Anda di halaman 1dari 15

Anamnesa / Anamnesis adalah suatu kegiatan wawancara

antara pasien/keluarga pasien dan dokter atau tenaga kesehatan


lainnya yang berwenang untuk memperoleh keterangan-
keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien

Anamnesis adalah riwayat yang lalu dari suatu penyakit


atau kelainan berdasarkan ingatan penderita pada waktu
dilakukan wawancara dan pemeriksaan medik/ dental. Ditinjau
dari cara penyampaian cerita, dikenal dua macam anamnesis.
Pada Auto Anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit
disampaikan sendiri oleh pasien . Disamping itu terdapat keadaan
dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh
pasien yang bersangkutan, melainkan melalui bantuan orang lain.
Keadaan seperti ini dijumpai umpanya pada pasien bisu, ada
kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau
pada anak-anak kecil. Cara ini disebut Allo Anamnesis (Haryanto,
dkk., 1991)
Dari segi inisiatif penyampaian cerita, dikenal
pula anamnesis pasif dimana pasien sendirianlah yang
menceritakan keadaannya kepada si pemeriksa. Sebaliknya,
pada anamnesis aktif penderita perlu dibantu pertanyaan-
pertanyaan dalam menyampaikan ceritanya (Haryanto, dkk.,
1991)
Menurut Haryanto, dkk. pada saat Anamnesis, biasanya
ditanyakan hal-hal berikut:
1. Nama penderita
2. Alamat
3. Pekerjaan
4. Jenis kelamin
Secara jelas sebetulnya tidak terdapat karakteristik
konkrit yang berlaku untul pria dan wanita. Namun demikian
wanita pada umunya cenderung lebih memperhatikan faktor
estetik dibanding laki-laki, sedangkan laki-laki lebih
mementingkan rasa enak/nyaman.

Tujuan Anamnesa
Dengan mempelajari manfaat anamnesa dapat
mengembangkan pemahaman mengenai masalah medis pasien
membuat diagnosis banding. Walaupun telah banyak kemajuan
dalam pemeriksaan diagnostik modern, namun anamnesis masih
sangat diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat.
Akan teatapi, proses ini juga memungkinkan dokter untuk
mengenal pasiennya (dan begitu pula sebaiknya) serta
memahami masalah medis dalam konteks kepribadian dan latar
sosial pasien (Kariyoso, 2003)
Menurut Kariyoso, tujuan anamnesa dapat dibagi sebagai
beritkut:
1. Memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang
sedang dialami atau dirasakan oleh pasien. Apabila anamnesis
dilakukan dengan cermat maka infomasi yang didapatkan akan
sangat berharga bagi penegakan diagnosis, bahkan tidak jarang
hanya dari anamnesis saja. Seorang dokter sudah dapat
menegakkan diagnosis (Kariyoso, 2003)
2. Untuk membangun yang baik antara seorang dokter dan
pasiennya. Umumnya seorang pasien yang baru pertama kalinya
bertemu dengan dokternya akan merasa canggung, tidak nyaman
dan takut, sehingga cenderung tertutup. Tugas seorang dokterlah
untuk mencairkan hubungan tersebut (Kariyoso, 2003)
3. Pemeriksaan anamnesis adalah pintu pembuka atau jembatan
untuk membangun hubungan dokter dan paseinnya sehingga
dapat mengembangkan keterbukaan dan kerja sama dari pasien
untuk tahap-tahap pemeriksaan selanjutnya (Kariyoso, 2003)

Teknik Anamnesa
Komunikasi dokter kepada pasien dalam satu kesempatan
tentunya tidak dapat menuntaskan semua upaya untuk
memberikan informasi, melakukan edukasi atau memotivasi
pasien dalam rangka menyelesaikan masalah kesehatannya.Jika
tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus
ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti
atau motivasi dan konseling) secara prematur,akibatnya pasien
tidak melakukan sesuai anjuran dokter (Margawati dkk, 2006).
Sesi penggalian informasi dimulai dengan mengenali alasan
kedatangan pasien, dimana belum tentu keluhan utama secara
medis.Pasien menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan
sesuai sudut pandangnya. Pasien berada pada posisi sebagai
orang yang paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya
sendiri (Margawati dkk, 2006).
Sesi ini akan berhasil apabila dokter mampu menjadi
pendengar yang aktif. Pendengar yang aktif adalah fasilitator
yang baik sehingga pasien dapat mengungkapkan kepentingan,
harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Hal ini akan
membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang
merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis untuk
itu diperlukan Pengetahuan dan keterampilanmenggali informasi
dari pasien yang memerlukan teknik anamnesis dalam
menyelesaikan masalah pasien tersebut (Margawati dkk, 2006).

