang memasuki pelabuhan, dengan
aktifitas tertentu, seperti bongkar muat, menaik-turunkan penumpang, dan lain
sebagainya. Pemakaian pelabuhan ini biasanya dikenakan biaya jasa, seperti jasa labuh,
jasa tambat, jasa pandu, jada tunda, jasa dermaga, jada penumpukan, dan lain
sebagainya.

2. Pelabuhan yang tidak diusahakan

Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgah kapal tanpa fasilitas bea cukai, bongkar
muat dan lain sebagainya. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang disubsidi oleh
pemerintah serta dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral perhubungan
Laut.

2.2.4. Segi fungsi perdagangan nasional dan internasional

Pelabuhan jika ditinjau dari segi fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional dapat
dibedakan menjadi :
4
1. Pelabuhan laut

Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera
asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan utama dan ramai dikunjungi oleh
kapal-kapal yang membawa barang ekspor/impor dari luar negri.
2. Pelabuhan pantai

Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang lebih dimanfaatkan untuk perdagangan dalam
negeri. Kapal asing yang hendak masuk harus memiliki ijin khusus.
2.2.5. Segi letak geografis

Ditinjau dari segi letak geografis, pelabuhan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Pelabuhan buatan

Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater), yang merupakan
pemecah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh satu celah yang berfungsi
untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat.

2. Pelabuhan alam

Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindung dari badai dan gelombang
secara alami, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara
sungai. Di daerah ini pengaruh gelombangnya sangat kecil.

3. Pelabuhan semi alam

Pelabuhan semi alam merupakan campuran antara pelabuhan buatan dan pelabuhan
alam, misalnya pelabuhan yang terlindungi oleh pantai tetapi pada alur masuk terdapat
bangunan buatan untuk melindungi pelabuhan, contohnya pelabuhan ini di Indonesia adalah
pelabuhan bengkulu.

C. SISTEM PELABUHAN
Berdasarkan PP No 11 tahun 1983, disebutkan bahwa pelabuhan adalah tempat berlabuh
dan atau bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah
lingkungan kerja kegiatan ekonomi.
Dengan demikian pengertian pelabuhan mencakup pengertian prasarana dan sistem
transportasi yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja yang terdiri dari area daratan dan
perairan serta dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bertambat kapal, guna
terselenggaranya kegiatan bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari satu
moda transportasi laut ke moda transportasi lainnya.

5
D. FUNGSI PELABUHAN
Sebagaimana pengertian sistem pelabuhan menurut PP No 11 tahun 1983, maka
pelabuhan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
Interface, yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda/sistem transportasi darat dan
laut sehingga pelabuhan harus dapat menyediakan berbagai Fasilitas dan pelayanan jasa
yang dibutuhkan untuk perpindahan barang/penumpang ke angkutan darat atau sebaliknya.
Link (mata rantai) yaitu pelabuhan merupakan mata rantai dari sistem transportasi sehingga
pelabuhan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi keseluruhan.
Gateway, yaitu pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara/daerah, sehingga
dapat memegang peranan penting bagi perekonomian suatu negara atau daerah.
Industri entity, yaitu perkembangan industri yang berorientasi kepada ekspor dari suatu negara
atau daerah.
Disamping itu, pelabuhan juga sebagai terminal pengangkutan, yang dapat dibagi dalam
beberapa fungsi berikut:
1. Fungsi pelayanan dan pemangkalan kapal, seperti:

Bantuan kepada kapal yang masuk, meninggalkan dan berolah gerak di


pelabuhan.
a. Perlindungan kapal dari ombak selama berlabuh dan tambat.

b. Pelayanan untuk pengisian bahan bakar, perbekalan dan sebagainya.

c. Pemeliharaan dan perbaikan kapal.

