Pembimbing :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
Referat dengan judul Gambaran Radiologi Konvensional Tumor Asal Jaringan Tulang ini
telah diperiksa dan telah memenuhi persyaratan sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepaniteraan klinik Dokter Muda di Bagian Ilmu Radiologi pada tanggal
PEMBIMBING
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB 1 PENDAHULUAN
2.2.1 Definisi
2.2.2 Etiologi
2.2.3 Klasifikasi
2.2.5 Diagnosis
2.2.7 Penatalaksanaan
2.2.8 Prognosis
DAFTAR PUSTAKA
4
DAFTAR GAMBAR
5
BAB 1
PENDAHULUAN
salah satu tanda dari inflamasi yang dapat bersifat jinak atau ganas. Tumor tulang
berkembang ketika sel dalam tulang membelah tak terkendali, membentuk benjolan atau
tetapi tumor yang ganas seringkali berakibat fatal. Tumor ganas cenderung tumbuh
cepat, menyebar dan menginvasi secara tidak beraturan. Tumor semacam ini paling
34,2% bersifat ganas, ini berarti dari setiap tiga tumor tulang terdapat satu yang bersifat
ganas. Tumor ganas tulang menempati urutan kesebelas dari seluruh tumor ganas yang
ada dan hanya 1,5% dari seluruh tumor ganas organ. Perbandingan insiden tumor tulang
osteokondromo (32,5%), kondroma (9,8%) dan sisanya adalah tumor tulang jinak yang
lain. Osteogenik sarkom (48,8%) merupakan tumor ganas primer tulang yang paling
sering ditermukan, diikuti giant cell tumor (17,5%), kondrosarkomo (10%) dan sisanya
pembentukan tulang, tumor primer jaringan tulang (osteogenik), yang meliputi: definisi,
penatalaksanaan, dan prognosis penyakit, serta cara membedakan tumor t ulang jinak atau ganas.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Matrix Tulang
Terdiri dari 20% air, 20% protein dan 60% mineral. Senyawa inorganik
terutama kalsium dan fosfor, juga Mg, sulfat dan fluoride. Memberikan sifat
keras dan kekuatan tulang. Senyawa organik (osteoid) : proteoglycans,
glycoproteins, and collagen fiber yang membentuk fleksibilitas tulang
b. Sel Tulang
c. Membran Tulang
.
Gambar 2.3 Komposisi Tulang
Sumber :www.boundless.com > textbooks
2.2 Tumor Tulang
2.2.1 Definisi
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Tumor dapat bersifat
jinak atau ganas. Tumor tulang yang bersifat ganas dapat merusak jaringan tulang.
Tumor tulang jinak angka kejadiannya lebih sering jika dibandingkan dengan
tumor tulang ganas.tumor tulang jinak tidak bermetastasis, tidak menghancurkan
jaringan tulang dan jarang mengancam nyawa (National Cancer Institute, 2008).
Tumor tulang yang perkembangan jaringan abnormalnya berasal dari tulang
disebut tumor tulang primer, sedangkan tumor yang bermetastase ke tulang yang
berasal dari bagian tubuh atau jaringan lain disebut tumor tulang sekunder atau
metastatic cancer (National Cancer Institute, 2008).
2.2.2 Epidemiologi
Tabel 2.1 Insiden Tumor Jinak dan Tumor Ganas pada Tulang
Tumor Jinak Tumor Ganas
Jenis Insiden Jenis Insiden
Osteoma 39,3% Osteogenik sarkoma 48,8 %
Osteokondroma 32,5 % Giant cell tumor 10%
Kondroma 9,8 % Kondrosarkoma 10 %
Tumor jinak lainnya 18,4% Tumor ganas lainnya 23,7 %
Sumber : http://fk.uwks.ac.id/jurnal/daftar_edisi
pengobatan anti kanker, karena faktor keturunan, riwayat pemasangan besi pada
tulang (National Cancer Institute, 2008).