Teknik Penggalian Riwayat Penyakit


Berikut beberapa tekhnik yang dapat dilakukan dokter saat pasien
datang:

Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.

Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.

Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya


cukup waktu, menganggap penting informasi yang akan
diberikan, menghindari tampak lelah).

Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah


dokter umum, spesialis, dokter keluarga, dokter paliatif,
konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain lain)

Menanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya


(Margawati dkk, 2006)

Contoh Pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dapat ditanyakan


Menurut Anda nyeri tersebut tersebut kadang-kadang
atau sering ketika makan atau minum sesuatu? (Margawati
dkk, 2006)

Bagaimana gusi anda dapat berdarah dan apa yang


anda rasakan, dapat diceritakan lebih jauh?

Contoh pertanyaan tertutup yang merupakan inti dari


anamnesis

Dibagian gigi mana anda merasakan nyeri tersebut?

Sampai di bagian gigi mana hal tersebut dirasakan?

Bagaimana karakteristik dari nyerinya, berdenyut-denyut?

Nyeri? Amat nyeri? Sampai tidak dapat melakukan kegiatan


sehari-hari?

Berapa lama nyeri berlangsung? Sebentar? Berjam-jam?


Berhari-hari?

Setiap waktu tertentu nyeri tersebut dirasakan? Berulang-


ulang? Tidak tentu?

Apa yang membuatnya lega?

Apa yang membuatnya kumat? Saat istirahat? Ketika kerja?


Sewaktu minum obat tertentu?

dll (Margawati dkk, 2006).

Dengan kemampuan mengerti arapan, kepentingan,


kecemasan, dan kebutuhan pasien, maka pasien tidak
memerlukan waktu lebih lama daripada komunikasi berdasarkan
kepentingan dokter untuk menegakkan diagnosis. Komunikasi
efektif diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan
oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan
bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan
menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan (Margawati
dkk, 2006).

Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan


komunikasi yang efektif dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif
dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi
pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya
kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses
penyembuhan pasien selanjutnya.Pasien merasa tenang dan
aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan
petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang
dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya
bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah
kesehatannya (Margawati dkk, 2006).

Di dalam proses komunikasi dokter kepada pasien, sikap


profesional ini penting untuk membangun rasa nyaman, aman,
dan percaya pada dokter, yang merupakan landasan bagi
berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini
hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama
proses konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi (Margawati
dkk, 2006).
Categories Kesehatan Gigi, Kesehatan Umum
. Pengertian Metode Pemecahan Masalah (Problem solving
Method)
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah
penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan
melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah
pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk
dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Penyelesaian masalah merupakan proses dari menerima
tantangan dan usaha usaha untuk menyelesaikannya sampai
menemukan penyelesaiannya. menurut Syaiful Bahri Djamara
(2006 : 103) bahwa:
Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan
hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu
metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data
sampai kepada menarik kesimpulan.

