Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KLASIFIKASI RUANG UDARA DAN PENGGUNAANNYA

Instruktur Pembimbing : Capt. Mahendra Bravo Kusuma

DISUSUN OLEH :

GHAZI FAZA GHASSANI SONI (72011930007)


Program Non Diploma (ND) Penerbang Batch XX
Banyuwangi
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap alhamdulillahhirobilalamin atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Klasifikasi Airspace Dan Penggunaannya” dengan lancar dan baik.
Penyusunan makalah merupakan salah satu tugas akhir dan persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Non Diploma Penerbang Sayap Tetap di Akademi Penerbang
Indonesia Banyuwangi. Makalah ini berisikan tentang ringkasan materi serta pembelajaran
kami selama menempuh pendidikan di Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi.
Makalah ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan lancar berkat bantuan dari
berbagai pihak, baik dari pembimbing materi maupun teknis. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Capt. Ahmad Hariri, ST.,S.SiT.,M.Si, selaku Direktur Akademi Penerbang Indonesia


Banyuwangi.
2. Capt. Radika Vatarutama selaku Chief Quality Assurance Akademi Penerbang
Indonesia Banyuwangi
3. Capt. Demmy Setyo Wiyono H.K selaku Chief Quality Control Akademi Penerbang
Indonesia Banyuwangi
4. Capt. Biyan Barlian selaku Chief Intructor Single Engine Jurusan Penerbang Sayap
Tetap Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi.
5. Capt. Imam Fadila Eka Jayasaputra selaku Chief Instructor Multi Engine Jurusan
Penerbang Sayap Tetap Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi
6. Capt. Arya Yuda Prawira selaku Chief Flight Operation Akademi Penerbang
Indonesia Banyuwangi
7. Seluruh Ass. Chief Instructor Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi
8. Capt. Mahendra Bravo Kusuma, selaku instruktur pembimbing makalah ini.
9. Seluruh Dosen dan Instruktur pengajar di Akademi Penerbang Indonesia Banyuwangi
yang telah membimbing kami selama ini.
10. Semua pihak yang membantu proses penyusunan laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga penulisan Makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Banyuwangi, 18 Juli 2021

Ghazi Faza Ghassani Soni


DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah.....................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Definisi..................................................................................................................................3
2.2 Jalur Penerbangan..................................................................................................................5
2.2.1 Tatanan Jalur Penerbangan............................................................................................5
2.3 Pengertian dan Konsep Controlled Airspace.........................................................................6
2.3.1 Controlled Airspace.......................................................................................................6
2.4 Pengertian dan Konsep Uncontrolled Airspace..................................................................7
2.4.1 Uncontrolled Airspace...................................................................................................7
2.5 Pembagian Ruang Udara........................................................................................................7
2.5.1 Klasifikasi Ruang Udara................................................................................................8
2.5.2 Penggunaan Khusus Ruang Udara...............................................................................11
2.6 Wilayah Udara Lainnya.......................................................................................................19
2.6.1 Wilayah Udara yang Tersisa........................................................................................19
2.7 Aturan Pengoperasian dan Persyaratan Pilot........................................................................24
BAB III................................................................................................................................................29
PENUTUP...........................................................................................................................................29
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah udara adalah ruang udara (air space) yang berada di atas wilayah daratan dan
atau perairan suatu negara. Wilayah suatu negara biasanya terdiri dari tiga dimensi, daratan,
perairan, dan ruang udara. Tapi tidak semua Negara memiliki wilayah perairan (laut), yaitu
yang disebut dengan Negara-negara tertutup (landlock state), seperti Laos, Kamboja, Swiss,
Austria, Nigeria. Salah satu Negara yang memiliki lengkap tiga dimensi adalah Indonesia.
Sebagai negara kepulauan, yang terdiri dari 5 pulau besar, ratusan pulau sedang serta ribuan
pulau kecil di persatukan laut dan angkasa menjadi Negara kesatuan Republik Indonesia.
Indonesia terletak pada lokasi yang stategis. Secara geografis Indonesia berada di antara dua
benua, yaitu Benua Asia dan Benua Australia, dan dua samudera, yaitu Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia. Laut dan angkasa adalah prasarana perangkutan yang harus dipandang
sebagai pemersatu pulaupulau menjadi kesatuan wilayah Negara, bukan lagi sebagai pemisah
antara satu pulau dengan pulau lainya. Pengendalian dalam wilayah udara mencakup arrival,
instrument approach, visual approach, take off dan landing termasuk dalam tugas
pengendalian udaranya adalah transisional pesawat dari kontroler ATC dari sebuah
aerodrome ke aerodrome lain. Karakteristik dan konfigurasi pesawat dalam kendalinya pun
sangat variatif, pesawat training militer, sekolah terbang sipil, maskapai penerbangan
komersial, penerbangan carter, bahkan pada pergerakan pesawat kepresidenan. Pengendalian
wilayah udara dan wilayah darat secara simultan berada dalam tanggung jawab individual
seorang kontroler di dalam tugas kerjanya sebagai air traffic controller. Tanggung jawab
yang diemban ini merupakan beban kerja yang sangat tinggi bagi para controller. Dalam satu
periode tugas pengengendalian objective workload dan subjective mental workload secara
bersamaan berada dalam responsibilitas seorang individu sebagai air traffic controller.
Dimensi eksternal dan dimensi internal menjadi wilayah kerja sekaligus tanggung jawab
individual. Tugas para controller adalah melakukan aktivitas individual dalam struktur
organisasi untuk mencegah, mempercepat, mempertahankan, memberikan saran dan
informasi (termasuk instruksi dan clearance), melakukan pengaturan, memberikan informasi
dan instruksi.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kita mengetahui batasan kelasifikasi wilayah udara pada rute yang di
lewati?
2. Bagaimana cara membedakan Controlled Airspace dan Uncontrolled Arispace?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui batasan kelasifikasi wilayah udara pada rute yang di lewati.
2. Untuk mengetahui perbadaan antara Controlled Airspace dan Uncontrolled Arispace.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Aerodrome adalah kawasan daratan atau perairan dengan batas-batas tertentu yang hanya di
gunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas.
Air Traffic Advisory Service adalah pelayanan saranan lalu-lintas penerbangan yang
diberikan pada ruang udara advisory untuk memastikan terjadinya pemisahan pesawat yang
beroperasi sesuai jenis penerbangan IFR.

Air Traffic Control Clearance adalah persetujuan personel pemandu lalu-lintas penerbangan
kepada pesawat udara untuk suatu pergerakan pesawat yang di butuhkan.

Air-Ground Communication adalah komunikasi dua arah antara pesawat udara dengan
stasiun yang ada di darat.

Aeronautical Telecomunicaion Station adalah sebuah stasiun dalam aeronautical


telecomunication service.

Aeronautical Telecomunicaion Service adalah pelayanan telekomunikasi penerbangan.

