INTERNASIONAL
Disusun Oleh :
ANGKATAN X ALPHA
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah serta
inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah “Undang
Undang Penerbangan dan Regulasi Internasional” dengan baik. Salawat dan salam semoga
tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi guru terbaik
dan menjadi suri tauladan bagi umat Islam diseluruh dunia.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi syarat penilaian pada mata kuliah Undang
Undang Penerbangan dan Regulasi Internasional, dan kami harap makalah ini dapat
bermanfaat, untuk dijadikan bahan pembelajaran, baik untuk kami pribadi maupun para
Taruna/I, serta dunia penerbangan.
Dalam menyusun makalah ini pula, penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber-sumber dan informasi, baik dari berbagai peraturan perundang undangan kementrian
perhubungan yang telah direkomendasikan oleh dosen ataupun website yang terpercaya.
Terima kasih kepada dosen pengajar yang telah membimbing dalam penyelesaian makalah
ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN......................................................................................................................5
A. Latar Belakang................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................7
C. Tujuan.............................................................................................................................7
BAB II........................................................................................................................................8
PEMBAHASAN........................................................................................................................8
2.1. Kedaulatan Negara Secara Vertikal diruang Udara Diatas Wilayahnya dan
Horizontal.........................................................................................................................15
3. Kedaulatan Negara........................................................................................................20
3.1. Kedaulatan Negara Secara Vertikal diiruang Udara Diatas Wilayahnya dan
Horizontal.........................................................................................................................20
3.2. Kedaulatan negara di ruang udara (ruang udara tertutup) close sky......................20
3.4. Laut Territorial, Zona Economic Exclusive (ZEE) dan Laut Bebas......................21
3.6. Regulasi.................................................................................................................22
4. Pesawat Udara...............................................................................................................23
Penetapan standar kelaikan udara untuk pesawat udara, dan/atau mesin pesawat udara,
dan/atau baling-baling pesawat terbang yang didaftarkan di Indonesia, dilakukan dengan
memperhatikan sekurang-kurangnya: rancang bangun dan konstruksi; komponen utama;
instalasi tenaga penggerak; stabilitas dan kemampuan; kelelahan struktur; perlengkapan;
batasan pengoperasian; sistem perawatan; pencegahan pencemaran lingkungan............23
5. Angkutan Udara............................................................................................................25
6. Kebandarudaraan...........................................................................................................27
7. Elban.............................................................................................................................33
8. Keamanan Penerbangan................................................................................................40
8.8. Regulasi.................................................................................................................45
9. Keamanan Penerbangan................................................................................................46
9.7. Regulasi.................................................................................................................54
BAB III.....................................................................................................................................55
PENUTUP................................................................................................................................55
A. Kesimpulan...................................................................................................................55
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja regulasi yang terkait dengan kedaulatan negara diruang udara?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan,
keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas
umum lainnya. Penerbangan memiliki banyak hukum yang mengatur jalannya
peroperasian. Hukum tersebut memiliki beberapa sumber yang berasal dari sebab
akibat, namun hukum berkembang seriring dengan berkembangnya jaman.
Munculnnya hukum-hukum tersebut didasari bebrapa insiden, disetujui dan didukung
oleh beberapa negara berdaulat melalui berbagai organisasi penerbangan
Internasional.
e. Ajaran hukum
Ajaran hukum (doctrine) di dalam Hukum Internasional juga dapat digunakan
sebagai salah satu sumber Hukum Udara.
f. Yurisprudensi
Menurut Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional, yurisprudensi juga
merupakan salah satu sumber hukum. Ketentuan demikian juga berlaku terhadap
Hukum Udara, baik nasional maupun internasional.
Regulasi hukum udara internasional salah satunya adalah Konvensi Chicago 1944
yang merupakan konvensi yang mengatur mengenai kegiatan penerbangan sipil
internasional yang hannya mengatur mengenai negara sebagai pihak dalam konvensi.
Berdasarkan Pasal 1 Konvensi Chicago (Chicago Convention) 1944 bahwa setiap
Negara berdaulat penuh dan eksklusif atas ruang udara di atas wilayahnya. Hal
tersebut telah dituangkan dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan, bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia berdaulat
penuh dan eksklusif atas wilayah udara.
