Identitias: Anak Usia dibawah 1 tahun dan dibawah 2 tahun posyandu kecipir
Latar Belakang: Indonesia memiliki konsep imunisasi rutin lengkap yang dibagi menjadi
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan imunisasi ini dibagi berdasarkan usia
anak. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit. Tujuan imunisasi meningkatkan imunitas, memberikan imunitas proteksi
dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen tertentu atau toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen atau non toksik. Imunisasi dasar pada anak
adalah langkah pencegahan utama dan imunisasi lanjutan berfungsi untuk menjaga imunitas
agar tetap optimal seiring bertambahnya usia.
Adapun jenis imunisasi rutin lengkap terdiri dari ;
1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan :
• HB0 1 dosis
• BCG 1 dosis
• DPT-HB-Hib 3 dosis
• Polio tetes (OPV) 4 dosis
• Polio suntik (IPV) 1 dosis
• Campak Rubela 1 dosis
Latar belakang : Manajemen puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik yang meliputi perencanaan, perggerakan , pelaksanaan serta pengendalian
pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk
adalah forum pertemua yang dikenal dengan Lokakarya Mini Puskesmas. Lokakarya Mini ini
terbagi menjadi 2 yaitu : Lokakarya Mini Bulanan dan Lokakarya Tribulanan Lintas
Sektor.kedua forum pertemuan ini sangatlah penting untuk memantau hasil kerja petugas
puskesmas dengan cara membandingkan rencana kerja bulan lalu dari setiap petugas
dengan hasil kegiatannya mencapai target atau belum dan membandingkannya dengan
bulan berikutnya. Sementara itu perlu pula penggalanggan kerjasama lintas sector yang
bersangkutan. Untuk memantau pelaksanaan kerjasama lintas sector maka peril dilakukan
Minilokakarya Tribulana Lintas Sektir, sehingga terjalin koordinasi yang baik untuk bersama
sama memperoleh hasil yang optimal.
Tanggal kegiatan
01 September 2023
Tema penyuluhan
Aksi Gizi Bergizi minum TTD Bersama
Latar belakang
Tablet tambah darah (TTD) merupakan suplemen zat gizi yang mengandung 60 mg besi
elemental dan 400 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO). TTD bila diminum secara
teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Dosis pemberian
TTD pada remaja putri dianjurkan mengkonsumsi secara rutin 1 tablet setiap minggu dan 1
tablet setiap hari selama masa menstruasi. Suplemen tablet tambah darah diberikan untuk
menghindari remaja putri dari risiko anamia besi. Tanda tandanya antara lain pucat, lemah,
lesu, pusing dan penglihatan sering berkunang kunang. Anemia gizi besi banyak diderita
oleh ibu hamil, wanita menyusui dan wanita usia subur. Pada umumnya karena fungsi
kodrati, peristiwa kodrati wanita adalah haid, hamil, melahirkan dan menyusui yang
menyebabkan kebutuhan zat besi relatif tinggi daripada kelompok lain.
BIAS
Kamis , 24 Agustus 2023
Latar belakang : Bulan Imunisasi Anak Sekolah atau disingkat BIAS adalah bentuk
kegiatanoperasional dari imunisasi lanjutan pada anak sekolah yang dilaksanakan pada
bulantertentu setiap tahunnya dengan sasaran seluruh anak-anak usia Sekolah Dasar
(SD)atau sederajat (MI/SDLB) kelas 1,2, dan 3 di seluruh Indonesia. BIAS dilaksanakan
diseluruh Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidayah (MI) negeri dan swasta,
Institusipendidikan setara SD lainnya (Pondok Pesantren,Seminari,SDLB). Tujuan
diadakanBIAS ini tentunya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat yang nantinya
akanmenjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Penyakit menular masih
merupakanmasalah di Indonesia dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah
penyakitmenular tertentu maka pencegahan penyakit dari satu daerah ke daerah lain dapat
dilakukan secara relatif singkat dan program yang dipilih adalah imunisasi.
Imunisasi yang telah diperoleh pada waktu bayi belum cukup untukmelindungi
terhadap penyakit PD3I (Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)sampai usia anak
sekolah. Hal ini disebabkan karena sejak anak mulai memasuki usiasekolah dasar tejadi
penurunan terhadap tingkat kekebalan yang diperoleh saatimunisasi ketika bayi. Oleh sebab
itu, pemerintah menyelenggarakan imunisasiulangan pada anak usia sekolah dasar atau
sederajat (MI/SDLB) yangpelaksanaannya serentak di Indonesia dengan nama Bulan
Imunisasi Anak Sekolah(BIAS).