2. Fungsi pelayanan kapal penumpang, seperti :

a. Penyediaan prasarana dan sarana bagi penumpang selama menunggu kapal dan
melakukan aktivitas persiapan keberangkatannya.
b. Penyediaan sarana yang dapat memberikan kenyamanan, penyediaan makanan dan
keperluan penumpang.
3. Fungsi penanganan barang, seperti :

a. Penyediaan prasarana dan sarana untuk penyimpanan sementara, pengepakan,


penimbunan barang, konsentrasi muatan dalam kelompok
yang berukuran ekonomis untuk diangkut.
b. Bongkar muat barang dari dan ke kapal dan penanganan barang di darat.

c. Penjagaan keamanan barang.

d. Fungsi pemrosesan dokumen dan lain-lain, seperti :

e. Penyelenggaraan dokumen kapal oleh syahbandar.

f. Penyelenggaraan dokumen pabean, muatan kapal laut dan dokumen

lainnya.

g. Penjualan dan pemeriksaan tiket penumpang.


6
h. Penyelesaian dokumen imigrasi penumpang untuk pelayaran luar negeri.

BAB III
PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN PELABUHAN
1. Pendahaluan
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar.Oleh kerena
itudiperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelumpelabuhan
tersebut dibangun.Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhanbiasanya didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi,politis danteknis.yang paling penting adalah
pertimbangan ekonomis.Secara teknis hampir semua semua pelabuhan dapat di
bangun,oleh karenanyaperlu teknis dapat menyesuaikan.Masalah ekonomis dapat di
perhitungkanberdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut,daerah belakang,daerah
operasi dansebagainya.

2. Persyaratan dan Perlengkapan Pelabuhan Pelabuhan


Adalah daerah yang terlindungi dari pengaruh gelombang sehinggakapal bisa
berlabuh dengan aman untuk bongkar muat barang,menarik turunkan penumpang,
mengisi bahan bakar,melakukan reparasi dan sebagainya.Untukmemberi pelayanan
yang baik maka pelabuhan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya sebagai
berikut :
a) Harus ada hubungan yang mudah antar tranportasi air dan darat sepeti jalan raya
dan kereta api.agar barang barang dapat diangkut dari dan kepalebuhan dengan
mudah dan cepat.
b) Pelabuhan berada disuatu lakosi yang mempunyai daerahbelakang(daerah
pengaruh) subur dengan populasi penduduk yang cukup padat.
c) Pelabuhan harus mempunyai kedalaman air dan lebar alur yang cukup
d) Kapal-kapal yang mencapai pelabuhan herus mampu membuang sauhselama
menunggu merapat ke dermaga.
e) Pelabuhan harus mampunyai fasilitas bongkar muat barang (kran, dsb) dan
gudang-gudang penyimpanan barang.
f) Pelabuhan harus mempunyai fasilitas untuk meresparasi kapal-kapal.
Fungsi dari masing-masing bangunan yang terdapat di pelabuhan sebagai berikut

a) Pemecah gelombang,yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan


dari gangguan gelombang-gelombang yang datang dari lautlepas akan dihalangi
oleh bangunan ini.
7
b) Alur pelayaran,berfungsI untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan
keluar/masuk pelabuhan. alur pelayaran harus mempunyai kedalaman danlebar
yang cukup untuk dilalui kapal-kapal.
c) Kolam pelabuhan,merupakan daerah perairan dimana kapal berlabuhuntuk
melakukan bongkar muat,melakukan gerakan untukmemutar(dikolam putar).
d) Dermaga adalah bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapatnya kapal
dan menambatnya pada waktu bongkar muat barang.
e) Alat penambat,digunakan untuk menanmbat kapal pada waktu merapat didermaga
maupun menggu diperairan sebelum kapal merapat didermaga.
f) Gudang,yang terletak di belakang dermaga untuk menyimpan barang-barang yang
harus menunggu pengapalan.
g) Gedung terminal untuk keperluan administrasi.

