Anda di halaman 1dari 13

Ilmu Sosial dan Budaya Dasar

Hakikat Manusia, Keragaman, dan Kesetaraan

Kelompok 4
Paradipa Githa Saphira (201510330311109)

Sarah Beauty Nabila (201510330311129)

Fauziah Awaliyanti (201510330311004)

Nurmalia Marina A. N. (201510330311070)

Hafmi Ersya S. H

Azkia F

Moch. Yusuf Bahtiar (201510330311120)

Cendra Mulya

Zhenna

Naafi Sabah

Ilham Setya W (201510330311001)

Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan jumlah penduduk kurang
lebih 250 juta jiwa. Angka yang sangat banyak tersebut tersebar di seluruh bagian
wilayah di Indonesia. Beragam latar ras, suku, nenek moyang serta tradisi dan
kebudayaan membentuk satu kesatuan yaitu NKRI.
Manusia, keragaman, dan kesetaraan adalah 3 hal penting untuk memahami
keragaman, hal itu mesti dikaitkan dengan kesetaraan. Karena keragaman tanpa
kesetaraan akan memunculkan diskriminasi. Kelompok etnis yang satu bisa
memperoleh lebih dibanding yang lain; atau kelompok umur tertentu bisa
mempunyai hak-hak khusus atas yang lainnya. Keragaman yang didasarkan pada
kesetaraan akan mampu mendorong munculnya kreativitas, persaingan yang sehat
dan terbuka, dan pada akhirnya akan memacu kesaling-mengertian.
Seringnya berita yang tersiar oleh media tentang konflik-konflik yang terjadi
karena latar belakang perbedaan ras, suku, ataupun tradisi merupakan bentuk
diskriminasi. Hal itu tentu saja akan menimbulkan banyak goncangan dan
persoalan. Karena itu, sebelum menjadi sebuah konflik yang keras, Indonesia
sudah selayaknya mempersiapkan masyarakatnya ntuk memahami keragaman,
agar keragaman dapat menghasilkan manfaat besar maka keragaman harus
diletakkan dalam bingkai kebersamaan dan kesetaraan.
Dalam paham multikulturalisme seperti di Indonesia, kesetaraan sangat
dihargai untuk semua budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebetulnya
merupakan bentuk akomodasi dari budaya arus utama (besar) terhadap
munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai kelompok.
Pemahaman keberagaman dan kesetaraan sangatlah penting demi menunjang
keberlangsungan hidup dan menjaga keutuhan NKRI.

1.2 Identifikasi masalah :


1. Apakah arti/makna dari manusia, keragaman, kesetaraan ?
2. Apakah unsur-unsur yang termasuk dalam keberagaman?
3. Bagaimana pengaruh serta dampak yang ditimbulkan dengan adanya
keberagaman masyarakat?
4. Bagaimana cara memahami dan mengelola keberagaman masyarakat di
Indonesia?
5. Bagaimana memahami kesetaraan dalam bermasyarakat?
6. Apakah problematika keberagaman yang dihadapi oleh masyarakat
Indonesia?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di
Bidang Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dan menambah pengetahuan tentang
hakikat manusia, keberagaman, dan kesetaraan manusia yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia, Keberagaman, dan Kesetaraan


Manusia
Manusia adalah makhluk yang pandai bertanya, bahkan ia mempertanyakan
dirinya sendiri, keberadaannya dan dunia seluruhnya. Binatang tidak mampu
berbuat demikian dan itulah salah satu alasan mengapa manusia menjulang tinggi
di atas binatang. Manusia yang bertanya tahu tentang keberadaannya dan ia pun
menyadari juga dirinya sebagai penanya. Jadi, dia mencari dan dalam
pencariannya ia mengandaikan bahwa ada sesuatu yang bisa ditemukan, yaitu
kemungkinan-kemungkinannya, termasuk kemampuannya mencari makna
kehidupannya.
Manusia adalah makhluk yang serba butuh hal-hal yang fisik dan rohani.
Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut menunjukkan bahwa manusia adalah
makhluk yang belum selesai, artinya untuk memenuhi segala kebutuhannya ia
harus bekerja dan berkarya. Jelaslah di sini bahwa kerja dan berkarya mempunyai
arti yang manusiawi. Dalam kerjalah tercermin mutu serta martabat manusia.

