Disusun oleh :
Kelompok 5
Muhammad Tarmizi (131611123033)
Muhammad Bagus S (131611123034)
Fatichul Muhtadi (131611123035)
Alpian umbu Dewa (131611123036)
Titah Khalimatus S (131611123037)
Rina Afriani (131611123038)
Yumiati Tuwa Rungu (131611123039)
Heny Sulistyarini (131611123040)
Central nervous system (CNS) lymphoma adalah suatu bentuk kanker pada sistem saraf
pusat (otak dan saraf tulang belakang) yang terbentuk dari sistem peredaran kelenjar
getah bening. Sel limfosit yang beredar pada sistem kelenjar getah bening berubah
menjadi sel yang tidak normal sel kanker. CNS lymphoma dapat terbentuk pada otak,
saraf tualng belakang, dan selaput pembungkus otak (meninges). Selain itu, lmfomajuga
dapat terbetuk pada mata karena posisi mata sangat dekat dengan otak. Seseorang
dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami kondisi ini (Carnevale & Rubenstein, 2016)
1.2 KLASIFIKASI
Klasifikasi Primary Central Nervous System Lymphoma (Miller et al., 1994; Yun &
Iwamoto, 2016) meliputi :
1.3 ETIOLOGI
Imunoblast atau centroblast yang terdapat dalam pembuluh darah. Limfosid disekitar
pembuluh serebral kecil, kemungkinan limfosit ganas melakukan pematangan lebih
lanjut. Tumor muncul di lingkungan ekstranal ke SSP, berdasarkan neurotropisme.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugita dkk, PCNSL berasal dari pusat germinal kemudian
kepusat postgerminal. Faktor risiko pada pasien yang mengalami imunokompromise
(pasien HIV) PCNSL lebih sering terjadi pada laki-laki (rasio laki-laki terhadap perempuan
adalah 2:1), dan pada orang lanjut usia.
Etiologi:
1.4 PATOFISIOLOGI
Kebanyakan PCNSL muncul di daerah meningeal, terdapat genom virus Ebsten-Barr
pada sel neuroplastik. Pada 60-90% didomonasi oleh largecell, lomfoma imunoblastik,
limfoblastik. Karakterisistik histologis PCNSL adalah multiplikasi dari membrane basal
pembuluh darah yang terbungkus oleh neoplasma. PNSL dapat terjadi pada pasien
dengan imunodefisiensi, pada pasien umum belum dapat dijelaskan penyebab terjadinya
PCNSL. Pada pasien dengan imunodefisiensi yaitu imunodepresi karena viris atau
iatrogenik seperti virus ebsten-barr atau HIV yaitu dengan cara induksi proliferasi.
Sebagian besar kasus muncul dengan cara yang tidak diketahui. Beberapa penelitian
didapatkan hasil PCNSL muncul pada usia 60 tahun, hal ini dikaitkan dengan
kewaspadaan imunologis yang menurun, khususnya limfosit T. proliferasi ini berkembang
secara monoclonal limfoma terutama pada daerah dengan sistem imun yang unik seperti
pada jaringan syaraf.
Keterangan :
C : Keterlibatan ekstranodal
PCNSL
Lesi Desak ruang otak Perubahan sirkulasi CSS Gejala spesifik terlokalisasi di area tumor Intravaskular
Kelainan Obstruksi sirkulasi CSS Disfungsi saraf Gejala pada Menyerang sistem
polarisasi kranial sum-sum persarafan seluruh
tulang tubuh dan ekstremitas
Peningkatan cairan otak belakang
Merangsang Diplopia,
korteks motorik disfagia, mati Kelemahan/
Hidrosefalus Dg. Hambatan
rasa wajah, Paralisis
komunikasi
Kejang kehilangan visual
Peningakatan tekanan intrakranial verbal
monokular
Dg. Hambatan
mobilitas fisik
Menekan diskus optikus Menekan pusat muntah MK: Penurunan perfusi
Aliran darah ke otak
intraserebral
1.8 KOMPLIKASI
Berkembang di dalam otak juga sebagai salah satu atau lebih benjolan (massa) - ini
biasanya terlihat di limfoma SSP primer , atau menyebar dalam meninges (dikenal
sebagai limfoma meningeal difus
Melibatkan mata dikenal sebagai limfoma intraocular baik dengan sendirinya
limfoma intraokular primer, atau sebagai bagian dari limfoma yang mempengaruhi
bagian lain dari SSP
Berkembang di sumsum tulang belakang (sangat jarang) atau tekan pada saraf
tulang belakang dari luar, menyebabkan spinal cord compression
Menyebar dari limfoma tempat lain di tubuh (dikenal sebagai limfoma SSP sekunder,
atau kadang-kadang 'SCNSL').
