Disusun Oleh :
(053120064)
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam makalah ini saya membahas tentang
Perencanaan Pelabuhan.
Saya menyadari sungguh bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH........................................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN..........................................................................................................1
D. METODOLOGI PENULISAN..............................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................2
A. PENGERTIAN PELABUHAN........................................................................................................2
B. MACAM PELABUHAN.................................................................................................................2
C. SISTEM PELABUHAN...................................................................................................................5
D. FUNGSI PELABUHAN..................................................................................................................5
BAB III PEMNBAHASAN..................................................................................................................7
A. PERENCANAAN PELABUHAN.........................................................................................7
B. ANGIN, PASANG SURUT DAN GELOMBANG.............................................................11
C. GELOMBANG LAUT.........................................................................................................17
D. ALUR PELAYARAN....................................................................................................................18
E. PEMECAH GELOMBANG...........................................................................................................19
F. METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI.....................................................................23
G. DAMPAK LINGKUNGAN.................................................................................................26
H. DERMAGA..........................................................................................................................27
I. FENDER DAN ALAT PENAMBAT..................................................................................28
J. FASILITAS PELABUHAN.................................................................................................29
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................31
A. Kesimpulan...........................................................................................................................31
B. Saran.....................................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................32
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam transportasi laut adalah
pelabuhan. Bersama dengan unsur-unsur lainnya menciptakan suatu sistem angkutan
yang menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam pengoperasiannya pelabuhan
harus menyediakan prasarana yang diperlukan guna mendukung kelancaran kapal dan
barang yang dibongkar. Penyediaan fasilitas pelabuhan yang berlebihan akan
menguntungkan pemakaian jasa, karena kurang melancarkan arus barang dan kapal dan
dapat berdampak lebih luas yaitu tidak dapat mendukung perkembangan sektorsektor
ekonomi lainnya yang pada akhirnya akan merugikan masyarakat secara keseluruhan. Hal
tersebut di atas dapat diatasi apabila perencanaan fasilitas pelabuhan dibuat seoptimal
mungkin dengan memperthatikan luas lapangan penumpukan setiap tahunnya serta
jumlah muat dan bongkar barang setiap tahunnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Peningkatan kunjungan kapal tentunya berpengaruh terhadap kinerja pelayanan
pelabuhan agar waktunya tidak terbuang terlalu lama di pelabuhan dimana salah satunya
adalah kinerja lapangan penumpukan. Oleh karena itu pada perencanaan pelabuhan kali
ini akan dianalisa apakah pelabuhan saat ini mampu untuk melayani kapasitas lapangan
penumpukan yang akan datang pada tahun 2020.
C. TUJUAN PENULISAN
Salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam transportasi laut adalah
pelabuhan. Bersama dengan unsur unsur lainnya menciptakan suatu sistem angkutan yang
menunjang pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional. Adapun tujuan dari penulisan
ini adalah :
1. Memberikan gambaran mengenai perencanaan pelabuhan berdasarkan manfaat dan
fungsi yang dibutuhkan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi enginner sipil dalam melaksanakan perencanaan
pelabuhan yang sesuai standar.
D. METODOLOGI PENULISAN
Adapun metode penulisan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas
kepelabuhanan ini adalah studi pustaka, yaitu dengan melakukan penelusuran literatur
dan tulisan-tulisan ilmiah yang dapat dijadikan bahan masukan dalam pengerjaan tugas
ini.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN PELABUHAN
B. MACAM PELABUHAN
Menurut Triatmodjo (1992), Pelabuhan dapat dibedakan menjadi beberapa macam segi
tinjauan, yaitu segi penyelenggaraannya, segi pengusahaannya, fungsi dalam perdangangan
nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak geografisnya.