Air Traffic Flow Management (ATFM) adalah suatu pelayanan lalu-lintas yang aman,
teratur, cepat dan efesien dengan memastikan kapasitas pengatur lalu-lintas dan kapasitas
bandar udara yang di gunakan semaksimum atau semaksimal mungkin, dan jumlah lalu-lintas
sesuai dengan kapasitas yang dideklarasikan oleh otoritas ATS.

Air Traffic Service adalah sebuah istilah umum yang berarti unit penyelenggara pelayanan
lalu-lintas penerbangan yang terdiri dari flight infomartion service, alerting service, air traffic
advisory service, air traffic control service, area control service, approach control service
atau aerodrome control service.

Air Traffic Service Unit adalah sebuah istilah umum yang berarti unit penyelenggara
pelayanan lalu-lintas penerbangan yang terdiri dari unit pemandu lalu-lintas penerbangan
(ATC unit), flight information centre atau air traffic service reporting office

Approach Control Service adalah pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan untuk


kedatangan atau keberangkatan pada penerbangan yang di kendalikan.
Approach Control Unit adalah sebuah unit yang di bentuk untuk memberikan pelayanan
pemanduan lalu-lintas penerbangan pada pesawat udara yang datang (arriving aircraft) atau
pada pesawat udara yang berangkat (departing aircraft) di suatu aerodrome atau lebih.

Area Control Centre adalah unit yang di bentuk untuk memberikan pelayanan pemanduan
lalu-lintas penerbangan untuk penerbangan yang berada di dalam control area yang menjadi
tanggung jawabnya.

Area Control Service adalah pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan untuk


penerbangan yang berada dalam control area.

Automatic Dependent Surveillance-Contract (ADS-C) merupakan teknologi pengamatan


yang menggunakan pemancaran infomarsi posisi oleh pesawat sebagai dasar pengamatan,
ADS yang fungsinya similiar dengan ADS-B hanya penggunaannya yang berdasarkan
kontrak.

Change Over Point adalah point yang dijadikan referensi bagi pesawat udara untuk merubah
referensi fasilitas navigasi VOR dari VOR titik sebelumnya ke fasilitas navigasi lainnya yang
ada di depan.

Control Area adalah bagian dari ruang udara dikendalikan dengan batas vertikal dan lateral
tertentu dimana didalamnya diberikan pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan untuk
penerbangan IFR

Controlled Aerodrome adalah sebuah aerodrome dimana pelayanan pemanduan lalu-lintas


penerbangan diberikan kepada aerodrome traffic.

Maneuvering Area bagian dari aerodrome yang digunakan pesawat untuk take off , landing
dan taxi, tidak termasuk apron.

Navigasi Penerbangan adalah proses mengarahkan gerak pesawat udara dari satu titik ke
titik yang lain dengan selamat dan lancar untuk menghindari bahaya atau rintangan
penerbangan.

Strayed Aircraft adalah sebuah pesawat yang telah menyimpang secara signifikan dari track
yang di maksudkan.
2.2 Jalur Penerbangan
Jalur penerbangan sebagaimana dimaksud bertujuan untuk mengatur arus lalu lintas
penerbangan, seperti:
1. Setiap penerbangan dari satu titik ke titik yang lain harus menggunakan jalur
penerbangan yang telah ditetapkan.
2. Penggunaan jalur penerbangan sebagaimana dimaksud dapat diubah atau
disesuaikan oleh penyelenggara pelayanan navigasi penerbangan atau atas
permohonan penerbang dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan
penerbangan.

2.2.1 Tatanan Jalur Penerbangan

Tatanan jalur penerbangan meliputi penetapan jalur penerbangan, pengalihan jalur


penerbangan dan kriteria penamaan jalur penerbangan, seperti:
1. Tatanan jalur penerbangan sebagaimana yang dimaksud dengan memperhatikan:
a. Pembatasan penggunaan ruang udara.
b. Klasifikasi ruang udara.
c. Kasilitas navigasi penerbangan.
d. Efisiensi dan keselamatan pergerakan pesawat udara.
e. Kebutuhan pengguna pelayanan navigasi penerbangan.
2. Kriteria penamaan jalur penerbangan sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama jalur penerbangan.
b. Nama titik acuan dan koordinat.
c. Arah (track) yang menuju atau dari suatu titik acuan.
d. Jarak antartitik acuan.
e. Batas ketinggian aman .
f. Terendah.
3. Jalur udara (airway) sebagaimana dimaksud terdiri dari Domestic En-route dan
International En-route sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf F
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
4. Untuk kepentingan keselamatan, efisiensi dan kelancaran pelayanan navigasi
penerbangan serta harmonisasi dengan program kerja penerapan Performance
Based Navigation (PBN) regional dirancang rencana jalur udara kedepan
sebagaimana tercantum dalam lampiran huruf H dan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan ini.
2.3 Pengertian dan Konsep Controlled Airspace
2.3.1 Controlled Airspace

Controlled Airspace (Wilayah Udara Terkontrol) merupakan wilayah udara yang


diberikan pelayanan lalu-lintas penerbangan berupa pelayanan pemanduan lalu-lintas
penerbangan (air traffic control service), pelayanan informasi penerbangan (flight
information service) dan pelayanan kesiagaan (alerting service) , terbagi atas :

a. Control Area yang merupakan bagian dari ruang udara dimana didalamnya
diberikan pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan untuk penerbangan
IFR
b. Control Zone yang merupakan bagian dari ruang udara dimana didalamnya di
berikan pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan untuk penerbangan IFR
c. Aerodrome Traffic Zone yang merupakan aerodrome dimana didalamnya di
berikan pelayanan pemandu lalu-lintas penerbangan untuk aerodrome traffic.

 Spesifikasi Ruang Udara


Controlled Airspace terdiri dari, sebagai berikut :
a. Control Area (CTA) yaitu :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas atas FL 600 dan batas bawah FL 245.
2) Memiliki Batas lateral sesuai dengan FIR.
b. Terminal Control Area (TMA) yaitu :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas atas FL 245 dan batas bawah FL100.
2) Memiliki batas lateral disesuaikan dengan mempertimbangkan
kemampuan fasilitas telekomunikasi penerbangan dan kebutuhan
operasional.
c. Control Zone (CTR) yaitu :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas atas FL 100 dan batas bawah
ground/water.
2) Memiliki batas lateral disesuaikan dengan mempertimbangkan
kemampuan fasilitas telekomunikasi penerbangan dan kebutuhan
operasional.
d. Aerodrome Traffic Zone (ATZ) yaitu :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas atas 2500ft (Above Ground Level)
dan batas bawah ground/water
2) Memiliki batas lateral 5 NM atau vicinity aerodrome.