3. Pemilihan lakosi pelabuhan.


Pemilihan lokasi untuk membangun pelabuhan meliputi daerah pantai dan daratan,
pemilihan lokasi tergantung beberapa faktor diantaranya adalah :
a) Kondisi tanah dan geologi.
b) Kedalaman dan luas daerah perairan.
c) Perlindungan pelabuhan terhadap gelombang.
d) Arus.
e) Sedimentasi.
f) Daerah daratannya yang cukup luas untuk menampung barang yang akan
dibongkar muat.
g) Jalan-jalan untuk trasportasi.
h) Daerah industri dibelakangnya

Pemilihan lokasi pelabuhan harus mempertimbangkan faktor tersebut, akan tetapi


biasanya tidak semua faktor tersebut bisa terpenuhi, sehingga diperlukan suatu
kompromi untuk mendapatkan hasil optimal, berbagai faktor yang mempegaruhi
penentuan lokasi pelabuhan adalah sebagai berikut :
a) Biaya pembangunan dan perawatan bangunan-bangunan pantai.
b) Pengerukan pertama pada waktu pembangunan yang harus dilakukan.
c) Pengerukan selama pelabuhan beroperasi.

8
4. Tinjauan topografi dan geologi.
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan
untukmembangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di
masamendatang.Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas
pelabuhan seperti Dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri.

5. Tinjauan pelayaran.
Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan
meggunakannya. Pelayaran suatu kapal dipegaruhi oleh faktor-faktor alam dan angin
gelombang dan arus dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal.

6. Tinjauan sedimentasi.
Pengerukan untuk mendapatkan kedalamam yang cukup bagi pelayaran
didaerah pelayaran memerlukan biaya yang cukup besar, pengerukan ini dapat
dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perwatan. Pelabuhan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit
mungkin (kalau bisa tidak ada sama sekali)

7. Tinjauan gelombang dan arus.


Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan
bangunanpelabuhan, untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang
berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang.
Didalam tinjauan pelayaran, diharapkan bahwa kapal-kapal dapat masuk kepelabuhan
menurut alur pelayaran lurus (tanpa membelok) dan alur tersebut harus searah dengan
arah penjalaran gelombang terbesar dan arah arus.

8. Tinjauan kedalaman air.


Kedalaman sangat berpengaruh pada perencanaan pelabuhan.di laut
yangmengalami pasang surt Variasi muka air kadang-kadang cukup besar. Menurut
pengalaman, pasang surut yang kurang dari 5 m masih dapat diadakan pelabuhan
terbuka, bila pasang surut lebih dari 5 m,maka terpaksa dibuat pelabuhan tertutup yang
dilengkapi dengan pintu air untuk memasukan dan mengeluarkan kapal.
9. Ukuran dan bentuk pelabuhan.
Ukuran pelabuhan ditentukan jumlah dan ukuran kapal-kapal yang akan
menggunakannya serta kondisi lapangan yang ada. Ditinjau dari biaya,ukuran
pelabuhan harus sekecil mungkin,akan tetapi pengoperasian yang mudah. Ukuran
kolam putar tergantung pada ukuran kapal dan memudahkan gerak berputar kapal,
yang dibedakan dalam 4 macam :
a) Ukuran Optimum untuk dapat berputar dengan mudah memerlukan diameter
empat kali panjang kapal penggunanya.
b) Ukuran menengah ruang putar dapat sedikit kesulitan dalam berputar mempunyai
diameter dua kali panjang kapal terbesar yang menggunakannya.
9
c) Ruang putaran kecil yang mempunyai diameter kurang dari dua kali panjang
kapalnya.gerakan berputar dapat dilakukan dengan menggunakan jangkar dan
bantuan kapal tunda.
d) Ukuran minimum ruang putaran harus mempunyai diameter 20% lebih panjang
kapal terbesar yang menggunakannya. dalam hal ini untuk membantu perputaran,
kapal harus ditambat pada suatu titik tetap, misalnya dengan pelampung, dermaga
atau jangkar