Keragaman
Keragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem
akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi
bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem.
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari
ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Pengertian yang lebih mudah
dari keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam
hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi.

Kesetaraan
Wolftein membahas tiga macam kesamaan atau kesetaraan, yaitu: 1)
Kesetaraan secara politik artinya hak terhadap kehidupan, kebebasan dan
kepemilikan, tanpa gangguan dari pihak eksternal terhadap hal-hal tersebut; 2)
Kesetaraan secara ekonomi, yang esensinya adalah kesamaan pendapatan atau
kekayaan; 3) Kesetaraan secara sosial yang dapat berupa (a) kesamaan status
sosial, (b) kesetaraan dalam kesempatan, atau (c) kesamaan perlakuan, atau (d)
kesamaan pencapaian.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,
khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal
kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan itu negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan
ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda dengan jernam, inggris, perancis,
italia, yunani, yang menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa.
Australia, India, Srilanka, Singapura yang menjadi satu bangsa karena
kesamaan daratan. Jepang, Korea dan negara-negara di Timur Tengah menjadi
satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara meski terdiri dari
banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan tetap dapat menjadi satu negara.
Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu.

2.2 Unsur-Unsur Keragaman


1. Suku bangsa dan ras
Suku bangsa yang menempati wilayah Indonesia dari sabang sampai
merauke sangat beragam. Sedangkan perbedaan ras muncul karena adanya
pengelompokan besar manusia yang memiliki ciri-ciri biologis lahiriah yang
sama seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain
sebagainya.
2. Agama dan keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia.
Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari
manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra.
Dalam peraktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah:
a. Berfungsi edukatif, yakni ajaran agama secara hukum berfungsi
menyuruh dan melarang
b. Berfungsi penyelamat
c. Berfungsi sebagai perdamaian
d. Berfungsi sebagai Social control
e. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
f. Berfungsi transformatif
g. Berfungsi sublimatif
3. Ideologi dan politik
Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena
merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental.
4. Tatakrama
Tatakrama yang dianggap arti bahasa jawa yang berarti “adat sopan
santun, basa basi” pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat,
tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu.
5. Kesenjangan ekonomi dan sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan
bermacam tingkat, pangkat, dan strata sosial.
Faktor- faktor pembentuk keberagaman di Indonesia:
1. Historis
Latar belakang sejarah yang sama yaitu sama-sama bangsa yang dijajah
(belanda dan jepang) sehingga terjalin keinginan yang kuat untuk bersatu
untuk menjadi sebuah Negara yang merdeka tanpa melihat latar belakang
yang berbeda suku, budaya, dan agama sehingga terbentuklah Negara dan
bangsa Indonesia dengan struktur masyarakat yang heterogen/ majemuk
2. Keadaan geografis Indonesia
Keadaan geografis yang terpisah-pisah mengakibatkan mereka
mengembangkan pola-pola prilaku bahasa dan ikatan-ikatan kebudayaan yang
berbeda satu sama yang lainnya.
3. Pengaruh kebudayaan asing
Masuknya kebudayaan hindu-budha dari cina dan india serta islam dari
pedagang Gujarat dan arab menyebabkan percampuran lewat perkawinan,
asimilasi dan akulturasi sehingga membentuk ras, sub ras agama dan
kepercayaan yang berbeda.
4. Iklim yang berbeda
Iklim yang berbeda antara daerah satu dan daerah lainya membentuk pola-
pola prilaku dan sistem mata pencarian yang berbeda.
5. Perbedaan latar belakang pendidikan
6. Adanya kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk
menciptakan kriteria-kriteria yang mengakibatkan keberagaman.

