Anda di halaman 1dari 46

TUGAS

Tugas Lapangan Terbang

Makalah Bandar Udara AdiSucipto

Nama : Mohammad Edo Fauzan


Nim : 141710007
Dosen : MUKHLIS, S.T., M.T

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BINA DARMA
2017/2018
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah Mata kuliah Lapangan Terbang tentang Bandar Udara Adi Sucipto.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah Lapangan Terbang tentang Bandar
Udara Adi Sucipto ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Palembang, Juni 2017

M Edo Fauzan

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... v

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................... 3

BAB II : LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian .............................................................................................. 4


2.2 Jenis-Jenis Bandar Udara ........................................................................ 4
2.2.1 Bandar Udara Domestik .................................................................... 4
2.2.2 Bandar Udara Regional ..................................................................... 5
2.2.3 Bandar Udara Internasional ............................................................... 5
2.3 Sejarah Bandar Udara .......................................................................... 6
2.4 Pengelolaan Bandar Udara .................................................................. 8
2.5 Pengelolaan Dan Pemeliharaan Infrastruktur Bandara ....................... 11
2.6 Pengoperasian Bandar Udara ............................................................... 11
2.7 Pengelenggaraan Bandar Udara ........................................................... 13
2.8 Standar Dan Ketentuan Pengoperasian Bandar Udara ........................ 14
2.9 Personil Pengoperasian Bandar Udara ................................................ 16
2.10 Peralatan Dan Fasilitas Bandar Udara ................................................. 17
2.11 Prosedur Pengoperasian Bandar Udara ............................................... 19
2.12 Larangan Dan Pembatasan Terhadap Halangan .................................. 21
2.13 Pengembangan Bandar Udara ............................................................. 22

ii
2.13.1 Sisi Udara (Air Side) ....................................................................... 22
2.13.2 Sisi Darat (Land Side) ..................................................................... 23

BAB III : PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Bandara Adi Sucipto ................................................................... 25


3.2 Layout Bandara Adi Sucipto .................................................................... 28

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32

4.2 Saran ....................................................................................................... 33

Daftar Pustaka .................................................................................................... 34

Lampiran ............................................................................................................ 35

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : bandar udara internasional adi sucipto ........................................... 25

Gambar 1.2 : layout bandara adi sucipto .............................................................. 28

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. : Rancangan Tampak Atas Landasan Pacu ...................................... 36

Lampiran 2. : Gerbang Masuknya Mobil ............................................................. 37

Lampiran 3. : Ruang Tunggu ............................................................................... 38

Lampiran 4. : Tempat Pembelian Tiket ................................................................ 39

Lampiran 5. : Landasan Pesawat .......................................................................... 40

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini manusia sudah mulai mengutamakan mobilitas yang cepat dalam
melakukan setiap aktivitasnya, baik dalam urusan pekerjaan ataupun urusan
berpergian untuk berwisata, mengunjungi keluarga, teman dan kerabat.Karena
kebutuhan mobilitas yang tinggi tersebut, maka diperlukan jenis transportasi,
penyedia transportasi dan fasilitas yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
manusia saat ini. Transportasi yang cocok untuk kebutuhan tersebut adalah
Pesawat terbang karena hemat waktu dalam memindahkan manusia dari suatu
tempat ke tempat lain. Karena banyaknya pengunaan Pesawat terbang maka harus
diperhatikan pula mengenai Bandar Udara sebagai tempat fasilitas pesawat terbang
dan fasilitas penunjang lainnya.

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini
memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari
negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi
yang wajib ada dalam setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan
pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat
yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun
luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan
berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas ekonomi. Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya
hal yang mutlak dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran
dalam kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati
adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas, efisien, dan

1
andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai
kualitasnya dengan standar internasional.

Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai
transportasi udara, dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun
manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara
internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya kebijakan umum yang
sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling efisien,
efektif dan andal dalam pengelolaannya.

Selain memperhatikan Pengelolaan Bandara, Pengembangan Bandar udara


juga penting dilakukan untuk merespon situasi penggunaan dan kapasitas
masyarakat yang semakin banyak menggunakan jasa Bandar udara.
Pengembangan Bandar udara harus memiliki perencanaan yang matang dengan
memperhatikan berbagai aspek agar segala yang direncanakan dalam
pengembangan tersebut benar dapat memberikan keuntungan baik untuk kepuasan
masyarakat dalam menggunakan jasa Bandar udara , untuk masyarakat sekitas
wilayah pengembangan Bandar udars, untuk kelancaraan operasional Bandar
udara dan untuk kepentingan pihak Bandar udara itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengetahuan Dasar Mengenai Bandar Udara (Pengertian, Jenis Bandara,
Sejarah, Fasilitas Bandar Udara)?
2. Bagaimana Pengelolaan Bandar Udara?
3. Bagaimana Pengoperasian Bandar Udara?
4. Bagaimana Pengembangan Bandar Udara?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengetahuan Dasar Mengenai Bandar Udara (Pengertian,
Jenis Bandara, Sejarah, Fasilitas Bandar Udara).
2. Untuk Mengetahui Pengelolaan Suatu Bandar Udara.
3. Untuk Mengetahui Pengoperasian Suatu Bandar Udara.
4. Untuk Mengetahui Pengembangan Suatu Bandar Udara.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Bandar Udara

Definisi Bandar Udara didalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM


47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara yaitu lapangan terbang
yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun
penumpang, dan/atau bongkar muat kargo dan/atau pos, serta dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar moda
transportasi. Sedangkan di dalam Annex 14 dari ICAO ( International Civil
Aviation Organization) bandar udara merupakan area tertentu didaratan atau
perairan yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk
kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat. Bandar udara memiliki
fungsi sebagai fasilitator penumpang pesawat terbang. Bandar Udara di
Indonesia dikelola oleh PT. Angkasa Pura 1 untuk wilayah Indonesia bagian
timur dan PT. Angkasa Pura 2 untuk wilayah Indonesia bagian barat.