Menurut N.Sudirman (1987:146) metode problem solving


adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan
masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan
disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau
jawabannya oleh siswa. Sedangkan menurut Gulo (2002:111)
menyatakan bahwa problem solving adalah metode yang
mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan
penekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar.
Senada dengan pendapat diatas Sanjaya (2006:214)
menyatakan pada metode pemecahan masalah, materi pelajaran
tidak terbatas pada buku saja tetapi juga bersumber dari
peristiwa peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang
berlaku. Ada beberapa kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk
metode pemecahan masalah yaitu:
a) Mengandung isu isu yang mengandung konflik bias dari
berita, rekaman video dan lain lain
b) Bersifat familiar dengan siswa
c) Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d) Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa
sesuai kurikulum yang berlaku
e) Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk
mempelajari
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari metode
pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan
penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak
memberikan informasi dulu tetapi informasi diperoleh siswa
setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan
masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui
praktikum atau pengamatan.
Suatu soal dapat dipandang sebagai masalah merupakan
hal yang sangat relatif. Suatu soal yang dianggap sebagai
masalah bagi seseorang, bagi orang lain mungkin hanya
merupakan hal yang rutin belaka. Dengan demikian, guru perlu
berhati-hati dalam menentukan soal yang akan disajikan sebagai
pemecahan masalah. Bagi sebagian besar guru untuk
memperoleh atau menyusun soal yang benar-benar bukan
merupakan masalah rutin bagi siswa mungkin termasuk
pekerjaan yang sulit. Akan tetapi hal ini akan dapat diatasi antara
lain melalui pengalaman dalam menyajikan soal yang bervariasi
baik bentuk, tema masalah, tingkat kesulitan, serta tuntutan
kemampuan intelektual yang ingin dicapai atau dikembangkan
pada siswa.
Pembelajaran problem solving merupakan bagian dari
pembelajaran berbasis masalah (PBL). Menurut Arends (2008 :
45) pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu
pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri.
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk
melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan
cara menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian
dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada. Solusi
dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai satu
jawaban yang benar artinya siswa dituntut pula untuk belajar
secara kritis. Siswa diharapkan menjadi individu yang
berwawasan luas serta mampu melihat hubungan pembelajaran
dengan aspek-aspek yang ada di lingkungannya.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan metode
pembelajaran problem solving adalah suatu penyajian materi
pelajaran yang menghadapkan siswa pada persoalan yang harus
dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam pembelajaran ini siswa di haruskan
melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian
terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan
mengidentifikasikan masalah, mengembangkan hipotesis,
mengumpulkan dan menganalisis informasi dan membuat
kesimpulan.
b.Manfaat dan Tujuan dari Metode Pemecahan Masalah
(Problem Solving Method)
Manfaat dari penggunaan metode problem solving pada
proses belajar mengajar untuk mengembangkan pembelajaran
yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983:133) metode problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
a) Mengembangkan sikap keterampilan siswa dalam
memecahkan permasalahan, serta dalam mengambil kepuutusan
secara objektif dan mandiri
b) Mengembangkan kemampuan berpikir para siswa, anggapan
yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila
pengetahuan makin bertambah
c) Melalui inkuiri atau problem solving kemampuan berpikir tadi
diproses dalam situasi atau keadaan yang bener bener dihayati,
diminati siswa serta dalam berbagai macam ragam altenatif
d) Membina pengembangan sikap perasaan (ingin tahu lebih
jauh) dan cara berpikir objektif mandiri, krisis analisis baik
secara individual maupun kelompok

Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada


suatu tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran
problem solving adalah sebagai berikut.
1) Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan
kemudian menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali
hasilnya.
2) Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah
intrinsik bagi siswa.
3) Potensi intelektual siswa meningkat.
4) Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan
melalui proses melakukan penemuan.
c. Langkah Langkah Metode Pemecahan Masalah (Problem
Solving Method)
Penyelesaian masalah menurut J.Dewey dalam bukunya
W.Gulo (2002:115) dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu
Tahap Tahap Kemampuan yang
diperlukan
1) Merumuskan Mengetahui dan
masalah merumuskan
masalah secara jelas
2) Menelaah Menggunakan
masalah pengetahuan untuk
memperinci
menganalisa
masalah dari
berbagai sudut
3) Merumuskan Berimajinasi dan
hipotesis menghayati ruang
lingkup, sebab
akibat dan
alternative
penyelesaian
4) Mengumpulkan Kecakapan mencari
dan dan menyusun data
mengelompokkan menyajikan data
data sebagai bahan dalam bentuk
pembuktian diagram,gambar dan
hipotesis tabel
5) Pembuktian Kecakapan
hipotesis menelaah dan
membahas data,
kecakapan
menghubung
hubungkan dan
menghitung
Ketrampilan
mengambil
keputusan dan
kesimpulan
6) Menentukan Kecakapan membuat
pilihan penyelesaian altenatif
penyelesaian
kecakapan dengan
memperhitungkan
akibat yang terjadi
pada setiap pilihan

