Dibimbing Oleh :
dr.Surjit Singh, MBBS,Sp.F,DFM.
Disusun oleh :
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya sehingga Paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dengan judul
“MENENTUKAN LAMANYA KEMATIAN ”.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa laporan kasus ini
masih jauh dari kesempurnaan, baik dara cara penulisannya, penggunaan tata bahasa,
dan dalam penyajiannya sehingga penulis menerima saran dan kritik konstruktif dari
semua pihak. Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, semoga dapat
bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dr.Surjit Singh,
MBBS,Sp.F,DFM.yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam
menyelesaikan paper ini. Penulis juga berterima kasih kepada rekan-rekan yang telah
bekerja sama membantu menyusun laporan kasus ini..
Akhirnya semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang kedokteran. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, Aamiin
Penulis
7/14/2019 Referat Tanda Kematian
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
kematian dilakukan berdasarkan konsep mati otak dan mati batang otak, yang
ditandai dengan tidak berespon terhadap semua rangsangan, tidak sadarnya pasien,
hilangnya refleks pupil, hilangnya refleks kornea, tidak ada refleks menelan, tidak
kematian, yaitu perubahan pada kulit muka, relaksasi otot, perubahan pada mata,
penurunan suhu tubuh, lebam jenazah, dan kaku jenazah. Perubahan yang terjadi
pada muka yaitu berubahnya warna wajah menjadi lebih pucat, akan tetapi pada
perubahan warna kulit muka menjadi pucat terjadi lebih lambat. Pada saat mati
sebagai akibat dari hilangnya tonus. Pada orang yang sudah mati pandangan
matanya terlihat kosong, refleks cahaya dan reflek kornea menjadi negatif. Vena-
vena pada retina akan mengalami kerusakan dalam waktu 10 detik sesudah mati.
Jika sesudah kematiannya keadaan mata tetap terbuka maka lapisan kornea yang
http://slidepdf.com/reader/full/referat-tanda-kematian 1/22
paling luar akan mengalami kekeringan. Sesudah mati, metabolisme yang
menghasilkan panas akan terhenti sehingga suhu tubuh akan turun menuju suhu
udara atau medium sekitarnya. Penurunan ini disebabkan oleh adanya proses
Untuk menentukan saat kematian dapat dilihat dari perubahan pada mata,
lambung, kuku, rambut, cairan serebrospinal, dan adanya reaksi supravital. Pada
mata kita dapat melihat perubahan warna menjadi lebih keruh, pada lambung
kita bisa melihat waktu pengosongan lambung meski tidak memberikan banyak
arti, pada rambut kita dapat mengukur saat kematian dilihat dari pertambahan
panjang rambut, begitu pula yang dapat kita liat pada kuku. Pada cairan
serebrospinal saat kematian dapat dilihat dari kadar nitrogen yang menurun setelah
10 jam kematian, sedangkan reaksi supravital yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat
pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang
yang hidup.1,2,3
definisi kematian, perubahan yang terjadi setelah kematian dan faktor-faktor yang
kasus.
7/14/2019 Referat Tanda Kematian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tanatologi berasal dari dua buah kata, yaitu “thanatos” yang berarti mati dan
“logos” yang berarti ilmu. Jadi arti sesungguhnya dari tanatologi adalah ilmu
yang mempelajari segala macam aspek yang berkaitan dengan mati; meliputi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler mati serebral, dan mati otak (mati batang otak). 4
1. Mati somatis (mati klinis) akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang
kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan
2. Mati suri ( suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga sistem
ini mirip dengan kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada
ketiga sistem ini bersifat sementara. Mati suri ini sering ditemukan pada keadaan,
misalnya keracunan obat tidur, terkena arus listrik dan tenggelam. 2,4
3. Mati seluler (mati molekuler) adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang
timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing
tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Seperti contoh susunan saraf pusat
mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit, otot mengalami mati seluler dalam
waktu 4 jam, kornea masih dapat ditransplantasikan dan darah masih dapat
http://slidepdf.com/reader/full/referat-tanda-kematian 3/22
ditranfusikan sampi 6 pasca mati.4
4. Mati serebral adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversibel kecuali
batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yakni sistem
5. Mati otak (mati batang otak) adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi
Kematian adalah proses yang dapat dikenal secara klinis melalui tanda-tanda
kematian berupa perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat
timbul dini saat meninggal atau eberapa menit kemudian. Setelah beberapa waktu
timbul perubahan pasca mati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian
lebih pasti.4
Tanda kematian yang muncul dini pada saat meninggal atau beberapa menit
auskultasi).