2.2 Jenis- Jenis Bandar Udara

2.2.1 Bandar udara domestik

Merupakan sebuah bandar udara yang hanya menangani penerbangan


domestik atau penerbangan di negarayang sama. Bandara domestik tidak
memiliki fasilitas bea cukai dan imigrasi dan tidak mampu menangani
penerbangan menuju atau dari bandara luar negeri.

Bandara tersebut umumnya memiliki landasan pendek yang hanya dapat


menangani pesawat jarak pendek/menengah dan lalu lintas regional. Di
beberapa negara, bandar udara sejenis itu tidak memiliki pemeriksaan

4
keamanan / detektor logam, tetapi pemeriksaan seperti itu telah diadakan
beberapa tahun belakangan ini.

Kebanyakan bandara kotamadya di Kanada dan Amerika Serikat masuk


dalam kelompok ini. Di bandara internasional di Kanada, terdapat terminal
domestik yang menangani penerbangan di Kanada (terbang dari satu
kota Kanada ke kota lainnya).

Beberapa negara kecil tidak memiliki bandar udara domestik umum, atau
bahkan penerbangan domestik umum, contohnya Belgia.

2.2.2 Bandar udara regional

Merupakan sebuah bandar udara yang melayani lalu lintas di daerah


geografi berpopulasi relatif kecil. Sebuah bandara regional umumnya tidak
memiliki fasilitas bea cukai dan imigrasi untuk memproses lalu lintas
antarnegara. Di Kanada bandara regional umumnya melayani penerbangan
di Kanada dan beberapa penerbangan menuju Amerika Serikat. Beberapa
bandar udara regional AS, dianataranya menyebut dirinya bandar udara
internasional, memiliki fasilitas bea cukai dan imigrasi yang beroperasi bila
diminta, tetapi kebanyakan melayani lalu lintas domestik.

Pesawat yang menggunakan bandara tersebut merupakan jet bisnis kecil,


pesawat pribadi, dan jet regional.

2.2.3 Bandar udara internasional

Merupakan sebuah bandar udara yang dilengkapi dengan fasilitas Bea dan
Cukai dan imigrasi untuk menangani penerbangan internasional menuju dan
dari negara lainnya.Bandara sejenis itu umumnya lebih besar, dan sering
memiliki landasan lebih panjang dan fasilitas untuk menampung pesawat
besar yang sering digunakan untuk perjalanan internasional atau antarbenua.

5
Bandara internasional sering menangani penerbangan domestik
(penerbangan yang terjadi di satu negara) juga penerbangan internasional.Di
beberapa negara kecil kebanyakan bandar udara merupakan internasional,
sehingga konsep suatu "bandara internasional" memiliki makna kecil.Di
negara-negara tersebut, terdapat sebuah sub-kategori bandar udara
internasional terbatasyang menangani penerbangan internasional, tetapi
terbatas pada tujuan jarak pendek (umumnya karena faktor geografi) atau
campuran bandara sipil/militer.

2.3 Sejarah Bandar Udara

Pada masa awal penerbangan, bandara hanyalah sebuah tanah lapang


berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung arah angin.

Di masa Perang Dunia I, bandara mulai dibangun permanen seiring


meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat seperti
sekarang.Setelah perang, bandara mulai ditambahkan fasilitas komersial untuk
melayani penumpang.

Sekarang, bandara bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat.Dalam
perkembangannya, berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-
toko, restoran, pusat kebugaran, dan butik-butik merek ternama apalagi di
bandara-bandara baru.

Kegunaan bandar udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia /


penumpang juga sebagai terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah
bandara yg berstatus bandara internasional ditempatkan petugas bea dan cukai.
Di indonesia bandara yang berstatus bandara internasional antara lain Polonia
(Medan), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sepinggan
(Balikpapan), Hasanudin (Makassar) dan masih banyak lagi.

6
Bandara Pertama di Indonesia

Bandar udara Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia


yang dibuka untuk penerbangan internasional. Bandara ini dibangun pada tahun
1934 dan secara resmi dibuka pada tanggal 8 Juli 1940, meski mulai tanggal 6
Juli 1940 tercatat bandara ini sudah mulai beroperasi dimulai dengan pesawat
pertama yang mendarat jenis DC-3 Dakota milik perusahaan penerbangan Hindia
Belanda, KNILM (Koningkelije Nederlands Indische Luchtvaart Maatschapij)

Bandara ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan
pacu utara-selatan (17-35) dengan ukuran 2.475 x 45 meter dan landasan pacu
barat-timur (08-26) dengan ukuran 1.850 x 30 meter.

Pengelola Bandara Internasional Kemayoran oleh pemerintah Hindia


Belanda dipercayakan kepada KNILM sampai masa pendudukan Jepang, Maret
1942.Sampai tahun 1945 (selama Perang Dunia II) diambil alih pemerintah
Jepang.Kemudian bandara ini dikelola atau dioperasikan oleh pendudukan
sekutu/pemerintah NICA-Belanda selama perang kemerdekaan Indonesia, karena
pada saat itu pemerintah Indonesia berkedudukan di Yogyakarta.

Pada tahun 1950-an, setelah selesai perang kemerdekaan, pengelolaan


penerbangan sipil dan pelabuhan udara langsung dilakukan oleh pemerintah
Indonesia.Kemudian pada tahun 1958 dikelola oleh Djawatan Penerbangan Sipil.

Antara tahun 1962-1964, pengelolaan Bandara Kemayoran diserahkan


kepada BUMN yang diberi nama Perusahaan Negara Angkasa Pura Kemayoran.
Untuk ini, pemerintah menanam modal awal sebesar Rp 15 Juta Rupiah pada
masa itu. Selanjutnya pemerintah menambah modal dengan mengalihkan
bangunan terminal, bangunan penunjang lain, runway, taxiway, apron, hanggar
dan peralatan operasional. Sampai akhir beroperasi pada tahun 1985, pengelolaan
dilakukan oleh Perum Angkasa Pura I setelah berganti nama sesuai
perkembangan.