2.1. Kedaulatan Negara Secara Vertikal diruang Udara Diatas Wilayahnya dan
Horizontal
Prinsip-prinsip hukum nasional dan internasional dalam mengatur hak lintas damai
bagi kapal dan pesawat udara asing di laut teritorial Indonesia. Prinsip hukum
internasional yang mengatur hak lintas damai melalui United Nations Conventions on
The Law of the Sea 1982 (UNCLOS 1982). Prinsip-prinsip yang terkandung dalam
hak lintas damai oleh kapal dan pesawat udara asing di laut teritorial meliputi prinsip-
prinsip:
3.1. Kedaulatan Negara Secara Vertikal diiruang Udara Diatas Wilayahnya dan
Horizontal.
3.2. Kedaulatan negara di ruang udara (ruang udara tertutup) close sky.
Konsep ruang udara sebagai hak milik privat didasarkan atas satu maxim dalam
hukum Romawi Kuno yang berbunyi cujus est solum, ejus est usque ad coelum
(pemilik tanah memiliki hak atas ruang udara di atas tanahnya tanpa batas). Tujuan
utama dari maxim ini adalah untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak
pribadi warganegara. Dalam konteks hukum udara, maxim ini menegaskan bahwa
ruang udara adalah wilayah eksklusif, wilayah tertutup bagi pihak lain termasuk
negara. Oleh karenanya konsep ini sebenarnya tidak memberi ruang bagi adanya
klaim kedaulatan negara atas ruang udara. Yang kemudian hal ini dituangkan dalam
Konvensi Chicago 1944 sebagai “Complete and Exclusive sovereignty”. Konsep the
air is closed dilandasi secara kuat oleh alasan pertimbangan keamanan negara. Hal
tersebut didorong oleh adanya kesadaran negara-negara akan sifat khusus dari potensi
penggunaan pesawat udara sebagai alat utama sistem senjata.
3.3. Prinsip Lintas Damai
Prinsip lintas laut secara damai (innocenct passage) ini memberikan pengertian bahwa
kebebasan berlayar dan terbang di laut teritorial tersebut di lakukan secara damai
dengan batasan- batasan sebagaimana yang telah diatur pada Pasal 19 ayat (2)
UNCLOS 1982.
Pasal 19 (ayat 1) menjelaskan tentang apa yang dimaksud “Hak Lintas Damai”, yaitu:
Lintas adalah damai sepanjang tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban atau
keamanan Negara pantai. Lintas tersebut harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
Konvensi ini dan peraturan hukum internasional lainnya. Secara rinci pasal 19 ayat 2
mencantumkan 12 kegiatan yang jika salah satunya dilakukan, maka suatu kapal asing
harus dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau Keamanan Negara pantai.
3.4. Laut Territorial, Zona Economic Exclusive (ZEE) dan Laut Bebas
- Laut Teritorial, Laut teritorial adalah wilayah laut yang berjarak 12 mil dari garis
dasar ke arah laut lepas. Jika lebar lautan yang membatasi dua negara kurang dari 24
mil, maka garis teritorial ditarik sama jauh dari setiap negara yang berbatasan laut. Di
laut teritorial, negara mempunyai hak kedaulatan penuh, tetapi menyediakan jalur
pelayaran lalu lintas damai, baik di atas maupun di bawah laut. Negara lain dapat
berlayar di wilayah laut teritorial atas izin dari pemerintah Indonesia.
- Konvensi Hukum Lau t 1982, juga mengakui kedaulatan negara pantai di ruang udara,
seperti yang ditentukan oleh Pasal 2 ayat (I dan 2) : Kedaulatan suatu negara pantai,
selain wilayah daratan dan perairan pedalamannya dan, dalam hal suatu negara ke·
pulauan, perairan kepulauannya, meliputi pula suatu jalur laut yang berbatasan
dengannya yang dinamakan laut teritorial .. . kedaulatan ini meliputi ruang udara di
atas laut teritorial . . ..
- Zona Ekonomi Eksklusif, Zona Ekonomi Eksklusif merupakan wilayah laut yang
berjarak 200 mil laut dari garis dasar ke arah laut lepas. Dalam ZEE, negara yang
bersangkutan memiliki priorotas untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber
daya alam, baik sumber daya hayati maupun sumber daya non hayati di permukaan, di
dalam, dan di dasar laut untuk kesejahteraan bangsa. Negara lain memiliki kebebasan
untuk pelayaran serta pemasangan kabel dan pipa di bawah permukaan laut.Zona
Ekonorni Eksklusif yang diterima dalam Konvensi Hukum Laut 1982, yaitu suatu zona
yang berdampingan dan di luar laut teritorial, tetapi menurut Pasal 86 tidak termasuk
Iepas.