2.4 Pengertian dan Konsep Uncontrolled Airspace


2.4.1 Uncontrolled Airspace

Uncontrolled Airspace adalah jenis ruang udara yang diberikan pelayanan lalu-lintas
penerbangan berupa pelayanan informasi penerbangan (flight information service), pelayanan
kesiagaan (alerting service) dan pelayanan saran lalu-lintas penerbangan (air traffic advisory
service) , terbagi dari :
a. Flight Information Region (FIR) yaitu wiliayah udara dengan ketentuan :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas FL 245 dan batas bawah ground/water
2) Memiliki batas lateral seusai dengan FIR
b. Aerodrome Flight Information Zone (AFIZ) yaitu wilayah udara dengan ketentuan :
1) Memiliki batas vertikal dengan batas atas 4000ft dan batas bawah
ground/water
2) Memiliki batas lateral 5NM dari titik koordinat alat bantu navigasi
penerbangan atau aerodrome reference point (ARP) atau vicinity aerodrome.

2.5 Pembagian Ruang Udara

Kategori wiliyah udara terbagi menjadi dua, Regulasi dan NonRegulasi. Dalam dua
kategori ini, terbagi dalam empat jenis yaitu, wilayah udara terkontrol, tidak terkontrol,
penggunaan khusus, dan wilayah udara lainnya. Kategori dan jenis wilayah udara ditentukan
oleh kompleksitas atau kepadatan pergerakan pesawat, sifat operasi yang dilakukan di dalam
wilayah udara, tingkat keselamatan yang diperlukan, dan kepentingan nasional dan publik.
2.5.1 Klasifikasi Ruang Udara

FL 600

Class A
18,000' MSL

Class B

Class E
14,500' MSL

Class C
1,200' AGL 1,200' AGL 1,200' AGL
700' AGL 700' AGL 700' AGL
Nontowered airport with no instrument approac
Class G
Nontowered airport with instrument approach
Class D

Class G Class G Class G

 Berikut ini adalah penjelasan tentang Klasifikasi ruang udara, sebagai berikut :

1. Klasifikasi dan Kriteria Ruang Udara Kelas A :


Ruang udara Kelas A umumnya adalah wilayah udara dari 18.000 kaki rata-rata
permukaan laut (MSL) hingga dan termasuk tingkat penerbangan (FL) 600. Semua operasi di
wilayah udara Kelas A dilakukan di bawah aturan penerbangan instrumen (instrument flight
rules/IFR). Berikut ini penjelasan kriteria Ruang Udara Kelas A :

a. Hanya digunakan untuk penerbangan Instrument


b. Diberikan separasi kepada semua pesawat udara
c. Diberikan pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan
d. Tidak ada pembatasan kecepatan
e. Memerlukan komunikasi radio dua arah secara terus menerus
f. Persetujuan ATC kepada pilot
2. Klasifikasi dan Kriteria Ruang Udara Kelas B
Wilayah udara Kelas B umumnya adalah wilayah udara dari permukaan hingga
10.000 kaki MSL. Konfigurasi setiap area ruang udara Kelas B disesuaikan secara individual,
dan dirancang untuk memuat semua prosedur instrumen yang diterbitkan begitu pesawat
memasuki ruang udara.Izin ATC diperlukan untuk semua pesawat yang beroperasi di area
tersebut, dan semua pesawat yang telah diizinkan menerima layanan pemisahan di dalam
wilayah udara. Berikut ini penjelasan kriteria Ruang Udara Kelas B :
a. Digunakan untuk penerbangan Instrumen dan Visual
b. Diberikan separasi kepada semua pesawat
c. Diberikan pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan
d. Tidak ada pembatasan kecepatan
e. Memerlukan komunikasi radio dua arah secara terus menerus
f. Persetujuan ATC kepada pilot

3. Klasifikasi dan Kriteria Ruang udara Kelas C

Wilayah udara Kelas C umumnya adalah wilayah udara dari permukaan hingga 4.000
kaki di atas elevasi bandara (MSL) di sekitar bandara yang memiliki menara kontrol
operasional, dilayani oleh kontrol pendekatan radar, dan memiliki sejumlah operasi IFR atau
enplanement penumpang tertentu. Meskipun konfigurasi setiap area Kelas C disesuaikan
secara individual, wilayah udara biasanya terdiri dari area permukaan dengan radius 5 NM,
lingkaran luar dengan radius 10 NM yang membentang dari 1.200ft hingga 4.000ft di atas
ketinggian bandara. Setiap pesawat udara harus menjalin komunikasi radio dua arah dengan
fasilitas ATC yang menyediakan layanan lalu lintas udara sebelum memasuki wilayah udara
dan setelah itu harus memelihara komunikasi tersebut selama berada di dalam wilayah udara.
Berikut ini penjelasan tentang kriteria Ruang Udara Kelas C :
a. Untuk penerbangan instrument :
a. Diberikan separasi antara penerbangan Instrument Dan Visual
b. Diberikan layanan informasi lalu-lintas udara antar penerbangan visual.
c. Tidak ada batasan kecepatan
b. Untuk penerbangan Visual :
a. Diberikan separasi antara penerbangan Visual Dan Instrument
b. Pelayanan pemanduan lalu-lintas penerbangan
c. Kecepatan dibatasi 250 knot pada ketinggian di bawah 10.000ft MSL
4. Ruang Udara Kelas D

Wilayah udara kelas D umumnya adalah wilayah udara dari permukaan hingga 2.500
kaki di atas elevasi bandara (MSL) di sekitar bandara memiliki menara kontrol operasional.
Konfigurasi setiap ruang udara Kelas D disesuaikan secara individual dan ketika prosedur
instrumen diterbitkan, ruang udara biasanya dirancang untuk menampung prosedur tersebut.
Perpanjangan kedatangan untuk prosedur pendekatan instrumen (IAP) dapat berupa wilayah
udara Kelas D atau Kelas E. Kecuali jika diizinkan, setiap pesawat harus membangun
komunikasi radio dua arah dengan fasilitas ATC yang menyediakan layanan lalu lintas udara
sebelum memasuki wilayah udara dan menjaga komunikasi tersebut selama berada di
wilayah udara. Berikut ini adalah kriteria Ruang Udara kelas D :

a. Untuk penerbangan instrument :


a. Diberikan separasi antar penerbangan Instrument.
b. Diberikan layanan informasi lalu-lintas tentang penerbangan visual.
c. Kecepatan dibatas 250 knot pada ketinggian dibawah 10.000ft (MSL).
b. Untuk penerbangan Visual :
a. Tidak diberikan separasi.
b. Diberikan pelayanan informasi lalu-lintas penerbangan Instrument kepada
sesama penerbang visual.
c. Kecepatan dibatasi 250 knot pada ketinggian di bawah 10.000ft MSL.