7
Bandara Kemayoran mengalami masa fase-fase bersejarah Indonesia dari
masa pemerintahan Hindia Belanda, pendudukan Jepang hingga kemerdekaan
Indonesia (Orde Lama, dan Orde Baru), terutama sekali di dunia penerbangan.
Dari pesawat-pesawat sipil hingga pesawat militer mulai awal perkembangannya
dengan bermesin piston, propeler hingga turbojet mendarat di sini.

Misalkan tercatat pesawat jenis Fokker dari mulai Fokker F-VIIb-3 dengan
mesin torak, Fokker Friendship dengan mesin turbo hingga Fokker F-28 yang
bermesin jet mendarat di sini.Kemudian pesawat jenis DC-3 Dakota yang tercatat
mendarat dan terbang dari sejak awal dan akhir dioperasikannya bandara
ini.Serta hadirnya pesawat berbadan lebar generasi awal seperti Boeing 747 seri
200, DC-10 dan Airbus A-300.

2.4 Pengelolaan Bandar Udara

Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu
diperhatikan.Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan
dalam negeri merupakan hal yang wajib dikelola secara professional.Bandara /
bandar udara mencakup suatu kumpulan aneka kegiatan yang luas dengan
berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan.Bandara merupakan
terminal tentunya.

Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan.


Oleh karena itu bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai
fungsi pokok sebagai tempat :

1. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini
adalah pesawat.
2. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.
3. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat
barang/muatan.

8
4. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum,
fasilitassosial, fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
5. Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan
wilayah.

Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan


pada usaha yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi
utama untuk mengukur kinerja pengelolaan / manajemen.

a. Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau
peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Selain itu
juga dapat disamakan dengan memilih pekerjaan yang harus dilakukan atau
cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan. [Handoko, 1998; 7]
Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha
berikut ini :
1. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia
untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa.
2. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan
salingberkaitan dan terpadu.
3. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam
waktusingkat, dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.
b. Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar,
memperoleh keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada
masukan (tenaga kerja, bahan, uang, mesin, dan waktu) yang digunakan
meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk mencapai keluaran
yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah
masukan terbatas. [Handoko, 1998; 7]
Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha
berikut ini :

9
1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai
dengan tingkat daya beli masyarakat pada umumnya dengan tetap
memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh
masyarakat sebagai konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan
harus minimum, misalnya: tingkat pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tinggkat penggunaan
prasarana dan sarana optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/
atau barang maksimum.

Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur
kinerja pengelolaan / manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan
bandara tersebut.

c. Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan


pelayanan sesuai dengan penawaran atau janji-nya dan harapan/ tuntutan
konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha
berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan
jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas
dari gangguan baik eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan
kenikmatan dalam perjalanan.

Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa
ini memiliki peran yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang
negara dari negara lain. Selain itu juga bandara merupakan salah satu

10
infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam setiap negara ini sangat
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang


dan pergi ke atau dari sebuah bandar udara baik dari dalam maupun luar
negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data barang angkutan
berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas ekonomi.

2.5 Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Bandara

Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak


dan wajib dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam
kegiatan yang berlangsung dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah
cara pengelolaan bandara tersebut harus sesuai dengan prinsip-prinsip
manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas, efisien, dan
andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar
sesuai kualitasnya dengan standar internasional.

Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai
transportasi udara, dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun
manusia yang aman, efektif, dan efisien sesuai standar yang berlaku secara
internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya kebijakan umum yang
sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling efisien,
efektif dan andal dalam pengelolaannya.

2.6 Pengoperasian Bandar Udara

Fungsi Bandara

Fungsi bandara merupakan tempat lepas landas, mendarat pesawat udara,


dan pergerakan di darat pesawat udara. Disamping itu Bandar udara merupakan
simpul dari system transportasi udara. Perencanaan, pembangunanan dan

11
pengoperasian suatu Bandar udara harus memenuhi ketentuan keselamatan
penerbangan yang secara internasional tercantum dalam Annex 14 Convention
on International Civil Aviation (Vol I : Aerodrome dan Vol II : Heliport).

Ketentuan ini diadopsi dalam ketentuan nasional berupa Keputusan Menteri


Perhubungan Nomor 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar Udara
dan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara terkait lainnya.

Pengoperasian Bandar udara sesuai ketentuan keselamatan penerbangan


dimaksudkan untuk menjamin keselamatan pengoperasian pesawat udara di
Bandar udara. Berkaitan dengan hal tersebut, Penyelenggara Bandar udara
mempunyai kewajiban, sesuai ketentuan dalam CASR (Civil Aviation Safety
Regulation) 139 : Aerodrome, yaitu :

1. Memenuhi standar dan ketentuan terkait pengoperasian Bandar udara,


termasuk arahan Ditjen Pehubungan Udara yang disampaikan secara tertulis;
2. Mempekerjakan personil pengoperasian Bandar udara yang memiliki
kualifikasi/ kompetensi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dalam
jumlah yang memadai;

3. Menjamin Bandar udara (aerodrome) dioperasikan dan dipelihara dengan


tingkat perhatian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Mengoperasikan dan memelihara Bandar udara sesuai dengan prosedur yang


terdapat dalam Aerodrome Manual.

Ditjen Perhubungan Udara melakukan pembinaan dalam pengoperasian


Bandar udara berupa penerbitan Sertifikat Operasi Bandar Udara bagi Bandar
udara yang telah memenuhi kewajiban tersebut di atas, serta melakukan
pengawasan berupa audit atau inspeksi secara berkala.