2.2.1. Segi penyelenggaraan
1. Pelabuhan Umum
2. Pelabuhan Khusus
Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang digunakan untuk kepentingan sendiri guna
menunjang suatu kegiatan tertentu dan hanya digunakan untuk kepentingan umum dengan
keadaan tertentu dan dengan ijin khusus dari Pemerintah. Pelabuhan ini dibangun oleh suatu
2
perusahaan baik pemerintah ataupun swasta yang digunakan untuk mengirim hasil produksi
perusahaan tersebut, salah satu contoh adalah Pelabuhan LNG Arun di Aceh, yang digunakan
untuk mengirim gas alam cair ke daerah/negara lain, Pelabuhan Pabrik Aluminium di Sumatra
Utara (Kuala Tanjung), yang melayani import bahan baku bouksit dan eksport aluminium ke
daerah/negara lain.
2.2.2. Segi kegunaan
1. Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini mempunyai dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas untuk bongkar
muat barang, seperti:
a. Dermaga harus panjang dan mampu menampung seluruh panjang kapal sekurang-
kurangnya 80% dari panjang kapal. Hal ini disebabkan oleh proses bongkar muat
barang melalui bagian depan maupun belakang kapal dan juga di bagian tengah
kapal.
b. Pelabuhan barang harus memiliki halaman dermaga yang cukup lebar, untuk
keperluan bongkar muat barang, yang berfungsi untuk mempersiapkan barang yang
akan dimuat di kapal, maupun barang yang akan di bongkar dari kapal dengan
menggunakan kran. Bentuk halaman dermaga ini beranekaragam tergantung pada
jenis muatan yang ada, seperti :
1. Barang-barang potongan (general cargo), yaitu barang yang dikirim dalam
bentuk satuan seperti mobil, truk, mesin, serta barang yang dibungkus dalam
peti, karung, drum dan lain sebagainya.
2. Muatan lepas (bulk cargo), yaitu barang yang dimuat tanpa pembungkus, seperti
batu bara, biji besi, minyak dan lain sebagainya.
Peti kemas (Container), yaitu peti yang ulkurannya telah distandarisasi dan
teratur yang berfungsi sebagai pembungkus barang-barang yang dikirim.
c. Mempunyai transito dibelakang halaman dermaga
2. Pelabuhan Penumpang
3
4. Pelabuhan Minyak
6. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini lebih cenderung digunakan untuk aktivitas militer. Pelabuhan ini
memiliki daerah perairan yang cukup luas serta letak tempat bongkar muat yang
terpisah dan memiliki letak yang agak berjauhan. Pelabuhan ini berfungsi untuk
mengakomodasi aktifitas kapal perang.
Jika ditinjau dari segi pengusahaannya, maka pelabuhan dapat dibedakan menjadi 2,
yaitu:
1. Pelabuhan yang diusahakan Pelabuhan ini sengaja diusahakan untuk memberikan
fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh setiap kapal yang memasuki pelabuhan, dengan
aktifitas tertentu, seperti bongkar muat, menaik-turunkan penumpang, dan lain
sebagainya. Pemakaian pelabuhan ini biasanya dikenakan biaya jasa, seperti jasa labuh,
jasa tambat, jasa pandu, jada tunda, jasa dermaga, jada penumpukan, dan lain
sebagainya.
Pelabuhan ini hanya merupakan tempat singgah kapal tanpa fasilitas bea cukai, bongkar
muat dan lain sebagainya. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan yang disubsidi oleh
pemerintah serta dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jendral perhubungan
Laut.
Pelabuhan jika ditinjau dari segi fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional dapat
dibedakan menjadi :
4
1. Pelabuhan laut
Pelabuhan laut adalah pelabuhan yang bebas dimasuki oleh kapal-kapal berbendera
asing. Pelabuhan ini biasanya merupakan pelabuhan utama dan ramai dikunjungi oleh
kapal-kapal yang membawa barang ekspor/impor dari luar negri.
2. Pelabuhan pantai
Pelabuhan pantai adalah pelabuhan yang lebih dimanfaatkan untuk perdagangan dalam
negeri. Kapal asing yang hendak masuk harus memiliki ijin khusus.
