Anda di halaman 1dari 22

ADVOKASI DALAM

KEPERAWATAN
Disusun
O
L
E
H
Ns. Saito, S.Kep
ADVOKASI DALAM KEPERAWATAN

 Pengertian
Advoksi secara harfiah berarti pembelaan,
sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang
mempunyai permasalahan. Istilah advokasi
mula-mula digunakan di bidang hukum atau
pengadilan.

 Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah


usaha untuk mempengaruhi kebijakan publik
melalui bermacam-macam bentuk komunikasi
persuasif.
Lanjutan……..

 Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan


terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program 
atau kegiatan yang dilaksanakan.Oleh karena itu
yang menjadi sasaran advokasi adalah para
pemimpin atau pengambil kebijakan( policy makers)
atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.Dalam
advokasi peran komunikasi sangat penting,sehingga
komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan
memerlukan kiat khusus  agar komunikasi efektif.
Unsur unsur advokasi
1. Penetepan tujuan advokasi
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
3. Identifikasi khalayak sasaran
4. Pengembangan dan penyampaian pesan
advokasi
5. Membangun koalisi
6. Membuat presentasi yang persuasif
7. Penggalangan dana untuk advokasi
8. Evaluasi upaya advokasi.
Ada 5 pendekatan utama advokasi

 Melibatkan para pemimpin


 Bekerja dengan media massa
 Membangun kemitraan
 Memobilisasi massa
 Membangun kapasitas.
Peran perawat sebagai advokasi
 Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung
antara klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan
kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu klien
memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan
oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun
professional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan perawat
bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus
dijalani oleh klien. Dalam menjalankan peran sebagai advocat
(pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan memfasilitasi
keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.
 Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan
melindungi hak-hak klien, hak-hak klien tersebut antara lain: hak
atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi mengenai
tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana
pelayanan kesehatan tempat klien menjalani perawatan
Definisi perawat advokat
 Arti advokasi menurut ANA adalah
melindungi klien atau masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik
tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar
etika yang dilakukan oleh siapa pun.
 FRY mendefinisikan advokasi sebagai
dukungan  aktif terhadap setiaap hal yang
memiliki penyebab atau dampak penting.
Tanggung jawab perawat advokat Nelson (1988) dalam Creasia & Parker
(2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat dalam menjalankan
peran advokat pasien .

 Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan


cara : memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan
berguna bagi pasien dalam pengambilan keputusan, memberikan berbagai
alternatif pilihan disertai penjelasan keuntungan dan kerugian dari setiap
keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.
 Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang
disekeliling pasien, dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang
dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain, mengklarifikasi
komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lain agar
setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada
pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
 Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari
tindakan yang dapat merugikan pasien, dan memenuhi semua kebutuhan
pasien selama dalam perawatan.
F. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat
Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran
Advokat Pasien
1. Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam
perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan
derajat kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan
perawat dalam perawatannya.
2. Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.
Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan
dalam pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua
kerugian dan keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.
3. Memiliki saran untuk alternatif pilihan.
Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan
pada pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai
keinginannya.
4.      Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan
pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan
pasien.
5.      Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.
Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan
berbagai hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi
kebutuhan pasien selama dirawat di rumah sakit.
Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan
peran advokat adalah pasien akan :

1. Mengerti hak-haknya sebagai pasien.


2. Mendapatkan informasi tentang diagnosa,
pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya.
3. Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.
4. Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan
memutuskan sendiri.
5. Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.
6. Mendapatkan pengobatan yang optimal.
7. Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.
8. Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.
9. Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
SECARA LEGAL ETIK
 Pengambilan keputusan legal etik adalah cara
mengambil keputusan dari suatu
permasalahan yang disesuaikan dengan
keabsahan suatu tata cara pengambilan
keputusan baik secara umum ataupun secara
khusus.
TEORI DASAR PEMBUATAN
KEPUTUSAN
1. Teori Teleologi
2.     Teori Deontologi

 TELEOLOGI
 Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena

berdasarkan akibat yang dihasilkan.