1.9 PENATALAKSANAAN
Limfoma Sistem Saraf Pusat Primer (PCNSL) mewakili sekitar 3% dari semua
tumor otak dan 2-3% dari semua kasus limfoma non-Hodgkin (NHL), secara
keseluruhan kejadian neoplasma ini mungkin meningkat, terutama di kalangan orang
berusia 65 tahun ke atas (Fraser, Gruenberg, & Rubenstein, 2015).
Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, antara lain: tipe limfoma (jenis
histologi), stadium, sifat tumor (indolen/agresif), usia, dan keadaan umum pasien.
Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2016), menetapkan tatalaksana limfoma
non-Hodgkin sebagai berikut:
1. LNH INDOLEN / Low grade: (Ki-67 < 30%) Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah:
SLL/small lymphocytic lymphoma/CLL =chronic lymphocytic lymphoma
MZL (marginal zone lymphoma), nodal, ekstranodal dan splenic)
Lymphoplasmacytic lymphoma
Follicular lymphoma gr 1-2
Mycosis Fungoides
Primary cutaneous anaplastic large cell lymphoma.
2. LNH AGRESIF / High grade: (Ki-67 > 30%). Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah:
1. MCL (Mantle cell lymphoma, pleomorphic variant)
2. Diffuse large B cell lymphoma, Follicular lymphoma gr III, B cell lymphoma
unclassifiable with features between diffuse large B cell and Burkitt,
3. T cell lymphomas
Pada kondisi tumor non bulky (diameter tumor <7.5cm) dengan kriteria: pasien
muda risiko rendah atau rendah menengah (aaIPI score 1) dan risiko tinggi atau
menengah-tinggi (aaIPI 2), bila fasilitas memungkinkan, kemoterapi kombinasi R-
CHOP 6 siklus merupakan protokol standar saat ini serta dapat dipertimbangkan
pemberian radioterapi (untuk konsolidasi), atau kemoterapi 3 siklus dilanjutkan dengan
radioterapi.
4. DUKUNGAN NUTRISI
Status gizi merupakan salah satu faktor yang berperan penting pada kualitas
hidup pasien kanker.
5. REHABILITASI MEDIK
6. EDUKASI
1. Kemoterapi
2. Nutrisi
3. Lainnya (anjuran kontrol)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap
berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin
menunjukkan perburukan kondisi.
A. Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan durasinya makin
meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat meningkat
dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan mental seperti
disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat kesadaran, penurunan
penglihatan atau penglihatan double, ketidakmampuan sensasi (parasthesia
atau anasthesia), hilangnya ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengalami imunitas yang rendah, AIDS
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
kanker PCNSL.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental, kesulitan
mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test
dan prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
B. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
Pemeriksaan fisik pada klien dengan PCNSL meliputi pemeriksaan fisik umum per
system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-tanda vital, B1
(breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan sesak
napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga terjadi herniasi dan
kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien normal, tidak
menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas, dan biasanya
memerlukan Oksigen.
2. Kardiovaskular B2 (Blood)
Peningkatan tekanan intracranial mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan bradikardi. Klien
tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung normal, akral hangat, nadi
bradikardi.
3. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman atau
diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada lobus frontal
d. Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
1) Afasia : Kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif atau kesulitan berkata-kata, reseotif atau berkata-kata
komprehensif, maupun kombinasi dari keduanya.
2) Ekstremitas : Kelemahan atau paraliysis genggaman tangan tidak
seimbang, berkurangnya reflex tendon.
3) GCS :
a) Eye (respon membuka mata)
(4):Spontan
(3):Dengan rangsang suara (suruh pasien membuka mata).
(2):Dengan rangsang nyeri (berikan rangsangan nyeri, misalnya
menekan kuku jari)
(1): Tidak ada respon
b) Verbal (respon verbal)
(5) : Orientasi baik
(4) : Bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang )
disorientasi tempat dan waktu.
(3) : Kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas,
namun tidak dalam satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : Suara tanpa arti (mengerang)
(1) : Tidak ada respon
c) Motor (respon motorik)
(6):Mengikuti perintah
(5):Melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri)
(4):Withdraws (menghindar/menarik ekstremitas atau tubuh menjauhi
stimulus saat diberi rangsang nyeri)
(3):Flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(2):Extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh,
dengan jari mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1):Tidak ada respon
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan kontrol sfinter urine
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial sehingga
menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah ini biasanya akan
diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien. Kondisi mulut bersih dan
mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh kelelahan.
2.2 DIAGNOSA
1. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan neuromuskular
2. Mual (00134) berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
3. Gangguan eliminasi urine (00016) berhubungan dengan gangguan sensori
motorik
4. Hambatan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan gangguan sistem
saraf pusat
2.3 INTERVENSI
1. Risiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak (00201) berhubungan dengan tumor
otak
NOC:
NIC:
Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan, dan reaktifitas terhadap cahaya
NOC:
NIC:
Pemberian posisi :
Kaji kemampuan fungsi dan luas hambatan pada saat pertama kali dan secara
teratur
Observasi warna, edema, atau tanda lain dari perburukan sirkulasi pada sisi
yang terganggu
NOC:
Mengatasi mual yang ditandai dengan kadar asupan diet yang dapat diterima
NIC:
Manajeman mual :
Ukur tinggi dan berat badan klien, timbang berat badan setiap hari atau sesuai
indikasi
NOC:
Eliminasi urine :
NIC:
Kaji haluaran urine dan sistem drainase kateter, terutama selama irigasi
kandung kemih
NOC:
Komunikasi :
NIC:
Carnevale, J., & Rubenstein, J. L. (2016). The Challenge of Primary Central Nervous
System Lymphoma. Hematology/Oncology Clinics of North America, 30(6), 1293
1316. https://doi.org/10.1016/j.hoc.2016.07.013
Dulamea, A. O., Buture, A., Badelita, S., & Lupescu, I. (2017). Primary Central Nervous
System Lymphoma: A Diagnostic and Therapeutic Challenge-Case Report and
Short Review, 4(5), 69. https://doi.org/10.19080/OAJNN.2017.04.555647
Fraser, E., Gruenberg, K., & Rubenstein, J. L. (2015). New Approaches in Primary
Central Nervous System Lymphoma. Chinese Clinical Oncology, 4(1), 11.
https://doi.org/10.3978/j.issn.2304-3865.2015.02.01
Miller, D. C., Hochberg, F. H., Harris, N. L., Gruber, M. L., Louis, D. N., & Cohen, H.
(1994). Pathology with clinical correlations of primary central nervous system non-
Hodgkins lymphoma. The Massachusetts General Hospital experience 1958-1989.
Cancer, 74(4), 138397. Retrieved from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8055462
Yun, J., & Iwamoto, F. M. (2016). Primary Central Nervous System Lymphoma: A
Critical Review of the Role of Surgery for Resection. Archives in Cancer Research,
4(2). https://doi.org/10.21767/2254-6081.100071