2.3 Dampak Keberagaman di Indonesia

Keragaman masyarakat adalah suatu kenyataan sekaligus kekayaan dari


bangsa. Keragaman masyarakat Indonesia merupakan ciri khas yang
membanggakan kita. Namun demikian, keragaman tidak serta-merta menciptakan
keunikan, keindahan, kebanggaan, dan hal-hal yang baik lainnya. Keragaman
masyarakat memiliki ciri khas yang suatu saat bisa berpotensi negatif bagi
kehidupan bangsa itu.
Van de Berghe sebagaimana dikutip oleh Elly M. Setiadi (2006) menjelaskan
bahwa masyarakat majemuk atau masyarakat yang beragam selalu memiliki sifat-
sifat dasar sebagai berikut:

a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang sering kali


memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu
dengan yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang
lain.
Keragaman adalah modal, tetapi sekaligus potensi konflik. Keragaman
budaya daerah memang memperkaya khazanah budaya dan menjadi modal yang
berharga untuk membangun Indonesia yang multikultur. Namun, kondisi aneka
budaya itu sangat berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi
konflik dan kecemburuan sosial.
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya perbedaan
pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi
merupakan fase dimana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai,
norma, dan tindakan kelompok yang menyebabkan pertentangan antar kelompok.

2.4 Memahami dan Mengelola Keberagaman Masyarakat

Untuk menghindari dampak negatif dari keberagaman seperti yang telah


dijelaskan, diperlukan pemahaman dan pengelolaan keberagaman. Hal tersebut
dapat dilakukan melalui pendidikan dan komunikasi.
a. Pendidikan sebagai Sarana Pemersatu
Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial adalah cita-cita
perjuangan kemerdekaan Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD
1945. Cita-cita bangsa ini adalah kerinduan yang mendalam dari para
pejuang kemerdekaan dan kewajiban setiap warga negara yang saat ini
mewarisinya. Sungguh cita-cita yang besar karena perlindungan tumpah
darah Indonesia itu dapat terealisasi jika ada kesejahteraan, hidup yang
cerdas dan kepedulian akan ketertiban (perdamaian) dunia. Salah satu
langkah yang harus dilakukan dalam perwujudan cita-cita itu adalahmelalui
pendidikan.
Kehidupan bangsa yang cerdas tidak dapat diukur oleh kemampuan ilmu
pengetahuan yang didapatkan dari lembaga-lembaga pendidikan yang ada,
namun cita-cita ini dapat terwujud saat anak-anak bangsa dengan sadar
memahami akan indahnya keanekaragaman bangsa dan untuk itulah mereka
mendapatkan pendidikan yang memberikan modal untuk berbuat bagi
kesjahteraan umum, kembali dalam mencerdaskan bangsa serta ikut
menjamin perdamaian dunia. Oleh karena itu, menurut penulis, pendidikan
memegang peranan sentral.

b. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola
kebudayaan dengan menawarkan strategi transformasi budaya yang ampuh
yakni melalui mekanisme pendidikan yang menghargai perbedaan budaya.
Pendidikan multikultural ini dapat diterapkan dalam kegiatan belajar-
mengajar di sekolah ataupun dalam pendidikan di luar sekolah, seperti
pendidikan berbasis keagamaan.
Menurut Choirul Mahfud yang menjadi ciri-ciri dari pendidikan
multikultural adalah: (1)membentuk ‘manusia budaya’ dan menciptakan ‘
masyarakat berbudaya (berperadaban)’. (2)Materinya mengajarkan nilai-nilai
luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok ethnis
(kultur). (3)Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis).
(4)Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan budaya lainnya. Upaya untuk
membentuk ‘manusia budaya’ yang mememiliki nilai-nilai ke indonesiaan
yakni memahami budayanya namun juga disaat bersamaan melihat budaya
(kultur) lain sebagai suatu kekayaan yang harus dimengerti atau dipahami
sebagai kebanggaan dalam kehidupan bersama, tentulah bukan pekerjaan
yang mudah untuk dilakukan mengingat keanekaragaman kultural yang
sangat besar.
Menurut Amin Abdullah sikap intoleran terhadap perbedaan juga dipicu
oleh pelajaran agama yang lebih menitikberatkan pada pendekatan normatif
yang berdimensikan ‘salah atau benar’ semata-mata, bahkan pada dimensi
eksoteris yang bersifat historis dan sosiologis sehingga menimbulkan
ketegangan, baik secara internal maupun hubungan antar agama. Pendekatan
semacam ini bahkan masih dominan digunakan sampai tingkat perguruan
tinggi yang seharusnya lebih menekankan pendekatan historis dan sosial
empiris-kritis sehingga agama dapat memberikan perangkat problem
solving dan bukan justru menjadi part of the problem dalam konteks
kemajemukan dan keberagamaan di Indonesia.
Menciptakan suasana damai dalam masyarakat yang
sangat multikultur melalui pendidikan multikultural memang memerlukan
waktu dan konsistensi dari semua elemen bangsa ini. Oleh karena itu, dalam
tantangan maraknya sikap intoleran yang sedang muncul dan berkembang
dari beberapa kelompok harus disikapi sebagai bahan evaluasi untuk
melakukan tindakan yang lebih cepat dan simultan untuk melakukan
pendidikan perdamaian baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan
non-formal. Pengenalan akan ‘the other’ dan kenyataan akan multikultural
tersebut haruslah menjadi sendi pendidikan saat ini, sehingga cita-cita
perjuangan bangsa ini dapat tercapai.

c. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana efektif untuk menyatukan keberagaman.
Komunikasi dapat terjadi jika kedua pihak memahami isi pesan yang
disampaikan. Kuncinya adalah kesepahaman bahasa dari dua pihak.
Indonesia merupakan negara dengan bahasa daerah yang sangat beragam.
Namun keberagaman tersebut disatukan dengan bahasa nasional yaitu Bahasa
Indonesia.

Selain menghilangkan penyakit-penyakit budaya di atas, terdapat bentuk


solusi lain yang dapat dilakukan. Elly M. Setiadi dkk (2006) mengemukakan ada
hal-hal lain yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan
oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu
a. Semangat religius
b. Semangat nasionalisme
c. Semangat pluralism
d. Semangat humanism
e. Dialog antarumat beragama
f. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi dunia.

2.5 Kesetaraan dalam Masyarakat


Kesederajatan berasal dari kata derajat. Sederajat berarti sama dalam tingkatannya.
Dengan demikian konteks kesederajatan disini adalah suatu kondisi dimana
dalam perbedaan dan keragaman yang ada pada manusia tetap memiliki satu
kedudukan yang sama. termasuk perlakuan yang sama dalam bidang apapun
tanpa membedakan jenis kelamin, keturunan, kekayaan, suku bangsa, daan
lainnya. Dalam pandangan Islam, kedudukan manusia itu sama dalam segala hal,
dan yang paling mulia kedudukannya dimata Tuhan, adalah didasarkan pada
ketaqwaannya dan keimananya.
Kesetaraan lebih mengacu pada bagaimana perbedaan yang ada harus hidup
serasi dan selaras, tanpa harus meninggalkan identitas perbedaan yang ada pada
masing-masing individu tersebut.
Indikator kesetaraaan adalah sebagai berikut :
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat
Problema yang terjadi dalam kehidupan, umumnya adalah munculnya sikap
dan perilaku untuk tidak mengakui adanya persamaan derajat, hak, dan kewajiban
anatr manusia atau antar warga. Perilaku yang membeda-bedakan orang disebut
diskriminasi.
Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM menyatakan bahwa
diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, yang langsung ataupun tak
langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik,
kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, dan
keyakinan politik, yang berakibat pada pengurangan, penyimpangan, atau
penghapusan pengakuan, pelaksanaan, atau penggunaan HAM dan kebebasan
dasar dalam kehidupan baik individu maupun kolektif dalam bidang politik,
ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