2.2.5. Segi letak geografis
Ditinjau dari segi letak geografis, pelabuhan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pelabuhan buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater), yang merupakan
pemecah perairan tertutup dari laut dan hanya dihubungkan oleh satu celah yang berfungsi
untuk keluar masuknya kapal. Di dalam daerah tersebut dilengkapi dengan alat penambat.
2. Pelabuhan alam
Pelabuhan alam merupakan daerah perairan yang terlindung dari badai dan gelombang
secara alami, misalnya oleh suatu pulau, jazirah atau terletak di teluk, estuari dan muara
sungai. Di daerah ini pengaruh gelombangnya sangat kecil.
Pelabuhan semi alam merupakan campuran antara pelabuhan buatan dan pelabuhan
alam, misalnya pelabuhan yang terlindungi oleh pantai tetapi pada alur masuk terdapat
bangunan buatan untuk melindungi pelabuhan, contohnya pelabuhan ini di Indonesia adalah
pelabuhan bengkulu.
C. SISTEM PELABUHAN
Berdasarkan PP No 11 tahun 1983, disebutkan bahwa pelabuhan adalah tempat berlabuh
dan atau bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya untuk menaikkan dan
menurunkan penumpang, bongkar muat barang dan hewan serta merupakan daerah
lingkungan kerja kegiatan ekonomi.
Dengan demikian pengertian pelabuhan mencakup pengertian prasarana dan sistem
transportasi yaitu pelabuhan adalah suatu lingkungan kerja yang terdiri dari area daratan dan
perairan serta dilengkapi dengan fasilitas untuk berlabuh dan bertambat kapal, guna
terselenggaranya kegiatan bongkar muat barang serta turun naiknya penumpang dari satu
moda transportasi laut ke moda transportasi lainnya.
5
D. FUNGSI PELABUHAN
Sebagaimana pengertian sistem pelabuhan menurut PP No 11 tahun 1983, maka
pelabuhan mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
Interface, yaitu pelabuhan sebagai tempat pertemuan dua moda/sistem transportasi darat dan
laut sehingga pelabuhan harus dapat menyediakan berbagai Fasilitas dan pelayanan jasa
yang dibutuhkan untuk perpindahan barang/penumpang ke angkutan darat atau sebaliknya.
Link (mata rantai) yaitu pelabuhan merupakan mata rantai dari sistem transportasi sehingga
pelabuhan sangat mempengaruhi kegiatan transportasi keseluruhan.
Gateway, yaitu pelabuhan berfungsi sebagai pintu gerbang dari suatu negara/daerah, sehingga
dapat memegang peranan penting bagi perekonomian suatu negara atau daerah.
Industri entity, yaitu perkembangan industri yang berorientasi kepada ekspor dari suatu negara
atau daerah.
Disamping itu, pelabuhan juga sebagai terminal pengangkutan, yang dapat dibagi dalam
beberapa fungsi berikut:
1. Fungsi pelayanan dan pemangkalan kapal, seperti:
a. Penyediaan prasarana dan sarana bagi penumpang selama menunggu kapal dan
melakukan aktivitas persiapan keberangkatannya.
b. Penyediaan sarana yang dapat memberikan kenyamanan, penyediaan makanan dan
keperluan penumpang.
3. Fungsi penanganan barang, seperti :
lainnya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN PELABUHAN
1. Pendahaluan
Pembangunan pelabuhan memakan biaya yang sangat besar.Oleh kerena
itudiperlukan suatu perhitungan dan pertimbangan yang masak sebelumpelabuhan
tersebut dibangun.Pertimbangan bagi perencanaan pelabuhanbiasanya didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan ekonomi,politis danteknis.yang paling penting adalah
pertimbangan ekonomis.Secara teknis hampir semua semua pelabuhan dapat di
bangun,oleh karenanyaperlu teknis dapat menyesuaikan.Masalah ekonomis dapat di
perhitungkanberdasarkan tujuan dari pelabuhan tersebut,daerah belakang,daerah
operasi dansebagainya.