Penyelesaian masalah Menurut David Johnson dan Johnson


dapat dilakukan melalui kelompok dengan prosedur
penyelesaiannya dilakukan sebagai berikut (W.Gulo 2002 : 117):
1. Mendifinisikan Masalah
Mendefinisikan masalah di kelas dapat dilakukan sebagai berikut:
a)Kemukakan kepada siswa peristiwa yang bermasalah, baik
melalui bahan tertulis maupun secara lisan, kemudian minta pada
siswa untuk merumuskan masalahnya dalam satu kalimat
sederhana (brain stroming). Tampunglah setiap pendapat mereka
dengan menulisnya dipapan tulis tanpa mempersoalkan tepat
atau tidaknya, benar atau salah pendapat tersebut.
b) Setiap pendapat yang ditinjau dengan permintaan penjelasan
dari siswa yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dicoret
beberapa rumusan yang kurang relevan. Dipilih rumusan yang
tepat, atau dirumuskan kembali (rephrase, restate) perumusan
perumusan yang kurang tepat. akhirnya di kelas memilih satu
rumusan yang paling tepat dipakai oleh semua.
2. Mendiagnosis masalah
Setelah berhasil merumuskan masalah langkah berikutnya ialah
membentuk kelompok kecil, kelompok ini yang akan
mendiskusikan sebab sebab timbulnya masalah
3. Merumuskan Altenatif Strategi
Pada tahap ini kelompok mencari dan menemukan berbagai
altenatif tentang cara penyelesaikan masalah. Untuk itu kelompok
harus kreatif, berpikir divergen, memahami pertentangan
diantara berbagai ide, dan memiliki daya temu yang tinggi
4. Menentukan dan menerapkan Strategi
Setelah berbagai altenatif ditemukan kelompok, maka dipilih
altenatif mana yang akan dipakai. Dalam tahap ini kelompok
menggunakan pertimbangan- pertimbangan yang cukup cukup
kritis, selektif, dengan berpikir kovergen
5. Mengevaluasi Keberhasilan Strategi
Dalam langkah terakhir ini kelompok mempelajari :
(1). Apakah strategi itu berhasil (evaluasi proses)?
(2). Apakah akibat dari penerapan strategi itu (evaluasi hasil) ?

Berdasarkan pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan


langkah langkah yang harus diperhatikan oleh guru dalam
memberikan pembelajaran problem solving sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah
Dalam merumuskan masalah kemampuan yang diperlukan adalah
kemampuan mengetahui dan merumuskan suatu masalah.
2. Menelaah masalah
Dalam menelaah masalah kemampuan yang diperlukan adalah
menganalisis dan merinci masalah yang diteliti dari berbagai
sudut.
3. Menghimpun dan mengelompokkan data sebagai bahan
pembuktian hipotesis
Menghimpun dan mengelompokkan data adalah memperagakan
data dalam bentuk bagan, gambar, dan lain-lain sebagai bahan
pembuktian hipotesis.
4. Pembuktian hipotesis
Dalam pembuktian hipotesis kemampuan yang diperlukan adalah
kecakapan menelaah dan membahas data yang telah terkumpul.
5. Menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
Dalam menentukan pilihan pemecahan masalah dan keputusan
kemampuan yang diperlukan adalah kecakapan membuat
alternatif pemecahan, memilih alternatif pemecahan dan
keterampilan mengambil keputusan.
d. Kelebihan dan Kekurangan Pemecahan Masalah
(Problem Solving Method)
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan
kelemahan. Adapun keunggulan model pembelajaran problem
solving diantaranya yaitu melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan, berpikir dan bertindak kreatif, memecahkan masalah
yang di hadapi secara realistis, mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan, menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan,
merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, serta dapat
membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan
khususnya dunia kerja.
Sementara kelemahan model pembelajaran problem
solving itu sendiri seperti beberapa pokok bahasan sangat sulit
untuk menerapkan metode ini. Misalnya terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati
serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut. Dalam pembelajaran problem solving ini memerlukan
alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.

1.

Bagaimana cara melakukan anamnesis yang baik?