2.6 Problem Keberagaman di Indonesia


Salah satu hal penting dalam meningkatkan pemahaman antarbudaya dan
masyarakat ini adalah sedapat mungkin dihilangkannya penyakit-penyakit budaya.
Penyakit-penyakit budaya inilah yang diterangi bisa memicu konflik
antarkelompok masyarakat di Indonesia. Penyakit budaya tersebut adalah
etnosentrisme, stereotip, prasangka, rasisme, diskriminasi, dan scape goating
(Sutarno,2007).
Etnosentrisme adalah suatu kecenderungan yang melihat nilai atau norma
kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang mutlak serta menggunakannya sebagai
tolok ukur kebudayaan lainnya.
Stereotip adalah pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan
kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain.
Prasangka merupakan pernyataan yang hanya didasarkan pada pengalaman dan
keputusan yang tidak teruji sebelumnya. Prasangka mengarah pada pandangan
yang emosional dan bersifat negatif terhadap orang atau sekelompok orang.
Rasisme bermakna anti terhadap ras lain atau ras tertentu di luar ras sendiri.
Rasisme dapat muncul dalam bentuk mencemooh perilaku orang lain hanya
karena orang itu berbeda ras dengan kita.
Diskriminasi merupakan tindakan yang membeda-bedakan dan kurang
bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok subordinasinya. Scape
goating artinya pengkambinghitaman. Teori kambing hitam mengemukakan kalau
individu tidak bisa menerima perlakuan tertentu yang tidak adil, maka perlakuan
itu dapat ditanggungkan kepada orang lain.
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap
seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis,
kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik,
usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik serta batas negara dan
kebangsaan seseorang.
Pasal 281 Ayat 2 UUD NKRI 1945 telah menegaskan bahwa “Setiap orang
berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan
berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif
itu“.
Sementara itu Pasal 3 UU No 30 Tahun 1999 tentang HAM telah
menegaskan bahwa “Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat
yang sama dan sederajat”.
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena
adanya beberapa faktor penyebab antara lain adalah
1. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan,
terutama ekonomi.
2. Berlatar belakang dari perdedaan keyakinan,kepercayaan dan agama.
3. Adanya tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok
yang dominan terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.
4. Ketidak berdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka
dapatkan membuat mereka terus terpuruk dan menjadi korban
diskriminasi.
Usaha untuk menghilangkan prasangka dan diskriminasi antara lain dengan:
a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
b. Perluasan kesempatan belajar
c. Sikap terbuka dan sikap lapang
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak sekali penduduk.
Tentunya memiliki banyak budaya dan banyak sekali kebiasaan adat. Dari itu
semua muncul keberagaman yang luar biasa di negara ini. Keberagaman tidak
hanya dari budaya namun juga dari kebiasaan, bahasa, pemikiran dan lain
sebagainya. Dari keberagaman itu kita harus sadar bahwa persatuan dan
kesetaraan itu perlu. Agar tidak terjadi konflik antar suku atau antar budaya di
negara ini. Kesetaraan dan persatuan bisa kita peroleh dari rasa kekeluargaan,
pendidikan, komunikasi dan lain-lain. Relasi yang bagus akan membuat negara
ini kuat dan kaya akan budaya dan keberagaman. Harus selalu meningkatkan rasa
nasionalisme agar tidak mudah konflik dengan yang lain.

3.2 Saran
Perbaiki sarana pendidikan dan tanamkan nilai-nilai nasionalisme di setiap
pelajarannya akan membantu kita sadar akan pentingnya kesetaraan dan
kebersamaan. Melakukan relasi yang baik dengan suku lain atau budaya lain akan
membantu kita untuk memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Dengan
begitu kita mampu mengatasi sisi negatif dari keberagaman. Keberagaman yang
baik adalah keberagaman yang mampu menghargai apa yang membuat beragam.
Daftar Pustaka

A Dardiri. 2009. Urgensi Memahami Hakekat Manusia. Yogyakarta: UNY.

Boouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum . (Terjemahan). Jakarta: Dian Rakyat.
Eko, Choirul. 2013. Problematika Diskriminasi Dalam Masyarakat . Bandung

Giri Wiloso, Pamerdi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: Widya Sari.

H Shinta. 2012. Keanekaragaman Hayati . Yogyakarta: UNY.


Herimanto dan Winarno. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rafiek, M. 2011. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Yogyakarta

Sukasah, Syahdan. 2007. Tentang Kesetaraan . Yogtakarta: UNY.

Anda mungkin juga menyukai