3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin
tampak lebih muda. Kelemasan otot sesaat setelah kematian disebut relaksasi
tampak pucat, melemasnya otot-otot tubuh serta terhentinya aktifitas otak. Untuk
dapat memastikan bahwa aktifitas otak telah berhenti secara tepat dan cepat, yaitu bila
nadi berhenti pada palpasi, denyut jantung berhenti selama 5-10 menit pada
auskultasi, EKG (elektrokardigrafi) mendatar, tidak ada tanda sianotik pada ujung jari
tangan setelah jari tangan korban kita ikat (tes magnus), daerah sekitar penyuntikan
icard subkutan tidak berwarna kuning kehijauan (tes icard), warna kulit tangan yang
disorot dengan lampu akan berwarna kuning pucat (tes diafanus), dan tidak keluarnya
tidak ada gerak nafas pada inspeksi dan palpasi, tidak ada bising nafas pada
auskultasi, tidak ada uap air pada cermin yang diletakkan di depan lubang hidung atau
mulut korban.
3. Tanda Pasti Kematian
Lebam mayat biasanya mulai tampak pada 20 – 30 menit post mortem dimana
makin lama intensitasnya akan bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah
8 – 12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat yang ada masih hilat atau memucat bila
dilakukan penekanan dan dapat berpindah bila posisi mayat diubah. Lebam mayat
yang belum menetap atau masih dapat hilang saat dilakukan penekanan menunjukkan
saat kematian kurang dari 8 – 12 jam sebelum saat pemeriksaan. Bila penekanan atau
perubahan posisi tubuh dilakukan setelah 6 jam pertama kematian klinis, pemucatan
yang terjadi dapat lebih cepat dan lebih sempurna. Tetapi, walaupun setelah 24 jam
kematian klinis, darah masih tetap cukup cair sehingga sejumlah darah masih dapat
mengalir dan membentuk lebam mayat di tempat terendah yang baru. Kadang
dijumpai bercak berwarna biru kehitaman akibat pecahnya pembuluh darah. 1,2
Lebam mayat terjadi akibat eritrosit yang menempati tempat terbawah akibat
adanya gaya gravitas bumi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna
merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh, kecuali pada bagian tubuh yang
tertekan alas keras. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh sel eritrosit
tertumpuk dalam jumlah yang cukup banyak dan sulit untuk berpindah lagi. Selain itu
tersebut. Apabila mayat terlentang yang telah timbul lebam mayat belum menetap
dilakukan perubahan posisi menjadi telungkup, maka setelah beberapa saat akan
mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjasdi lebam mayat yang
menetap, memperkirakan saat kematian. Selain itu lebam mayat dapat digunakan
untuk memperkirakan sebab kematian, sebagai contoh lebam mayat akan berwarna
merah terang pada keracunan CO atau CN, berwarna kecoklatan pada keracunan
aniline, nitrit, nitrat, sulfonal. Pada kasus tenggelam atau pada kasus dimana suhu
tubuh berada pada suhu lingkungan yang rendah maka lebam mayat khususnya yang
letaknya dekat dengan lingkungan dengan suhu yang rendah akan berwarna merah
terang. 1,2
Mengingat pada lebam mayat, darah terdapat di dalam pembuluh darah maka
keadaan ini digunakan untuk membedakan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi).
Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka
warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada
Menunjukkan adanya
Darah tampak di dalam
resapan darah ke jaringan
pembuluh darah dan mudah
sekitar, susah dibersihkan
dibersihkan.Jaringan subkutan
jika hanya dengan air
Pada pemotongan tampak pucat.
mengalir, jaringan
subkutan berwarna merah
kehitaman
Gambar 2. Memar
3.2 Kaku Mayat (Rigor Mortis)
Kaku mayat adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami perubahan,
berupa kekakuan oleh karena proses biokimiawi Kaku mayat dimulai sekitar 1-2 jam,
setelah kematian (berhentinya 3 sistem dalam tubuh). Dan setelah 12 jam kaku mayat
menjadi lengkap diseluruh tubuh, dan pada 12 jam berikutnya akan berangsur
Gambar 4. Rigor Mortis yang ditemukan pada mayat setelah 2 hari kematian.
a) Cadaveric spasme
terjadi kekakuan pada sekelompok otot dan kadang-kadang pada seluruh otot, segera
Heat Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu tinggi,
c) Cold Stiffening
Cold Stiffening adalah suatu kekakuan yang terjadi akibat suhu rendah, dapat
terjadi bila tubuh korban diletakkan dalam freezer, atau bila suhu keliling sedemikian
rendahnya, sehingga cairan tubuh terutama yang terdapat sendi-sendi akan membeku.1
lingkungannya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita
temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem.
Pada beberapa jam pertama, penurunan suhu terjadi sangat lambat dengan
bentuk sigmoid. Hal ini disebabkan ada dua faktor, yaitu masih adanya sisa
metabolisme dalam tubuh mayat dan perbedaan koefisien hantar sehingga butuh
waktu mencapai tangga suhu. Ada sembilan faktor yang mempengaruhi cepat atau
lamanya penurunan suhu tubuh mayat, yaitu :
2. Suhu tubuh mayat saat mati. Makin tinggi suhu tubuhnya, makin lama penurunan
suhu tubuhnya.
5. Konstitusi tubuh pada anak dan orang tua makin mempercepat penurunan suhu
tubuh mayat.
7. Sebab kematian, misalnya asfiksia dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi.
Penilaian algor mortis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, antara lain :
6. Bila korban mati dalam air, penurunan suhu tubuhnya tergantung dari suhu, aliran,
1,5
III.4 Pembusukan (Decomposition, Putr efaction)
dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim-enzim
pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah,
lebih sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, menngandung
lebih banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial. Perubahan warna
ini secara bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada
dan bau busuk pun mulai tercium. Perubahan warna ini juga dapat dilihat
pada permukaan organ dalam seperti hepar, dimana hepar merupakan organ
marbling. Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan
gambaran marbling ini jelas terlihat ada bahu,dada bagian atas, abdomen
sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya
akan dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel
Lesi ini dapat dilihat pertama kali pada hati. Kemudian permukaan lapisan
atas epidermis dapat dengan mudah dilepaskan dengan jaringan yang ada
dibawahnya dan ini disebut „ skin slippage’ . Skin slippage ini menyebabkan
identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan. Pembentukan gas yang terjadi
fragil, yang dapat berisi cairan coklat kemerahan yang berbau busuk. Cairan
ini kadang-kadang tidak mengisi secara penuh di dalam bula. Bula dapat
dan bila pecah meninggalkan daerah yang berminyak, berkilat dan berwarna
sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis oleh karena tekanan gas
pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku, rambut kepala, aksila dan
pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya desintegrasi pada
akar rambut.5,6,7,8,9
menyeluruh, dan tubuh berada dalam sikap pugilistic attitude. Scrotum dan
penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka dapat menggembung,
bibir menonjol seperti “ frog-like-fashion”, Kedua bola mata keluar, lidah terjulur
diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali kembali oleh
berat badan mayat yang tadinya 57-63 kg sebelum mati menjadi 95-114 kg
sesudah mati.
pengeluaran udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan
rongga dada, ini harus dibedakan dengan hematotorak dan biasanya cairan
pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc. Pengeluaran urine dan feses dapat
terjadi oleh karena tekanan intra abdominal yang meningkat. Pada wanita
uterus dapat menjadi prolaps. Pada anak-anak adanya gas pembusukan dalam
terlepas.10
beda dalam. Jaringan intestinal, medula adrenal dan pancreas akan mengalami
autolisis dalam beberapa jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti
hati, ginjal dan limpa merupakan organ yang cepat mengalami pembusukan.
