Kami sangat memohon bagi Anda yang membaca makalah ini untuk
menyampaikan saran serta kritik apabila dirasa membangun untuk kedepannya.
Sampaikan secara personal atau pun secara berkelompok mengenai saran dan
kritik yang akan Anda berikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Namun izinkan kami memberikan sebuah label makalah yang baik
karena makalah ini sudah disusun semaksimal mungkin dengan menyertakan
refrensi-refrensi akurat. Keputusan kami untuk menghindari plagiat merupakan
komitmen yang sangat kami tanamkan. Cukup sekian pengantar dari kami, kurang
dan lebihnya mohon maaf.
Kelompok 4
2
Daftar Isi
Daftar Isi........................................................................................................................ 3
Abstrak .......................................................................................................................... 4
Bab I .............................................................................................................................. 5
Pendahuluan .................................................................................................................. 5
Bab II............................................................................................................................. 8
Isi ................................................................................................................................... 8
Kesimpulan ................................................................................................................. 17
3
Abstrak
Masyarakat majemuk (pluralisme) yang terdiri dari berbagai suku, ras, agama, dan
lain-lain memiliki sebuah keragaman dalam tata cara menjalani kehidupannya.
Hal ini diperngaruhi beberapa faktor seperti keadaan geografis dan kebudayaan
masing-masing agama di Indonesia. Mengenai masyarakat majemuk yang penuh
keragaman ini, perlu sebuah upaya untuk menyatukan agar terhindar dari berbagai
konflik sosial seperti kajian multikulturalisme perlu disampaikan sebagai
penyadaran dan penerimaan akan keragaman yang sedang dijalani oleh
masyarakat. Untuk memerkuat pondasi harmonisasi masyarakat majemuk harus
menanamkan sebuah prinsip kesetaraan derajat agar kecemburuan sosial penyebab
konflik bisa terhindari.Upaya lain yang tak kalah penting untuk menyatukan
keragaman misalnya meningkatkan solidaritas dan lain sebagainya.
4
Bab I
Pendahuluan
5
Negara Indonesia juga salah satu negara multikultur terbesar di dunia,
hal ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indonesia yang
begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar
kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing-masing plural (jamak)
dan sekaligus juga heterogen“aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45 dalam
Lestari,2015)”.
6
Kesetaraan, kesamaan, persamaan atau kata-kata lainsebagai padanan
untuk “equality” adalah konsep yang memesona tetapi juga melenakan.
Makna sejatinya tidak jelas. Secara samar-samar, makna-makna tersebut tentu
serupa, tetapi juga tentunya tidak sama. Sebelum memiliki kesamaan-pandangan
dan pemahaman yang akurat terhadapnya, kita tidak bisa menggunakannya
secara bermakna; bahkan mungkin sebaiknya kita lupakan saja. (Syahdan, 2007).
7
Bab II
Isi
2.1 Masyarakat Majemuk
Secara etimologi pluralisme yang bahasa Arab diterjemahkan ta'addud, dalam
bahasa Inggris pluralism. Pluralisme berarti banyak atau lebih dari satu. Dalam
kamus bahasa Inggris mempunyai 3 pengertian. Pertama; pengertian kegerejaan:
1. Sebutan untuk orang yang memegang lebih dari satu jabatan dalam struktur
kegerejaan; 2. Memegang dua jabatan atau lebih secara bersamaan, baik bersifat
kegerejaan atau tidak kegerejaan. Kedua; pengertian filosofis; berarti sistem
pemikiran yang mengakui adanya landasan pemikiran yang mendasar yang lebih
dari satu. Sedangkan ketiga; pengertian sosiopolitis: adalah suatu sistem yang
mengakui koeksistensi keragaman kelompok, baik yang bercorak ras, suku, aliran,
partai maupun agama dengan menjunjung tinggi aspek-aspek perbedaan yang
sangat karakteristik diantara kelompok-kelompok tersebut (Anis Malik Toha,
2005: 14, dalam Azzuhri, 2012).
8
1. Terjadi segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering kali
memiliki kebudayaan atau lebih tepat sub-kebudayaan yang berbeda satu
sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non-komplementer.
3. Di antara anggota masyarakat kurang mengembangkan konsesus atas nilai-
nilai sosial dasar.
4. Secara reaktif sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu
dengan yang lain.
5. Secara reaktif integrasisosial tumbuh di atas paksaan dan salin
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atau kelompok lainnya.
9
Dalam masyarakat yang majemuk, seperti Indonesia, yang terdiri dari
berbagai suku bangsa, ras, agama, kelompok, dan golongan, masalah
pengintegrasian kelompok-kelompok tersebut merupakan masalah yang pelik.
Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk mengatur konflik tersebut, supaya
dapat menghasilkan perubahan sosial kea rah yang lebih baik dan tidak
dekstruktif. (Sudiadi, 2009).
1. Faktor Horizontal
a. Etnis
b. Bahasa daerah
c. Adat-istiadat/perilaku
d. Agama, dan
2. Faktor Vertikal
a. Penghasilan (income)
b. Pendidikan
c. Pemukiman
10
d. Pekerjaan, dan
e. Kedudukan Politis
Dalam hal ini terlihat bahwa terdapat beban yang sangat berat bagi
pendidikan kita terutama pendidikan moral atau proses sosialisasi tentang
keberagaman dan makna dari keberagaman tersebut bagi kehidupan. Oleh karena
itu sudah seharusnya kita mulai memikirkan pendidikan multikultur yang
mengembangkan konsep toleransi, saling menghargai, saling menghormati, dan
saling menyadari tentang sebuah perbedaan. Para pendidik harus bekerja keras
untuk melakukan reorientasi pembelajaran agama kepada para peserta didik
dengan tetap mensosialisasikan nilai-nilai dan norma agama dari masing-masing
agama yang diajarkan tetapi dengan mengembangkan konsep pendidikan
multikulturalisme. Karena dengan begitu mekanisme manajemen konflik akan
bisa dilaksanakan. Tentunya dengan didukung kebijakan pemerintah tentang
pendidikan moral, agama, dan sosial. (Sudiadi, 2009).
