Anda di halaman 1dari 6

Laporan Kelolaan

SURAYA PUTRI, S.Kep


0807101190035

MIND MAPPING PASIEN DENGAN MENINGIOMA DI RUANG geulima I RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Definisi Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak. Tumor intracranial meliputi lesi benigna dan maligna. Tumor intracranial dapat terjadi pada beberapa struktur area otak dan pada semua kelompok umur. Tumor otak dinamakan sesuai dengan jaringan dimana tumor itu muncul. Keterangan :

PATOFISIOLOGI
Ny. S 46 tahun Kelebihan pembentukan rantai Sintesa Rantai diblok Sintesa Rantai berlebihan

: Pasien

: Perjalanan kasus

TUMOR OTAK : Tinjauan teori Seleksi sel Hb F yang bertahan Peningkatan tingkat Hb F dalam darah

Meningioma adalah tumor pada meninx, yang merupakan selaput pelindung yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningioma dapat timbul pada tempat manapun di bagian otak maupun medulla spinalis, tetapi, umumnya terjadi di hemisphere otak di semua lobusnya. Kebanyakan meningioma bersifat jinak (benign). Meningioma malignant jarang terjad Craniotomy adalah operasi membuka tulang tengkorak untuk mengangkat tumor, mengurangi TIK, mengeluarkan bekuan darah atau menghentikan perdarahan. (Hinchliff, Sue. 1999). Kraniotomi mencakup pembukaan tengkorak melalui pembedahan untuk meningkatkan akses pada struktur intrakranial. (Brunner & Suddarth. 2002)

MENINGIOMA

Meningkatnya Hb A2 dalam darah

Menurunnya Produksi Hb A

Presipitasi kelebihan rantai Dalam sumsun tulang Gagal Cirhosis Tidak efektifnyaa pancreatic, Erythropoiesis Gagal hati

: Pengkajian primer : Pengkajian sekunder

Dalam darah CRANIOTOMY Penyebab dalam RES

: Diagnosa

RPD : Pasien sebelumnya telah mengalami operasi pengangkatan tumor kepala pada tahun 2006..

Peningkatan daya tarik oksigen oleh Hb

Hemolysis Kelebihan Besi

: Implementasi

ANEMIA Peningkatan produksi erytropoitin

Transfusi

: Evaluasi hari ke I

RPS : Pasien dirawat di ruang mamplam I dengan diagnosa Post kraniotomy meningioma. Saat ini pasien mengeluh sering sakit kepala, sesak dan muntah, pasien sulit menggerakkan tangan kirinya, lumpuh pada otot wajah sebelah kiri, kaki kiri juga lemas. Selama sakit aktivitas pasien sehari-hari dibantu oleh keluarga. pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, tungkai atas bagian kiri pasien tampak lemah, demikian juga dengan tungkai kiri bawah, pasien paralise pada otot wajah bagian kiri, kesadaran compos menti, GCS pasien 15. Tekanan darah 120/80 mmHg, RR19 x/menit, suhu 37,80 C, HR 78x/menit

RPK : Menurut keterangan pasien dan anggota keluarga yang lain tidak ada diantara anggota keluarga ataupun orang tua pasien yang pernah mengalami keadaan dan penyakit seperti yang sedang dialami oleh pasien saat ini. Anggota keluarga yang pasien yang sudah meninggal bukan diakibatkan oleh penyakit melainkan karena terkena bencana tsunami