 Teleologi dibedakan menjadi :

1.      Rule Utilitarianisme


2.      Act Utilitarianisme

 DEONTOLOGI
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan
pada tindakan melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi
penentu apakah suatu tidakan benar atau salah.
TAHAP – TAHAP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN

1. Mengidentifikasi masalah.
2. Mengumpulkan data masalah.
3. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4. Memikirkan masalah etis secara
berkesinambungan.
5. Membuat keputusan
6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan
dan hasil evaluasi tindakan.
Berpikir Kritis
 Untuk dapat mengambil keputusan yang benar
perawat harus dapat menerapkan pola berpikir
kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa
berpikir kritis  merupakan elemen-elemen yang yang
berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika
umum untuk suatu alasan mengapa kegiatan
tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut
meliputi tujuan, pusat masalah atau pertanyaan
yang mengarah pada isu yang berkembang, sudut
pandang atau kerangka referensi, dimensi empiris,
dimensi konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi
yang ada, serta kesimpulan.
Analisis Kritis
 Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan
dalam berpikir kritis dengan mengembangkan
beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan
validitasnya, karena pertanyaan-pertanyaan tersebut
dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap
dalam pengambilan keputusan.
 Pertanyaan dalam analisis kritis

1.      Apakah isu tersebut nyata?


2.      Asumsi apa yang paling utama?
3.      Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat
dipercaya?
Berpikir Logis Dan Kreatif
 Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan
bahwa berpikir logis dan kreatif mempunyai
keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan
proses-proses pemecahan masalah secara kreatif,
membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-
situasi yang menantang, memahami peran
paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif,
mempelajari bagaimana curah-gagasan (brain
Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif
bagi berbagai masalah, dan menemukan
keberhasilan dalam “berpikir tentang
hasil(outcome thinking)
Pemecahan Masalah
 Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009)
menyatakan bahwa mekanisme berpikir dari otak
manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi
kanan adalah intuitif dan konseptualyang digunakan
untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan
sisi kiri adalah analisis dan rangkaian-rangkaian.
 Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan
bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7 istilah
yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal,
lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir tentang
hasil, dan juga berpikir kreatif
Kedudukan Etika Dalam Pengambilan
Keputusan
 Pengambilan keputusan etik merupakan salah
satu proses dari pengambilan keputusan, yang
didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan
etika. Proses ini mencakup ara pemecahan
masalah, situasi dari permasalahan  dan/ dilema
yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan
keputusan merupakan hal yang sama dan di
temukan di berbagai situasi yang bermasalah,
dengan demikian situasi sangat bergantung dari
norma yang diacu masyarakat seperti etika,
interaksi sosial, dan situasional kontekstual.
Kedudukan Etika Dalam Pengambilan
Keputusan
 Pengambilan keputusan etik merupakan salah
satu proses dari pengambilan keputusan, yang
didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan
etika. Proses ini mencakup ara pemecahan
masalah, situasi dari permasalahan  dan/ dilema
yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan
keputusan merupakan hal yang sama dan di
temukan di berbagai situasi yang bermasalah,
dengan demikian situasi sangat bergantung dari
norma yang diacu masyarakat seperti etika,
interaksi sosial, dan situasional kontekstual.
Prinsip Etik sebagai Panduan
Pengambilan Keputusan
 Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik
keperawatan melibatkan interaksi yang kompleks
antara nilai individu, sosial dan politik, serta
hubungannya dengan masyarakat tertentu. Sebagai
dampaknya perawat sering mengalami situasi yang
berlawanan dengan hati nuraninya. Meskipun
demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya
sebagai pemberi pelayanan yang lebih bersifat
kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat
akan berpegang teguh pada pola pikir rasional serta
tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip
etik dan hukum yang berlaku.
Justice (Keadilan)
 Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan
1.      Mengidentifikasi masalah.
2.      Mengumpulkan data masalah.
3.      Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4.      Memikirkan masalah etis secara
berkesinambungan.
5.      Membuat keputusan
6.      Melakukan tindakan dan mengkaji
keputusan dan hasil evaluasi tindakan.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Etis Dalam Praktik Keperawatan

1. Factor agama dan adat istiadat


2. Factor sosial
3. Factor IPTEK
4. Factor Legislasi dan eputusan yuridis
5. Factor dana atau keuangan
6. Factor pekerjaan atau posisi klien atau
perawat
7. Factor kode etik keperawatan

Anda mungkin juga menyukai