12
Secara luas termasuk dalam pengertian Bandar udara (aerodrome) adalah
heliport (tempat atau struktur yang digunakan untuk lepas landas, mendarat dan
pergerakan di darat helicopter).

2.7 Penyelenggara Bandar Udara

Badan Usaha Kebandarudaraan (PT. Angkasa Pura I dan II)


Ditjen Perhubungan Udara (Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perhubungan
Udara)
Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/ Kota
Badan Hukum Indonesia.

Saat ini Angkasa Pura I mengelola 13 (tiga belas) bandar udara di kawasan
Tengah dan Kawasan Timur Indonesia serta mengelola 2 (dua) Cargo
Warehousing yaitu:

1. Bandara Juanda - Surabaya,


2. Bandara Hasanuddin - Ujung Pandang
3. Bandara Sepinggan - Balikpapan,
4. Bandara Frans Kaisiepo - Biak,
5. Bandara Sam Ratulangi - Manado,
6. Bandara Syamsudin Noor - Banjarmasin,\
7. Bandara Ahmad Yani - Semarang,
8. Bandara Adisutjipto - Yogyakarta,
9. Bandara Adisumarmo - Surakarta,
10. Bandara Selaparang - Mataram,
11. Bandara Pattimura - Ambon,
12. Bandara El Tari - Kupang dan
13. Warehousing Bandara Hasanuddin Makassar
14. Warehousing Bandara Sepinggan Balikpapan

13
2.8 Standar Dan Kententuan Pengoperasian Bandar Udara

Standar dan ketentuan berkaitan dengan pengoperasian bandar udara, termasuk


pengoperasian heliport, yaitu:

1. Undang-Undang No. 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;

2. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan


Penerbangan;

3. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan;

4. Keputusan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2002 tentang Sertifikat


Operasi Bandar Udara;

5. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/100/XI/1985 tentang


Peraturan Tata Tertib Bandara;

6. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/13/II/1990 tentang Standar


Rambu Terminal Bandar Udara;

7. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/21/I/1995 tentang Standar


Sistem Pemanduan Parkir Pesawat Udara (Aircraft Docking Guidance
System/ ADGS)

8. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/04/I/1997 tentang Sertifikasi


Kecakapan Pemandu Parkir Pesawat Udara, Sertifikasi Operator Garbarata
dan Sertifikasi Kecakapan Operator Peralatan Pelayanan Darat Pesawat
Udara.

9. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/130/VI/1997 tentang


Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Helideck.

10. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/94/IV/1998 tentang


Persyaratan Teknis dan Operasional Fasilitas Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadan Kebakaran;

14
11. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/57/IV/1999 tentang
Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak di Bandar Udara;

12. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/112/VI/1999 tentang


Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Elevated Heliport;

13. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/140/VI/1999 tentang


Prosedur Kendaraan Darat dan Pergerakannya Di Sisi Udara;

14. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/262/X/1999 tentang


Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Surface Level Heliport;

15. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/345/XII/1999


tentangSertifikat Kecakapan Petugas dan Teknisi Perawatan Kendaraan PKP-
PK serta Petugas Salvage;

16. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/75/III/2001 tentang


Persyaratan Teknis Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara
(Ground Support Equipment);

17. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/11/2001 tentang Standar


Marka dan Rambu pada Daerah Pergerakan Pesawat Udara di Bandar Udara;

18. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. 93 Tahun 2001 tentang Persyaratan
Badan Hukum Indonesia Sebagai Pelaksana Pengujian Peralatan Penunjang
Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/ GSE);

19. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/28/IV/2003 tentang


Sertifikat Kecakapan Pelayanan Pendaratan Helikopter (Helicopter Landing
Officer/ HLO);

20. Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No. SKEP/76/VI/2005 tentang


Petunjuk Pelaksanaan Keputusan Menteri Perhubungan No. 47 Tahun 2002
tentang Sertiikasi Operasi Bandara.

15
2.9 Personil Pengoperasian Bandar Udara

Setiap penyelenggara bandara wajib mempekerjakan personil pengoperasian


bandar udara yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.Kualifikasi dan kompetensi personil pengoperasian bandar udara
dibuktikan dengan Sertifikat Tanda Kecakapan Personil (STKP/SKP) yang masih
berlaku.STKP/ SKP ini harus dibawa setiap menjalankan kegiatannya dan dapat
ditunjukkan setiap kali dilakukan inspeksi.

STKP/ SKP pengoperasian bandar udara, termasuk heliport yang diterbitkan


oleh Ditjen Perhubungan Udara antara lain:

1. STKP Operator Peralatan Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground


Support Equipment/ GSE);

2. STKP Pemandu Parkir Pesawat Udara (Marshalling);

3. STKP Apron Movement Controller;

4. STKP Helicopter Landing Officer.

Untuk mendapatkan STKP/ SKP, seseorang harus mengikuti diklat, sesuai


dengan kompetensi yang ingin dimiliki, yang diselenggarakan oleh Pusdiklat
Perhubungan Udara di seluruh Indonesia, Ditjen Perhubungan Udara atau Badan
Hukum Indonesia yang telah mendapatkan otorisasi untuk menyelenggarakan
Diklat yang dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Udara. Setelah mengikuti
Diklat, seseorang harus diuji kompetensi dan ketrampilannya oleh Tim Ditjen
Perhubungan Udara. Bagi peserta yang memenuhi syarat akan diterbitkan
STKP/SKP. Persyaratan untuk mendapatkan STKP/SKP sebagaimana diatur
dalam ketentuan perundangan terkait.