Defisiensi Folat Ekstra modular

Hypersplenisme

: Evaluasi hari ke 2

Peningkatan proliferasi sel erythroid

Splenomegali

: Evaluasi hari ke 3

: Evaluasi hari ke 5

: Patofisiologi

Etiologi Para ahli tidak memastikan apa penyebab tumor meningioma, namun beberapa teori telah diteliti dan sebagian besar menyetujui bahwa kromoson yang jelek yang meyebabkan timbulnya meningioma. Para peneliti sedang mempelajari beberapa teori tentang kemungkinan asal usul meningioma. Di antara 40% dan 80% dari meningiomas berisi kromosom 22 yang abnormal pada lokus gen neurofibromatosis 2 (NF2). NF2 merupakan gen supresor tumor pada 22Q12, ditemukan tidak aktif pada 40% meningioma sporadik. Pasien dengan NF2 dan beberapa non-NF2 sindrom familial yang lain dapat berkembang menjadi meningioma multiple, dan sering terjadi pada usia muda. Disamping itu, deplesi gen yang lain juga berhubungan dengan pertumbuhan meningioma 3 Kromosom ini biasanya terlibat dalam menekan pertumbuhan tumor. Penyebab kelainan ini tidak diketahui. Meningioma juga sering memiliki salinan tambahan dari platelet diturunkan faktor pertumbuhan (PDGFR) dan epidermis reseptor faktor pertumbuhan (EGFR) yang mungkin memberikan kontribusi pada pertumbuhan tumor ini. Sebelumnya radiasi ke kepala, sejarah payudara kanker, atau neurofibromatosis tipe 2 dapat risiko faktor untuk mengembangkan meningioma. Multiple meningiomas terjadi pada 5% sampai 15% dari pasien, terutama mereka dengan neurofibromatosis tipe 2. Beberapa meningiomas memiliki reseptor yang berinteraksi dengan hormon seks progesteron, androgen, dan jarang estrogen. Ekspresi progesteron reseptor dilihat paling sering pada jinak meningiomas, baik pada pria dan wanita.

Klasifikasi Menurut WHO : a. Grade I Meningioma tumbuh dengan lambat . Jika tumor tidak menimbulkan gejala, mungkin pertumbuhannya sangat baik jika diobservasi dengan MRI secara periodic. Jika tumor semakin bverkembang, maka pada akhirnya dapat menimbulkan gejala, kemudian penatalaksanaan bedah dapat direkomendasikan. b. Grade II Meningioma grade II disebut juga meningioma atypical. Jenis ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan grade I dan mempunyai angka kekambuhan yang lebih tinggi juga. c. Grade III Meningioma berkembang dengan sangat agresif dan disebut meningioma malignant atau meningioma anaplastik. Meningioma malignant terhitung kurang dari 1 % dari seluruh kejadian meningioma. . Meningioma juga diklasifikasikan ke dalam subtype berdasarkan lokasi dari tumor. 1. Meningioma falx dan parasagital (25% dari kasus meningioma). Falx adalah selaputyang terletak antara dua sisi otak yang memisahkan hemisfer kiri dan kanan. Falx cerebri mengandung pembuluh darah besar. Parasagital meningioma terdapat di sekitar falx 2. Meningioma Convexitas (20%). Tipe meningioma ini terdapat pada permukaan atas otak. 3. Meningioma Sphenoid (20%) Daerah Sphenoidalis berlokasi pada daerah belakang mata. Banyak terjadi pada wanita. 4. Meningioma Olfactorius (10%). Tipe ini terjadi di sepanjang nervus yang menghubungkan otak dengan hidung 5. Meningioma fossa posterior (10%). Tipe ini berkembang di permukaan bawah bagian belakang otak. 6. Meningioma suprasellar (10%). Terjadi di bagian atas sella tursica, sebuah kotak pada dasar tengkorak dimana terdapat kelenjar pituitary. 7. Spinal meningioma (kurang dari 10%). Banyak terjadi pada wanita yang berumur antara 40 dan 70 tahun. Akan selalu terjadi pda medulla spinbalis setingkat thorax dan dapat menekan spinal cord. Meningioma spinalis dapat menyebabkan gejala seperti nyeri radikuler di sekeliling dinding dada, gangguan kencing, dan nyeri tungkai. 8. Meningioma Intraorbital (kurang dari 10%). Tipe ini berkembang paa atau di sekitar mata cavum orbita. 9. Meningioma Intraventrikular (2%). Terjadi pada ruangan yang berisi cairan di seluruh bagian otak.