- Laut Bebas/ Laut Lepas, Pasal 86 menentukan bahwa laut lepas adalah : ... to all parts
of the sea that are 7101 included in the exclusive economic zone, in . the te"itorial sea
or in the internal waters of a state, or in the archipelagic waters of an archipelagic
state. This article does not entail any abridgement. ke seluruh bagian laut yaitu 7101
termasuk dalam zona ekonomi eksklusif, di laut teritorial atau di pedalaman perairan
suatu negara, atau di kepulauan perairan suatu negara kepulauan…Jadi laut lepas
adalah semua bagian laut yang tidak termasuk zona ekonomi eksklusif, laut teritorial
atau perairan pedalaman dari suatu negara, atau kepulauan dari suatu negara
kepulauan.
3.6. Regulasi
Penetapan standar kelaikan udara untuk pesawat udara, dan/atau mesin pesawat udara,
dan/atau baling-baling pesawat terbang yang didaftarkan di Indonesia, dilakukan
dengan memperhatikan sekurang-kurangnya: rancang bangun dan konstruksi;
komponen utama; instalasi tenaga penggerak; stabilitas dan kemampuan; kelelahan
struktur; perlengkapan; batasan pengoperasian; sistem perawatan; pencegahan
pencemaran lingkungan.
Standar kelaikan udara sebagaimana dimaksud dalam ayat, adalah untuk : pesawat
terbang kategori transpor, normal, utility, akrobatik dan komuter; helikopter kategori
normal; helikopter kategori transpor; mesin pesawat udara; baling-baling pesawat
terbang; balon berpenumpang. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kelaikan
udara sebagaimana dimaksud dalam ayat dan ayat, diatur dengan Keputusan Menteri.
Menteri dapat menetapkan persyaratan-persyaratan di luar standar kelaikan udara
selain yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam ayat berkenaan dengan
perkembangan teknologi dan ketentuan internasional
5. Angkutan Udara
6. Kebandarudaraan
Tarif pelayanaan jasa kebandaraudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari :
a. tarif jasa pendaratan pesawat udara;
b. tarif jasa penempatan pesawat udara;
c. tarif jasa penyimpanan pesawat udara;
d. tarif jasa penumpang pesawat udara (JP2U);
e. tarif jasa kargo dan pos pesawat udara (JKP2U);
f. tarif jasa pemakaian tempat pelaporan keberangkatan (check - in counter); dan
g. tarif jasa pemakaian garbarata (aviobridge)
Struktur tarif jasa kebandarudaraan merupakan kerangka tarif yang dikaitkan dengan
tatanan waktu dan satuan ukuran dari setiap jenis pelayanan jasa kebandarudaraan
yang diberikan oleh penyelenggara bandar udara.Tarif jasa kebandarudaraan
ditetapkan dengan berpedomanan pada struktur dan golongan yang diatur dalam
peraturan ini dan memperhatikan:
a. keselamatan dan keamanan penerbangan;
b. kepentingan pelayanan umum;
c. peningkatan mutu pelayanan jasa;
d. kepentingan pemakai jasa;
e. peningkatan kelancaran pelayanan jasa;
f. penilaian tingkat pelayanan (level of Service);
g. pengembalian biaya;
h. pengembangan usaha; dan
i. prinsip akuntansi yang berlaku
7. Elban
a. CCTV (Closed Circuit Television) CCTV adalah alat perekam yang menggunakan
satu atau lebih kamera video dan menghasilkan data video ataupun audio, disebarkan
secara tertutup melalui kabel coaxial atau nircable (frekuensi 2,4 GHz).
b. X-Ray Kabin X-ray kabin adalah alat yang berfungsi untuk mendeteksi barang-barang
yang dibawa oleh penumpang ke dalam kabin tanpa membuka pembungkusnya, x-ray
ini terletak di security check point 2 (SCP 2).
c. X-Ray Bagasi X-ray bagasi berfungsi untuk mendeteksi barang-barang bagasi tanpa
membuka pembungkusnya, x-ray ini terletak di security check point 1 (SCP 1).
d. X-Ray Kargo X-Ray Kargo berfungsi untuk mendeteksi barang-barang kargo tanpa
membuka pembungkusnya, x-ray ini terletak di gedung kargo.
e. PABX (Private Automatic Branch Exchange) PABX/PBX adalah suatu perangkat
keras Elektronik telekomunikasi yang berfungsi sebagai pembagi atau pengatur antara
bagian internal ( extension to extension) dengan external (out going dan incoming).