5. Ruang Udara Kelas E

Ruang udara kelas E adalah ruang udara terkontrol yang tidak tergolong ruang udara
Kelas A, B, C, atau D. Sebagian besar wilayah udara di atas Amerika Serikat ditetapkan
sebagai wilayah udara Kelas E. Ini memberikan ruang udara yang cukup untuk kontrol yang
aman dan pemisahan pesawat selama operasi IFR. Aeronautical Information Manual (AIM)
menjelaskan berbagai jenis ruang udara Kelas E. Bagian - bagian dan lainnya yang
menggambarkan semua lokasi wilayah udara Kelas E dengan pangkalan di bawah 14.500
kaki MSL. Di area di mana grafik tidak menggambarkan basis kelas E, kelas E dimulai pada
14.500 kaki MSL. Di sebagian besar wilayah, pangkalan wilayah udara Kelas E adalah 1.200
kaki AGL. Di banyak area lain, pangkalan wilayah udara Kelas E adalah permukaan atau
AGL 700 kaki. Beberapa wilayah udara Kelas E dimulai pada ketinggian MSL yang
digambarkan pada grafik, bukan pada ketinggian AGL. Wilayah udara Kelas E biasanya
meluas hingga, tetapi tidak termasuk, 18.000 kaki MSL (batas bawah wilayah udara Kelas
A). Semua wilayah udara di atas FL 600 adalah wilayah udara Kelas E.

7. Ruang Udara Kelas G

Ruang udara tidak terkontrol atau ruang udara Kelas G adalah bagian dari ruang udara
yang belum ditetapkan sebagai Kelas A, B, C, D, atau E. Oleh karena itu disebut ruang udara
tidak terkontrol. Wilayah udara Kelas G terbentang dari permukaan hingga dasar wilayah
udara Kelas E di atasnya. Meskipun ATC tidak memiliki wewenang atau tanggung jawab
untuk mengontrol lalu lintas udara, pilot harus ingat ada aturan penerbangan visual (VFR)
minimum yang berlaku untuk wilayah udara Kelas G dan memiliki batas atas vertikal 4000ft ,
5 NM dari titik kordinat atau Aerodrome Reference Point (ARP).

2.5.2 Penggunaan Khusus Ruang Udara

Ruang udara penggunaan khusus atau Special Use AirSpace (SUAS) adalah sebutan
untuk ruang udara di mana kegiatan tertentu harus dibatasi, atau di mana pembatasan dapat
dikenakan pada operasi pesawat yang bukan bagian dari kegiatan tersebut. Wilayah udara
penggunaan khusus tertentu dapat menciptakan pembatasan penggunaan ruang udara
campuran. Wilayah udara penggunaan khusus yang digambarkan pada bagan instrumen
mencakup nama atau nomor area, ketinggian efektif, waktu dan kondisi cuaca operasi, badan
pengendali, dan lokasi panel bagan. Pada grafik perjalanan National Aeronautical Charting
Group (NACG), informasi ini tersedia di salah satu panel akhir. Ruang udara penggunaan
khusus biasanya terdiri dari:

 Area Terlarang (Prohibited Area)


 Area Terbatas (Restricted Area)
 Area Berbahaya (Danger Area)
 Air Defence Inditification Zone (ADIZ)
 Area Peringatan (Alerting Area)
 Controlled Firing Area (CFA)
Berikut ini adalah beberapa penjelasan penggunaan khusus ruang udara, sebagai berikut:

 Area Terlarang (Prohibited Area) :


Kawasan udara terlarang (prohibited area) merupakan kawasan di atas daratan atau
perairan dengan batasan permanen dan menyeluruh bagi pesawat udara, contoh kawasan
udara terlarang sebagi berikut :

b. Ruang udara di atas Istana Presiden


c. Ruang udara di atas instalasi nuklir
d. Ruang udara di atas objek vital nasional yang bersifat strategis

 Area Terlarang atau prohibited area di jelaskan dengan kode WAP7

Area terlarang dipetakan dengan “P” diikuti dengan angka (WAP7) dan digambarkan
pada peta perjalanan yang sesuai untuk digunakan di ketinggian atau FL yang diterbangkan.
 Area Terbatas (Restricted Area) :

Area terbatas atau yang disebut dengan Restricted Area adalah area di mana operasinya
berbahaya bagi pesawat yang tidak berpartisipasi dan mengandung wilayah udara di mana
kita harus tunduk pada pembatasan. Aktivitas di dalam area ini dapat di guanakan untuk
penerbangan sipil setelah mendapatkan izin dari TNI Angkatan Udara. Area terlarang
menunjukkan adanya bahaya yang tidak biasa, seringkali tidak terlihat, terhadap pesawat
(misalnya, tembakan artileri, meriam udara, atau peluru kendali). Dan kawasan terbatas di
indonesia sendiri meliputi :

2. Markas besar TNI


3. Pangkalan udara TNI
4. Kawasan latihan militer
5. Kawasan operasi militer
6. Kawasan pelatihan terbang militer
7. Kawasan latihan penembakan militer
8. Kawasan peluncuran roket dan satelit
9. Ruang udara yang di gunakan untuk penerbangan atau kegiatan yang di lakukan orang
setingkat kepala Negara atau kepala Pemerintah

 Area Terbatas atau restricted area di jelaskan dengan kodeWAR8

Area tebatas dipetakan dengan "R" diikuti dengan angka (WAR8) dan digambarkan pada
peta perjalanan yang sesuai untuk digunakan di ketinggian atau FL yang diterbangkan.
 Area Berbahaya (Danger Area) :

Danger area hampir sama dengan Restricted Area. Danger Area adalah ruang udara
dengan dimensi yang ditentukan, yang berisi aktivitas yang mungkin berbahaya bagi pesawat
yang tidak berpartisipasi. Tujuan dari area tersebut adalah untuk memperingatkan pilot yang
tidak berpartisipasi tentang potensi bahaya. Area peringatan mungkin terletak di atas perairan
domestik atau internasional atau keduanya. Wilayah udara berbahaya ditandai dengan "D"
diikuti dengan nomor (WID).

 Area berbahaya atau Danger area di jelaskan dengan kodeWID10

Area berbahaya dipetakan dengan "D" diikuti dengan angka (WID10) dan digambarkan
pada peta perjalanan yang sesuai untuk digunakan di ketinggian atau FL yang diterbangkan.
 Air Defence Identification Zone (ADIZ)

Sedangkan Zona Identifikasi Pertahanan Udara (Air Defence Identification Zone/


ADIZ),merupakan ruang udara tertentu di atas daratan atau perairan yang ditetapkan bagi
keperluan identifikasi Pesawat Udara untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara,
yang berada pada :

a. Ruang udara di wilayah udara


b. Ruang udara di wilayah udara Yuridiksi
 Legend Chart

Kode untuk Indonesia dibagi menjadi dua yaitu WA dan WI dan diikuti dengan angka
dan keterangan seperti :

1. P = Prohibited
2. R = Restricted
3. D = Danger
 Area Peringatan (Alert Area) :

Area peringatan digambarkan pada grafik aeronautika dengan "A" diikuti dengan nomor
(misalnya, A-211) untuk menginformasikan nonparticipatingpilot di area yang mungkin
berisi pelatihan pilot dalam jumlah besar atau jenis aktivitas udara yang tidak biasa. Pilot
harus berhati-hati di area peringatan. Semua aktivitas di dalam area peringatan harus
dilakukan sesuai dengan peraturan, tanpa pengesampingan, dan pilot pesawat yang
berpartisipasi, serta pilot yang transit di area tersebut, harus sama-sama bertanggung jawab
untuk menghindari tabrakan.