Manifestasi klinis a. Nyeri Kepala Merupakan gejala awal pada 20% penderita dengan tumor otak yang kemudian berkembang menjadi 60%. Nyerinya tumpul dan intermitten. Nyeri kepala berat juga sering diperhebat oleh perubahan posisi, batuk, maneuver valsava dan aktivitas fisik. Muntah ditemukan bersama nyeri kepala pada 50% penderita. Nyeri kepala ipsilateral pada tumor supratentorial sebanyak 80 % dan terutama pada bagian frontal. Tumor pada fossa posterior memberikan nyeri alih ke oksiput dan leher. b. Perubahan Status Mental Gangguan konsentrasi, cepat lupa, perubahan kepribadian, perubahan mood dan berkurangnya inisiatif adalah gejala-gejala umum pada penderita dengan tumor lobus frontal atau temporal. Gejala ini bertambah buruk dan jika tidak ditangani dapat menyebabkan terjadinya somnolen hingga koma. c. Seizure Adalah gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. d. Edema Papil Edema papil pada awalnya tidak menimbulkan gejala hilangnya kemampuan untuk melihat, tetapi edema papil yang berkelanjutan dapat menyebabkan perluasan bintik buta, penyempitan lapangan pandang perifer dan menyebabkan penglihatan kabur yang tidak menetap. e. Muntah Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial. f. Vertigo Pasien merasakan pusing yang berputar dan mau jatuh

Pengkajian primer Airway : pasien dapat bernafas secara normal tanpa ada sumbatan Inspeksi : pasien dapat bernafas tanpa menggunakan oksigen

Pengkajian primer Pemeriksaan reflek fisiologis Bisep ( kanan (+), kiri (+) ), trisep ( kanan (+), kiri (+) ), patella ( kanan (+), kiri (+) ), archiles ( kanan (+), kiri (+) ) Pemeriksaan reflek patologis Babinski ( kanan (-), kiri (-) ), chaddock ( kanan (-), kiri (-) ), Gordon ( kanan (-), kiri (-) ), Oppenheim ( kanan (-), kiri (-), gorda ( kanan (-), kiri (-), Schaefer ( kanan (-), kiri (-), hoffman trorhmer ( kanan (-), kiri (-)

Pengkajian primer Breathing Inspeksi: pasien tidak menggunakan ventilator dan alat bantu oksigen perkusi: terdengar bunyi sonor pada apeks paru kanan dan kiri, RR 19 x/menit palpasi : taktil fremitus dapat dikaji hasilnya (normal) perkusi : terdengar bunyi sonor pada apeks paru kanan dan kiri/terdengar bunyi pekak/redup pada basis/bagian bawah paru kanan dan kiri auskultasi: terdegar bunyi vesikuler pada apeks paru kanan dan kiri dan tidak terdegar bunyi tambahan seperti wheezing, ronchi,dan kelainan suara nafas lainnya yang abnormal

Pengkajian primer Circulation Inspeksi : wajah pucat (-), sianosis (-), Palpasi : akral atas dan bawah teraba hangat, tidak ada edema ataupun sianosis didaerah ektermitas atas dan bawah Auskultasi : Tekanan darah 110/70 mmhg, Hr: 78x/menit suhu tubuh 37,80 C,

Pengkajian primer Disability: Kesadaran compos mentis, kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 (ektremitas atas, bawah kanan dan kiri), - GCS= E4M6V5, Tonus otot (Normal) Skala ketergantungan : 3