10. Pemecah Gelombang.


Pemecah gelombang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan
semi alam dan buatan.layout pemecah gelombang tergantung pada arah gelombang
maksimum, bentuk garis pantai, ukuran minimum pelabuhan yang diperlukan untuk
melayani lalu lintas dipelabuhan tersebut. Pemecah gelombang bisa berupa dua lengan
yang menjorok kelaut dari garispantai dan sebuah pemecah gelombang yang sejajar
pantai dan dilengkapi dengan dua mulut untuk masuk dan keluarnya kapal.
Bentuk lain adalah satu lengan pemecah gelombang yang berawal dari pantai
menuju laut yang kemudian membelok dan sejajar pantai. Disini terdapat satu mulut
dan digunakan apabila angin dan gelombang berasal dari satu arah.pemecah
gelombang bisa pula terdiri dua lengan yang menjorok kelaut dari garis pantai dengan
kedua lengan tersebut konvergen dan membentuk suatu bukaan di laut untuk jalan
masuk dan keluar kapal. Pemilihan bentuk layout pemecah gelombang sangat
tergantung pada arah gelombang maksimum dan ketenangan di kolam pelabuhan dapat
diselidiki dengan menggunakan model hidraulis.
Dimensi pemecah gelombang tergantung pada kedalaman air, tinggi pasang
surut, tinggi gelombang, tipe pemecah gelombang dan bahan kontruksi. Elevasi
puncak bangunan didasarkan pada muka air pasang tertinggi dan dihitung dengan
menggunakan run up gelombang, yaitu naiknya gelombang pada permukaan pemecah
gelombang sisi miring.

11. Lokasi dan lebar mulut pelabuhan.


Untuk menggurangi tinggi gelombang di perairan pelabuhan, mulut pelabuhan
tidak boleh lebih besar dari yang diperlukan untuk keamanan pelayaranya berbahaya
yang ditimbulkan oleh pasang surut.perubahan elevasi muka air karena adanya pasang
surut menyebabkan arus keluar/masuk melalui mulutnya. karena mulut pelabuhan
relatif sempit maka arus tersebut mempunyai kecepatan tinggi yang dapat
mengganggu gerak kapal.Lebar mulut pelabuhan tergantung pada ukuran pelabuhan
dan kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan, biasanya untuk pelabuhan kecil lebar
mulut pelabuhan adalah 100 m, pelabuhan sedang antara 100 m dan 160 m, dan untuk
pelabuhan besar 160 m – 260 m.
Apabila mulut berada antara pemecah gelombang dengan sisi miring maka
lebarnya pada air rendah, yaitu sama dengan lebar yang diperlukan ditambah dengan

10
lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman tersebut, misalnya, jika lebar
mulut adalah 150 m dan mulut tersebut beradaantara pemecah gelombang dengan
kemiringan 1 : 3 maka untuk pelabuhandengan kedalaman 10 m lebar pada muka air
rendah adalah 210 m. Gelombang dari laut akan masuk melalui mulut pelabuhan,
dalam perjalananya masuk ke pelabuhan, tinggi gelombang berkurang secara
berangsur-angsur karena proses di fraksi, yaitu penyebaran energi gelombang ke
seluruh lebar daerah perairan pelabuhan. Tinggi gelombang di kolam pelabuhan dapat
dihitung dengan rumus Stevenson, rumus tersebut memberikan hasil perkiraan.

B. ANGIN, PASANG SURUT DAN GELOMBANG

1. Pasang Surut
a) Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda stronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.

Gambar 3.2.1 Pasang Surut di Daerah Pantai

Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap

11
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari.

b) Teori Pasang Surut


1) Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton
(1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori
terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan
pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa
naikturunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang
surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut
dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari
menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan
kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force)
yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air
rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2) Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan
yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman
yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan
gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya.
Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas
perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini
pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825).
Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut
dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit
pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding
dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka
terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant
(1958), faktor-faktor tersebut adalah :
 Kedalaman perairan dan luas perairan
 Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
 Gesekan dasar

12
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan
bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan
dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut,
gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag)
serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin
dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.

c) Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap
matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis
adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan
gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat
mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat,
bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut
yang berlainan (Wyrtki, 1961).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang
orbital bulan dan matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap
bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik
menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar
dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil
dari matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi.Gaya-gaya ini mengakibatkan
air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu
yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada
di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan
penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi
matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil.
Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama
periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).

d) Tipe Pasang Surut


13
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit
pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir.
Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1) Pasang surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan
satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2) Pasang surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan
dua kali surut yang hampir sama tingginya.
3) Pasang surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan
melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan
jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.

Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :


1) Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di
Selat Karimata
2) Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi
dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu
hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu
kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang
sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan
Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4) Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut
dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai
Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
e) Arus Pasut merupakan Gerakan air vertikal yang berhubungan dengan naik dan
turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air horizontal yang disebut dengan
arus pasang surut. Permukaan air lautsenantiasa berubah-ubah setiap saat karena
gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada tempat-tempat sempit seperti teluk
dan selat, sehingga menimbulkan arus pasut (Tidal current). Gerakan aruspasut
dari lautlepas yang merambat ke perairan pantai akan mengalami perubahan,
14
faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah berkurangnya kedalaman
(Mihardja et,. al 1994).

f) Alat-alat Pengukuran Pasang SurutBeberapa alat prngukuran pasang surut


diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi
meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide
Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang
umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi
gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu,
alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat. Syarat pemasangan papan
pasut adalah :
 Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih
tergenang oleh air
 Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada
daerah aliran sungai (aliran debit air).
 Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang
menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
 Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah
untuk diamati dan dipasang tegak lurus
 Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga
papan mudah dikaitkan
 Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data
pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
 Tanah dan dasar lautatau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
 Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arusdan sampah

15
2) Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur
ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
 Floating tide gauge (self registering) Prinsip kerja alat ini berdasarkan
naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui
pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
 Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge
hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-
turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini
dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan
air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan
pasang surut.

3) Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat
diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem
satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu
mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es
kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.Prinsip
Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar
pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta
jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh
satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut
dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik
altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak
vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan
ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau
SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit13
dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga
fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time

16
`

series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi
temporal periode panjang dan fenomena sekularnya
(http://gdl.geoph.itb.ac.id)

C. GELOMBANG LAUT
Gelombang merupakan usikan atau gangguan dari keadaan setimbang yang
merambat dalam ruang. Gelombang yang memerlukan medium untuk merambat disebut
gelombang mekanik sedangkan yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut
gelombang elektromagnetik
Gelombang laut merupakan contoh dari gelombang mekanik. Secara umum,
gelombang ini terjadi karena hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas
permukaan air laut. Hembusan angin yang demikian akan membentuk riak permukaan,
yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan angin.

Gambar 3.2.2 Gelombang Laut Berdasarkan Proses Terbentuknya

Gelombang laut berdasarkan proses terbentukknya dibedakan menjadi tiga yaitugelombang


angin, gelombang pasang surut, dan gelombang tsunami.

1. Gelombang Angin
Gelombang angin disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut.Gelombang
ini dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai.Selain itu juga dapat
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang pantai,
serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang
merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran, dan
perencanaan bangunan pantai.
2. Gelombang Pasang Surut
Gelombang pasang surut disebabkan adanya pasang surut air laut. Pasang surut
laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut air laut
ini juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang cukup
kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk dan muara sungai.Elevasi
muka air pasang dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan –
bangunan pantai.Sebagai contoh elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh
17
`

elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman alur
pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.

3. Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung
berapi atau gempa bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai
30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang
tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut.Selama penjalaran dari tengah laut
(pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin
besar oleh karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami dapat mencapai puluhan
meter.Pada gambar A.2.a ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang
berada di laut dalam dengan ketinggian puncak gelombang < 1 m dan pada gambar
A.2.b ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang berada di pantai dengan
ketinggian puncak gelombang ≤ 30 m.

D. ALUR PELAYARAN
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut,
sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku
petunjukpelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran
digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu harus
melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak terlalu kuat.
Penguasapelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur
pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan-perawatan harus
menjamin: kese;amatanberlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan tata
pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.Peranan pemerintah, Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk:
 menetapkan alur-pelayaran;
 menetapkan sistem rute;
 menetapkan tata cara berlalu-lintas dan
 menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.