 Alert area (A-211).

 Area Penembakan Terkendali (CFA) :

CFA (Controlled Firing Area) berisi aktivitas yang tidak dilakukan di lingkungan yang
terkendali, dan berbahaya bagi pesawat yang tidak berpartisipasi. Perbedaan antara CFA dan
wilayah udara penggunaan khusus lainnya adalah bahwa aktivitas harus dihentikan ketika
pesawat pengintai, radar, atau posisi pengintaian darat mengindikasikan sebuah pesawat
mungkin mendekati area tersebut. Tidak perlu memetakan CFA karena tidak menyebabkan
pesawat yang tidak berpartisipasi mengubah jalur penerbangannya.

 Sanksi dan Penegekan Hukum Terhadap Pelanggar Batas Udara:

Dalam rangka penyelenggaraan kedaulatan negara atas wilayah udara Negara Kesatuan
Republik Indonesia, pemerintah melaksanakan wewenang dan tanggung jawab pengaturan
ruang udara untuk kepentingan penerbangan, perekonomian nasional, pertahanan dan
keamanan negara, sosial buaya serta lingkungan udara, dan sanksi yang di berikan sebagai
berikut :

1. Pesawat udara yang melanggar wilaya kedaulatan NKRI di peringatkan dan di


perintahkan untuk meninggalkan wilayah udara tersebut oleh petugas pemandu
lalu lintas udara.
2. Petugas lalu-lintas penerbangan wajib menginformasikan pesawat udara yang
melanggar wilayah kedaulatan dan kawasan udara terlarang dan kawasan terbatas
kepada aparat yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertahanan negara.
3. Dalam hal peringatan dan perintah yang tidak di taati akan dilakukan tindakan
pemaksaan oleh pesawat udara negara untuk keluar dari wilayah NKRI atau
mendarat di pangkalan udara atau bandar udara tertentu di dalam wilayah NKRI.
4. Personel pesawat udara, pesawat udara, dan seluruh muatannya yan melanggar
ketentuan akan di periksa dan disidik sesuai dengan peraturan per undang-
undangan.

 Berikut adalah salah satu contoh pelanggaran udara :

Dua pesawat tempur F-16 Fighting Falcon TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin (Rsn)
Pekanbaru, Riau, memaksa (force down) pesawat asing Ethiopian Airlines mendarat di
Bandara Hang Nadim, Batam, Kepulauan Riau, Senin (14/1/2019). Danskadron 16 Lanud
Rsn Pekanbaru Letkol Pnb Bambang Apriyanto mengatakan, pesawat asing tersebut dipaksa
turun karena melintas di wilayah udara NKRI tanpa izin. "Pesawat yang kami force down ini
jenis Boeing B777 yang dioperasikan oleh maskapai Ethiopian Airlines dengan nomor
registrasi ET-AVN," ungkap Bambang saat dihubungi Kompas.com, Senin. Menurut dia,
pesawat asing tersebut melintas di wilayah kedaulatan udara yurisdiksi Indonesia tanpa
dilengkapi flight clearance (FC). source : "Kronologi Pesawat Asing Dipaksa Turun TNI AU
di Batam dalam 20 Menit", Klik untuk
baca: https://regional.kompas.com/read/2019/01/15/05563781/kronologi-pesawat-asing-
dipaksa-turun-tni-au-di-batam-dalam-20-menit?page=all.

2.6 Wilayah Udara Lainnya


2.6.1 Wilayah Udara yang Tersisa

Area wilayah udara lainnya adalah istilah umum yang mengacu pada sebagian besar
wilayah udara yang tersisa, itu termasuk sebagai berikut:

 Penasihat bandara lokal (Local Airport Advisory)


 Rute latihan militer (Military Traning Route)
 Pembatasan penerbangan sementara (Temporary Flight Restriction)
 Rute VFR yang diterbitkan
 Area layanan radar terminal (Terminal Radar Service Area)
 Kawasan Keamanan Nasional (National Security Area)
 Air Defense Identification Zones (ADIZ) berbasis darat dan air serta kebutuhan rencana
penerbangan Defense VFR (DVFR) untuk mengoperasikan VFR di wilayah udara ini
 Zona Terbatas Penerbangan (Flight Restriction Zone)
 Beroperasi di berbagai jenis wilayah udara
 Pengguanaan Speacial Weather Minima

 Berikut ini adalah beberapa penjelasan area wilayah udara lainnya, sebagai berikut:

1. Penasihat Bandara Lokal (LAA)

Layanan konsultasi yang disediakan oleh fasilitas Flight Service Station (FSS), yang
terletak di bandara pendaratan, menggunakan frekuensi ground-to-air diskrit atau frekuensi
menara saat menara ditutup. Layanan LAA mencakup saran bandara lokal, pelaporan cuaca
otomatis dengan siaran suara, dan tampilan data Automated Surface Observing System
(ASOS)/Automated Weather Observing Station (AWOS), instrumen pembacaan langsung
berkelanjutan lainnya, atau pengamatan manual yang tersedia untuk spesialis.
2. Rute Pelatihan Militer (MTR) MTR adalah rute yang digunakan oleh pesawat militer
untuk mempertahankan kemahiran dalam terbang taktis. Rute-rute ini biasanya dibuat di
bawah 10.000 kaki MSL untuk operasi dengan kecepatan lebih dari 250 knot. Beberapa
segmen rute dapat ditentukan pada ketinggian yang lebih tinggi untuk tujuan kontinuitas
rute.

3. Pembatasan Penerbangan Sementara (Temporary Flight Restriction) :

Notice to Airmen (NOTAM) dikeluarkan untuk menunjuk TFR. NOTAM dimulai dengan
frase “BATASAN PENERBANGAN” diikuti dengan lokasi pembatasan sementara, periode
waktu efektif, area yang ditentukan dalam mil undang-undang, dan ketinggian yang
terpengaruh. NOTAM juga memuat fasilitas koordinasi FAA dan nomor telepon, alasan
pembatasan, dan informasi lain yang dianggap sesuai. Pilot harus memeriksa NOTAM
sebagai bagian dari perencanaan penerbangan.

 Beberapa tujuan didirikannya TFR adalah:


- Melindungi orang dan properti di udara atau di permukaan dari bahaya yang ada
atau yang akan segera terjadi.
- Menyediakan lingkungan yang aman untuk pengoperasian pesawat bantuan
bencana.
- Mencegah kemacetan yang tidak aman dari pesawat di atas suatu insiden atau
peristiwa, yang dapat menimbulkan tingkat kepentingan publik yang tinggi.
- Lindungi bencana nasional yang diumumkan untuk alasan kemanusiaan
- Melindungi Presiden, Wakil Presiden, atau tokoh masyarakat lainnya.
- Menyediakan lingkungan yang aman untuk operasi badan antariksa.