Tetapi tidak semua faktor resiko yang di sebutkan meningkatkan angka
resiko terjadinya tumor tulang. Berikut beberapa faktor yang dianggap sebagai
faktor resiko dari tumor tulang.
Usia
Pada kasus tumor tulang memang sedikit berbeda dengan kasus kanker pada
organ lainnya, insidensi tumor tulang lebih sering di jumpai pada remaja.
Seperti osteosarkoma yang secara umum dijumpai pada remaja dan dewasa
muda. Sangat jarang dijumpai pada saat sebelum usia remaja dan kelihatannya
berhubungan dengan pertumbuhan tulang pada saat remaja (Cancer Research
UK, 2014)
Riwayat kanker sebelumnya dapat menjadi faktor resiko yang pasti terjadinya
kanker tulang karena dikhawatirkan sudah terjadi metastase ke tulang. Dan
apabila ini didapati tumor tulang dengan riwayat kanker maka disebut sebagai
tumor tulang yang sekunder (National Cancer Institute, 2008).
Genetik
Sebuah sindrom yang disebut sebagai Li-Fraumeni syndrome yang mana terjadi
karena kesalahan gen yang turunkan dari orang tua, meningkatkan resiko
11
2.2.4 Klasifikasi
Tabel 2.2 Klasifikasi Tumor Tulang menurut WHO
Source : International Agency for Research on Cancer (IARC): WHO Classification of tumours of soft tissue
and bone, ed 4, Lyon Cedex, France, 2013 (edited by Fletcher CDM, Bridge JA, Hogendoorn PCW, et al).
12
Tumor tulang dapat dikelompokkan sebagai tumor tulang primer dan tumor
tulang sekunder. Tumor tulang primer ini lebih jarang dijumpai daripada tumor
sekunder.
Tumor tulang primer dapat jinak atau ganas. Tumor tulang yang yang jinak
lebih sering terjadi daripada tumor primer yang ganas, dan tumor-tumor ganas
seringkali berakibat fatal. Tumor ganas cenderung tumbuh cepat, menyebar dan
menginvasi secara tidak beraturan. Tumor-tumor semacam ini paling sering terlihat
pada remaja dan dewasa muda.
Tumor tulang sekunder merupakan tumor pada tulang akibat dari metaplasia
yang beasal dari jaringan lain, dapat menyebar melalui aliran darah. Tumor yang
sering bermetaplasia ke tulang antara lain prostat, payudara, paru, tiroid, ginjal, dan
kandung kemih. Dan tulang yang paling sering adalah vertebrae, femur proksimal,
pelvis, sternum, humerus proksimal, dan iga.
Sama halnya dengan tumor lainnya, tumor tulang juga ada yang jinak dan ada
yang ganas. Berikut beberapa tumor jinak dan ganas.
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
neurologis, dan pemeriksaan radiologis.
2.2.6 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologik merupakan pemeriksaan yang penting dalam usaha
menegakkan diagnosis tumor tulang. Diagnosis pasti didasarkan pada hasil
pemeriksaan PA. Pada beberapa tumor, diagnosis pasti dapat juga ditegakkan dengan
pemeriksaan radiologik, misalnya osteokondroma.
Pada pemeriksaan tulang harus diperhatikan :
Batas-batas lesi, umumnya tumor jinak berbatas tegas, korteks menipis, dqan
tidak ada reaksi periosteal. Sedangkan tumor ganas batasnya tidak tegas,
korteks mengalami destruksi dan ada reaki periosteal.
Pemeriksaan radiologi pada tumor tulang selalu diawali dengan foto konvensional
yang sampai saat ini masih merupakan cara pemerikaan terbaik untuk diagnostik
tumor tulang. Untuk menentukan luasnya tumor atau keterlibatan jaringan sekitar
dapat dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Pemeriksaan skening nuklir
penting untuk menentukan adanya metastasis pada tulang.