18
`

Gambar3.2.3 Alur PelayaranPada Pelabuhan

E. PEMECAH GELOMBANG
1. Pemecah Gelombang (Breakwater)
a) Deskripsi Umum
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas
pantai.Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi.
Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty.
Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai
lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan
pantai terhadap erosi.Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada
pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai.Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum

19
`

sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan dibelakang bangunan. Endapan ini


dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai
dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka
tergantung pada panjang pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas
pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang atau suatu seri bangunan
yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang yang dipisahkan oleh
celah.
b) Fungsi
Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak
dibelakangnya dari serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi
pada pantai. Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi
karena berkurangnya energi gelombang yang sampai di perairan di belakang
bangunan.
Karena pemecah gelombang ini dibuat terpisah ke arah lepas pantai,
tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking zone). Maka bagian
sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam
energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat
dikurangi.
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian
diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya
gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya. Pembagian
besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruskan
tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air),
tipe bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan
tidak lulus air) dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan
puncak bangunan)
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan mengurangi
pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang
bangunan. Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya
endapan sediment tersebut.
c) Material
Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu
sendiri. Seperti halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang
lepas pantai dilihat dari bentuk strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe
yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari
materialmaterial seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi
tanah atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison
beton dan lain sebagainya.

20
`

Gambar 3.2.4 Berbagai Jenis Breakwater Sisi Tegak

Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang


paling umum di jumpai pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison
beton pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk
kotak dari beton bertulang yang didalamnya diisi pasir atau batu.
Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton diletakkan diatas tumpukan
batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi gerusan pada pondasi
maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton.
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas
pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di
bentuk sedemikian rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan
melintangnya membentuk trapesium) sehingga terlihat seperti sebuah
gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan ukuran
butiran sangat besar.

Gambar 3.2.5 Breakwater Sisi Miring

Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:

21
`

a) Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa
partikelpartikel halus dari debu dan pasir.
b) Lapisan bawah pertama (under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter
layer)yang melindungi bagian inti (core) terhadap penghanyutan material,
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi
dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
c) Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan
pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang
pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3
ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus
dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc
accropode dan lain-lain

Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk
unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari
beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber,
besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini.
Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.

Gambar 3.2.6 Beberapa Macam Material Batu Buatan

Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas


pantai juga mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi
pemecah gelombang komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak
dan bangunan sisi miring. Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan
misalnya antara kaison beton dengan batu-batuan sebagai pondasinya.

22
`

F. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI


Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi
pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring.Untuk sisi tegak
ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi pemecah
gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi pertentangan pada saat
ditemukan. Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut:
Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan bagian
dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah.Dengan mengatur tekanan udara didalam
kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan stabilitas
dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.

Gambar 3.2.7 Ilustrasi Kaison yang Diapungkan Dengan Mengontrol Tekanan Udara

Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.

Gambar 3.2.8 Ilustrasi Pemindahan Kaison Dengan Cara Didorong Tugboat

Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan
dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri.
Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah
direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan
strukturnya.
Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai
luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh
23
`

kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison
yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar
laut dengan dengan kedalaman yang cukup.
Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur
setelah dipasang.Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada
dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai
salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.
Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama
pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman
yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara
bertekanan yang ada di dalam kaison.
Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui
suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa
masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti
yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu berada dibawah
dukungan hidrolik sementara. Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan
material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau
material lain.

Gambar 3.2.9 Ilustrasi Kaison yang Sudah Berada PadaLokasi Pemasangan dan Diisi
Dengan
Material Pengisi

Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh
berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga
menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material
dan alat-alat beratnya saja.
Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada
jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi
pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut
material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:
24
`

1. Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk.
untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti (core) idealnya
mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas
level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar,
sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.

Gambar 3.2.10 Pengurugan Lapisan Inti Dengan Dump Truck

2. Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu.
Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis,
selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia
ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban
karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus
menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti(core)
tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana
terlalu banyak bagian inti (core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang
serius pada bagian inti (core) yaitu penggerusan material. Gambar 2.2.10
menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah
2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu
tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk
meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat
dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar
nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang
diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk membantu
operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang
benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu batuan yang
terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.

