Anda di halaman 1dari 11

ADVOKASI KEPERAWATAN

A.    Pengertian
Advokasi secara harfiah berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap
seseorang yang mempunyai permasalahan. Istilah advokasi mula-mula
digunakan di bidang hukum atau pengadilan.

       Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk


mempengaruhi     kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.

     Istilah advocacy/advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program


kesehatan masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi
global Pendidikan atau Promosi Kesehatan.WHO merumuskan bahwa dalam mewujudkan
visi dan misi Promosi Kesehatan secara efektif  menggunakan 3 strategi pokok,yaitu :
1).Advocacy
2).Social
3).Empowerment.

Advokasi diartikan sebagai upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap
mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program  atau kegiatan yang
dilaksanakan.Oleh karena itu yang menjadi sasaran advokasi adalah para pemimpin atau
pengambil kebijakan( policy makers) atau pembuat keputusan(decision makers) baik di
institusi pemerintah maupun swasta.Dalam advokasi peran komunikasi sangat
penting,sehingga komunikasi dalam rangka advokasi kesehatan memerlukan kiat khusus 
agar komunikasi efektif.

Kiat-kiatnya antara lain sebagai berikut :

1. Jelas ( clear )
2. Benar ( correct )
3. Konkret ( concrete )
4. Lengkap ( complete )
5. Ringkas ( concise )
6. Meyakinkan ( Convince )
7. Konstekstual ( contexual )
8. Berani ( courage )
9. Hati –hati ( coutious )
10. Sopan ( courteous )

Prinsip dasar Advokasi tidak hanya sekedar melakukan lobby politik,tetapi mencakup
kegiatan persuasif, memberikan semangat dan bahkan sampai memberikan pressure atau
tekanan kepada para pemimpin institusi.
B.   Tujuan advokasi

1.    Komitmen politik ( Political commitment )

Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan sangat penting untuk
mendukung atau mengeluarkan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat,misalnya untuk pembahasan kenaikan anggaran
kesehatan,contoh konkrit pencanangan Indonesia Sehat 2010 oleh presiden.
Untuk  meningkatkan komitmen ini sangat dibutuhkan advokasi yang baik.

2.      Dukungan kebijakan ( Policy support )

Adanya komitmen politik dari para eksekuti,maka perlu ditindaklanjuti


dengan    advokasi lagi agar dikeluarkan kebijakan untuk mendukung
program yang telah memperoleh komitmen politik tersebut.

3.      Penerimaan sosial (Social acceptance )

Penerimaan sosial artinya diterimanya suatu program oleh masyarakat. Suatu


program kesehatan yang telah memperoleh komitmen dan dukungan
kebijakan,maka langkah selanjutnya adalah mensosialisasikan program tersebut
untuk memperoleh dukungan masyarakat.

4.        Dukungan sistem ( System support )

Agar suatu program kesehatan berjalan baik maka perlunya sistem atau prosedur
kerja yang jelas mendukung

C.   Metode atau cara advokasi

1.    Lobi politik ( political lobying )

2.    Seminar/presentasi
3.    Media

4.    Perkumpulan

D.   Unsur unsur advokasi

1.    Penetepan tujuan advokasi

2.    Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi

3.    Identifikasi khalayak sasaran

4.    Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi

5.    Membangun koalisi

6.    Membuat presentasi yang persuasif

7.    Penggalangan dana untuk advokasi

8.    Evaluasi upaya advokasi.

Ada 5 pendekatan utama advokasi,yaitu :

1. Melibatkan para pemimpin


2. Bekerja dengan media massa
3. Membangun kemitraan
4. Memobilisasi massa
5. Membangun kapasitas.
E.     Langkah langkah advokasi
1. Tahap Persiapan

Persiapan advokasi yang paling penting adalah menyusun bahan/materi atau instrumen
advokasi.Bahan advokasi adalah: data-à informasi–à bukti yang dikemas dalam bentuk
tabel,grafik atau diagram yang mnjelaskan besarnya masalah kesehatan,akibat atau dampak
masalah, dampak ekonomi, dan program yang diusulkan/proposal program.

                       2.    Tahap pelaksanaan

        Pelaksanaan advokasi tergantung dari metode atau cara advokasi.