f. AAS (Automatic Annoucher System) Automatic Annoucher System adalah system
automatis yang digunakan untuk pemberitahuan kepada pengguna jasa bandara,
seperti informasi keberangkatan atau kedatangan pesawat, jadwal boarding dan
sebagainya.
g. Walk Through Metal Detector Walk through metal detector merupakan salah satu
jenis peralatan security equipment atau pintu deteksi logam yang berfungsi untuk
memeriksa penumpang dan keberadaan barang atau benda bawaan yang dapat
membahayakan penerbangan.
h. Hand Held Detector Hand held detector adalah alat pendeteksi untuk memeriksa
benda-benda tajam atau sejenisnya yang disembunyikan oleh penumpang pada bagian
tubuh penumpang (body search).
i. Fire Alarm Fire alarm adalah suatu sistem terintegrasi yang didesain untuk
mendeteksi adanya gejala kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning)
dalam sistem evakuasi dan ditindaklanjuti secara otomatis maupun manual dengan
dengan sistem instalasi pemadam kebakaran (sistem Fire fighting).
j. IGCS (Integrated Ground Communication) IGCS adalah sarana komunikasi terpadu
dengan menggunakan beberapa frekuensi untuk dipakai bersama oleh ratusan sampai
ribuan radio transceiver (handy talky – HT).
l. Flight Information Display System (FIDS) FIDS adalah suatu sistem informasi yang
membantu penumpang menampilkan jadwal keberangkatan, transit, dan kedatangan.
Alat-alat tersebut sangat penting dalam hal mendukung keselamatan setiap penerbangan.
Karena mungkin banyak faktor yang tak diinginkan yang bisa saja terjadi jika
keselamatan tiap penerbangan tidak menjadi prioritas utama. Ini adalah bukti kecil bahwa
kecanggihan teknologi pada masa modern saat ini telah berkembang pesat hingga mampu
menyaingi negara-negara yang terlebih dahulu maju dalam bidang teknologi. Bukan itu
saja, pada kesempatan kali ini aku yang ditempatkan pada posisi Elektrnika Bandara
(ELBAN) yang menjadi pusat pengamanan dari seluruh lokasi bandara mulai dari lahan
parkir, terminal bandara, ruang tunggu, dan seluruh bagian landasan pacu yang dipasangi
CCTV berteknologi canggih yang dapat merekam seluruh aktifitas pada bandara.
Hebatnya lagi seluruh CCTV ini terkoneksi oleh 1 jaringan Local Area Network (LAN).
Jaringan LAN ini dikelola oleh 1 PC, lalu PC tersebut disebut sebagai server. Server
tersebut dapat mengelola atau memantau seluruh aktifitas CCTV yang berada di lokasi
bandara. Kelebihan jaringan LAN ini tidak bisa dibobol atau disusupi oleh orang luar
manapun karena hanya bisa di akses dari dalam bandara saja. Kecanggihan dari CCTV ini
dapat memfoto setiap gerak gerik yang terekam oleh CCTV lalu di simpan secara
otomatis kedalam database. Jadi mudah saja jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan misalnya saja seperti pencurian, teror atau apapun yang mengancam
keselamatan seluruh penerbangan.
Didalam ruangan ini aku dapat memantau seluruh aktifitas bandara hanya dari satu layar
saja. Oleh karena itu sangat dibutuhkannya keahlian tingkat tinggi agar dapat mempelajari
seluruh teknologi yang terdapat di divisi Elektronika Bandara ini. Banyak hal yang bisa
aku ambil pelajaran untuk menambah wawasan yang mungkin bisa aku pergunakan dan
dapat menjadi modal untuk aku bisa bekerja disini suatu saat nanti.
c. Fasilitas Otomasi
Fasilitas dengan sistem otomatisasi yang mempunyai kemampuan pengolahan data untuk
Keselamatan Penerbangan. Yang termasuk peralatan otomatisasi adalah:
- Central Information Syste (CIS) merupakan sarana pengolahan data untuk pelayanan
penumpang dalam kapasitas besar.
- Radar Data Processing System (RDPS) dan Flight Data Processing System (FDPS)
merupakan sarana pengolahan data Keselamatan Penerbangan.
- Automatic Docking Guidance System (ADGS) sebagai sarana pemandu untuk parkir
pesawat sampai gate terminal
a. Penanggung jawab;
b. Komite Keselamatan Penerbangan Nasional (State Safety Review Board);
c. Pengarah;
d. Ketua Pelaksana Program Keselamatan Penerbangan Nasional; dan
e. Tim Pelaksana Program Keselamatan Penerbangan Nasional.
