Kelompok 4
Paradipa Githa Saphira (201510330311109)
Hafmi Ersya S. H
Azkia F
Cendra Mulya
Zhenna
Naafi Sabah
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan di
Bidang Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dan menambah pengetahuan tentang
hakikat manusia, keberagaman, dan kesetaraan manusia yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi kita semua.
BAB II
PEMBAHASAN
Keragaman
Keragaman hayati adalah variabilitas di antara makhluk hidup dari semua
sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir dan lautan dan ekosistem
akuatik lain serta kompleks ekologik tempat hidup makhluk hidup menjadi
bagiannya. Hal ini meliputi keanekaragaman jenis, antar jenis dan ekosistem.
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang digunakan untuk derajat
keanekaragaman sumberdaya alam hayati, meliputi jumlah maupun frekuensi dari
ekosistem, spesies, maupun gen di suatu daerah. Pengertian yang lebih mudah
dari keanekaragaman hayati adalah kelimpahan berbagai jenis sumberdaya alam
hayati (tumbuhan dan hewan) yang terdapat di muka bumi.
Kesetaraan
Wolftein membahas tiga macam kesamaan atau kesetaraan, yaitu: 1)
Kesetaraan secara politik artinya hak terhadap kehidupan, kebebasan dan
kepemilikan, tanpa gangguan dari pihak eksternal terhadap hal-hal tersebut; 2)
Kesetaraan secara ekonomi, yang esensinya adalah kesamaan pendapatan atau
kekayaan; 3) Kesetaraan secara sosial yang dapat berupa (a) kesamaan status
sosial, (b) kesetaraan dalam kesempatan, atau (c) kesamaan perlakuan, atau (d)
kesamaan pencapaian.
Penilaian atas realisasi kesetaraan dan keragaman pada umat manusia,
khususnya pada suatu masyarakat, dapat dikaji dari unsur-unsur universal
kebudayaan pada berbagai periodisasi kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan itu negara kebangsaan Indonesia terbentuk dengan
ciri yang amat unik dan spesifik. Berbeda dengan jernam, inggris, perancis,
italia, yunani, yang menjadi suatu negara bangsa karena kesamaan bahasa.
Australia, India, Srilanka, Singapura yang menjadi satu bangsa karena
kesamaan daratan. Jepang, Korea dan negara-negara di Timur Tengah menjadi
satu negara karena kesamaan ras. Indonesia menjadi satu negara meski terdiri dari
banyak bahasa, etnik, ras, dan kepulauan tetap dapat menjadi satu negara.
Hal itu terwujud karena kesamaan sejarah masa lalu.
b. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural hendaknya dijadikan strategi dalam mengelola
kebudayaan dengan menawarkan strategi transformasi budaya yang ampuh
yakni melalui mekanisme pendidikan yang menghargai perbedaan budaya.
Pendidikan multikultural ini dapat diterapkan dalam kegiatan belajar-
mengajar di sekolah ataupun dalam pendidikan di luar sekolah, seperti
pendidikan berbasis keagamaan.
Menurut Choirul Mahfud yang menjadi ciri-ciri dari pendidikan
multikultural adalah: (1)membentuk ‘manusia budaya’ dan menciptakan ‘
masyarakat berbudaya (berperadaban)’. (2)Materinya mengajarkan nilai-nilai
luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa, dan nilai-nilai kelompok ethnis
(kultur). (3)Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis).
(4)Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan budaya lainnya. Upaya untuk
membentuk ‘manusia budaya’ yang mememiliki nilai-nilai ke indonesiaan
yakni memahami budayanya namun juga disaat bersamaan melihat budaya
(kultur) lain sebagai suatu kekayaan yang harus dimengerti atau dipahami
sebagai kebanggaan dalam kehidupan bersama, tentulah bukan pekerjaan
yang mudah untuk dilakukan mengingat keanekaragaman kultural yang
sangat besar.
Menurut Amin Abdullah sikap intoleran terhadap perbedaan juga dipicu
oleh pelajaran agama yang lebih menitikberatkan pada pendekatan normatif
yang berdimensikan ‘salah atau benar’ semata-mata, bahkan pada dimensi
eksoteris yang bersifat historis dan sosiologis sehingga menimbulkan
ketegangan, baik secara internal maupun hubungan antar agama. Pendekatan
semacam ini bahkan masih dominan digunakan sampai tingkat perguruan
tinggi yang seharusnya lebih menekankan pendekatan historis dan sosial
empiris-kritis sehingga agama dapat memberikan perangkat problem
solving dan bukan justru menjadi part of the problem dalam konteks
kemajemukan dan keberagamaan di Indonesia.
Menciptakan suasana damai dalam masyarakat yang
sangat multikultur melalui pendidikan multikultural memang memerlukan
waktu dan konsistensi dari semua elemen bangsa ini. Oleh karena itu, dalam
tantangan maraknya sikap intoleran yang sedang muncul dan berkembang
dari beberapa kelompok harus disikapi sebagai bahan evaluasi untuk
melakukan tindakan yang lebih cepat dan simultan untuk melakukan
pendidikan perdamaian baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan
non-formal. Pengenalan akan ‘the other’ dan kenyataan akan multikultural
tersebut haruslah menjadi sendi pendidikan saat ini, sehingga cita-cita
perjuangan bangsa ini dapat tercapai.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana efektif untuk menyatukan keberagaman.
Komunikasi dapat terjadi jika kedua pihak memahami isi pesan yang
disampaikan. Kuncinya adalah kesepahaman bahasa dari dua pihak.
Indonesia merupakan negara dengan bahasa daerah yang sangat beragam.
Namun keberagaman tersebut disatukan dengan bahasa nasional yaitu Bahasa
Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Indonesia merupakan negara kepulauan dan memiliki banyak sekali penduduk.
Tentunya memiliki banyak budaya dan banyak sekali kebiasaan adat. Dari itu
semua muncul keberagaman yang luar biasa di negara ini. Keberagaman tidak
hanya dari budaya namun juga dari kebiasaan, bahasa, pemikiran dan lain
sebagainya. Dari keberagaman itu kita harus sadar bahwa persatuan dan
kesetaraan itu perlu. Agar tidak terjadi konflik antar suku atau antar budaya di
negara ini. Kesetaraan dan persatuan bisa kita peroleh dari rasa kekeluargaan,
pendidikan, komunikasi dan lain-lain. Relasi yang bagus akan membuat negara
ini kuat dan kaya akan budaya dan keberagaman. Harus selalu meningkatkan rasa
nasionalisme agar tidak mudah konflik dengan yang lain.
3.2 Saran
Perbaiki sarana pendidikan dan tanamkan nilai-nilai nasionalisme di setiap
pelajarannya akan membantu kita sadar akan pentingnya kesetaraan dan
kebersamaan. Melakukan relasi yang baik dengan suku lain atau budaya lain akan
membantu kita untuk memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan. Dengan
begitu kita mampu mengatasi sisi negatif dari keberagaman. Keberagaman yang
baik adalah keberagaman yang mampu menghargai apa yang membuat beragam.
Daftar Pustaka
Boouman, P.J. 1957. Ilmu Masyarakat Umum . (Terjemahan). Jakarta: Dian Rakyat.
Eko, Choirul. 2013. Problematika Diskriminasi Dalam Masyarakat . Bandung
Giri Wiloso, Pamerdi, dkk. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: Widya Sari.