8
4. Tinjauan topografi dan geologi.
Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan
untukmembangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di
masamendatang.Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas
pelabuhan seperti Dermaga, jalan, gudang dan juga daerah industri.
5. Tinjauan pelayaran.
Pelabuhan yang akan dibangun harus mudah dilalui kapal-kapal yang akan
meggunakannya. Pelayaran suatu kapal dipegaruhi oleh faktor-faktor alam dan angin
gelombang dan arus dapat menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada badan kapal.
6. Tinjauan sedimentasi.
Pengerukan untuk mendapatkan kedalamam yang cukup bagi pelayaran
didaerah pelayaran memerlukan biaya yang cukup besar, pengerukan ini dapat
dilakukan pada waktu membangun pelabuhan maupun selama perwatan. Pelabuhan
harus dibuat sedemikian rupa sehingga sedimentasi yang terjadi harus sesedikit
mungkin (kalau bisa tidak ada sama sekali)
10
lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman tersebut, misalnya, jika lebar
mulut adalah 150 m dan mulut tersebut beradaantara pemecah gelombang dengan
kemiringan 1 : 3 maka untuk pelabuhandengan kedalaman 10 m lebar pada muka air
rendah adalah 210 m. Gelombang dari laut akan masuk melalui mulut pelabuhan,
dalam perjalananya masuk ke pelabuhan, tinggi gelombang berkurang secara
berangsur-angsur karena proses di fraksi, yaitu penyebaran energi gelombang ke
seluruh lebar daerah perairan pelabuhan. Tinggi gelombang di kolam pelabuhan dapat
dihitung dengan rumus Stevenson, rumus tersebut memberikan hasil perkiraan.
1. Pasang Surut
a) Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena pasang surut diartikan sebagai naik
turunnya muka laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa
terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Sedangkan menurut
Dronkers (1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik
turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya
gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda stronomi terutama oleh
matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan
karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu: pasang surut atmosfer
(atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan pasang surut bumi padat
(tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek
sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi
bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap
11
jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan
dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang
surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya
tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang
surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital
bulan dan matahari.
12
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan
bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda
membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan benda membelok ke
kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin meningkat sejalan
dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub. Besarnya
juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut,
gaya Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat
mengurangi tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag)
serta mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin
dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
15
2) Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara
mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur
ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam
komputer. Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
Floating tide gauge (self registering) Prinsip kerja alat ini berdasarkan
naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui
pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit).
Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
Pressure tide gauge (self registering) Prinsip kerja pressure tide gauge
hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-
turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut
yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini
dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan
air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan
pasang surut.
3) Satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat
diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem
satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu
mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es
kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global.Prinsip
Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar
pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta
jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh
satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar)
kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut
dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut dengan teknik
altimetri yaitu pada dasarnya satelit altimetri bertugas mengukur jarak
vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas permukaan
ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface Height atau
SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi satelit13
dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus dihilangkan sehingga
fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui analisis deret waktu (time
16
`
series analysis). Analisis deret waktu dilakukan karena kita akan melihat variasi
temporal periode panjang dan fenomena sekularnya
(http://gdl.geoph.itb.ac.id)
C. GELOMBANG LAUT
Gelombang merupakan usikan atau gangguan dari keadaan setimbang yang
merambat dalam ruang. Gelombang yang memerlukan medium untuk merambat disebut
gelombang mekanik sedangkan yang tidak memerlukan medium untuk merambat disebut
gelombang elektromagnetik
Gelombang laut merupakan contoh dari gelombang mekanik. Secara umum,
gelombang ini terjadi karena hembusan angin secara teratur, terus-menerus, di atas
permukaan air laut. Hembusan angin yang demikian akan membentuk riak permukaan,
yang bergerak kira-kira searah dengan hembusan angin.
1. Gelombang Angin
Gelombang angin disebabkan oleh tiupan angin di permukaan laut.Gelombang
ini dapat menimbulkan energi untuk membentuk pantai.Selain itu juga dapat
menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus di sepanjang pantai,
serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai. Gelombang
merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak pelabuhan, alur pelayaran, dan
perencanaan bangunan pantai.