Latar belakang
Deteksi dini tumbuh kembang adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk menemukan
penyimpangan tumbuh kembang pada anak sedini mungkin agar intervensi dilakukan
segera, khususnya dalam masa perkembangan emas saraf anak. Kegiatan stimulasi,
deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang balita yang menyeluruh dan
terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua,
pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat,
organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga
profesional (kesehatan, pendidikan dan sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh
kembang anak usia dini dan kesiapan memasuki jenjang pendidikan formal.
Gambaran Pelaksanaan
Deteksi dini dilakukan pada 28 anak. Kegiatan dimulai dengan pengukuran berat badan
dan tinggi badan, pemeriksaan umum berupa mata telinga, pemeriksaan gigi dan mulut,
skrining tumbuh kembang dengan KPSP sesuai umur.
Identitias: Anak Usia dibawah 1 tahun dan dibawah 2 tahun posyandu kecipir
Latar Belakang: Indonesia memiliki konsep imunisasi rutin lengkap yang dibagi menjadi
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan imunisasi ini dibagi berdasarkan usia
anak. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit. Tujuan imunisasi meningkatkan imunitas, memberikan imunitas proteksi
dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen tertentu atau toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen atau non toksik. Imunisasi dasar pada anak
adalah langkah pencegahan utama dan imunisasi lanjutan berfungsi untuk menjaga imunitas
agar tetap optimal seiring bertambahnya usia.
Adapun jenis imunisasi rutin lengkap terdiri dari ;
1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan :
• HB0 1 dosis
• BCG 1 dosis
• DPT-HB-Hib 3 dosis
• Polio tetes (OPV) 4 dosis
• Polio suntik (IPV) 1 dosis
• Campak Rubela 1 dosis
Baruuu
Identitias: Anak Usia dibawah 1 tahun dan dibawah 2 tahun posyandu kecipir
Latar Belakang: Indonesia memiliki konsep imunisasi rutin lengkap yang dibagi menjadi
imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan. Pelaksanaan imunisasi ini dibagi berdasarkan usia
anak. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit. Tujuan imunisasi meningkatkan imunitas, memberikan imunitas proteksi
dengan menginduksi respon memori terhadap pathogen tertentu atau toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen atau non toksik. Imunisasi dasar pada anak
adalah langkah pencegahan utama dan imunisasi lanjutan berfungsi untuk menjaga imunitas
agar tetap optimal seiring bertambahnya usia.
Adapun jenis imunisasi rutin lengkap terdiri dari ;
1. Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi Usia 0-11 bulan :
• HB0 1 dosis
• BCG 1 dosis
• DPT-HB-Hib 3 dosis
• Polio tetes (OPV) 4 dosis
• Polio suntik (IPV) 1 dosis
• Campak Rubela 1 dosis
Identitas : seluruh lansia yang berusia lebih dari 60 th yang berada di wilayah posyandu
melur
Latar belakang
Varisela atau chickenpox atau yang dikenal dengan cacar air adalah infeksi primer vi- rus
varicella-zoster (VZV) yang umumnya menyerang anak dan merupakan penyakit yang sangat
menular. Sedangkan herpes zoster atau shingles adalah reaktivasi infeksi endogen pada
periode laten virus varicella-zoster yang pada umumnya menyerang orang dewasa atau
anak dengan defisiensi imun. Meskipun gejala klinis varisela tidak berat namun pada remaja,
orang dewasa dan anak dengan status imunitas menurun dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian. Varisela dapat mengenai semua kelompok umur termasuk
neonatus, tetapi hampir sembilan puluh persen kasus mengenai anak dibawah umur 10
tahun dan terbanyak pada umur 5-9 tahun. Angka kesakitan dan kematian menurun
terutama pada kelompok umur 1-4 tahun. Penularan varisela terutama melalui kontak
langsung dari lesi di kulit atau melalui droplet sekret saluran nafas yang dapat terjadi 24
sampai 48 jam sebelum timbulnya ruam sampai menjadi keropeng, pada umumnya 5-7 hari
setelah timbulnya ruam. Pada anak sehat, manifestasi klinis varisela umumnya ringan, dapat
sembuh sendiri, dan jarang menimbulkan penyulit yang serius.
Gambaran Pelaksanaan
Deteksi dini dilakukan di SD Melati. Kegiatan dilakukan di SDN melati dengan audience para
wali murid yang mengajar di SD tersebut. Kegiatan pada pukul 10.00 WITA. Kegiatan dimulai
dengan penjelasan penyakit varicela, penyebaran dan pemberian edukasi menghindari
penyakit varicela. Dan memberikan solusi untuk penanggulangan untuk kejadian yang
menyebabkan 30 siswa terkena varisella dengan meliburkan anak yang terinfeksi sampai 14
hari masa inkubasi selesai.