11
2.2 Masyarakat Multikultural
Berbeda dari konsep pluralisme yang menekankan keanekaragaman suku bangsa
dan kebudayaan, sehingga setiap kebudayaan dipandang sebagai entitas yang
distinktif, maka multikulturalisme lebih menekankan relasi antar-kebudayaan
dengan pengertian bahwa keberadaan suatu kebudayaan harus memertimbangkan
keberadaan kebudayaan lainnya. Dari sini lahir gagasan kesetaraan, toleransi,
saling menghargai, dan sebagainya.(Syaifuddin, 2006).
12
dengankeIndonesiaannya yang sangat kokoh”. Untuk memahami konsep
Bhinneka Tunggal Ika yang tercetus pada Kongres Sumpah Pemuda,
pentingkiranya penulis memaparkan konsep Bhinneka Tunggal Ika terlebih
dahulu. Sujanto (2009: 9) memaparkan bahwa Sesanti Bhineka TunggalIka,
Sesanti artinya kelimat bijak (wise-word) yang dipelihara dan digunakan sebagai
pedoman atau sumber kajian di masyarakat. Bhinneka Tunggal Ikaadalah
kalimat (sesanti) yang tertulis dipita lambang negara Garuda Pancasila, yang
berarti berbagai keragaman etnis, agama, adat istiadat, bahasa daerah, budaya
dan lainya yangmewujud menjadi satu kesatuan tanah air, satu bangsa dan satu
bahasa Indonesia.
Kesetaraan warga dan hak budaya komuniti adalah unsur-unsur mendasar yang
ada dalamprinsip demokrasi, yang menekankan pentingnya hak individu dan
kesetaraan individu atauwarga, dan toleransi terhadap perbedaan dan
keanekaragaman. Pada hakekatnya, masyarakat majemuk yang secara sukubangsa
beraneka ragam mempunyai potensi menjadi sebuah masyarakat otoriter-
militeristis dengan corak paternalistis dan etnosentris yang primordial.
Primordialitas kesukubangsaan dan keyakinan keagamaan dapat berpotensi
menjadi pemecah belah bangsa pada saat primordialitas tersebut diaktifkan
sebagai kekuatan politik. Potensi kekuatan primordialitas untuk pemecah belah
bangsa disebabkan oleh hakekat keberadaan masyarakat majemuk. Masyarakat
majemuk itu dihasilkan dari upaya sistem nasional untuk mempersatukan
kelompok-kelompok sukubangsa menjadi sebuah bangsa. Pemersatuan kelompok-
13
kelompok sukubangsa itu dilakukan secara paksa, baik secara langsung maupun
tidak langsung. (Suparlan, 2001).
Dalam tatanan sosial kesetaraan adalah tata politik sosial di mana semua
orang yang berada dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki
status yang sama. Kesetaraan mencakup hak yang sama di bawah hukum,
merasakan keamanan, memeroleh hak suara, memiliki kebebasan dalam berbicara,
dan hak lainnya yang bersifat personal. (Suparmin dan Subitantoro, 2014).
14
perlakuan, atau (d) kesamaan pencapaian. kesetaraan, kebebasan dan keadilan
dengan cepat dapat diperlihatkan bahwa persamaan secara ekonomi dan sosial
hanya dapat diraih dengan mengorbankan kesetaraan politis, sebab manusia
berbeda dalam hal kemampuan, intelejensia, dan atribut-atribut lainnya.
Dalam alam kebebasan, pencapaian, status, penghasilan dan kekayaan orang
akan berbeda-beda. Seorang penyanyi berbakat akan mampu menarik
penghasilan yang lebih besar dari seorang penggali kubur. Dan lain
sebagainya. (Syahdan, 2007).
15
perubahan yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, kamu wajib
menjagakeharmonisan dalam lingkungan masyarakat. Beberapa sikap yang dapat
dilakukan untuk menjaga keharmonnisan dalam masyarakat antara lain:
16
Bab III
Kesimpulan
17
Daftar Pustaka
Alrasyid, M. Harun. 2005. Manajemen Bencana Sosial dan Akar Konflik Sosial.
Dalam (online) Jurnal Madani Edisi 2. www.download.portalgaruda.org,
diakses pada 15 Oktober 2016.
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 2012. Panduan Kesetaraan dan
Non-Diskriminasi di Tempat Kerja di Indonesia. www.ilo.org, diakses
pada 12 Oktober 2016.
Suparlan, Parsudi. 2001. Kesetaraan Warga dan Hak Budaya Komuniti dalam
Masyarakat Majemuk Indonesia. Dalam (online) Antropologi Indonesia 66
Universitas Indonesia. www.academia.edu, diakses pada 16 Oktober 2016.
Suparmin, Lia Candra dan Subitantoro, Slamet. 2014. Sosiologi Peminatan Ilmu-
Ilmu Sosial untuk SMA/MA Kelas XI. Surakarta: Mediatama.
www.fahdisjro.com, diakses pada 16 Oktober 2016.
18
Syahdan, Sukasah. 2007. Tentang Kesetaraan. Dalam (online) vol.1, no.5.
www.akaldankehendak.com, diakses pada 12 Oktober 2016.
19