2.2.7 Penatalaksanaan
o Prinsip-prinsip pengelolaan
1. Tumor jinak
- Tumor jinak berukuran kecil biasanya tidak diperlukan tindakan khusus
- Biopsi dilakukan bila jenis tumor diragukan
2. Curiga tumor ganas
- Melakukan pemeriksaan lengkap termasuk pemeriksaan darah, foto
paru, pemeriksaan radiologik terhadap tumor, dan biopsi
2.3 Tumor Asal Jaringan Tulang
2.3.1 Klasifikasi berdasarkan asal sel
Tabel 2.3 Klasifikasi Tumor Jaringan Tulang Berdasarkan Asal Sel
b. Insidens
Osteoma merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan
(39,3%) dari seluruh tumor jinak tulang terutama terjadi pad usia 20
40 tahun.
c. Gambaran Klinis
Bentuknya kecil tapi dapat menjadi besar tanpa menimbulkan gejala
gejala yang spesifik. Pertumbuhan lambat, sehingga pasien datang ke
dokter sudah dalam keadaan yang lanjut. Perabaan keras seperti
tulang dan bertangkai. Biasanya disertai gejala lain: seperti sakit
kepala, sinusitis yang berulang atau keluhan ophtalmologi.
d. Lokasi
Kelainan ini ditemukan pada tulang tengkorak seperti maksila,
mandibula, palatum, sinus paranasalis dan dapat pula pada tulang
tulang panjang seperti tibia, femur dan falangs.
e. Pemeriksaan Radiologi Konvensional
Pada foto rontgen osteoma biasanya terlihat sebagai bayangan opak
berbentuk bulat atau lonjong dengan batas tegas tanpa adanya
destruksi tulang. Jarang lebih besar dari 2,5 cm. Pada pandangan
tangensial osteoma terlihat seperti kubah.
Parosteal osteosarkoma
Tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel mesenkimal
primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid.
h. Penanganan
Bila osteoma kecil dan tidak memberikan keluhan, tidak diperlukan
tindakan khusus. Pada suatu osteoma yang besar serta memberikan
gangguan kosmetik atau terdapat penekanan ke jaringan sekitarnya
sehingga menimbulkan keluhan sebaiknya dilakukan eksisi.
2.3.2.2 Osteoid Osteoma
a. Definisi
Merupakan tumor osteoblastik jinak terdiri dari inti osteoid dengan
vaskularisasi tinggi dan merupakan tumor jinak tulang dengan potensi
pertumbuhan yang terbatas.
b. Insidens
Osteoid osteoma adalah tumor jinak, jarang ditemukan (1,8%),
terutama pada umur 10 25 tahun. Tumor ini lebih sering pada laki
laki daripada wanita dengan perbandingan 2:1.
17
Gambar 2.10 Osteoma osteoid. Insiden usia yang paling sering ditemukan serta
osteo yang sering terkena ditunjukkan oleh panah hitam solid.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal
Non-Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 158)
c. Gambaran Klinis
Nyeri bersifat menetap/ hilang timbul yang tidak hilang saat
istirahat
Nyeri biasanya di malam hari
Nyeri dapat bersifat ringan atau hebat
Nyeri dapat berkurang dengan pemberian aspirin dosis rendah
Terkadang otot disekitar tumor akan mengecil (atrofi) dan
keadaan ini akan membaik setelah tumor diangkat
d. Lokasi
Lokasi osteoid osteoma pada femur (25%), tibia (25%), dan sisanya
pada daerah daerah lain, seperti pada tulang belakang.
Gambar 2.11 Lokasi tulang dan pola distribusi frekuensi usia osteoid osteoma.
A, distribusi tulang dari osteoid osteoma. B, Umur distribusi frekuensi osteoid
osteoma.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal
Non-Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 158)
Gambar 2.14 A.radiografi dengan difus penebalan fusiform kortikal dan sclerosis dari
tibialis poros. Tidak ada jaringan nidus pada radiografi polos ini. B. Spesimen radiografi
kasus yang sama menunjukkan fragmen resected dari anterolateral tibialis korteks
dengan daerah sklerotik padat mewakili nidus (panah). C, anteroposterior radiografi dari
nidus intramedulla dari osteoid osteoma di poros femoralis. D, radiografi lateral dari
kasus yang sama ditunjukkan pada C. Catatan sclerosis ringan korteks yang berdekatan
dan pembentukan tulang yang menonjol berlapis-lapis periosteal baru.