Sejak peristiwa 11 September 2001, penggunaan TFR menjadi lebih umum. Ada
sejumlah insiden serangan pesawat ke TFR yang mengakibatkan pilot menjalani
investigasi keamanan dan penangguhan sertifikat. Merupakan tanggung jawab pilot
untuk mengetahui TFR di area penerbangan yang mereka usulkan. Salah satu cara
untuk memeriksanya adalah dengan mengunjungi situs web FAA, www.tfr.faa.gov, dan
memverifikasi bahwa tidak ada TFR di area tersebut.

4. Published VFR Routes :


Rute VFR yang diterbitkan adalah untuk transisi di sekitar, di bawah, atau melalui
beberapa wilayah udara yang kompleks. Istilah-istilah seperti jalur terbang VFR, koridor
VFR, rute transisi VFR ruang udara Kelas B, dan rute VFR area terminal telah diterapkan
pada rute-rute tersebut. Rute-rute ini umumnya ditemukan pada grafik perencanaan area
terminal VFR.

5. Terminal Radar Service Area (TRSA) :


TRSA adalah area di mana pilot yang berpartisipasi dapat menerima layanan radar
tambahan. Tujuan dari layanan ini adalah untuk memberikan pemisahan antara semua operasi
IFR dan pesawat VFR yang berpartisipasi.Bandara utama dalam TRSA menjadi wilayah udara
Kelas D. Bagian TRSA yang tersisa terletak di atas wilayah udara terkontrol lainnya, yang
biasanya merupakan wilayah udara Kelas E mulai dari 700 atau 1.200 kaki dan ditetapkan
untuk transisi ke/dari lingkungan perjalanan/terminal. TRSA digambarkan pada bagan
penampang VFR dan bagan area terminal dengan garis hitam pekat dan ketinggian untuk
setiap segmen. Bagian Kelas D dipetakan dengan garis tersegmentasi biru. Partisipasi dalam
layanan TRSA bersifat sukarela, namun pilot yang beroperasi di bawah VFR didorong untuk
menghubungi kontrol pendekatan radar dan memanfaatkan layanan TRSA.
6. National Safety Area (NSA) :
NSA terdiri dari ruang udara dengan dimensi vertikal dan lateral yang ditetapkan yang
didirikan di lokasi di mana ada persyaratan untuk peningkatan keamanan dan keselamatan
fasilitas darat. Penerbangan di NSA untuk sementara dapat dilarang oleh peraturan
berdasarkan ketentuan Judul 14 dari Kode Peraturan Federal bagian 99, dan larangan
disebarkan melalui NOTAM. Pilot diminta untuk menghindari terbang melalui area yang di
tentukan.

7. Air Traffic Control and National Airspace System :


Tujuan utama dari sistem ATC adalah untuk mencegah tabrakan antara pesawat yang
beroperasi dalam sistem dan untuk mengatur dan memperlancar arus lalu lintas. Selain fungsi
utamanya, sistem ATC memiliki kemampuan untuk menyediakan (dengan batasan tertentu)
layanan tambahan. Kemampuan untuk menyediakan layanan tambahan dibatasi oleh banyak
faktor, seperti volume lalu lintas, kemacetan frekuensi, kualitas radar, beban kerja pengontrol,
tugas prioritas yang lebih tinggi, dan ketidakmampuan fisik murni untuk memindai dan
mendeteksi situasi yang termasuk dalam kategori ini. Diakui bahwa layanan ini tidak dapat
diberikan dalam kasus di mana penyediaan layanan dihalangi oleh faktor-faktor di atas.

Konsisten dengan kondisi yang disebutkan di atas, pengontrol harus menyediakan


prosedur layanan tambahan sejauh diizinkan oleh tugas prioritas yang lebih tinggi dan
keadaan lainnya. Penyediaan layanan tambahan tidak opsional pada bagian pengontrol,
melainkan diperlukan ketika situasi kerja memungkinkan. Memberikan pelayanan ATC sesuai
dengan prosedur dan minimal dalam urutan ini kecuali bila :

1. Penyimpangan diperlukan untuk menyesuaikan dengan Dokumen ICAO, Peraturan


Udara Nasional, atau perjanjian khusus di mana Amerika Serikat menyediakan
layanan ATC di wilayah udara di luar negara dan wilayahnya.
2. Prosedur/minima lain ditentukan dalam surat perjanjian, arahan FAA, atau dokumen
militer.
3. Penyimpangan diperlukan untuk membantu pesawat ketika keadaan darurat telah
dinyatakan.

Jika ATC mengeluarkan instruksi kontrol ke pesawat melalui sumber selain pengontrol
lain (misalnya, Aeronautical RadioIncorporated (ARINC), FSS, pilot lain), mereka
memastikan bahwa koordinasi yang diperlukan telah dilakukan dengan pengontrol yang
tercantum di atas, yang area kerjanya yurisdiksi dipengaruhi oleh instruksi tersebut kecuali
ditentukan lain oleh surat perjanjian atau arahan fasilitas.

8. Beroperasi di Berbagai Jenis Wilayah Udara :


Penting bagi pilot mengetahui persyaratan operasional untuk masing-masing dari
berbagai jenis atau kelas wilayah udara. Bagian selanjutnya mencakup setiap kelas dengan
cukup rinci untuk memfasilitasi pemahaman mengenai cuaca, jenis sertifikat pilot yang
dimiliki, dan peralatan yang dibutuhkan.

9. Special VFR Weather Minimums :

Tidak ada pilot yang boleh mengoperasikan pesawat di bawah VFR minimums ketika
visibilitas penerbangan kurang, atau pada jarak awan kurang dari yang ditentukan untuk
ketinggian dan kelas ruang udara yang sesuai.

Basic VFR Weather Minimums


Flight VisibilityDistance fromClouds
Airspace
Class A
Not applicable Not applicable
3 statute miles Clear of clouds
Class B
3 statute miles 1,000 feet above
Class C 500 feet below
2,000 feet horizontal
3 statute miles 1,000 feet above
Class D 500 feet below
2,000 feet horizontal
At or above 10,000 feet MSL 5 statute miles 1,000 feetabove
1,000 feetbelow
1 statute mile horizontal
E
Class Less than 10,000 feet MSL
3 statute miles
1,000 feet above
500 feet
Clear below
of clouds
Day, of
1,200 feet or less above the surface (regardless except
MSL as provided in section 91.155(b)
altitude). 1 statutemile 2,000 feet horizontal

Night, except as provided in section 91.155(b) 3 statutemiles 1,000 feet above


500 feet below
Day 1 statute mile 2,000 feet horizontal
More than 1,200 feet above the surface but less than 10,000 feet MSL.
Class G Night 3 statute miles
1,000 feet above
500 feet below
2,000 feet horizontal
More than 1,200 feet above the surface and at or above 10,000 feet MSL. 5 statute miles
1,000 feet above
500 feet below
2,000 feet horizontal

1,000 feetabove
1,000 feetbelow
1 statute mile horizontal

 Visual fliht rule weather minimums.