16
2.10 Peralatan Dan Fasilitas Bandar Udara

Setiap peralatan dan fasilitas yang dioperasikan pada bandar udara harus
dipelihara sehingga memenuhi standar yang berlaku. Inspeksi terhadap bandara/
aerodrome untuk memastikan bahwa bandara/ aerodrome dapat melayani
pesawat udara dengan selamat, terutama pada keadaan :

1. Setelah terjadi angin kencang, badai dan cuaca buruk lainnya;

2. Segera setelah terjadinya kecelakaan atau insiden pesawat udara di


aerodrome;

3. Saat diminta oleh Ditjen Perhubungan Udara.

Adapun yang dimaksud dengan peralatan dan fasilitas bandar udara adalah:

1. Fasilitas pergerakan pesawat udara, antara lain landas pacu (runway), jalan
penghubung landas pacu (taxiway), dan apron;

2. Alat bantu visual di bandara/ aerodrome, antara lain marka, rambu dan tanda
yang ada di runway, taxiway dan apron;

3. Alat bantu visual berupa lampu di aerodrome dan sekitarnya termasuk lampu
untuk halangan (obstacle) yang ada di sekitar bandara (aerodrome).

4. Fasilitas bangunan, terdiri dari:

a. Bangunan Operasi
Bangunan yang dipergunakan untuk menunjang kelancaran operasi
keselamatan penerbangan, yang termasuk dalam bangunan ini meliputi
antara lain : Gedung Operasi, Control tower, Garasi PKP-PK, Bangunan
Instalasi Listrik, Bangunan / Gedung Telnav (Telekomunikasi dan
Navigasi).
b. Bangunan Umum
Bangunan yang tidak termasuk bangunan operasi (tidak menunjang
kegiatan operasional), yang termasuk dalam bangunan ini adalah

17
:Perumahan Pegawai/Karyawan dan Karyawati Bandar Udara,Poliklinik,
Gudang Barang, Peralatan Menara air.
c. Bangunan Terminal
Bangunan atau gedung untuk keperluan pelayanan penumpang, barang, dan
pos yang datang dan diberangkatkan dengan pesawat udara, yang termasuk
dalam bangunan in meliputi : Ruang tunggu, Ruang kedatangan, Check-In,
Informasi dll.

5. Fasilitas Peralatan

a. Peralatan Tower
Semua peralatan elektronika yang dipergunakan untuk hubungan timbal
balik dengan pesawat terbang melalui frekuensi radio darat ke udara yang
masih dalam lingkup pengawasannya.
b. Peralatan communication centre
Peralatan yang dipergunakan untuk merubah gelombang radio teletype
menjadi arus searah dalam hubungan antar stasiun darat secara timbal
balik.
c. Peralatan Terminal
Peralatan yang menunjang pelayanan terhadap penumpang, barang. Pos
yang akan datang dan diberangkatkan dengan pesawat terbang.
d. Peralatan Alat-Alat Berat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membangun dan memelihara lapangan
terbang yang terdiri ; Bolduzer; AMP (Asphalt Mixer Processing); alat
pemotong rumput; Finisher; roller; stone chrusher; tractor; tipper; crane &
sweaper.

Untuk menunjang pelayanan pesawat udara di darat, pada beberapa bandara


tersedia peralatan penunjang operasi darat pesawat udara (ground support
equipment/ GSE).Setiap jenis peralatan yang dioperasikan harus sesuai

18
peruntukannya dan wajib memenui persyaratan teknis dan spesifikasi
fungsionalnya yang dibuktikan dengan Sertifikat Kelaikan Operasi yang
diterbitkan oleh Ditjen Perhubungan Udara.

Jenis peralatan dan persyaratan sertifikat kelaikan operasi diatur di dalam


Keputusan Dirjen Perhubungan Udara No.SKEP/75/III/2001 tentang Peralatan
Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/
GSE).Pengujian kelaikan peralatan dapat dilimpahkan kepada pihak ketiga
(Badan Hukum Indonesia) yang telah mendapatkan Sertifikat Persetujuan dari
Ditjen Perhubungan Udara. Syarat dan tata cara bagi Badan Hukum Indonesia
untuk mendapatkan Sertifikat Persetujuan sebagaimana diatur dalam Keputusan
Dirjen Perhubungan Udara No. 93 Tahun 2001 tentang Persyaratan Badan
Hukum Indonesia Sebagai Pelaksana Pengujian Peralatan Penunjang Pelayanan
Darat Pesawat Udara (Ground Support Equipment/ GSE);

Peralatan penunjang pelayanan darat pesawat udara yang dioperasikan pada


suatu bandara dapat diusahakan oleh pihak di luar bandara.Ijin pengusahaannya
dikeluarkan oleh penyelenggara bandara.

2.11 Prosedur Pengoperasian Bandar Udara

Setiap bandar udara yang dioperasikan, wajib memiliki sertifikat operasi


bandar udara. Salah satu persyaratan untuk mendapatkan Sertifikat, pada bandar
udara yang melayani pesawat udara dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 30
(tigapuluh) tempat duduk, adalah tersedianya Pertunjuk Pengoperasian Bandara/
Aerodrome (Aerodrome Manual). Aerodrome Manual disusun oleh
Penyelenggara Bandara dalam format yang telah diatur di dalam Keputusan
Dirjen Perhubungan Udara No. 76 Tahun 2005 (CASR 139 : Aerodrome).
Aerodrome Manual berisi informasi mengenai lokasi bandar udara, informasi
mengenai bandar udara yang harus organisasi penyelenggara bandar udara dan
prosedur pengoperasian bandar udara.

19
Penyelenggara wajib mengoperasikan bandar udara sesuai dengan prosedur
dalam Aerodrome Manual.Segala penyimpangan terhadap Aerodrome Manual
harus dilaporkan kepada Dirjen Perhubungan Udara.