dalam 24 jam pertama setelah kematian. Difusi cairan dari kandung empedu
sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati dapat dilihat gambaran honey
combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan mudah robek, dan otak
menjadi lunak. Organ dalam seperti paru, otot polos, otot lurik dan jantung
uterus non gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan
yang lain yaitu jaringan fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali
milliary atau “milliary plaques” yang berukuran kecil dengan diameter 1-3 mm
yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak pada endotelial dari
plaques” ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang secara mikroskopis berisi
kalsium pospat, kalsium karbonat, sel-sel endotelial, massa seperti sabun dan
atau keracunan.1
lubang-lubang mata, hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah
genitoanal. Bila ada luka ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-
telurnya pada luka tersebut, sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah
kematian. Telur-telur lalat ini akan berubah menjadi larva dalam waktu 24
dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda pada badan
Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada
tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, Aktifitas
37,8°C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50°F(10°C) atau pada
suhu diatas 100°F (lebih dari 37,8°C). Bila mayat diletakkan pada suhu
hangat dan lembab maka proses pembusukan akan berlangsung lebih cepat.
Sebaliknya bila mayat diletakkan pada suhu dingin maka proses pembusukan
akan berlangsung lebih lambat. Pada mayat yang gemuk proses pembusukan
berlangsung lebih cepat dari pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan
pembusukan. Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat
menghambat pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir
aborsi septik, dan infeksi paru. Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun
kulit masih terasa hangat. Media di mana mayat berada juga memegang
umumnya membusuk 8 x lebih lama dari pada mayat yang terdapat di udara
terbuka. Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah
terutama bila dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari predators seperti
kelembaban yang kurang dan iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat
lebih besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat
sehingga mayat berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua
kepala menjadi lebih busuk dibandingkan dengan anggota badan yang lain.
dalam air. Kadar garam di dalamnya dan binatang air sebagai predator. 5,6,7,8,9
oleh akar tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga
dikubur pada tanah yang mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat
terjadi penghancuran daripada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat
basa.1
III. 5 Adiposera
atau berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca
mati. Dulu disebut sebagai saponifikasi, tetapi istilah adiposera lebih disukai
terbentuk asam lemak jenuh pasca mati yang tercampur dengan sisa-sisa
otot, jaringan ikat, jaringan saraf yang termumifikasi dan kristal-kristal sferis
dan terbakar dengan nyala kuning, larut dalam alkohol panas dan eter.4,5
hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena. Biasanya perubahan
berbentuk bercak, dapat terlihat dipipi, payudara atau bokong, bagian tubuh
atau ekstrimitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera. 4,5
kira-kira 0,5% asam lemak bebas, tetapi dalam waktu 4 minggu pasca mati
dapat naik menjadi 20% dan setelah 12 minggu menjadi 70% atau lebih. Pada
saat ini adiposera menjadi lebih jelas secara makroskopik sehingga bahan
III. 6 Mumifikasi
Mumifikasi merupakan suatu proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan jaringan yang dapat
keras dan kering dengan warna gelap, berkeriput serta tidak terjadi lagi
pembusukan. Hal ini terjadi karena kuman tidak dapat berkembang pada
alat dalam tubuh sehingga tubuh akan menjadi lebih kecil dan ringan. Proses
mumifikasi terjadi apabila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang
baik, tubuh yang dehidrasi dan terjadi pada waktu yang lama (12 – 14 minggu
Gambar 3. Mumifikasi
IV. Perkiraan Saat Kematian
1. Perubahan pada mata. Bila mata terbuka pada atmosfer yang kering,
sclera di kiri kanan kornea akan bewarna kecoklatan dalam beberapa jam
Kekeruhan terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang terjadi pada lapis luar
pada lapisan paling dalam tidak dapat dihilangkan dengan tetesan air.
Kekeruhan yang menetap ini terjadi sejak kira-kira 6 jam pasca mati.
keruh kira kira 10-12 jam pasca mati dan dalam beberapa jam pasca mati
pupil pada penekanan bola mata. Tidak ada hubungan antara diameter
pupil dengan lamanya mati. Perubahan pada retina dapat menunjukan saat
Kemudian hingga 1 jam pasca mati, macula lebih pucat dan tepinya tidak
tajam lagi.