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-
Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 161)
Gambar 2.17 Osteoid osteoma dengan pertumbuhan lebih menonjol dan deformitas tulang. A,
osteoma osteoid humerus proksimal dengan sclerosis difus menonjol dan reaksi periosteal
deformasi kontur tulang. B, anteroposterior radiografi menunjukkan diffuse sclerosis dan
ketidakcocokan panjang dari tulang paha kiri. C, radiografi dari anak 1 tahun dengan
pembengkakan yang menyakitkan kaki kiri. Catatan sclerosing lesi dari diaphysis tibialis kiri dan
perbedaan panjang jelas. Biopsi menunjukkan pembentukan tulang reaktif. Lesi didiagnosis
sebagai osteomyelitis dan diobati dengan antibiotik. D dan E, Lima tahun kemudian, pasien yang
sama mengalami nyeri berulang. Catatan diucapkan deformitas membungkuk tibia kiri dan
menyebar kortikal sclerosis. Biopsi didokumentasi nidus osteoma osteoid
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-Traumatic
Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 162)
Gambar 2.18 Osteoid osteoma tulang tubular berubah sebagai osteomyelitis kronis. A,
radiografi dari nidus sklerotik di falang proksimal jari panjang (panah) dari seorang
wanita berusia 26 tahun yang merasa sakit dan bengkak selama 2 tahun sebelum
diagnosis didirikan. telah diikuti dan dirawat karena diduga osteomielitis selama periode
ini. B, foto Klinis kasus A menunjukkan edema jaringan lunak dan deformitas jari yang
panjang. C, radiografi menunjukkan nidus berkilau dengan sklerosis pada tulang yang
berdekatan di falang proksimal jari kelima. D, radiografi seorang pria 22 tahun dengan
Gambar 2.19 Juxtaarticular osteoid
nyeri, pembengkakan jaringan lunak, dan diperluas nidus radiolusen di falang proksimal
osteoma dari sendi siku. A, radiografi dari
jari telunjuk (panah). Diagnosis osteomielitis kronis mengakibatkan pengobatan jangka
sendi siku dengan difus, buruk wilayah
panjang dengan antibiotik.
batas-batasnya dari sclerosis dari proksimal
ulnar metafisis (panah). Tidak ada jaringan
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-
nidus dapat: Elsevier,
Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia diidentifikasi. Radiografi siku
page 164)
menunjukkan tidak jelas sclerosis dan reaksi
periosteal menonjol yang melibatkan ujung
distal humerus.
f. Patologi
Kelainan terdiri atas jaringan seluler dengan tingkat vaskularisasi
yang tinggi dan jaringan tulang yang belum matang serta jaringan
osteoid.
g. Diagnosa Banding
Asbes brodie
Bersifat kronis, biasanya ditemukan dalam spondilosa tulang
dekat ujung tulang, bentuk abses biasanya bulat/lonjong dengan
pinggiran sklerotik, kadang terlihat skwester. Abses tetap
terlokalisasi dan kavitas dapat secara bertahap terisi jaringan
granulasi.
Sarkoma erwing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang
panjangm kebanyakan pada diafisis. Tulang yang juga sering
terkena adalah pelvis dan tulang iga. Penderita paling sering
usia antara 5 15 tahun.
22
consultation (%)
Local tenderness 92
Palpable mass 39
Painful joint movement 39
Limp 30
Limited range of movement 23
Atrophy of muscle 5
Fever 3
Sumber : Spuy, Dr. DJ van der, MBChB. 2009. Review Article, Osteosarcoma :
Pathology, Staging and Management. In SA Orthopaedic Journal Spring 2009
e. Lokasi
Predileksi tersering pada: daerah lutut yaitu distal femur, proksimal
tibia, proksimal humerus, osteosarkoma muncul terutama pada daerah
metafisis tulang panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat
meskipun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada semua
tulang.
f. Patologi
Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau
permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif
(segi tiga Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan
formasi matriks (osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid).
g. Penentuan Stadium
Terdapat 2 jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan
Musculoskeletal Tumor Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor
berdasarkan derajat dan ekstensi lokal serta stadium berdasarkan
American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7.