Prosedur pengoperasian bandar udara yang harus dimuat dalam Aerodrome


Manual, meliputi 17 (tujuh belas) prosedur dan langkah-langkah keselamatan
sebagai berikut:

1. Aerodrome reporting;

2. Akses ke daerah pergerakan pesawat udara;

3. Aerodrome Emergency Plan;

4. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran;

5. Inspeksi terhadap daerah pergerakan pesawat udara dan obstacle limitation


surface;

6. Sistem kelistrikan dan alat bantu visual;

7. Pemeliharaan daerah pergerakan pesawat udara;

8. Keselamatan kerja di aerodrome;

9. Manajemen pengoperasian apron;

10. Manajemen keselamatan di apron;

11. Pengawasan pergerakan kendaraan di sisi udara;

12. Manajemen gangguan binatang liar;

13. Pengawasan halangan;

14. Pemindahan pesawat udara yang rusak;

15. Penanganan bahan berbahaya;

16. Operasi pada jarak pandang rendah;

20
17. Perlindungan terhadap lokasi radar dan alat bantu navigasi yang terdapat di
bandara.

2.12 Larangan Dan Pembatasan Terhadap Halangan (OBSTACLE


RESTRICTION AND LIMITATION)

Yang dimaksud dengan halangan (obstacle) adalah :

a. setiap benda yang berdiri pada atau di atas daerah larangan terdapat halangan
(obstacle restriction surface), seperti runway strip, RESA, clearway atau
taxiway strip;
b. setiap benda yang menembus (penetrate) kawasan keselamatan operasi
penerbangan (obstacle limitation surface/ OLS).

Obstacle limitation surface (OLS untuk non-instrument runway, non precision


approach runway dan precision approach runway category 1 meliputi:

1. Conical surface;

2. Inner horizontal surface;

3. Approach surface;

4. Transitional surface;

5. Take off climb surface.

Obstacle limitation surface untuk precision approach runway category 2 dan 3


meliputi:

1. Outer horizontal surface;

2. Conical surface;

3. Inner horizontal surface;

4. Approach surface;

5. Inner approach surface;

21
6. Transitional surface;

7. Inner transitional surface;

8. Baulked landing surface;

9. Take off climb surface.

Penyelenggara bandara harus menetapkan obstacle limitation surface pada


aerodromenya, dan mengawasi setiap obyek yang berada pada obstacle
limitation surface. Bilamana terdapat pelanggaran atau potensial pelanggaran,
penyelenggara bandara harus melaporkan kepada Ditjen Perhubungan Udara
dan melakukan koordinasi dengan instansi atau perusahaan yang terkait dengan
obyek tersebut.

Obyek atau pendirian obyek baru yang berada di luar OLS dengan
ketinggian 110 meter dari permukaan tanah atau lebih harus dilaporkan kepada
Ditjen Perhubungan Udara, dan obyek atau pendirian obyek baru di luar OLS
dengan ketinggian di atas 150 meter dari permukaan tanah atau lebih harus
dianggap sebagai obstacle kecuali dinyatakan sebaliknya oleh Ditjen
Perhubungan Udara berdasarkan suatu assessment.

2.13 Pengembangan Bandar Udara


Pengembangan Bandar udara merupakan suatu proses atau cara untuk
mengembangan Bandar udara, khususnya fasilitas bandara yang terpenting,
menurut Wikipedia fasilitas Bandar Udara yang terpenting, yaitu:
2.13.1 Sisi Udara (Air Side)

landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu


biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk
bandara perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari
rumput ataupun tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan
perintis umumnya 1.200 meter dengan lebar 15 meter, misal melayani

22
Twin Otter, Cessna, dll. pesawat kecil berbaling-baling dua (umumnya
cukup 600-800 meter saja). Sedangkan untuk bandara yang agak ramai
dipakai konstruksi aspal, dengan panjang 1.800 meter dan lebar 20
meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-prop atau jet kecil
seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandara yang
ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600 meter
dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti
Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandara international
terdapat lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.

Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan


terminal, sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way.
Konstruksi apron umumnya beton bertulang, karena memikul beban
besar yang statis dari pesawat

Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller,


berupa menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan
radar.

Karena dalam bandara sering terjadi kecelakaan, maka diseduiakan


unit penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton
penolong dan pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung
pemadam kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan
pemadam kebakaran.

Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.

2.13.2 Sisi Darat (Land Side)

Terminal Bandara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang


datang atau pergi. Di dalamnya terdapat counter check-in, (CIQ, Carantine -
Inmigration - Custom) untuk bandara internasional, dan ruang tunggu serta
berbagai fasilitas untuk kenyamanan penumpang. Di bandara besar,

23
penumpang masuk ke pesawat melalui belalai. Di bandara kecil, penumpang
naik ke pesawat melalui tangga yang bisa dipindah-pindah.Curb, adalah
tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam bangunan
terminal.

Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput,


termasuk taksi.

Setiap Bandara dalam melakukan pengembangan harus membuat master


plan yang menjamin bahwa seluruh airside, landside dan fasilitas lainnya
mampu berkembang ataupun meningkatkan operasi bandara dalam kaitan
dalam memberikan keuntungan bagi segala yang berpartisipasi dalam kegiatan
operasi bandar udara.

Sebagai contoh, Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali saat ini
sedang melakukan pengembangan fasilitas yang mereka punya, berikut data
mengenai rencana pengembangan yang akan segera direalisasikan oleh Bandar
Udara Ngurah Rai.

24
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Bandara Adi Sutjipto


Total 6.802 hektare area tanah yang akan dibangun sebagai bandara
berkapasitas 10.000 penumpang setiap tahun ini, 40 persennya memang
merupakan Sultan Ground yaitu tanah milik keluarga Kraton. Hal ini bisa jadi
merupakan area yang bisa dikompromikan pihak pemerintah pun pihak
korporasi, karena meskipun tentu ada lobi-lobi dan kesepakatan yang harus
dicapai, namun mengingat Sultan sebagai punggawa keraton adalah juga yang
menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hal yang tak bisa disepelekan dan menjadi bagian tak mudah dari pihak
Angkasa Pura I adalah dalam hal membebaskannya.Pasalnya, seluas 60% area
lainnya adalah tanah milik warga yang berkategori cukup produktif, baik
sebagai lahan pertanian ataupun sebagai rumah huni sekitar 500 keluarga.
Namun terlepas dari itu, telah ada kesepakatan bahwa bulan Mei 2015 sudah
ada ground breaking pembangunan bandara.