Selama 2 jam pertama pasca mati, retina pucat dan daerah sekitar
diskus menjadi kuning. Warna kuning juga tampak di sekitar macula yang
menjadi lebih gelap. Pada saat itu pola vascular koroid yang tampak
kabur dan setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat. Pada kira kira
6 jam pasca mati, batas discus kabur dan hanya pembuluh-pembuluh besar
kuning kelabu.
Dalam waktu 7-10 jam pasca mati akan mencapat tepi retina dan batas
diskus akan sangat kabur. Pada 12 jam pasca mati, discus hanya dapat
yang tersisa. Pada 15 jam oasca mati tidak ditemukan lagi gambaran
pembuluh darah retina dan discus, hanya macula saja yang tampak
pasti waktu antara makan terkahir dan saat mati. Namun keadaan lambung
makanan tertentu (pisang, kulit tomat, biji-bijian) dalam isi lambung dapat
pasca mati.
enzim dan bakteri, serta gangguan permeabilitas dari sel yang telah mati.
terjadi. Hingga saat ini belum ditemukan perubahan dalam darah yang
8. Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama dengan reaksi jaringan tubuh pada seorang yang hidup
Beberapa uji dapat dilakukan pada mayat yang masih segar, misalnya
KESIMPULAN
Tanda kematian dapat berupa perubahan tubuh yang timbul dini atau
beberapa menit setelah kematian yang disebut tanda kematian tidak pasti
yakni pernafasan dan sirkulasi berhenti, kulit berubah pucat, tonus otot
pasca mati yang jelas sehingga memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti
yang disebut tanda pasti kematian. Cara memastikan kematian dinilai dari ketiga
berhenti dari palpasi dan aukultasi denyut jantung selam 5-10 menit, EKG
mendatar, tes magnus berwarna pucat, tes icard tidak berwarna kuning
berhenti dengan inspeksi dan palpasi tidak ada pergerakan pernafasan, auskultasi
tidak ada bunyi nafas, aliran uap air dari lubang hidung ataupun mulut juga tidak
ada.
mortis) berupa lebam merah keunguan yang terletak di bagian bawah tubuh
akibat penumpukan eritrosit oleh gaya gravitasi yang mulai terjadi 20-30 menit
post mortem dan meluas serta menetap dalam 8-12 jam post mortem. Kedua
kaku mayat (rigor mortis) berupa kekakuan otot yang terjadi pada sebagian atau
seluruh otot tubuh akibat serabut otot aktin dan miosin menggumpal dan kaku
oleh karena cadangan glikogen otot dan ATP habis setelah kematian dapat berupa
cadaveric spasm, heat stiffening, cold stiffening. Ketiga penurunan suhu tubuh
(algor mortis) berupa penurunan suhu tubuh mayat sama dengan suhu
lingkungan dipengaruhi beberapa factor yakni suhu tubuh mayat saat meninggal,
degradasi jaringan pada tubuh mayat yang terjadi sebagai akibat proses autolisis
dan aktivitas mikroorganisme yang mulai 24-48 jam post mortem dibagian perut
berminyak, berbau tengik yang terjadi di dalam jaringan lunak tubuh pasca mati
penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi
sehingga jaringan tubuh manusia berubah menjadi gelap, keras dan kering.
Tanda pasti kematian ini bermanfaat untuk memperkirakan waktu kematian serta
sebab dan cara kematian. Selain dari tanda pasti kematian, waktu kematian dapat
mata dan vitreus, perubahan rambut dan kuku, perubahan pada lambung, cairan
1. Idries AM. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara,
1997; p.131-168.
2. Hueske E. Firearms and Tool Mark The Forensic Laboratory Handbooks, Practice
Uniersitas Indonesia.
Diponegoro; 2000.
2003.
7. Murray RK, Daryl KG, Peter AM, Victor WR. Biokimia harper. Trans. Andry H
early postmortem autolysis in kidney, pancreas, liver, heart and skeletal musle of
10. Pryce DM, CF Ross. Ross‟s post-mortem appearences. 6th ed. London:Oxford