Sistem Klasifikasi Stadium MSTS (Enneking)
IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
IIB : derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
III : ditemukan adanya metastasis
25
metastasis lain
h. Pemeriksaan Radiologi Konvensional
meduler medullary and cortical bone destruction
zona transisi luas, permeatif atau moth-eaten
reaksi periosteal agresif (jenis sunburst, segitiga Codman ,
lamellated-onion skin)
massa jaringan lunak
tumor matriks pengerasan / pengapuran
variabel: mencerminkan kombinasi dari jumlah produksi tumor
tulang, matriks kalsifikasi, dan osteoid
tidak jelas "berbulu" atau "awan-seperti" lih untuk
cincin dan busur lesi chondroid
26
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-
Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 218)
i. Diagnosa Banding
1. Ewing Sarcoma
Lesinya sangat agresif, umumnya pada diaphyseal tetapi dapat
juga pada metadiaphyseal . Dapat menimbulkan pembentukan
tulang reaktif yang menonjol, mirip sclerosis pada OS. Sclerosis
di Ewing sarcoma hanya ditemukan pada tulang, tidak ada pada
massa jaringan lunak.
2. Osteoblastoma
Tumor tulang yang paling sering timbul di elemen posterior
tulang. Kadang sangat agresif bahkan ganas seperti OS.
j. Penanganan
Penatalaksanaan osteosarkoma meliputi terapi pembedahan (limb
salvage surgery (LSS) atau amputasi), kemoterapi dengan atau tanpa
radioterapi yang diberikan konkuren ataupun sekuensial sesuai
indikasi. Pemberian kemoterapi berguna untuk mengontrol
mikrometastasis, memungkinkan penilaian histopatologi untuk
melihat respons kemoterapi (Huvos), memungkinkan perencanaan
limb salvage surgery (LSS) serta memudahkan tindakan reseksi tumor
pada saat tindakan LSS.
Pembedahan merupakan terapi utama osteosarkoma melalui prinsip
reseksi secara en bloc dengan mempertahankan fungsi semaksimal
mungkin. Protokol penatalaksanaan osteosarkoma meliputi pemberian
kemoterapi 3 siklus neoadjuvan terlebih dahulu. Jika setelah
neoadjuvan ukuran tumor mengecil tanpa disertai keterlibatan struktur
neuro-vaskular utama (sesuai indikasi LSS), yang ditunjang oleh
pemeriksaan radiologi (restaging), dilanjutkan dengan pembedahan
30
(Sumber : Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal
Non-Traumatic Disease Second Edition. Philadelphia : Elsevier, page 224)
g. Diagnosa Banding
1. Osteokondroma
2. Periosteal Osteosarkoma
3. Periosteal Kondroma
BAB 3
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
Gaillard, A.Prof Frank, et al. 2011. Parosteal Osteosarcoma. Accesed on January 25 2017 <
https://radiopaedia.org/articles/parosteal-osteosarcoma-1>
Kemenkes. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran : Osteosarkoma. Jakarta : Komite
Manaster, B.J, MD, PhD, FACR. 2016. Diagnostic Imaging Musculoskeletal Non-Traumatic
Soekanto, Ayly. 2007. Tumor Jinak Muskuloskeletal. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
<http://fk.uwks.ac.id/jurnal/daftar_edisi>
Spuy, Dr. DJ van der, MBChB. 2009. Review Article, Osteosarcoma : Pathology, Staging and
Wheeless, Clifford R., III, MD. 2016. Parosteal Osteosarkom. Wheeless' Textbook of
<http://www.wheelessonline.com/ortho/parosteal_osteosarcoma>