                             3.    Tahap Penilaian

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah ³ Misi´. Misi promosi kesehatan merupakanupaya
yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Secara umum  Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1.  Advokasi (Advocation)

Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada


para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam
hal  ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat
keputusan(decission maker) agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan
yangditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasamadengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait.
Untuk itu  perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan
berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya
masalahkesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak   juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi
kesehatanmemiliki peran yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

3.  Kemampuan/Keterampilan (Enable)

Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara


sertameningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian
keterampilankepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga
sehinggadiharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.

Peran perawat sebagai advokasi

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tim
kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan
membantu klien memahami semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim
kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional. Peran advokasi sekaligus
mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh klien. Dalam
menjalankan peran sebagai advocat (pembela klien) perawat harus dapat melindungi dan
memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam pelayanan keperawatan.

Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, hak-
hak klien tersebut antara lain: hak atas informasi; pasien berhak memperoleh informasi
mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit/sarana pelayanan kesehatan
tempat klien menjalani perawatan. Hak mendapat informasi yang meliputi hal-hal berikut:

1. penyakit yang dideritanya;


2. tindakan medik apa yang hendak dilakukan;
3. kemungkinan penyulit sebagai akibat tindakan tersebut dan tindakan
untuk mengatasinya;
4. alternatif terapi lain beserta resikonya;
5. prognosis penyakitnya;
6. perkiraan biaya pengobatan/rincian biaya atas penyakit yang
dideritanya;
7. hak atas pelayanan yang manusiawi, adil, dan jujur;
8. hak untuk memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yang
bermutu sesuai dengan standar profesi keperawatan tanpa diskriminasi;
9. hak menyetujui/ memberi izin persetujuan atas tindakan yang akan
dilakukan oleh perawat/ tindakan medik sehubungan dengan penyakit yang
dideritanya (informed consent);
10. hak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan
mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sesudah
memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

Definisi perawat advokat menurut beberapa ahli:

1. Arti advokasi menurut ANA adalah melindungi klien atau masyarakat


terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun.
2. FRY mendefinisikan advokasi sebagai dukungan  aktif terhadap setiaap
hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.

   Tanggung jawab perawat advokat

Nelson (1988) dalam Creasia & Parker (2001) menjelaskan bahwa tanggung jawab perawat

dalam menjalankan peran advokat pasien adalah :

1.        Sebagai pendukung pasien dalam proses pembuatan keputusan, dengan cara :

memastikan informasi yang diberikan pada pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam

pengambilan keputusan, memberikan berbagai alternatif pilihan disertai penjelasan

keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan, dan menerima semua keputusan pasien.

2.        Sebagai mediator (penghubung) antara pasien dan orang-orang disekeliling pasien,

dengan cara : mengatur pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien dengan tenaga
kesehatan lain, mengklarifikasi komunikasi antara pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan

lain agar setiap individu memiliki pemahaman yang sama, dan menjelaskan kepada pasien

peran tenaga kesehatan yang merawatnya.

3.        Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara : memberikan lingkungan

yang sesuai dengan kondisi pasien, melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan

pasien, dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam perawatan.

F. Nilai-nilai Dasar yang Harus Dimiliki oleh Perawat Advokat

Menurut Kozier & Erb (2004) untuk menjalankan perannya sebagai advokasi pasien, perawat

harus memiliki nilai-nilai dasar, yaitu : 

1.        Pasien adalah makhluk holistik dan otonom yang mempunyai hak untuk menentukan

pilihan dan mengambil keputusan.

2.        Pasien berhak untuk mempunyai hubungan perawat-pasien yang didasarkan atas dasar

saling menghargai, percaya, bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan

dengan masalah kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan, dan saling bebas dalam

berpikir dan berperasaan.

3       Perawat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa pasien telah mengetahui cara

memelihara kesehatannya.
 

Selain harus memiliki nilai-nilai dasar di atas, perawat harus memiliki sikap yang baik

agar perannya sebagai advokat pasien lebih efektif. Beberapa sikap yang harus dimiliki

perawat, adalah: 

1.        Bersikap asertif

Bersikap asertif berarti mampu memandang masalah pasien dari sudut pandang yang positif.