2. Gelombang Pasang Surut
Gelombang pasang surut disebabkan adanya pasang surut air laut. Pasang surut
laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari
benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pasang surut air laut
ini juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus yang cukup
kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk dan muara sungai.Elevasi
muka air pasang dan air surut juga sangat penting untuk merencanakan bangunan –
bangunan pantai.Sebagai contoh elevasi puncak bangunan pantai ditentukan oleh
17
`
elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan air, sementara kedalaman alur
pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh muka air surut.
3. Gelombang Tsunami
Gelombang tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung
berapi atau gempa bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai
30 m dan periode dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang
tsunami dipengaruhi oleh konfigurasi dasar laut.Selama penjalaran dari tengah laut
(pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin
besar oleh karena pengaruh perubahan kedalaman laut.
Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami dapat mencapai puluhan
meter.Pada gambar A.2.a ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang
berada di laut dalam dengan ketinggian puncak gelombang < 1 m dan pada gambar
A.2.b ditunjukan contoh gelombang laut akibat tsunami yang berada di pantai dengan
ketinggian puncak gelombang ≤ 30 m.
D. ALUR PELAYARAN
Alur pelayaran adalah perairan yang dari segi kedalaman, lebar, dan bebas
hambatan pelayaran lainnya dianggap aman dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut,
sungai atau danau. Alur pelayaran dicantumkan dalam peta laut dan buku
petunjukpelayaran serta diumumkan oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran
digunakan untuk mengarahkan kapal masuk ke kolam pelabuhan, oleh karena itu harus
melalui suatu perairan yang tenang terhadap gelombang dan arus yang tidak terlalu kuat.
Penguasapelabuhan berkewajiban untuk melakukan perawatan terhadap alur
pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan alur. Persyaratan-perawatan harus
menjamin: kese;amatanberlayar, kelestarian lingkungan, tata ruang perairan dan tata
pengairan untuk pekerjaan di sungai dan danau.Peranan pemerintah, Pemerintah
mempunyai kewajiban untuk:
menetapkan alur-pelayaran;
menetapkan sistem rute;
menetapkan tata cara berlalu-lintas dan
menetapkan daerah labuh kapal sesuai dengan kepentingannya.
18
`
E. PEMECAH GELOMBANG
1. Pemecah Gelombang (Breakwater)
a) Deskripsi Umum
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan
menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas
pantai.Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi.
Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe
pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di
sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan
jetty.
Penjelasan lebih rinci mengenai pemecah gelombang sambung pantai
lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan dengan perlindungan
pantai terhadap erosi.Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada
pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah
bangunan yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis
pantai.Pemecah gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindungan
pantai terhadap erosi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum
19
`
20
`
Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
21
`
a) Inti (core) pada umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa
partikelpartikel halus dari debu dan pasir.
b) Lapisan bawah pertama (under layer) disebut juga lapisan penyaring (filter
layer)yang melindungi bagian inti (core) terhadap penghanyutan material,
biasanya terdiri dari potongan-potongan tunggal batu dengan berat bervariasi
dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
c) Lapisan pelindung utama (main armor layer) seperti namanya, merupakan
pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang
pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3
ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus
dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar, xbloc
accropode dan lain-lain
Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk
unit-unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari
beton berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber,
besi, profil-profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan
kekuatan struktur unit-unit batu buatan ini.
Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang digunakan.
22
`
Gambar 3.2.7 Ilustrasi Kaison yang Diapungkan Dengan Mengontrol Tekanan Udara
Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah tugboat.
Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan
dan kaison ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri.
Kemudian setelah kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah
direncanakan, maka kaison diisi dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan
strukturnya.
Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya mempunyai
luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang dicakup oleh
23
`
kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini digabungkan dengan berat kaison
yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah ditenggelamkan hinga menancap ke dasar
laut dengan dengan kedalaman yang cukup.
Ini untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur
setelah dipasang.Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang berada
dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu sendiri sebagai
salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi.
Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison selama
pengisian dan setelah dinding-dinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman
yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara
bertekanan yang ada di dalam kaison.
Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan melalui
suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir dipompa
masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu dikurangi seperti
yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu berada dibawah
dukungan hidrolik sementara. Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan
material padat, maka lubang-lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau
material lain.
Gambar 3.2.9 Ilustrasi Kaison yang Sudah Berada PadaLokasi Pemasangan dan Diisi
Dengan
Material Pengisi
Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak jauh
berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga
menggunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material
dan alat-alat beratnya saja.
Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada pada
jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi
pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut
material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut:
24
`
1. Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan dump truk.
untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti (core) idealnya
mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter di atas
level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang besar,
sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.
2. Lapisan bawah pertama(under layer) yang terdiri dari potongan-potongan tunggal batu.
Penempatan batu-batu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidrolis,
selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia
ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban
karet pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus
menempatkan batuan yang lebih berat secepat mungkin sehingga bagian inti(core)
tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai mengenai lokasi dimana
terlalu banyak bagian inti (core) yang mengalaminya, maka ada suatu bahaya yang
serius pada bagian inti (core) yaitu penggerusan material. Gambar 2.2.10
menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah
2,5/1 dan jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu
tiang dari kayu harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk
meperkokohnya. Pada jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat
dengan sebuah pelampung penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar
nilon berwarna terang akan direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang
diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini harus diulangi setiap 5 m untuk membantu
operator crane atau ekskavator untuk menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang
benar. Seorang perenang dapat memastikan bahwa masing-masing batu batuan yang
terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.
25
`
Gambar 3.2.12 Ilustrasi Penempatan Batu Lapisan Pelindung Utama Menggunakan Crane
26
`
Proses tersebut akan berlanjut sampai garis pantai yang terjadi sejajar dengan garis
puncak gelombang yang terdifraksi. Pada keadaan tersebut transport sedimen sepanjang
pantai menjadi nol. Seperti terlihat pada gambar 1-14, dimana arah gelombang dominan
hampir tegak lurus garis pantai asli, garis puncak gelombang dari sisi kiri dan kanan
pemecah berpotongan di titik A. Puncak cuspate akan terjadi pada titik A. Dengan
demikian pembentukan tombolo tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas
pantai dan jarak antara bangunan dengan garis pantai.
Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih kecil
dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada
jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi.
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju
transport sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan
sedimen dan terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan
cuspate terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. Tombolo yang terbentuk
akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai.
Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya
erosi pantai di hilir bangunan.Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan
sedimikian sehingga terjadi limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah
terbentuknya tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari
cuspate menjadi lebih rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.
H. DERMAGA
Dermaga adalah tempat kapal ditambatkan di pelabuhan. Pada dermaga dilakukan
berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan keatas kapal.Di dermaga juga
dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk kapal, air minum, air bersih, saluran
untuk air kotor/limbah yang akan diproses lebih lanjut di pelabuhan.Jenis demaga:
Dermaga barang umum, adalah dermaga yang diperuntukkan untuk bongkarmuat barang
umum/general cargo keatas kapal.
Dermaga peti kemas, dermaga yang khusus diperuntukkan untuk bongkar muat peti kemas.
Bongkar muat peti kemas biasanya menggunakan kran (crane)
Dermaga curah, adalah dermaga yang kusus digunakan untuk bongkar muat barang curah
yang biasanya menggunakan ban berjalan (conveyor belt)
Dermaga khusus, adalah dermaga yang khusus digunakan untuk mengangkut barang
khusus, seperti bahan bakar minyak, bahan bakar gas dan lain sebagainya.
Dermaga marina, adalah dermaga yang digunakan untuk kapal pesiar, speed boat.
Demaga kapal ikan, adalah dermaga yang digunakan oleh kapal ikan.
1. Type dermaga :
27
`
28
`
Pada waktu kapal melakukan bongkar muat, maka kapal harus tetap berada pada
tempatnya dengan tenang, untuk itu kapal diikat dengan penambat. Alat penambat harus
mampu manahan gaya tarik yang ditimbulkan oleh kapal.
Fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga. Fender akan
menyerap energi benturan antara kapal dan dermaga. Ada beberapa tipe fender,
yaitu :
1. Fender kayu
Fender kayu bisa berupa batang-batang kayu yang dipasang horisontal atau
vertikal.Fender kayu ini mempunyai sifat untuk menyerap energi.Fender tiang
pancang kayu yang ditempatkan di depan dermaga dengan kemiringan 1 H : 24 V
akan menyerap energi karena defleksi yang terjadi pada waktu dibentur kapal.
Penyerapan energi tidak hanya tidak hanya diperoleh dari defleksi tiang kayu, tetapi
juga dari balok kayu memanjang. Tiang kayu dipasang pada setiap seperempat
bentang.
2. Fender karet
Karet banyak digunakan sebagai fender, bentuk paling sederhana dari fender
ini berupa ban-ban luar mobil untuk kapal kecil yang dipasang pada sisi depan di
sepanjang dermaga. Fender karet mempunyai bentuk berbeda seperti fender tabung
silinder dan segiempat, blok karet berbentuk segiempat dan fender Raykin.
3. Fender gravitasi
Fender ini terbuat dari tabung baja yang diisi dengan beton dan sisi depannya
diberi pelindung kayu dengan berat sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal maka
fender tersebut akan bergerak ke belakang dan ke atas, sedemikian sehingga kapal
dapat dikurangi kecepatannya, karena untuk menggerakan ke belakang diperlukan
tenaga yang besar. Prinsip kerja fender gravitasi adalah mengubah energi kinetik
menjadi energi potensial.
J. FASILITAS PELABUHAN
Fasilitas pelabuhan pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu fasilitas
pokok dan fasilitas penunjang.Pembagian ini dibuat berdasarkan kepentingannya terhadap
kegiatan pelabuhan itu sendiri.
1. Fasilitas Pokok Pelabuhan
Fasilitas Pokok Pelabuhan terdiri dari alur pelayaran (sebagai ‘jalan’ kapal
sehingga dapat memasuki daerah pelabuhan dengan aman dan lancar), penahan
gelombang (breakwater – untuk melindungi daerah pedalaman pelabuhan dari
gelombang, terbuat dari batu alam, batu buatan dan dinding tegak), kolam
pelabuhan (berupa perairan untuk bersandarnya kapal-kapal yang berada di
pelabuhan) dan dermaga (sarana dimana kapal-kapal bersandar untuk memuat dan
menurunkan barang atau untuk mengangkut dan menurunkan penumpang).
2. Fasilitas Penunjang Pelabuhan
29
`
30
`
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisa mengenai perencanaan pelabuhan dapat disimpulkan
bahwa dalam merencanakan suatu pelabuhan harus memiliki memperhitungkan data
berupa:
1. Angin, Pasang Surut dan Gelombang
2. Gelombang Laut
3. Alur Pelayaran
4. Pemecah Gelombang
5. Metode Pelaksanaan Konstruksi
6. Dampak Lingkungan
7. Dermaga
8. Fender dan Alat Penambat
9. Fasilitas Pelabuhan
B. Saran
Sebagai sebuah karya tulis ilmiah, makalah ini masih jauh dari sempurna.
Keterbatasan data dan lokasi studi merupakan kendala utamanya. Oleh karena itu, untuk
menyempurnakan keakuratan perencanaan ini maka perlu memperoleh data yang lebih
lengkap, kritik dan saran dari pembaca pun merupakan harapan penulis untuk
menyempurnakan makalah Perencanaan Pelabuhan ini.
31
`
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org
http://id.wordpress.com
http://www.scribd.com/doc/56697343/Perencanaan-pelabuhan
32