25
`

Gambar 3.2.11 Penempatan Batuan Lapisan Bawah Menggunakan Ekskavator

Lapisan pelindung utama (main armor layer). Dalam pelaksanaan penempatan


batu maupun batu bauatan dapat menggunakan crawler crane (crane penggerak roda
kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis tersebut adalah alat berat
yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar.
Batu-batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau
pencengkram dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang
penyelam. Ia harus ditempatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia
saling berkesinambungan. Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik
satu batu ke luar, yang menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos
lapisan pelindung dan mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih
kecil.

Gambar 3.2.12 Ilustrasi Penempatan Batu Lapisan Pelindung Utama Menggunakan Crane

Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi


perlu mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai lapisan
pelindung ini menerobos permukaan air.Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua
lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat
diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.
G. DAMPAK LINGKUNGAN
Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa berkurangnya energi
gelombang di daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman
sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari
daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut
menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap
jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.
Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk
garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila garis puncak gelombang pecah
sejajar dengan garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang
bangunan, di mana garis puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran.
Perambatan gelombang yang terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan
sedimen menuju ke daerah terlindung dan diendapkan di perairan di belakang bangunan.
Pengendapan sedimen tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan.

26
`

Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis
puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang
pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan
hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan
pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan
demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas
pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai.
Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil
dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada
jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju
transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan
sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan
cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk
akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai.
Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya
erosi pantai di hilir bangunan.Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan
sedimikian sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah
terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari
cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.
H. DERMAGA
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan
berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal.Di dermaga juga
dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran
untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.Jenis demaga:
 Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkarmuat barang
umum/general cargo keatas kapal.
 Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas.
Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane)
 Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah
yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt)
 Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang
khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
 Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
 Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.

1. Type dermaga :

27
`

a) Dermaga ‘quay wall’


Terdiri struktur yang sejajar pantai, berupa tembok yang berdiri diatas
pantai, konstruksi sheet pile baja/beton atau caisson beton.Biasanya dilokasi
pantai tidak landai yang sering disebut sebagai pelabuhan alam sehingga
kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai.
b) Dermaga ‘dolphin’
Tempat sandar kapal berupa dolphin diatas tiang pancang.Biasanya
dilokasi dgn pantai yang landai, diperlukan jembatan trestel sampai dengan
kedalaman yang dibutuhkan.

Gambar 3.2.13 Dermaga ‘Dolphin’

c) Dermaga system Jetty


Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal
penumpang pada dermaga angkutan sungai/danau yang tidak membutuhkan
konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan diangkut dengan
kapal.

I. FENDER DAN ALAT PENAMBAT


Kapal yang merapat ke dermaga masih mempunyai kecepatan baik yang
digerakkan oleh mesinnya sendiri atau ditarik oleh kapal tunda. Pada waktu kapal
merapat akan terjadi benturan antara kapal dengan dermaga, untuk menghindari
kerusakan pada kapal dan dermaga karena benturan maka di depan dermaga diberi
bantalan yang berfungsi sebagai penyerap energi benturan. Bantalan yang diletakkan di
depan dermaga tersebut dinamakan fender.

28
`

Pada waktu kapal melakukan bongkar muat, maka kapal harus tetap berada pada
tempatnya dengan tenang, untuk itu kapal diikat dengan penambat. Alat penambat harus
mampu manahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal.
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan
menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Ada beberapa tipe fender,
yaitu :
1. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal atau
vertikal.Fender kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi.Fender tiang
pancang kayu yang ditempatkan di depan dermaga dengan kemiringan 1 H : 24 V
akan menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal.
Penyerapan energi tidak hanya tidak hanya diperoleh dari defleksi tiang kayu, tetapi
juga dari balok kayu memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat
bentang.
2. Fender karet
Karet banyak digunakan sebagai fender, bentuk paling sederhana dari fender
ini berupa ban-ban luar mobil untuk kapal kecil yang dipasang pada sisi depan di
sepanjang dermaga. Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender tabung
silinder dan segiempat, blok karet berbentuk segiempat dan fender Raykin.
3. Fender gravitasi
Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depannya
diberi pelindung kayu dengan berat sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal maka
fender tersebut akan bergerak ke belakang dan ke atas, sedemikian sehingga kapal
dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk menggerakan ke belakang diperlukan
tenaga yang besar. Prinsip kerja fender gravitasi adalah mengubah energi kinetik
menjadi energi potensial.