Pengkajian primer Exposure : pasien tidak ada luka lecet mengering, dan memar

Pengkajian primer Folley catheter: Pasien terpasang kateter

Pengkajian primer Heart Rate : 78 x/menit, teratur

Pengkajian primer Exposure : Pemeriksaan 12 saraf cranial 1. Olfaktorius ( dapat mengetahui karakteristik Bau dengan kedua sisi hidung dengan baik), 2. Optikus ( tidak ada gangguan), 3. Okulomotorius (tidak ada gangguan penglihatan saat melihat suatu objek), 4. Trochlear ( reaksi pupil terhadap cahaya baik), 5. Trigeminus fungsi sensorik dan motorik pasien dalam keadaan abnormal), 6. Abdusen ( adanya gangguan pergerakan bola mata saat dilakukan pengkajian kedua mata pasien dapat focus tepat pada objek), 7. Fasialis( sensasi rasa asam, asin, manis dan pahit dapat dirasakan secara normal, kekuatan otot pasien maksimal 8. Vestibulococlearis kesimbangan, pada cabang vestibule tidak dapat dikaji karena pasien tidak dapat berdiri, pada cabang cochlear normal. 9. Glosofaringeal dan 10. vagus ( palatum tampak lunak dan sedikit terangkat,gerakan menelan (+), vocal suara tidak jelas, 11. Asesorius, fungsi dan kekuatan otot trapedius (-), rentang gerak sendi (-), kesimetrisan (), fungsi dan kekuatan otot sternocleidomastedeus(-), kekuatan daya dorong (-), kekuatan tahanan (-) 12. Hipoglosus, (gerakan lidah (N), kekuatan lidah saat mendorong (+), Kesimetrisan gerakan lidah (-)

Hasil Pemeriksaan PA tanggal 29 April 2011 Meningioma

Pengkajian sekunder Terapi Bed rest Alinamin Tab 2 x 1 Dexamethasone 2 x 1 Ranitidine 3 x 1 Phenytoin 100 mg 3 x 1 Sohobion 2 x 1 Paracetamol 3 x 1 Fisioterapi

Pengkajian primer Gastric tube : Pasien tidak terpasang NGT

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan sirkulasi/penekanan oleh tumor otak

dengan

kerusakan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan / paralisis otot neuromuskular, Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post kraniotomy, sekunder tindakan perawatan luka

Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor, perdarahan

Implementasi Mengkaji skala ketergantungan pasien Mengkaji kemampuan mobilitas yang masih mampu dilakukan oleh pasien. Melakukan miring kanan dan kiri pada pasien Melakukan latihan ROM aktif dan pasif sesuai dengan kemampuan mobilitas pasien Mengkaji adanya nyeri pada saat dilakukan ROM Menganjurkan pasien untuk melatih gerakan tangan pada sisi yang lemah Menganjurkan pasien untuk melatih gerakan pada jari yang lemah dengan meremas bola Menjelaskan pentingnya mobilisasi untuk mempertahankan fungsi tubuh dan ekstremitas yang masih baik Kolaborasi dengan fisioterapist untuk membantu tindakan ROM

Evaluasi Diagnosa 1 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011 S O: Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

Implementasi Mengkaji kemampuan ADL pasien Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot. Memonitor tanda-tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat). Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala-gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan). Memberikan kenyamanan lingkungan: manifestasi tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

Implementasi Mengkaji keadaan luka Menkaji tanda-tanda infeksi Mengganti balutan luka setiap hari Menggunakan prinsip septik dan aseptik saat mengganti balutan luka. Menjelaskan pentingnya asupan nutrisi yang baik untuk penyembuhan luka dan mempertahankan fungsi vital otak

Evaluasi Diagnosa 3 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011 S: O: Pasien tampak lemah Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma

Implementasi Meantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar. Mengkaji tanda vital dan memantau secara berkala tanda dan gejala peningkatan TIK Mempertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300. Memantau pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan membran mukosa. Membantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan. Mengobservasi adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah laku yang tidak sesuai lainnya. Mengkaji fungsi autonom: jumlah dan pola pernapasan, ukuran dan reaksi pupil, pergerakan otot Mengkaji adanya nyeri kepala, mual, muntah, papila edema, diplopia kejang Hindari faktor yang dapat meningkatkan TIK Istirahatkan pasien, hindari tindakan keperawatan yang dapat mengganggu tidur pasien