Tidak ada orang yang boleh mengoperasikan pesawat udara di bawah VFR dalam batas-
batas lateral dari ruang udara terkendali yang ditunjuk ke permukaan untuk bandara ketika
langit-langit kurang dari 1.000ft.

2.7 Aturan Pengoperasian dan Persyaratan Pilot


Keselamatan penerbangan adalah prioritas utama semua pilot dan tanggung jawab
yang terkait dengan pengoperasian pesawat harus selalu dianggap serius. Sistem lalu lintas
udaramempertahankan tingkat keamanan dan efisiensi yang tinggi dengan pengawasan
regulasi yang ketat dari FAA. Pilot terbang sesuai dengan regulasi yang telah melayani
Amerika Serikat dengan baik, terbukti dengan fakta bahwa negara tersebut memiliki sistem
penerbangan teraman di dunia.

Semua pesawat yang beroperasi di Sistem Ruang Udara Nasional (NAS) saat ini telah
mematuhi CFR yang mengatur sertifikasi dan pemeliharaannya, semua pilot yang beroperasi
hari ini telah menyelesaikan pelatihan dan pengujian sertifikasi pilot yang ketat. Yang tak
kalah pentingnya adalah pelaksanaan perencanaan pra-penerbangan, pengambilan keputusan
aeronautika dan manajemen risiko yang tepat. ADM melibatkan pendekatan sistematis untuk
penilaian risiko dan manajemen stres dalam penerbangan, menggambarkan bagaimana sikap
pribadi dapat memengaruhi pengambilan keputusan, dan bagaimana sikap tersebut dapat
dimodifikasi untuk meningkatkan keselamatan di dek penerbangan. Informasi lebih rinci
mengenai ADM dan mitigasi risiko dapat ditemukan di Bab 2, “Aeronautika Decision
Making.”

Class Airspace
Entry Requirements Equipment* Minimum Pilot Certificate
Class A
Class B ATC clearance IFR equipped Instrument rating

ATC clearance
Private—(However,
Two-waya radio,
studenttransponder
or recreational
with pilot
altitude
mayreporting
operate capability
at other than the primary airport if seeking private pilot c

Two-way radio communications Two-way


prior to entry
radio, transponder with altitude reporting capability
No specific requirement
Class C

Two-way radio communications prior to entry Two-way radio No specific requirement


Class D

Class E None for VFR No specific requirement No specific requirement


Class G
None No specific requirement No specific requirement

*BeginningJanuary1,2020,ADS-BOutequipmentmayberequiredinaccordancewith14CFRpart91,section91.225.
 Berikut ini adalah beberapa penjelasan kelas-kelas operasi untuk Pilot :
 Kelas A

Pilot yang mengoperasikan pesawat di wilayah udara Kelas A harus melakukan operasi
tersebut di bawah IFR dan hanya di bawah izin ATC yang diterima sebelum memasuki
wilayah udara. Kecuali jika diizinkan oleh ATC, setiap pesawat yang beroperasi di wilayah
udara Kelas A harus dilengkapi dengan radio dua arah yang mampu berkomunikasi dengan
ATC pada frekuensi yang ditetapkan oleh ATC. Kecuali jika diizinkan oleh ATC, semua
pesawat dalam ruang udara Kelas A harus dilengkapi dengan peralatan transponder yang
sesuai.

 Kelas B

Semua pilot yang mengoperasikan pesawat di dalam area ruang udara Kelas B harus
menerima izin ATC dari fasilitas ATC yang memiliki yurisdiksi untuk area tersebut. Pilot in
command (PIC) tidak boleh lepas landas atau mendaratkan pesawat di bandara di dalam
wilayah udara Kelas B kecuali dia telah memenuhi salah satu persyaratan berikut :

1. Private Pilot License


2. Sertifikat pilot rekreasi dan semua persyaratan yang terkandung
3. Sport Pilot License dan semua persyaratan yang terkandung

 Kelas C

Untuk tujuan bagian ini bandar udara utama adalah bandar udara yang wilayah udara
Kelas C ditetapkan. Bandara satelit adalah bandara lain di dalam area ruang udara Kelas C.
Pilot tidak boleh lepas landas atau mendaratkan pesawat di bandara satelit di dalam area
ruang udara Kelas C kecuali sesuai dengan pola lalu lintas kedatangan dan keberangkatan.

Komunikasi radio dua arah harus dibangun dan dipelihara dengan fasilitas ATC yang
menyediakan layanan lalu lintas udarasebelum memasuki wilayah udara dan selanjutnya
dipelihara selama berada di dalam wilayah udara.
Pilot yang berangkat dari bandara utama atau bandara satelit dengan menara kontrol yang
beroperasi harus membangun dan memelihara komunikasi radio dua arah dengan menara
kontrol, dan setelah itu seperti yang diinstruksikan oleh ATC saat beroperasi di area ruang
udara Kelas C. Jika berangkat dari bandara satelit tanpa menara kontrol yang beroperasi, pilot
harus membangun dan memelihara komunikasi radio dua arah dengan fasilitas ATC yang
memiliki yurisdiksi atas area ruang udara Kelas C sesegera mungkin setelah keberangkatan.

Kecuali jika diizinkan oleh ATC yang memiliki yurisdiksi atas area ruang udara Kelas C,
semua pesawat di dalam wilayah udara Kelas C harus dilengkapi dengan peralatan
transponder yang sesuai yang memenuhi semua spesifikasi yang berlaku. Pesawat yang
beroperasi di wilayah udara Kelas C harus memasang peralatan ADS-B Out.

 Kelas D

Pilot tidak boleh lepas landas atau mendaratkan pesawat di bandara satelit di dalam area
ruang udara Kelas D kecuali sesuai dengan pola lalu lintas kedatangan dan keberangkatan.
Pilot yang berangkat dari bandara utama atau bandara satelit dengan menara kontrol yang
beroperasi harus membangun dan memelihara komunikasi radio dua arah dengan menara
kontrol, dan setelah itu seperti yang diinstruksikan oleh ATC saat beroperasi di wilayah
wilayah udara Kelas D. Jika berangkat dari bandara satelit tanpa menara kontrol yang
beroperasi, pilot harus membangun dan memelihara komunikasi radio dua arah dengan
fasilitas ATC yang memiliki yurisdiksi atas area ruang udara Kelas D sesegera mungkin
setelah keberangkatan.

Komunikasi radio dua arah harus dibangun dan dipelihara dengan fasilitas ATC yang
menyediakan layanan lalu lintas udara sebelum memasuki wilayah udara dan setelah itu
dipelihara selama berada di dalam wilayah udara.