Gambar 1.1 Bandar Udara Internasioanal Adisutcipto


Bandara Internasional Adisutjipto memiliki kapasitas 0,9 juta penumpang
pertahun,namun dapat dilihat dari tahun 2003 lonjakan penumpang sudah

25
terhitung melampaui kapasitas bandar udara ini. Hingga tahun 2011 pun
peningkatan jumlah penumpang semakin tinggi hingga menembus 4 juta
penumpang. Peningkatan juga terjadi pada jumlah pesawat di bandar udara ini.
Namun karena status bandara yang enclave civil (Bandar udara sipil dalam
kawasan militer) menyebabkan bandar udara Adisutjipto tidak dapat memperluas
bangunan terminalnya. Sehingga perlu adanya bandar udara baru yang berada di
lokasi lain yang dapat mengoptimalkan gerbang wilayah selatan Pulau Jawa ini.
Pada tanggal 7 Agustus tahun 2012 telah diresmikan Master Plan bandar udara
internasional Yogyakarta yang direncanakan berada di Kulon Progo. Bandar
udara internasional ini telah direncanakan pemerintah untuk menggantikan
bandar udara Adisutjipto yang sudah dianggap tidak mampu untuk membendung
lonjakan penumpang di masa mendatang. Peresmian Master Plan ini melibatkan
beberapa instansi: Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (DJPU), Pejabat
Provinsi DIY, Angkatan Udara.
Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta (JOG) merupakan
gerbang udara wisata terpenting bagi kawasan segitiga JOGLOSEMAR (Jogja-
Solo-Semarang).Dengan daerah pelayanan yang mencakup wilayah DIY, Jawa
Tengah Bagian Selatan dan Jawa Timur Bagian Barat serta jumlah penumpang
yang selalu meningkat, JOG telah menempatkan diri sebagai bandar udara
tersibuk ke 3 di Pulau Jawa, setelah Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta dan
Juanda Surabaya.
Memfasilitasi kebutuhan transportasi demi mempersingkat jarak dan juga
waktu, selain memerlukan pesawat terbang, masyarakat yang hendak pergi dan
pulang ke Yogyakarta pastinya juga membutuhkan bandara. Sementara
padatnya orang yang hilir-mudik ke Yogyakarta membuat bandara Adisucipto
yang telah digunakan sejak pasca kemerdekaan ituoverload, yaitu hanya mampu
menampung 1,2 juta penumpang pertahun, padahal beban muatan yang harus
ditampung saat ini diperkirakan mencapai lebih dari 6juta penumpang setiap
tahunnya.

26
Dengan latarbelakang seperti itu, karenanya dibutuhkan bandara yang lebih
memadai, dan tak pelak diperlukan langkah membuat bandara yang lebih besar
guna mengakomodasi kepentingan banyak orang. Maskapai Penerbangan
(Airline) yang beroperasi di Bandara Internasional Adisutjipto Jogjakarta adalah :
Domestik
1. Garuda Indonesia
2. Merpati Nusantara
3. Lion Air
4. Batavia Air
5. Sriwijaya Air
6. Air Asia Indonesia
7. Express Air
Internasional
1. Malaysia Air System
2. Air Asia Singapura
Rute Maskapai Penerbangan (Airline) yang menuju atau dari Bandara
Internasional Adisutjipto Jogjakarta adalah :
Domestik
1. Jakarta
2. Denpasar
3. Surabaya
4. Balikpapan
5. Banjarmasin
6. Pontianak
7. Makasar
8. Batam

Internasional: Singapura dan Malaysia

27
3.2 Layout Bandra Adisutjipto

Gambar 1.2 Layout BandaraAdisutjipto

Bandara Adi Sucipto (Adisutjipto) berjarak sekitar 9 kilometer dari pusat


kota dan dapat ditempuh dalam waktu 15-20 menit. Tersedia lahan parkir seluas
3.705 m di bandara untuk kendaraan pribadi Anda.Petunjuk arah ke Bandara
Adi SuciptoPilihan berkendaraan pribadi dari Bandara Adi Sucipto (Adisutjipto)
adalah dengan menyewa mobil.Silahkan mengacu kepada tautan di bawah untuk
keterangan lebih lanjut.

Bandar udara atau bandara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk
lepas landas atau mendarat pesawat udara, manaikkan atau menurunkan
penumpang dan memuat atau membongkar kargo atau pos, serta dilengkapi

28
dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar
moda transportasi.

Bagian-bagian dari Bandara :

1. Land side atau sisi darat (Ground Service)


daerah yang termasuk dalam land side yaitu :
a. Airport Access (Jalan Masuk Bandara)

b. Parking Lot (Taman Parkir)

c. Taman sekitar parker kendaraan

d. Air Side atau sisi udara

2. Air side atau sisi udara

Daerah yang termasuk dalam air side adalah :

a. Runway yaitu tempat take off dan Landing pesawat

b. Taxiway yaitu tempat yang menghubungkan antara Apron dengan runway

c. Apron yaitu tempat parker pesawat

d. Terminal (penumpang dan cargo)

e. Air space (Ruang Udara)

Suatu Bandar udara, pasti akan memberikan layanan-layanan langsung, baik


yang bersifat Non Commercial maupun Commercial.

1. Layanan Langsung Non Komersial


a. Porter atau Porlap
b. Informasi penerbangan dan umum
c. Trolley
d. Ruang penyimpanan barang hilang
e. Tanda-tanda petunjuk

29
f. Tempat duduk
g. Toilet
h. Layanan penderita cacat
2. Layanan Langsung Komersial
a. Lapangan parker kendaraan
b. Duty Free Shop (bebas pajak, namun hanya terdapat pada bandara
Internasional)
c. Toko
d. Sewa Kendaraan
e. Asuransi
f. Pesanan Hotel
g. Restoran
h. Iklan
Di Indonesia banyak terdapat bandar udara, namun tidak semua bandara
termasuk dalam kriteria bandara Internasional. Bandara Internasional harus
mempunyai 3 kriteria sebagai berikut:
1. Costum
2. Immigration
3. Quarantine
Pengelola dari bandara Adi Sucipto Jogja adalah PT. Angkasa Pura I
Yogyakarta.
1. SEJARAH PT. ANGKASA PURA I DAN BANDARA
a. Berdiri sejak tanggal 20 Februari 1964
b. Masuk jajaran PT. Angkasa Pura I sejak tanggal 1 April 1992 (sebelum
menjadi bandara UPT DITJEN PERHUBUNGAN UDARA).
2. PENGELOLA BANDARA DI INDONESIA
a. PT. Angkasa Pura-I
b. PT. Angkasa Pura-II (9-10 bandara), meliputi Cengkareng Utara, Medan,
Halim, dan Bandung)

30
c. Ditjen perhubungan udara
d. Swasta (Perusahaan Minyak)
3. NILAI BUDAYA PERUSAHAAN YANG HARUS DIMILIKI
a. Terpercaya
b. Keramahtamahan
c. Kebersamaan
d. Kewirausahaan yang sesuai dengan budaya setempat
e. Produktif dan responsive

Dan semua nilai budaya ini berlandaskan Good Cooperative Governance.

4. GENERAL MANAGER YANG PERNAH MENJABAT DI BANDARA


ADI SUCIPTO JOGJA
a. Wiranto Tjitrodarjono (KA BANDARA 1964-1975)
b. Soemarwanto (KA BANDARA 1975-1985)
c. I. Soenarto (1985-1988)
d. H. Soelaeman Supratno (1988-1999 April)
e. H. Sutardjo Wirto Prawiro (Kepala Cabang, MEI 1999-AGUSTUS 2001)

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bandara Adi Sucipto (Adisutjipto) berjarak sekitar 9 kilometer dari pusat kota
dan dapat ditempuh dalam waktu 15-20 menit. Tersedia lahan parkir seluas 3.705
m di bandara untuk kendaraan pribadi Anda.Petunjuk arah ke Bandara Adi
Sucipto Pilihan berkendaraan pribadi dari Bandara Adi Sucipto (Adisutjipto)
adalah dengan menyewa mobil.Silahkan mengacu kepada tautan di bawah untuk
keterangan lebih lanjut.
Bandar udara atau bandara adalah lapangan terbang yang digunakan untuk
lepas landas atau mendarat pesawat udara, manaikkan atau menurunkan
penumpang dan memuat atau membongkar kargo atau pos, serta dilengkapi
dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antar
moda transportasi.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Harry Bakti S Gumay
sudah merestui izin penetapan lokasi (IPL) bandara Kulon Progo kepada calon
pengelola PT Angkasa Pura I. Dengan telah ditetapkannya Ijin Penetapan Lokasi
(IPL) maka rencana pembangunan bandara baru diYogyakarta di kawasan Kulon
Progo, sudah tidak ada masalah lagi. Ia memperkirakan bandara pengganti Adi
Sutjipto ini bisa beroperasi pada 2017 mendatang. "Semua prosedur sudah
selesai, sekarang tinggal koordinasi antara operator dalam hal ini PT Angkasa
Pura 1 dengan pihak Pemda DIY yang diwakili Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengkubuwono. Sebelumnya memang sempat ada masalah, terkait
keberadaan sebuah pabrik bijih besi, tapi persoalan itu bisa diselesaikan dengan
win-win solution," demikian disampaikan Dirjen Perhubungan Udara Herry
Bakti S Gumay dalam kesempatan diskusi dengan media di ruang Mulawarman
Lantai 5 Gedung Karsa Kementerian Perhubungan Jalan Merdeka Bara.

32
4.2 Saran
Beberapa saran yang perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah.
a. Perlu adanya kajianlanjutanmengenikapasitasruangudarauntuk menganalisis
kemampuan ruang udara bandar udara Adi Sucipto untuk kedepannya.
b. Adanya evaluasi setiap operator penerbangan dalam rangka peningkatan On
Time Performance dan Slot Performance di tiap season (per 6 bulan sekali).

33
DAFTAR PUSTAKA

A Usmara. 2003. Strategi Baru Manajemen Pemasaran. Yogyakarta: Amara


Books.
Dharmmesta, Basu Swasta dan T. Hani Handoko. 2000. Manajemen Penelitian
Analisis Perilaku Konsumen. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran analisis, perencanaan, dan
pengendalian edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran, Edisi Ke-
12. Jakarta: Erlangga.
http://expressclass.blogspot.com/2009/06/faktor-pelayanan-terhadap
kepuasan.html.diakses tanggal 12 juni 2012
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen Pemasaran Jasa: Teori Dan Praktik.
Jakarta: Salemba Empat.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan
R & D. Bandung: Alfabeta.
Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 1995. Total Quality Management.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Tjiptono, Fandy dkk. 2008. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Umar, Husein. 2000. Riset pemasaran & perilaku konsumen. Jakarta: Gramedia
Widya Utami, Christina. 2006. Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat.
Wuradji. 2006. Panduan penelitian Survei. Yogyakarta: Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Yogyakarta.

34
L
A
M
P
I
R
A
N
35
Lampiran 1. Rancangan Tampak Atas landasan pacu

36
Lampiran 2. Gerbang Masuknya Mobil

37
Lampiran 3. ruang tunggu

38
Lampiran 4. tempat pebelian tiket

39
Lampiran 5. landasan pacu pesawat

40

Anda mungkin juga menyukai