Pasien mengeluh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah Pasien mengatakan sulit untuk duduk dan bergerak tanpa ada bantuan

Evaluasi Diagnosa 2 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011 S: O: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

A : Masalah belum terjadi P : Intervensi dilanjutkan

Evaluasi Diagnosa 4 Hari 1 tanggal 14 Mei 2011 S:

Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

Evaluasi Diagnosa 3 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011 S: O: Pasien tampak lemah Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma

O:

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

Pasien mengatakan luka dikepalanya terasa gatal

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah belum terjadi Evaluasi Diagnosa 1 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 2 Hari 2 tanggal 15 Mei 2011 S O: Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 S: O: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 Evaluasi Diagnosa 3 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011 S: O: Pasien tampak lemah Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma Pasien mengatakan perbannya belum diganti P : Intervensi dilanjutkan.

Evaluasi Diagnosa 4 Hari 1 tanggal 15 Mei 2011 S: O: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

A : Masalah teratasi sebagian A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah belum terjadi P : Intervensi dilanjutkan.

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

Evaluasi Diagnosa 1 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011 S O: Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

Evaluasi Diagnosa 2 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011 S: O: Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan

Evaluasi Diagnosa 3 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 S: O: Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma Luka tampak kering Tidak ada tanda-tanda infeksi

Evaluasi Diagnosa 4 Hari 3 tanggal 16 Mei 2011 S:

Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

O:

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah tidak terjadi P : Intervensi dilanjutkan. Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

Evaluasi Diagnosa 2 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 1 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 S: S O: Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah O: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 Evaluasi Diagnosa 2 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011

Evaluasi Diagnosa 4 Hari 4 tanggal 17 Mei 2011 S: S: O: Pada kepala pasien tampak luka post operasi kraniotomy Pasien didiagnosa meningioma Luka tampak kering Tidak ada tanda-tanda infeksi Pasien mengatakan perban belum diganti O: Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan

A : Masalah belum teratasi A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan

A : Masalah tidak terjadi A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan. Dengan modifikasi Ganti balutan Anjurkan keluarga untuk menjaga kebersihan luka Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan P : Intervensi dilanjutkan

Evaluasi Diagnosa 2 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 4 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011 Evaluasi Diagnosa 1 Hari 5 tanggal 18 Mei 2011 S O: Pasien tampak lemah Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 S: Pasien mengatakanh tangan pada bagian bahu tidak dapat digerakkan Pasien mengeluh kaki kirinya terasa lemah O: Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444 O: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan S: Pasien mengeluh lemas di kaki kiri dan tangan kiri sulit digerakkan Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga Pasien didiagnosa meningioma Skala ketergantungan 3 Kekuatan otot pasien 5555 2222 5555 4444

A : Masalah belum teratasi A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan P : Intervensi dilanjutkan Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan

A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan Jam 13.30 WIB pasien pulang dan berobat jalan

Tumor otak

Oedema otak

Peningkatan massa otak

Obstruksi cairan cerebrospinal

Perubahan suplai Darah ke otak 1. 2. Kompensasi Vasokontriksi pemb.drh otak Mempercepat absorpsi Cairan serebrospinalis Nekrosis jaringan

Hidrosefalus

Gangguan Body Image

Kehilangan fungsi secara akut

Gagal Kemoterapi Peningkatan TIK Nyeri

Kejang

Kerusakan integritas kulit Perubahan perfusi jaringan otak

a. b. c. d. e.

Nyeri kepala Mual muntah proyektil Hipertensi Bradikardi Kesadaran menurun Kurang pengetahuan

Antisipasi berkabung

Anda mungkin juga menyukai