Pasal 2
Pasal 3
8.8. Regulasi
9. Keamanan Penerbangan
b. Daerah steril
Daerah Steril (Sterile Area) adalah daerah tertentu di dalam Daerah Keamanan
Terbatas yang merupakan daerah pergerakan penumpang sejak dari tempat
pemeriksaan keamanan terakhir sampai dengan masuk pesawat udara dimana di
daerah tersebut selalu dilakukan pengendalian dan pengawasan.
c. Daerah terbatas
Daerah Terbatas (Restricted Area) adalah daerah tertentu di bandar udara dimana
penumpang dan / atau non-penumpang memiliki akses masuk dengan persyaratan
tertentu.
d. Daerah public
Daerah Publik (Public Area) adalah daerah-daerah pada bandar udara yang terbuka
untuk umum/publik.
Fasilitas Keamanan Bandara atau Airport Security adalah fasilitas yang digunakan
untuk pengamanan baik yang berfungsi sebagai alat bantu personil pengamanan
bandara dalam melaksanakan pemeriksaan calon penumpang pesawat udara termasuk
barang bawaannya (cabin, bagasi dan cargo) dengan cepat tanpa membuka
kemasannya.
Pemeriksaan secara phisik dengan membuka kemasan hanya akan dilakukan terhadap
barang bawaan yang diindikasi berisi benda yang membahayakan dalam penerbangan
maupun peningkatkan keamanan kawasan bandar udara. Peralatan yang membantu
dalam Keamanan Bandara antara lain :
a. Peralatan X-Ray
X-ray merupakan peralatan detector yang digunakan untuk mendeteksi secara visual
semua barang bawaan calon penumpang pesawat udara yang dapat membahayakan
keselamatan penerbangan dengan cepat tanpa membuka kemasan barang tersebut.
Peralatan X-Ray dapat diklasifikasikan menurut fungsi dan kapasitasnya yaitu :
- X-Ray Cabin
- X-Ray Baggage
- X-Ray Cargo.
b. INSPEKSI
Inspeksi adalah pemeriksaan penerapan suatu atau lebih langkah-langkah dan f
prosedure keamanan untuk menentukan efektifitas keamanan penerbangan.
c. SURVEI
Survei adalah evaluasi kebutuhan keamanan termasuk identifikasi terhadap
kerentanan f. yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan melawan hukum,
dan rekomendasi j terhadap tindakan korektif.
d. PENGUJIAN (TEST)
Pengujian (test) adalah pengujian terhadap kemampuan dari kinerja personel,
prosedur, J fasilitas keamanan dan daerah yang diidentifikasikan rawan dengan
simulasi tindakan I melawan hukum.
- Kondisi rawan, yaitu kondisi Keamanan Penerbangan dalam keadaan rawan (kuning)
atau perlu dilakukan peningkatan keamanan, keadaan rawan (kuning) pada saat:
- adanya informasi ancaman dari sumber yang perlu dilakukan penilaian ancaman
lebih lanjut;
- terjadinya gangguan keamanan secara nasional yang berpotensi mengganggu
Keamanan Penerbangan;
- terjadinya tindakan melawan hukum secara nasional dan Internasional yang
berpotensi mengganggu Keamanan Penerbangan; dan
- terjadinya huru hara, demonstrasi massal dan pemogokan yang berpotensi
mengganggu Keamanan Penerbangan.
Kondisi darurat, yaitu kondisi Keamanan Penerbangan dalam keadaan darurat
(merah) pada saat:
- kondisi berdasarkan penilaian ancaman yang membahayakan Keamanan
Penerbangan kemungkinan terjadi; dan
- terjadinya tindakan melawan hukum berupa terjadi ancaman bom, pembajakan,
penyanderaan, sabotase dan penyerangan yang membahayakan Keamanan
Penerbangan.
9.7. Regulasi
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Interdependensi (kesalingbergantungan)
- Interalasi (hubungan yang saling terkait antara gejala yang satu dengan gejala
geografi yang lain di dalam suatu ruang)
- Sinergi antar unsur yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia,
geografis, potensi ekonomi dan pertahanan keamanan dalam rangka mencapai tujuan
nasional.
Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya.
Fasilitas Keamanan Bandara atau Airport Security adalah fasilitas yang
digunakan untuk pengamanan baik yang berfungsi sebagai alat bantu personil
pengamanan bandara dalam melaksanakan pemeriksaan calon penumpang pesawat
udara termasuk barang bawaannya (cabin, bagasi dan cargo) dengan cepat tanpa
membuka kemasannya.
DAFTAR PUSTAKA