J. FASILITAS PELABUHAN
Fasilitas pelabuhan pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang.Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap
kegiatan pelabuhan itu sendiri.
1. Fasilitas Pokok Pelabuhan
Fasilitas Pokok Pelabuhan terdiri dari alur pelayaran (sebagai ‘jalan’ kapal
sehingga dapat memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan lancar), penahan
gelombang (breakwater – untuk melindungi daerah pedalaman pelabuhan dari
gelombang, terbuat dari batu alam, batu buatan dan dinding tegak), kolam
pelabuhan (berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di
pelabuhan) dan dermaga (sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan
menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang).
2. Fasilitas Penunjang Pelabuhan
29
`

Fasilitas penunjang pelabuhan terdiri dari gudang, lapangan penumpukan, terminal


dan jalan.
a) Gudang
Gudang adalah bangunan yang digunakan untuk menyimpan
barangbarang yang berasal dari kapal atau yang akan dimuat ke kapal. Gudang
dibedakan berdasarkan jenis (lini-I, untuk penumpukan sementara dan lini-II
sebagai tempat untuk melaksanakan konsolidasi/distribusi barang, verlengstuk –
bangunan dalam lini-II, namun statusnya lini-I, enterpot – bangunan diluar
pelabuhan, namun statusnya sebagai lini-I), penggunaan (gudang umum,
gudang khusus – untuk menyimpan barang-barang berbahaya, gudang CFS –
untuk stuffing/stripping).
b) Lapangan Penumpukan
Lapangan penumpukan adalah lapangan di dekat dermaga yang
digunakan untuk menyimpan barang-barang yang tahan terhadap cuaca untuk
dimuat atau setelah dibongkar dari kapal.
c) Terminal
Terminal adalah lokasi khusus yang diperuntukan sebagai tempat
kegiatan pelayanan bongkar/muat barang atau petikemas dan atau kegiatan
naik/turun penumpang di dalam pelabuhan.Jenis terminal meliputi terminal
petikemas, terminal penumpang dan terminal konvensional.
d) Jalan
Adalah suatu lintasan yang dapat dilalui oleh kendaraan maupun
pejalan kaki, yang menghubungkan antara terminal/lokasi yang lain, dimana
fungsi utamanya adalah memperlancar perpindahan kendaraan di pelabuhan.

30
`

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa mengenai perencanaan pelabuhan dapat disimpulkan
bahwa dalam merencanakan suatu pelabuhan harus memiliki memperhitungkan data
berupa:
1. Angin, Pasang Surut dan Gelombang
2. Gelombang Laut
3. Alur Pelayaran
4. Pemecah Gelombang
5. Metode Pelaksanaan Konstruksi
6. Dampak Lingkungan
7. Dermaga
8. Fender dan Alat Penambat
9. Fasilitas Pelabuhan

B. Saran
Sebagai sebuah karya tulis ilmiah, makalah ini masih jauh dari sempurna.
Keterbatasan data dan lokasi studi merupakan kendala utamanya. Oleh karena itu, untuk
menyempurnakan keakuratan perencanaan ini maka perlu memperoleh data yang lebih
lengkap, kritik dan saran dari pembaca pun merupakan harapan penulis untuk
menyempurnakan makalah Perencanaan Pelabuhan ini.

31
`

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Beta Offset Yogyakarta, 1996

http://id.wikipedia.org

http://id.wordpress.com

http://www.scribd.com/doc/56697343/Perencanaan-pelabuhan

dan berbagai sumber dari internet.

32

Anda mungkin juga menyukai