Asertif meliputi komunikasi yang jelas dan langsung berhadapan dengan pasien.

2.        Mengakui bahwa hak-hak dan kepentingan pasien dan keluarga lebih utama walaupun

ada konflik dengan tenaga kesehatan yang lain.

3.        Sadar bahwa konflik dapat terjadi sehingga membutuhkan konsultasi, konfrontasi atau

negosiasi antara perawat dan bagian administrasi atau antara perawat dan dokter.

4.        Dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain

Perawat tidak dapat bekerja sendiri dalam memberikan perawatan yang berkualitas bagi

pasien. Perawat harus mampu berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yang ikut serta

dalam perawatan pasien.

5.        Tahu bahwa peran advokat membutuhkan tindakan yang politis, seperti melaporkan

kebutuhan perawatan kesehatan pasien kepada pemerintah atau pejabat terkait yang memiliki
wewenang/otoritas.

G. Tujuan dan Hasil yang Diharapkan dari Peran Advokat Pasien

Tujuan dari peran advokat berhubungan dengan pemberdayaan kemampuan pasien dan

keluarga dalam mengambil keputusan. Saat berperan sebagai advokat bagi pasien, perawat

perlu meninjau kembali tujuan peran tersebut untuk menentukan hasil yang diharapkan bagi

pasien.

1.        Menjamin bahwa pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lain adalah partner dalam

perawatan pasien. Pasien bukanlah objek tetapi partner perawat dalam meningkatkan derajat

kesehatannya. Sebagai partner, pasien diharapkan akan bekerja sama dengan perawat dalam

perawatannya.

2.        Melibatkan pasien dalam pengambilan keputusan.

Pasien adalah makhluk yang memiliki otonomi dan berhak untuk menentukan pilihan dalam

pengobatannya. Namun, perawat berkewajiban untuk menjelaskan semua kerugian dan

keuntungan dari pilihan-pilihan pasien.

3.        Memiliki saran untuk alternatif pilihan.

Saat pasien tidak memiliki pilihan, perawat perlu untuk memberikan alternatif pilihan pada

pasien dan tetap memberi kesempatan pada pasien untuk memilih sesuai keinginannya.
4.        Menerima keputusan pasien walaupun keputusan tersebut bertentangan dengan

pengobatannya. Perawat berkewajiban menghargai semua nilai-nilai dan kepercayaan

pasien.

5.        Membantu pasien melakukan yang mereka ingin lakukan.

Saat berada di rumah sakit, pasien memiliki banyak keterbatasan dalam melakukan berbagai

hal. Perawat berperan sebagai advokat untuk membantu dan memenuhi kebutuhan pasien

selama dirawat di rumah sakit.

H. Hasil yang diharapkan dari pasien saat melakukan peran advokat adalah pasien akan :

1.        Mengerti hak-haknya sebagai pasien.

2.        Mendapatkan informasi tentang diagnosa, pengobatan, prognosis, dan pilihan-pilihannya.

3.        Bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

4.        Memiliki otonomi, kekuatan, dan kemampuan memutuskan sendiri.

5.        Perasaan cemas, frustrasi, dan marah akan berkurang.

6.        Mendapatkan pengobatan yang optimal.


7.        Memiliki kesempatan yang sama dengan pasien lain.

8.        Mendapatkan perawatan yang berkesinambungan.

9.        Mendapatkan perawatan yang efektif dan efisien.

Armstrong, E. Alan (2007). Nursing Ethics. Macmillan: Palagrave

Creasia, J. L., & Parker. B.. (2001). Conceptuals Foundations : the Bridge to Professional Nursing
Practice. (3rd ed). St. Louis : Mosby.

Dewi. A. I.. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Pustaka book publisher

Ellis, J. R., & Celia L. H. (2000). Managing and Coordinating Nursing Care. (3th ed ) Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.

Hidayat. A. A.. (2008). Konsep dasar keperawatan. (edisi 2). Jakarta : Penerbit Salemba medika

Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of Nursing : Concepts, Process, and Practice. (7th ed).
Volume 1. New jersey : Pearson Education

Purba. J. M. & Pujiastuti. S. E. (2009). Dilema Etik & Pengambilan Keputusan  Etis.Jakarta. EGC

WHO (2005). Pedoman Perawatan   Pasien, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai