TUGAS AKHIR
Oleh :
Made Merril Pradnya Dewi Karmawan
1705511043
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR TABEL...................................................................................................vi
DAFTAR NOTASI................................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................8
iii
3.8.3 Pedoman Penggunaan FAARFIELD.................................................35
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47
LAMPIRAN...........................................................................................................48
iv
DAFTAR GAMBAR
v
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR NOTASI
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
9
Perencanaan apron atau pelataran pesawat meliputi penentuan tebal
perkerasan yang dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya metode
Federal Aviation Administration (FAA). Perencanaan dengan metode FAA
diperhitungkan untuk masa pemaiakaian selama 20 tahun tanpa pemeliharaan
yang berarti, apabila tidak ada perubahan pesawat yang harus dilayani (Basuki,
2008).
Metode FAA dengan perhitungan manual menggunakan bantuan grafik
analisa tebal perkerasan yang terdapat pada FAA AC 150/5320-6D tahun 1997.
Panduan ini direkomendasikan oleh Federal Aviation Administration untuk
aplikasi di bandara yang sesuai. Dalam merencanakan tebal apron dengan metode
ini perlu ditetapkan sebuah pesawat rencana dan kemudian semua pesawat yang
akan menggunakan apron tersebut harus di konversi ke pesawat rencana. Metode
ini menggunakan solusi Westergaard untuk perkerasan kaku dan hanya berlaku
sampai tahun 2009.
FAA menyediakan panduan desain perkerasan bandara dalam Advisory
Circular AC 150/5320-6F Airport Pavement Design and Evaluation yang
dikeluarkan pada tahun 2016 yang dalam penggunaannya dilengkapi dengan
software Federal Aviation Administration Rigid and Flexible Iterative Elastic
Layered Design (FAARFIELD). Penggunaan AC ini wajib untuk semua proyek
yang didanai dengan uang hibah federal melalui Program Peningkatan Bandara
(AIP) dan dengan pendapatan dari Program Biaya Fasilitas Penumpang (PFC).
Metode ini menggunakan 3D finite element untuk perkerasan kaku. FAARFIELD
menetukan tebal perkerasan dengan memperhitungkan kerusakan perkerasan yang
ditimbulkan oleh setiap pesawat dan tebal yang diperlukan ditentukam
berdasarkan kumulatif kerusakan yang ditimbulkan oleh seluruh pesawat.
Berdasarkan dengan pernyataan tersebut maka, seharusnya perhitungan
menggunakan metode FAA software FAARFIELD didapat tebal perkerasan yang
lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan metode FAA perhitungan
manual.
Dalam beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya (Riyanto,
2019) dengan metode FAA dan CBR menganalisis desain perkerasan Runway
Bandar Udara Andi Jemma dengan tiga tipe pesawat yaitu C 208 B, DHC 6, ATR
10
72-600 kemudian ketiga tipe tersebut di konfersikan menjadi sebuah pesawat
rencana. Dalam penelitian tersebut terdapat fakta bahwa nilai tebal perkerasan
apron dengan metode manual FAA menghasilkan nilai yang lebih besar
dibandingan dengan menggunakan software FAARFIELD. Ketidaksamaan kedua
metode tersebut dipengaruhi oleh variabel-variabel yang mempengaruhi
penentuan pesawat rencana, umur perkerasan rencana, dan metode yang dilakukan
(Prayogo, 2018). Tebal perkerasan dengan metode FAA dapat melayani beban
pesawat selama 20 tahun. Namun pada perhitugan dengan pannduan AC
150/5320-6D di tahun ke-20 perkerasan tak mampu untuk menahan beban
pesawat yang ada. Namun perancangan menggunakan software, program ini
langsung menyesuaikan ketebalan perkerasan dengan umur rencana, sehingga
tidak ada masalah untuk perencanaan 20 tahun kedepan (Rezky, 2016).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan analisis perbandingan tebal
perkerasan kaku dengan metode manual FAA, kemudian dibandingakan dengan
desain rencana perkerasan kaku FAA software FAARFIELD. Selanjutnya penulis
akan membandinkan kedua hasil analisis tersebut.
11
2. Menganalisis tebal perkerasan apron berdasarkan metode FAA dengan
software FAARFIELD.
3. Mengevaluasi perbandingan hasil analisis nilai tebal perkerasan apron
menggunakan metode FAA perhitungan manual dengan nilai tebal
perkerasan apron menggunakan metode FAA software FAARFIELD.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
g. Over run, bagian dari ujung landasan yang dipergunakan untuk
mengakomodasi keperluan pesawat gagal lepas landas. Over run
biasanya terbagi 2 (dua) yaitu Stop way bagian over run yang
lebarnya sama dengan runway dengan diberi perkerasan tertentu,
dan Clear way: bagian over run yang diperlebar dari stop way, dan
biasanya ditanami rumput.
h. Fillet, bagian tambahan dari perkerasan yang disediakan pada
persimpangan runway atau taxiway untuk menfasilitasi beloknya
pesawat terbang agar tidak tergelincir keluar jalur perkerasan yang
ada.
i. Shoulders, bagian tepi perkerasan baik sisi kiri kanan maupun
muka dan belakang runway, taxiway dan apron.
2. Fasilitas sisi darat (landside facility) antara lain:
a. Bangunan terminal penumpang
b. Bangunan terminal barang (kargo)
c. Fasilitas bangunan operasi yang meliputi: Fasilitas pertolongan
kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran (PK-PPK),
menara kontrol, stasiun meteorology, gedung NDB, gedung VOR,
gedung DME, power house, stasiun bahan bakar, kantor bandar
udara, kantor keamanan, rumah dinas bandara, serta kantin dan
tempat ibadah
d. Fasilitas penunjang bandar udara jalan dan parkir kendaraan.
Konfigurasi Sisi Udara Bandar Udara
Konfigurasi bandar udara merupakan jumlah dan arah dari landasan serta
penempatan bangunan terminal termasuk lapangan parkir, taxiway, apron, dan
jalan masuk yang terkait dengan landasan itu. Jumlah landasan tergantung pada
volume lalu lintas dan orientasi tergantung pada arah angin dan kadang kadang
pada luas daerah yang tersedia untuk melayani penumpang harus erletak
sedemikian rupa sehingga penumpang dengan mudah dan cepat dapat mencapai
landasan (Horonjeff, 1993).
14
1. Konfigurasi Landaasan pacu (Runaway)
Terdapat banyak konfigurasi landas pacu. Kebanyakan merupakan
kombinasi dari konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar tersebut adalah:
a. Landasan pacu tunggal (single runway): Konfigurasi ini
merupakan konfigurasi yang paling sederhana. Kapasitas
runway jenis ini dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR)
berkisar diantara 45 sampai 100 operasi per jam, sedangkan
dalam kondisi Instrument Flight Rule (IFR) kapasitasnya
berkurang menjadi 40 sampai 50 operasi per jam, tergantung
pada komposisi campuran pesawat terbang dan alat-alat bantu
navigasi yang tersedia. Satu pergerakan adalah satu kali take
off atau satu kali landing (Sandhyavitri dan Taufik, 2005).
15
Gambar 2. 2 Konfigurasi Landasan Pacu Paralel
c. Landasan pacu berotongan (cross runway): landasan pacu yang
berpotongan ini diperlukan apabila terdapat angin yang relatif
kuat yang bertiup lebin dari satu arah. Apabila angin bertiup
kencang, hanya satu dari pasangan landasan pacu yang dapat
digunakan, sehingga kapasitas lapangan terang menjadi
berkurang. Apabila angina bertiup lemah, kedua landasan
dapapt digunakan Bersama-sama. Kapasitas dua landasan pacu
yang terpotong sangat tergantung pada letak perpotongannya.
16
17
Konfigurasi Pesawat
Sebelum menghitung tebal perkerasan apron, dibutuhkan pengetahuan
karakteristik pesawat terbang secara umum. Umumnya pesawat dibagi dalam dua
bagian sebagai berikut:
1. Wide-body Aircraft
Pesawat udara terbesar yang dioperaikan oleh airline atau perusahaan
jasa angkutan udara adalah wide-body aircraft atau pesawat udara
berbadan lebar. Pesawat udara tipe ini sering disebut twin-aisle
18
aircraft atau pesawat udara berkoridor kembar karena pesawat udara
tersebut memiliki dua koridor terpisah yang berada sepanjang kabin
penumpang. Pesawat udara dalam katagori ini adalah Boeing seri 747,
Boeing seri 767, Boeing seri 777, Airbus seri A300/A310, Airbus seri
A330, Airbus seri A340, Airbus seri A380, Lockhead L-1011 Tristar,
McDonnel Douglas MD-10, McDonnel Douglas MD-11, Ilyushin Il-
86, dan Ilyushin Il-96. Pesawat udara berbadan lebar biasanya
digunakan untuk penerbangan jarak jauh (long range) antara airline
hubs dan kota-kota besar dengan banyak penumpang, antara 200
hingga 600 penumpang. Model pesawat udara berbadan lebar masa
depan antara lain Boeing 787 Dreamliner dan Airbus seri A350.
2. Narrow-Body Aircraft
Pesawat udara berukuran lebih kecil dari Wide-body aircraft, lebih
umum digunakan oleh perusahaan jasa angkutan oleh perusahaan jasa
angkut udara adalah narrow-body aircraft atau pesawat udara
berbadan sempit. Dinamakan narrow-body aircraft karena tipe
pesawat udara tersebut hanya memiliki satu koridor, atau biasa disebut
single-aisle aircraft. Pesawat udara yang berukuran lebih kecil dan
berpenumpang lebih sedikit dari tipe lainnya, wide-body aircraft, ini
pada umumnya digunakan untuk penerbangan jarak menengah atau
(medium range) dengan jumlah penumpang dari 100 hingga
maksimum (Boeing 757-300) 250 penumpang. Pesawat udara yang
termasuk narrow-body type adalah Boeing seri 717, Boeing seri 737,
Boeing seri 757, McDonnel Douglas DC-9, McDonnel Douglas MD-
80/MD-90, Airbus seri A320, Tupolev Tu-204, Tupolev Tu-214,
Tupolev Tu-334, Embraer E-Jets 190, dan Embraer E-Jets 195.
Pesawat udara yang lebih dalhulu beroprasi seperti Boeing seri 707,
Boeing seri 727, Douglas DC-8, Fokker F70, Fokker F100, VC10,
Tupolev, dan Yakovlev juga termasuk kategori ini (Pakan, 2014).
Konfigurasi Roda Pesawat
Konfigurasi roda pendaratan utama (main landing gear) menunjukan
bagaimana reaksi perkerasan terhadap beban yang diterimanya. Konfigurasi roda
19
pendaratan utama dirancang untuk dapat mengatasi gaya-gaya yang ditimbulkan
pada saat melakukan pendaratan dan berdasarkan beban yang lebih kecil dari
beban pesawat lepas landas maksimum. Konfigurasi roda pendaratan utama,
ukuran dan tekanan untuk beberapa pesawat dirangkum pada Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Konfigurasi Roda Pendaratan Utama
Jenis konfirgurasi roda pesawat berupa tunggal (single), ganda (dual), dan
dua ganda (dual tandem) mempengaruhi secara langsung tebal perkerasan. Untuk
pesawat berbadan besar, bisanya memiliki konfigurasi roda/gear berupa dual atau
dual tandem. Pemilihan konfigurasi kedua jenis tersebut dipengaruhi oleh sifat
pembebanan pesawat ke perkerasan.
Perkerasan Apron
Perkerasan apron bandar udara pada umumnya menggunakan tipe
perkerasan kaku dimana terdiri dari slab beton (surface course) yang digelar di
atas lapisan granular (subbase course) yang telah dipadatkan. Lapisan perkerasan
berfungsi sebagai tumpuan rata-rata pesawat, dari fungsi maka tiap lapisan dari
atas ke bawah memiliki kekerasan dan ketebalan yang cukup sehingga tidak
20
terjadi distress (perubahan karena tidak mampu menahan beban). Suatu
perkerasan bandar udara tidak hanya mampu menahan beban pesawat udara saja,
namun perkerasan juga harus mampu menyelesaikan masalah ketahanan terhadap
panas dan cuaca serta pengaruh kimia dari tumpahan bahan bakar yang biasnya
terjadi di apron. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketebalan lapisan
perkerasan kaku yaitu:
2.5.1 Subgrade
Subgrade merupakan tanah asli yang telah dipadatkan yang berada pada
dasar struktur perkerasan. Material tanah dasar di bawah perkerasan kaku harus
dipadatkan agar memadai stabilitas dan dukungan seragam seperti pada
perkerasan lentur. Persyaratan pemadatan untuk perkerasan kaku adalah tidak
seketat perkerasan lentur karena tegangan tanah dasar yang relatif lebih rendah.
Dalam sistem perkerasan kaku, Pembebanan berulang dapat menyebabkan
bercampurnya tanah dasar yang lunak dan basis agregat atau subbase.
Pencampuran ini dapat membuat lubang di bawah trotoar tempat uap air dapat
menumpuk menyebabkan situasi pemompaan terjadi. Stabilisasi kimia dan
mekanis subbase atau tanah dasar bias efektif digunakan untuk mengurangi
kontaminasi agregat
2.5.2 Subbase – base
Subbase adalah lapisan yang terdiri dari bahan kerikil (granular), batu
pecah dengan gradasi tertentu, campuran lempung dan kerikil, bahan kerikil yang
dicampur dengen semen atau aspal. Tujuan dari subbase di bawah perkerasan
kaku adalah untuk memberikan dukungan stabil yang seragam untuk pelat jalan
aspal. Ketebalan minimum 4 inci (102 mm) subbase diperlukan di bawah semua
perkerasan kaku. Subbase FAA standar untuk perkerasan kaku adalah 4 inci (100
mm) dari Item P-154, Subbase Course. Material berikut dapat diterima untuk
digunakan sebagai subbase di bawah perkerasan kaku:
P-154 – Subbase Course
P-208 – Aggregate Base Course
P-209 – Crushed Aggregate Base Course
P-211 – Lime Rock Base Course
P-301 – Soil Cement Base
21
P-304 – Cement Treated Base Course
P-306 – Econocrete Subbase Course
P-401 – Plant Mix Bituminous Pavements
P-403 – HMA Base Course
2.5.3 Stabilized Subbase
Stabilized Subbase diperlukan untuk semua perkerasan kaku baru yang
dirancang untuk menampung pesawat dengan berat 100000 Pound (45400 kg)
atau lebih. Subbase yang distabilkan adalah sebagai berikut:
P-304 - Cement Treated Base Course
P-306 - Econocrete Subbase Course
P-401 - Plant Mix Bituminous Pavements
22
Tabel 2. 2 Spesifikasi Pesawat Rencana
MTOW Wing Span Panjang Badan
No Tipe Pesawat
(lbs) (m) Pesawat (m)
1 Airbus A320 150796 34,10 37,57
2 Airbus A321 183866 34,11 44,51
3 ATR 72 50706 27,05 27,16
4 Boeing 737 111000 28,40 37,80
5 C-130 155000 40,44 29,83
6 Foker 50 38800 29,0 25,2
7 Foker 100 101000 28,1 35,5
8 Foker 900 45500 19,3 20,2
9 Learjet 35A 18000 13,35 14,83
10 MD 83 161000 32,87 45,06
23
perkerasan kaku tidak seketat perkerasan lentur karena tegangan tanah dasar yang
relatif lebih rendah.
Adapun beberapa parameter-parameter untuk analisa metode FAA yaitu:
a. Data lalu lintas pesawat
Data lalu lintas pesawat yang digunakan adalah data lima tahun
terakhir dari pesawat yang akan menggunakan apron tersebut.
b. Nilai CBR subgrade didasarkan apa
c. MTOW (Maximum Take-off Weight)
Metode desain perkerasan jalan didasarkan pada berat kotor
pesawat. Untuk tujuan desain perkerasan harus dirancang untuk
mengantisipasi bobot lepas landas maksimum pesawat.
Prosedur desain mengasumsikan 95 persen dari berat kotor
dibawa oleh roda pendaratan utama dan 5 persen dibawa oleh
roda gigi depan.
d. Spesifikasi pesawat rencana (Konfigurasi roda pendaratan)
e. Annual departures
Karena ramalan lalu lintas adalah campuran dari berbagai
pesawat yang memiliki pendaratan berbeda jenis roda gigi dan
bobot yang berbeda, pengaruh semua lalu lintas harus
diperhitungkan dalam hal desain pesawat. Pertama pesawat
harus dikonversi ke jenis roda pendaratan yang sama dengan
pesawat desain. Faktor telah ditetapkan untuk menyelesaikan
konversi ini. Faktor-faktor ini konstan dan berlaku untuk
perkerasan lentur dan kaku.
Tabel 2. 3 Faktor konversi dari pesawat yang dilayani ke pesawat rencana
Konversi dari Konversi ke Faktor Konversi
Roda Tunggal Roda ganda 0,8
(single wheel) (dual wheel)
Roda tunggal Roda ganda tandem 0,5
(single wheel) (dual tandem)
Roda Ganda Roda ganda tandem 0,6
(dual wheel) (dual tandem)
24
Dua Roda Ganda Tandem Roda ganda tandem 1
(double dual tandem) (dual tandem)
Roda ganda tandem Roda tunggal 2
(dual tandem) (single wheel)
Roda ganda tandem Roda ganda 1,7
(dual tandem) (dual wheel)
Dual wheel Single wheel 1
(roda ganda) (dual tandem)
Dua Roda Ganda Tandem Roda ganda 1,7
(double dual tandem) (dual wheel)
25
Sumber: (U.S. Department of Transportation Federal Aviation Administration, 1997)
Gambar 2. 8 Grafik Perhitungan
Tebal Subbase
26
Gambar 2. 9 Grafik Perhitungan
Tebal Slab beton
Metode FAARFIELD
FAARFIELD merupakan sebuah software yang digunakan untuk
menghitung tebal perkerasan bandara yang dikeluarkan oleh FAA. Metode ini
menerapkan prosedur layer elastic dan finite element untuk merencanakan
perkerasan baru dan overlay pada peerkerasan lentur dan kaku.
Software ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2009 yang
berpedoman pada AC 150/5320-6E dan diperbarui pada tahun 2017 dengan
menambahkan beberapa jenis pesawat baru dan jenis lapisan material yang
berpedoman pada AC 150/5320-6F. Proses desain FAARFIELD saat ini hanya
mempertimbangkan satu mode kegagalan untuk perkerasan kaku, yaitu retakan
pelat beton dari bawah ke atas. Keretakan dikendalikan dengan membatasi
tegangan horizontal di bagian bawah pelat PCC dan tidak mempertimbangkan
kegagalan lapisan subbase dan lapisan tanah dasar. FAARFIELD menghitung
ketebalan pelat berdasarkan asumsi bahwa roda gigi pesawat menginduksi
tegangan maksimum pada permukaan bawah pelat. Beban yang menyebabkan
retakan dari atas ke bawah (seperti beban sudut) tidak dipertimbangkan untuk
desain.
Dalam penggunaanya, software memiliki beberapa batasan dalam
perhitungan tebal perkerasan seperti diantaranya maksimal jumlah tipe pesawat
yang dapat dijadikan pesawat rencana hanya sebanyak 40 tipe pesawat dan
presentase pertumbuhan tahunan pergerakan pesawat terbatas dari -10 sampai 10
%. Dalam hal ini, FAARFIELD memperhitungkan beban dari semua jenis
pesawat tanpa mengonversikannya menjadi sebuah pesawat rencana. Terdapat
beberapa data yang diperlukan untuk memperhitungkan tebal perkerasan kaku
metode software FAARFIELD yaitu:
1. Umur desain (tahun)
2. Kekuatan lentur beton (psi)
3. Data lapisan struktural (jenis dan ketebalan)
4. Modulus tanah dasar (k atau e)
5. Lalu lintas pesawat (jenis, berat, frekuensi)
27
2.7.1 Properties Material FAARFIELD
Dalam program FAARFIELD terdapat informasi ketebalan, modulus
elastisitas, dan poisson’s ratio. Tebal lapis perkerasan dapat divariasikan sampai
dengan ketebalan minimum. Nilai Poisson’s ratio tidak bisa dirubah (fixed) untuk
semua material dan modulus elastis bisa tetap ataupun bervariasi (dalam range
yang ditentukan) tergantung dari material yang digunakan. Tabel 2. 2 dan Tabel 2.
3 menyajikan beberapat macam jenis material dan propertinya sesuai standar dari
FAA.
28
Tabel 2. 5 Nilai modulus yang diijinkan dan Poisson’s Ratio
Rigid Flexible
Layer FAA Specified Poisson’s
Pavement psi Pavement psi
Type Layer Ratio
(MPa) (MPa)
4,000,000
P-501 PCC NA 0.15
(30,000)
Surface
P-401/P-403/P-601 200,000
NA 0.35
HMA (1,380)
P-401/P-403 HMA 400,000 (3,000) 0.35
P-306 Lean
700,000 (5,000) 0.20
Concrete
P-304 cement
500,000 (3,500) 0.20
Stabilize treated base
150,000 to
Variable stabilized
NA 400,000(1,000 0.35
flexible
to 3,000)
P-209 crushed
Program Defined 0.35
aggregate
P-208 aggregate Program Defined 0.35
Granular
P-219 Recycled
Base and Program Defined 0.35
concrete aggregate
Subbase
P-211, Lime rock Program Defined 0.35
P-154 uncrushed
Program Defined 0.35
aggregate
Subgrade Subgrade 1,000 to 50,000 (7 to 350) 0.35
User- User-defined 1,000 to 4,000,000 (7 to
0.35
defined layer 30,000)
Sumber: (U.S. Department of Transportation Federal Aviation Administration, 2016)
29
Poisson’s ratio merupakan ukuran kompresibilitas sebuah benda yang
tegak lurus dengan stress atau perbandingan strain latitudinal dengan strain
longitudinal. Jika kita mempunyai sample berbentuk silinder kemudian ditekan
oleh suatu gaya, maka sample tersebut akan memendek dan membuat jari-jari
bertambah. Perbandingan perubahan panjang dan perubahan jari-jari itulah yang
disebut poisson’s ratio. Konstanta elastik ini dinamai oleh seorang
matematikawan berkebangsaan Perancis yang bernama Simeon Poisson (1781-
1840).
2.7.2 Minimum Tebal Perkerasan Kaku
FAA, melalui AC 150/5320-6F telah menetapkan tebal minimum untuk
setiap lapis pada perkerasan yang akan didesain. Berikut tebal minimum untuk
mendesain lapis perkerasan kaku pada Tabel 2. 4.
30
Sumber: (U.S. Department of Transportation Federal Aviation Administration, 2016)
BAB III
METODE PENELITIAN
Studi Pendahuluan
Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Tujuan Penelitian
Pengumpulan Data
Data Sekunder:
- Master plan apron
- Data lalu lintas pesawat 2013-2017
- Data material perkerasan
- Data CBR
- MTOW (maximum take-off weight)
32
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perbandingan nilai tebal
perkerasan dengan metode perhitungan manual FAA dan software FAARFIELD.
3.6 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder berupa layout sisi
udara, data keberangkatan pesawat, data pertumbuhan lalu lintas pesawat di
Bandara I Gusti Ngurah Rai, data perkerasan dan data CBR.
3.7 Data Keberangkatan dan Pertumbuhan Lalu Lintas Pesawat
Kebutuhan data untuk perhitungan manual dan software dilakukan dengan
pengumpulan data sekunder yang berasal dari Data keberangkatan pesawat
merupakan data 278 jenis pesawat di Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai periode
tahun 2013 – 2017 (Lampiran B), dan selanjutnya sesuai dengan FAARFIELD
dipilih 10 jenis pesawat dengan frekuensi penerbangan terbanyak untuk
melakukan perhitungan tebal perkerasan. Pertumbuhan lalu lintas pesawat
dilakukan dengan mencari rata-rata pertumbuhan pesawat setiap tahunnya dengan
rentang pertumbuhan minimal -10% dan maksimal 10%.
3.8 Pengolahan Data
Pada tahap ini, perhitungan struktur perkerasana apron menggunakan
metode manual FAA dan software FAARFIELD. Perhitungan dilakukan dengan
memasukan data-data yang diperlukan seperti jenis pesawat, lalu lintas,
pertumbuhan lalu lintas, umur rencana, dan jenis material. Selanjutnya dilakukan
pembandingan antara hasil dari kedua metode tersebut.
3.8.1 Prosedur Perhitungan Metode Manual FAA
Metode ini mengacu pada Advisory Circular No. AC150/5320-6D. Dalam
perencanaanya Metode FAA memperhitungkan masa pemakaian selama 20 tahun
tanpa pemeliharaan yang berarti, apabila tidak ada perubahan pesawat yang harus
dilayani (Basuki,1986). prosedur dalam perhitungan struktur perkerasan metode
manual FAA dapat di lihat pada Gambar 3.3
33
Mulai
Faktor konversi
Selesai
34
Langkah-langkah perencanaanya meliputi:
1. Membuat ramalah “Annual Departure” dari tiap-tiap pesawat
yang harus dilayani oleh apron.
2. Menentukan tipe roda pendaratan untuk setiap tipe pesawat.
3. Menentukan maksimum take-off weight dari setiap tipe pesawat.
4. Tentukan Pesawat Rencana
5. Konversikan tipe roda pendaratan tipe-tipe pesawat yang
diramalkan harus dilayani ke pesawat rencana dengan
menggunakan Tabel 2.3. Dari sini dihitung annual departure yang
dinyatakan dalam roda pendaratan pesawat rencana (Airbus 320)
6. Tentukan nilai California Bearing Ratio (CBR) pada lapis pondasi
bawah (subbase) dan tanah dasar (subgrade) yang kemudian di
konversi ke nilai k (modulus reaksi), nilai kuat tarik (flexural
strength) rencana, tebal lapis pondasi atas distabilisasi (stabilized
base) yang akan digunakan, tipe roda pendaratan, berat lepas
landas Maximum Take-Off Weight (MTOW), dan Equivalent
Annual Departure.
7. Tentukan tebal perkerasan apron dengan cara memasukkan nilai
CBR subbase dan subgrade ke dalam grafik perhitungan tebal
subbase, sehingga didapatkan tebal lapis pondasi bawah (subbase).
8. Selanjutnya tentukan tebal slab beton dengan cara memasukkan
nilai kuat tarik (flexural strength) rencana, nilai California Bearing
Ratio (CBR) pada lapis pondasi bawah (subbase), berat lepas
landas Maximum Take-Off Weight (MTOW), dan hasil
perhitungan Equivalent Annual Departure ke dalam grafik desain
tebal slab beton bagi pesawat A320. Output yang didapatkan
adalah tebal lapis permukaan perkerasan (surface) berupa slab
beton(Supriadi, 2020).
35
prosedur dalam perhitungan struktur perkerasan dengan menggunakan program
FAARFIELD dapat di lihat pada Gambar 3.4
Klik desain
Selesai
36
3. Menetukan jenis material, tebal minimum perkerasan dan umur
rencana.
4. Menentukan jumlah keberangkatan tahunan setiap pesawat beserta
presentase annual growth.
5. Menetukan rebal perkerasan kaku.
3.8.3 Pedoman Penggunaan FAARFIELD
Pada menu utama FAARFIELD terdapat tujuh jenis perkerasan yang
disediakan. Keterangan dari jenis-jenis perkerasan ditunjukan pada Tabel 3.1
1. Tampilan utama jendela FAARFIELD
37
Tabel 3. 1 Pilihan jenis perkerasan pada program FAARFIELD
2. Pilih menu “New Job” dan tulis nama pekerjaan yang dilakukan,
dalam contoh ini adalah Project1, kemudian pilih OK.
38
3. Pilih pada “section name” tipe perkerasan “NewRigid”, klik “Copy
Section”, klik pada “NewRigid” dan masukkan dalam job file
“Project1” dan beri judul “NewRigid01”
39
5. Akan muncul tampilan lapisan perkerasan default dari FAA, apabila
jenis perkerasan ingin diubah sesuai dengan kondisi lapangan,
perencanaan, atau sesuai dengan tebal minimal yang ditetapkan FAA,
pilih tab “Modify Structure”. Tampilan stuktur dari rigid, yaitu lapis
PCC, lapis tipis beton (P-306) dan Lapis Base Courses (P-209). Umur
rencana desain (Des. Life) adalah 20 tahun (standar FAA).
40
A. Airplane Group
Group pesawat yang terdiri dari berbagai macam yaitu Generic
(Umum), Airbus, Boeing, McDonnell Douglas, Other Commercial
(Pesawat Komersial), General Aviation, Military, NonAirplane
Vehicle dan External Library. Library Airplanes merupakan
jenis/tipe pesawat dari masing-masing group. Contoh untuk latihan
ini adalah adalah pesawat Airbus A330-300, Boeing 737-800,
Boeing 777-300 ER, Bombardier CRJ-1000, dan ATR 72-600.
B. Airplane Properties:
Gross Taxi Weight (tns): berat kotor pesawat (ton)
Annual Departures: jumlah kedatangan pesawat
% Annual Growth: persentase pertumbuhan pesawat.
Total Departures: Total kedatangan pesawat
CDF Contribution: kontribusi kerusakan yang dihasilkan
oleh pesawat
CDF Max for Airplane: nilai CDF maksimum pesawat
P/C Ratio: rasio P/C
Tire Press.: tekanan ban pesawat (kPa)
Percent GW on Gear: persentase berat pada gear roda
Dual Spacing: jarak antar roda (dual) (mm)
Tandem Spacing: jaran antar sumbu tandem (mm)
Tire Contact Width: lebar kontak ban (mm)
Tire Contact length: 40atasan kontak ban (mm)
Tire Contact Area: luasan area kontak ban (mm2)
total lifetime departures, tire pressure, percent gross load on the
design gear,dual-wheel spacing, tandem-wheel spacing, tire
contact width, dan tire contact length merupakan besaran
default dari FAARFIELD untuk setiap jenis pesawat di mana
nilainya tidak dapat diubah/diganti.
41
Tabel 3. 2 Airplane properties
C.
42
View Gear: melihat konfigurasi roda dan 41atasan41
berdasarkan jenis/tipe pesawat ditunjukan pada Gambar
43
8. Masukkan jumlah keberangkatan pesawat, jumlah pesawat dibatasi
sampai 100,000. bila sudah input jumlah annual departure, klik ok.
44
10. Klik Modify Structure untuk mengubah layer material. Klik pada salah
satu lapisan perkerasan, akan muncul pilihan jenis material yang
digunakan untuk setiap lapisan perkerasan.
45
Asphalt
Undefined Overlay Aspal diatas Fleksibel
Overlay
Rigid diatas Lentur (Perkerasan
PCC Overlay Undefined
Kaku baru)
12. Dengan meng-klik nilai tebal atau thickness di lapisan surface akan
muncul PCC Layer Thickness. Opsi ini dilakukan untuk mengubah
tebal lapisan sesuai yang disyaratkan oleh FAA. Setelah selesai lalu
klik “End Modify”.
46
Gambar 3. 17 Input tebal minimum perkerasan
14. Selanjutnya cek kembali tab “Airplane”, informasi mengenai CDF dan
P/C Ratio dan CDF graph dapat dilihat. Dari informasi tersebut dapat
diketahui pesawat yang memberikan dampak terbesar terhadap struktur
perkerasan. Selanjutnya Klik “Back”
15. Klik “Back” lagi untuk ke menu utama, kemudian muncul pilihan
apakah hasil running program akan disimpan atau tidak, dalam modul
ini pilih “OK”.
47
Gambar 3. 19 Menyimpan hasil running program
16. Dalam menu utama, klik tab “Notes” untuk melihat output program.
48
Copy: mengkopi informasi design dan notes dari jendela NOTES
ke clipboard. Text dapat di paste ke aplikasi lainnya seperti text
editor atau word.
DAFTAR PUSTAKA
49
50
LAMPIRAN
51