Jawab : Cara melakukan anamnesis Dalam melakukan anamnesis
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang dokter,
antara lain : 1. Tempat dan suasana Tempat dan suasana dimana
anamnesis ini dilakukan harus diusahakan cukup nyaman bagi
pasien. Anamnesis akan berjalan lancar kalau tempat dan
suasana mendukung. Suasana diciptakan agar pasien merasa
santai, tidak tegang dan tidak merasa diinterogasi. 2. Penampilan
dokter Penampilan seorang dokter juga perlu diperhatikan karena
ini akan meningkatkan kepercayaan pasiennya. Seorang dokter
yang tampak rapi dan bersih akan lebih baik dari pada yang
tampak lusuh dan kotor. Demikian juga seorang dokter yang
tampak ramah, santai akan lebih mudah melakukan anamnesis
daripada yang tampak galak, ketus dan tegang. 3. Periksa kartu
dan data pasien Sebelum anamnesis dilakukan sebaiknya periksa
terlebih dahulu kartu atau data pasien dan cocokkan dengan
keberadaan pasiennya. Tidak tertutup kemungkinan kadang-
kadang terjadi kesalahan data pasien atau mungkin juga
kesalahan kartu data, misalkan pasien A tetapi kartu datanya
milik pasien B, atau mungkin saja ada 2 pasien dengan nama
yang sama persis. Untuk pasien lama lihat juga data-data
pemeriksaan, diagnosis dan terapi sebelumnya. Informasi data
kesehatan sebelumnya seringkali berguna untuk anamnesis dan
pemeriksaan saat ini. 4. Dorongan kepada pasien untuk
menceritakan keluhannya Pada saat anamnesis dilakukan berikan
perhatian dan dorongan agar pasien dapat dengan leluasa
menceritakan apa saja keluhannya. Biarkan pasien bercerita
dengan bahasanya sendiri. Ikuti cerita pasien, jangan terus
menerus memotong, tetapi arahkan bila melantur. Pada saat
pasien bercerita, apabila diperlukan ajukan pertanyaan-
pertanyaan singkat untuk minta klarifikasi atau informasi lebih
detail dari keluhannya. Jaga agar jangan sampai terbawa cerita
pasien sehingga melantur kemana mana. 5. Gunakan
bahasa/istilah yang dapat dimengerti Selama tanya jawab
berlangsung gunakan bahasa atau istilah umum yang dapat
dimengerti pasien. Apabila ada istilah yang tidak ada
padanannya dalam bahasa Indonesia atau sulit dimengerti, berika
penjelasan atau deskripsi dari istilah tersebut. 6. Buat catatan
Adalah kebiasaan yang baik untuk membuat catatan-catatan kecil
saat seorang dokter melakukan anamnesis, terutama bila pasien
yang mempunyai riwayat penyakit yang panjang. 7. Perhatikan
pasiennya Selama anamnesis berlangsung perhatikan posisi,
sikap, cara bicara dan gerak gerik pasien. Apakah pasien dalam
keadaaan sadar sepenuhnya atau apatis, apakah dalam posisi
bebas atau posisi letak paksa, apakah tampak santai atau
menahan sakit, apakah tampak sesak, apakah dapat bercerita
dengan kalimat-kalimat panjang atau terputus-putus, apakah
tampak segar atau lesu, pucat dan lain-lain

Jenis Anamnesis
Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan, yakni Autoanamnesis dan
Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Pada umumnya anamnesis dilakukan
dengan tehnik autoanamnesis yaitu anamnesis yang dilakukan langsung
terhadap pasiennya. Pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan
dokter dan menceritakan permasalahannya. Ini adalah cara anamnesis
terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa
yang sesungguhnya dia rasakan.
Meskipun demikian dalam prakteknya tidak selalu autoanamnesis dapat
dilakukan. Pada pasien yang tidak sadar, sangat lemah atau sangat sakit
untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu orang
lain untuk menceritakan permasalahnnya. Anamnesis yang didapat dari
informasi orag lain ini disebut Alloanamnesis atau Heteroanamnesis. Tidak
jarang dalam praktek sehari-hari anamnesis dilakukan bersama-sama auto
dan alloanamnesis.

Daftar Pustaka

Arends, Richard I. (2008) . Learning to Teach Belajar untuk Mengajar.


(Edisi Ketujuh/ Buku Dua). Terjemahan Helly Pajitno Soetjipto & Sri
Mulyantini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Dhajiri, Ahmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nilai-


Moral-VCT dan Games dalam VTC. Bandung : Jurusa PMPKn IKIP
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Grasindo
Sardiman. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Grafindo.
Sudirman,dkk.(1987.)Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya
Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain . (2006) Strategi Belajar
Mengajar, Jakarta : Rineka Cipta

Read more: http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/metode-


pemecahan-masalah-problem.html#ixzz4P8cN5fpk

Anda mungkin juga menyukai