Jika radio pesawat gagal dalam penerbangan di bawah IFR, pilot harus melanjutkan
penerbangan dengan rute yang ditetapkan dalam izin ATC terakhir yang diterima atau jika di-
vektor radar melalui rute langsung dari titik kegagalan radio ke fix rute atau jalan yang
ditentukan dalam izin vektor. Jika tidak ada rute yang ditetapkan, pilot harus melanjutkan
rute yang disarankan ATC dalam izin lebih lanjut atau jika suatu rute tidak disarankan, oleh
rute yang diajukan dalam rencana penerbangan.Jika radio pesawat gagal dalam penerbangan
di bawah VFR, PIC dapat mengoperasikan pesawat itu dan mendarat jika kondisi cuaca pada
di atas cuaca minimum VFR dasar.
 Kelas E

Jika diizinkan atau disyaratkan oleh fasilitas ATC yang memiliki yurisdiksi atas area
ruang udara Kelas E, setiap pilot yang mengoperasikan pesawat di atau di sekitar bandara di
area ruang udara Kelas E harus mematuhi persyaratan wilayah udara Kelas G. Setiap pilot
juga harus mematuhi setiap pola lalu lintas yang ditetapkan untuk bandara tersebut.

Kecuali jika diizinkan atau disyaratkan oleh ATC, tidak ada orang yang boleh
mengoperasikan pesawat ke dari atau melalui di bandara yang memiliki menara kendali
operasional kecuali komunikasi radio dua arah dipertahankan antara pesawat itu dan menara
kendali. Komunikasi harus dilakukan dalam jarak empat mil laut dari bandara, hingga dan
termasuk 2.500 kaki AGL. Namun, jika radio pesawat gagal dalam penerbangan, PIC dapat
mengoperasikan pesawat tersebut dan mendarat jika kondisi cuaca di atas minimum cuaca
VFR dasar.

Jika radio pesawat gagal dalam penerbangan di bawah IFR, pilot harus melanjutkan
penerbangan dengan rute yang ditetapkan dalam izin ATC terakhir yang diterima atau jika di-
vektor radar, melalui rute langsung dari titik kegagalan radio ke fix rute atau jalan yang
ditentukan dalam izin vektor. Jika tidak ada rute yang ditetapkan, pilot harus melanjutkan
rute yang disarankan ATC dalam izin lebih lanjut atau jika suatu rute tidak disarankan, oleh
rute yang diajukan dalam rencana penerbangan.

 Kelas G

Saat mendekati untuk mendarat di bandara tanpa menara kontrol yang beroperasi di
wilayah udara Kelas G:

1. Setiap penerbang pesawat harus berbelok ke kiri kecuali bandar udara menunjukkan sinyal
cahaya yang disetujui atau tanda visual yang menunjukkan bahwa belokan harus dilakukan ke
kanan, dalam hal ini pilot harus berbelok ke kanan.

2. Setiap pilot helikopter atau parasut bertenaga harus menghindari jalur pesawat sayap tetap.
Kecuali jika diizinkan atau disyaratkan oleh ATC, tidak ada orang yang boleh
mengoperasikan pesawat ke dari melalui atau di bandara yang memiliki menara kendali
operasional kecuali komunikasi radio dua arah dipertahankan antara pesawat itu dan menara
kendali. Komunikasi harus dilakukan dalam jarak empat mil laut dari bandara dan termasuk
2.500 kaki AGL. Namun, jika radio pesawat gagal dalam penerbangan, PIC dapat
mengoperasikan pesawat tersebut dan mendarat jika kondisi cuaca di atas minimum cuaca
VFR dasar.

Jika radio pesawat gagal dalam penerbangan di bawah IFR, pilot harus melanjutkan
penerbangan dengan rute yang ditetapkan dalam izin ATC terakhir yang diterima atau, jika di-
vektor radar, melalui rute langsung dari titik kegagalan radio ke fix rute atau jalan yang
ditentukan dalam izin vektor. Jika tidak ada rute yang ditetapkan, pilot harus melanjutkan
rute yang disarankan ATC dalam izin lebih lanjut atau, jika suatu rute tidak disarankan oleh
rute yang diajukan dalam rencana penerbangan.

Ultralight Aircraft :

Tidak seorangpun boleh mengoperasikan pesawat ultralight di dalam ruang udara


Kelas A, Kelas B, Kelas C, atau Kelas D atau dalam batas-batas lateral dari luas permukaan
ruang udara Kelas E yang ditunjuk untuk suatu bandar udara kecuali orang tersebut memiliki
izin sebelumnya dari fasilitas ATC yang memiliki yurisdiksi. Atas wilayah udara itu.

Balon Tanpa Awak :

Kecuali jika diizinkan oleh ATC, tidak ada orang yang boleh mengoperasikan balon
udara bebas tak berawak di bawah 2.000 kaki di atas permukaan dalam batas-batas lateral
ruang udara Kelas B, Kelas C, Kelas D, atau Kelas E yang ditujukan untuk bandara.

Pesawat Tanpa Awak :

Pesawat udara tanpa awak adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan
kendali jarak jauh oleh penerbang atau mampu mengendalikan dirinya sendiri dengan
menggunakan hukum aerodinamika.

Visual Line Of Sight (VLOS) adalah pengoperasian pesawat udara tanpa awak dimana
remote atau pilot atau observer dapat mempertahankan kontak visual dengan pesawat udara
tanpa awak secara langsung tanpa menggunakan alat bantu..
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebagaimana yang telah di jelaskan di atas, dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Wilayah udara adalah ruang udara (air space) yang berada di atas wilayah daratan dan
atau perairan suatu negara.
2. Controlled Airspace merupakan wilayah udara yang diberikan pelayanan lalu-lintas
penerbangan berupa pelayanan pemanduan lalu-lintas, pelayanan informasi penerbangan,
dan pelayanan kesiagaan.
3. Uncontrolled Airspace adalah jenis ruang udara yang diberikan pelayanan lalu-lintas
penerbangan berupa pelayanan informasi penerbangan, pelayanan kesiagaan, dan
pelayanan saran lalu-lintas penerbangan.
4. Kategori wiliyah udara terbagi menjadi dua, Regulasi dan Non-Regulasi. Dalam dua
kategori ini, terbagi dalam empat jenis yaitu, wilayah udara terkontrol, tidak terkontrol,
penggunaan khusus, dan wilayah udara lainnya.
5. Klasifikasi dan karakteristik ruang udara terdiri dari beberapa kelas, yaitu kelas A, B, C,
D, E, F, dan G.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.faa.gov/regulations_policies/handbooks_manuals/aviation/phak/media/17_phak_
ch15.pdf
http://hubud.dephub.go.id/assets/file/regulasi/permen/PM_65_Tahun_2017_new_$_1504928
894_498229351_$_.pdf
https://jdih.dephub.go.id/produk_hukum/view/VUUwZ05Ua2dWRUZJVlU0Z01qQXhOdz0
9
https://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/permen/2020/PM_37_TAHUN_2020.pdf
tribun kaltim, Fachmi Rachman 2019, “kronologi Pesawat Asing Dipaksa Turun TNI AU di
Batam dalam 20 menit”

Anda mungkin juga menyukai